Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Spesifikasi Bahan
a. Beton
Beton (concrete) adalah bahan bangunan yang diperoleh dari hasil
pencampuran antara semen, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan
perbandingan tertentu dan kadang-kadang ditambah bahan campuran.
Campuran air dengan semen disebut pasta semen berfungsi sebagai
perekat, agregat halus berupa pasir atau abu batu sedangkan agregat kasar
berupa kerikil atau batu pecah yang keduanya berfungsi sebagai pengisi.
Bahan tambahan campuran hanya diberikan untuk tujuan tertentu saja
seperti

mempermudah

pengerjaan,

mempercepat

pengerasan,

memperlambat pengerasan, dan lain sebagainya. Bahan dasar beton dapat


diperoleh dari hasil seleksi dan proporsi yang ekonomis, selanjutnya
dicampur sesuai persyaratan mudah pengerjaannya, dicetak dalam bentuk
maupun ukuran yang diinginkan dan mengeras sesuai dengan umur
menjadi beton yang kuat serta tahan lama. Berikut merupakan daftar
bahan-bahan dasar dalam pembuatan beton beserta sifat-sifatnya :
1) Semen hidrolis (Portland cement) : kualitas dan kecepatan
pengerasan.
2) Agregat Halus :
a) Gradasi, mempengaruhi kemudahan pengerjaanya.
b) Kadar air, mempengaruhi perbandingan air-semen.
c) Lumpur, mempengaruhi kekuatan.
d) Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan sifat awet
beton.
3) Agregat Kasar :
a) Gradasi, mempengaruhi kemudahan pengerjaannya.
b) Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen.
c) Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan sifat awet
beton.
4) Air : kuantitasnya mempengaruhi hampir semua sifatnya,
kualitas mempengaruhi pengerasan, kekuatan sifat awet, dan
lain-lain.
1

5) Bahan tambahan :
Modifikasi dari sifat-sifat beton. Hal ini masih tergantung
pada jenis dan jumlah campuran yang dipakai.
Berdasarkan pada bahan penyusunnya, beton dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Beton (concrete) adalah beton umum yang diperoleh
sesuai dengan definisi sebelumnya.
b) Beton Bertulang (reinforced concrete) adalah bahan
struktural yang diperoleh dari hasil penggabungan
antara beton dengan tulangan baja.
c) Beton pratekan (prestressed concrete) adalah bahan
struktural yang diperoleh dari hasil penggabungan
antara beton dengan kabel baja.
d) Beton serat (fiber concrete) adalah bahan yang
diperoleh dari hasil pencampuran antara beton dengan
serat dari logam atau non-logam secara merata.
e) Beton polimer (latex modified concrete) adalah bahan
yang diperoleh dari hasil pencampuran antara beton
dengan polimer atau lateks cair.
b. Baja
Baja (steel) adalah bahan bangunan logam paduan antara besi dan
karbon yang berkaitan secara sangat kuat dan tersementasi akibat proses
thermokimia, baja ini diperoleh dari hasil pemrosesan kembali besi kasar
dengan mereduksi kadar karbon dibawah 2% dan sedikit sekali kotoran
yang ada seperti fosfor, silikon, belerang, dan mangan. Baja adalah logam
yang berwarna biru gelap dan bersifat mengkilap, tidak tembus sinar,
kedap air, konduktor panas dan listrik, bentuknya mudah dirubah, dan
dapat mencair.
Secara praktis baja sebagai bahan bangunan dipasarkan dalam
bentuk pelat, lembaran, strip, batang, atau balok dengan panjang tertentu
dan bermacam-macam bentuk penampang seperti bulat, kotak, tabung,
profil (I, H, C, T, L, Z).
Komposisi kimia pada baja terdiri dari besi berkisar (96-98)%,
karbon berkisar (0,15-1,50)%, silikon berkisar (0,20-0,30)%, belerang
berkisar (0,05-0,55)%, fosfor berkisar (0,05-0,55)%, dan mangan berkisar

(0,60-1,65)%. Secara fisik baja merupakan bahan bangunan yang


mempunyai berat jenis 7,85 dan berat jenisnya 7850 kg/m3. Kekerasan baja
dengan uji Brinell berkisar (150-190)HB. Titik lebur baja sekitar 1500C
dan konduktivitas panasnya adalah 50 W/mC.
Untuk lebih mengingat lagi daya gunanya, baja dapat diproses lagi
dengan menambahkan bahan logam lain yang disebut dengan baja paduan.
Misalnya untuk meningkatkan kekuatan tarik dapat ditambah mangan,
nikel, kromium, dan vandanium dengan prosentase tertentu, untuk
meningkatkan daya tahan terhadap berat dapat ditambahkan kromium (1320)% yang disebut dengan baja tahan lama karat (strainless steel).
(Sumber : Hendro Suseno Bahan Bangunan untuk Teknik Sipil)

1.2. Data Perencanaan


1.2.1. Data Bangunan
a) Fungsi bangunan
: Apartment
b) Mutu Bahan
: fc = 30 MPa fy = 360 MPa
c) Tinggi Tiap Lantai
: 4.75 m
d) Modulus Elastisitas Beton (Ec) : 4700 fc
4700 30 = 25742.96 MPa
e) Modulus Elastisitas Baja (Es)
: 200.000 MPa
f) Faktor Keutamaan (I)
: 1.0 (tabel 1 pasal 4.1.2 SNI
1726-2002)
g) Perencanaan
: SRPMK
1.2.2. Data Disain Gempa
a) Daerah Gempa
:3
b) Jenis Tanah Dasar
: Keras
Dengan Nilai SPT untuk tanah keras
:
1) Percepatan puncak batuan dasar (g)
= 0.15 (tabel 5 pasal
4.7.2 SNI 1726 2002)
3

2) Percepatan puncak muka tanah Ao

= 0.18 (tabel 5 pasal

4.7.2 SNI 1726 2002)


3) Tc tanah keras
= 0.5 detik (tabel 6 pasal 4.7.6 SNI 1726
2002)
4) Am = 0,45 (tabel 6 pasal 4.7.6 SNI 1726 2002)
5) Ar = Am x Tc = 0.23 (tabel 6 pasal 4.7.6 SNI 1726 2002)
1.2.3. Peraturan Yang Digunakan
a) Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
b) SNI 03 - 1729 - 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung
c) SNI 1726 2012 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung
d) SNI 03 2847 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton

1.3. Pendimensian Balok dan Kolom


1.3.1. Dimensi Balok
a. Untuk panjang balok (L) = 9 m = 9000 mm
1. Balok Induk arah X
h min
= L/16
= 9000/16
= 562.5 mm
Dipakai h
= 600 mm
b min
= 1/2 h
= 1/2 x 600
= 300 mm
b maks
= 2/3 h
= 2/3 x 600
= 400 mm
Dipakai b
= 400 mm
2. Balok Induk arah Y
h min
= L/16
= 5500/16
= 343.75 mm
Dipakai h
= 400 mm
b min
= 1/2 h
= 1/2 x 400
= 200 mm
b maks
= 2/3 h
= 2/3 x 400
= 266.67 mm
Dipakai b
= 250 mm
Sehingga dimensi balok yang digunakan dalam
perencanaan adalah (400 x 600) mm

3. Balok anak
Luas plat = 5.5 x 3 = 16.5 m2, maka menggunakan balok
anak dengan dimensi 250 x 400 mm.
1.3.2. Dimensi Kolom
Dipakai kolom persegi dengan dimensi :
Untuk L = 9000 mm dan H = 4750 mm
b h3
b h3
. 12 = 1.2 12
H
LB
4

b
12
.
4750

= 1.2

400 x 600
12
9000

b = h = 483.66 mm
dipakai b = 500 mm
1.4. Perencanaan Plat
1.4.1. Plat Lantai
a. Penentuan syarat syarat batas dan bentangnya.

ly
lx
Lx = 5500 mm
Ly = 3000 mm
= Lx/Ly
= 5500/3000 = 1.83
1 < < 3 (two way slab)
b. Tebal Plat Lantai
Berdasarkan SNI 03-2847-2002, pasal 115, hal 66 :
m

Eb x Ib
Ep x Ip

1
x 400 x 7003
12
1
4700 30 x x 1000 x 1203
12
4700 30 x

= 79.4

Karena m > 2 maka :

hmin

fy
)
1500
36+ 9

ln(0.8+

360
)
1500
36+ 9 x 1.83

5500 (0.8+

= 109.01 mm

hmaks

fy
)
1500
36

ln(0.8+

5500 (0.8+

360
)
1500

36

= 158.88 mm
Sehingga diambil plat lantai dengan tebal plat (h) = 120 mm,
karena berdasarkan SNI 03-2847-2002 hal 65-66 untuk m>2.0
ketebalan plat minimum tidak boleh kurang dari 90mm.
1.4.2. Plat Atap
a. Penentuan syarat syarat batas dan bentangnya.

ly
lx
Lx = 5500 mm
Ly = 3000 mm
= Lx/Ly
= 5500/3000 = 1.83
1 < < 3 (two way slab)

b. Tebal Plat Atap


Berdasarkan SNI 03-2847-2002, pasal 115, hal 66 :
m

Eb x Ib
Ep x Ip

1
x 400 x 7003
12
1
4700 30 x x 1000 x 1203
12
4700 30 x

= 79.4
Karena m > 2 maka :

hmin

fy
)
1500
36+ 9

ln(0.8+

360
)
1500
36+ 9 x 1.83

5500 (0.8+

= 109.01 mm

hmaks

fy
)
1500
36

ln(0.8+

5500 (0.8+

360
)
1500

36

= 158.88 mm
Sehingga diambil plat Atap dengan tebal plat (h) = 120 mm,
karena berdasarkan SNI 03-2847-2002 hal 65-66 untuk m>2.0
ketebalan plat minimum tidak boleh kurang dari 90mm.
7

1.5. Denah Struktur


Denah struktur bangunan serta portal baik arah memanjang (Sumbu X),
melintang (Sumbu Y), dan denah arah bangunan, ditunjukkan pada
gambar 1.1, 1.2, dan 1.3

Gambar 1.1 Gambar Potongan Arah X

Gambar 1.2 Gambar Potongan Arah Y

Gambar 1.3 Denah Arah Bangunan

BAB II
PERHITUNGAN GEMPA
1.1.

Pembebanan Gedung

1.1.1. Perhitungan Beban Mati


a. Struktur Lantai 1 dan 2
1) Berat spesi
= 0.003m x 2100kg/m3 x 11m x 36m = 24.948kg
2) Berat keramik (tebal 1cm)
= 0.01m x 24kg/m3 x 11m x 36m = 95.04kg
3) Beban plafond dan penggantung
= 18kg/m2 x 11m x 36m = 7128kg
4) Beban mekanikal dan elektrikal
= 25kg/m2 x 11m x 36m = 9900kg
Total beban mati tambahan lantai : 24.948kg + 95.04kg +
7128kg + 9900kg = 17148.02 kg
b. Struktur Lantai 3
1) Berat spesi
= 0.003m x 21kg/m3 x 11m x 36m = 24.948kg
2) Beban plafond dan penggantung
= 18kg/m2 x 11m x 36m = 7128kg
3) Beban mekanikal dan elektrikal
= 25kg/m2 x 11m x 36m = 9900kg
10

Total beban mati tambahan lantai : 24.948kg + 7128kg +


9900kg = 17052.98 kg
1.1.2. Perhitungan Beban Hidup
a. Struktur Lantai 1 dan 2
1) Beban Hidup tiap Lantai
= 250kg/m2 x 11m x 36m = 99000kg
2) Faktor Reduksi 75% berdasarkan tabel 4, hal 147, SNI

b.

03-1727-1989, maka Reduksi Beban Hidup


= 0.75 x 99000kg = 74250kg
Struktur Lantai 3
1) Beban Hidup tiap Lantai
= 100kg/m2 x 11m x 36m = 39600kg
2) Faktor Reduksi 75% berdasarkan tabel 4, hal 147, SNI

03-1727-1989, maka Reduksi Beban Hidup


= 0.75 x 39600kg = 29700kg
1.1.3. Perhitungan Berat Bangunan
a. Struktur Lantai 1
1) Berat Plat
= n x p x l x h x Berat Jenis
= 24 x 5.5m x 3m x 0.12m x 2400kg/m3 = 114048kg
2) Berat Balok Induk
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (12 x 0.4m x 0.6m x 9m x 2400kg/m3) + (10 x 0.4m x
0.6m x 5.5m x 2400kg/m3)
= 93888kg
3) Berat Balok Anak
= n x b x h x l x Berat Jenis
= 16 x 0.2m x 0.4m x 5.5m x 2400kg/m3
= 16896kg
4) Berat Kolom
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (15 x 0.5m x 0.5m x 4.75m x 2400kg/m3) + (15 x 0.5m
x 0.5m x 2.375m x 2400kg/m3)
= 64125kg
b. Struktur Lantai 2
1) Berat Plat
= n x p x l x h x Berat Jenis
= 24 x 5.5m x 3m x 0.12m x 2400kg/m3 = 114048kg
2) Berat Balok Induk
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (12 x 0.4m x 0.6m x 9m x 2400kg/m3) + (10 x 0.4m x
0.6m x 5.5m x 2400kg/m3)
= 93888kg
3) Berat Balok Anak
= n x b x h x l x Berat Jenis
= 16 x 0.2m x 0.4m x 5.5m x 2400kg/m3
= 16896kg
11

4) Berat Kolom
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (15 x 0.5m x 0.5m x 4.75m x 2400kg/m3)
= 42750kg
c. Struktur Lantai 3
1) Berat Plat
= n x p x l x h x Berat Jenis
= 24 x 5.5m x 3m x 0.12m x 2400kg/m3 = 114048kg
2) Berat Balok Induk
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (12 x 0.4m x 0.6m x 9m x 2400kg/m3) + (10 x 0.4m x
0.6m x 5.5m x 2400kg/m3)
= 93888kg
3) Berat Balok Anak
= n x b x h x l x Berat Jenis
= 16 x 0.2m x 0.4m x 5.5m x 2400kg/m3
= 16896kg
4) Berat Kolom
= n x b x h x l x Berat Jenis
= (15 x 0.5m x 0.5m x 2.375m x 2400kg/m3)
= 21375kg
1.1.4. Perhitungan Berat Dinding
a. Struktur Lantai 1
= (p + l) x 2m x h x Berat Dinding
= (34+10) x 2m x (4.75m + 2.375m 0,5m) x 250kg/m2
= 145750kg
b. Struktur Lantai 2
= (p + l) x 2m x h x Berat Dinding
= (34 + 10) x 2m x (4.75m- 0,5m) x 250kg/m2 = 93500kg
c. Struktur Lantai 3
= (p + l) x 2m x h x Berat Dinding
= (34 + 10) x 2m x (2.375m-0,5m) x 250kg/m2 = 41250kg
1.1.5. Perhitungan Total Beban
a. Total Beban Lantai 1
= 17148.02 + 74250 + 288957
= 380355.02 kg
b. Total Beban Lantai 2
= 17148.02 + 74250 + 267582
= 358980.02 kg
c. Total Beban Lantai 3
= 17052.98 + 29700 + 246207
= 292959.98 kg
1.1.6. Perhitungan Beban Gempa
a. Perioda Getar Empiris Struktur
TE = 0.0731 x H3/4
= 0.0731 x 14,253/4
= 0,5631 detik

12

b. Faktor Respon Gempa


Am x Tc
C =
TE
0.5 x 0.5
0.5631

= 0.444
c. Beban Geser Dasar Nominal
C I Wt
V=
R
=

0.444 x 1 x 1032295
8.5

= 53922.233 kg
d. Perhitungan Gaya Lateral Ekuivalen (Fi)
Wi x Zi
Fi = Wi x Zi V
Tabel 2.1. Gaya Lateral Ekuivalen Gempa
Lanta
i

Zi

Wi

14,25

292959.98

9,5

358980.02

4,75

380355.02

Jumlah
*Zi = Tinggi
Wi = Berat

Wi.Zi
4174679.71
5
3410310.19
1806686.34
5
9391676.25

Fx
23968.88
9
19580.26
9
10373.07
5
53922.23
3

Vx
23968.88
9
43549.15
8
53922.23
3

Fy
23968.88
9
19580.26
9
10373.07
5

Tabel 2.2. Gaya Lateral Ekuivalen Gempa pada Portal arah X dan Y
Lantai
3
2
1

Zi

14,25
9,5
4,75

1/5 Fy
4793.778
3916.054
2074.615

1/3 Fx
7989.629
6526.756
3457.692

13

Vy
23968.88
9
43549.15
8
53922.23
3

Gambar 2.1. Beban Gempa pada Portal Memanjang arah X

BAB III
ANALISA PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR

3.1.

Persebaran Beban

3.1.1. Denah Penyebaran Beban

14

Gambar 3.1. Penyebaran Beban dengan Metode Amplop


3.1.2. Beban yang bekerja pada plat
a. Beban mati yang bekerja pada lantai
1. Berat sendiri plat
0,12m x 2400 kg/m3 = 288 kg/m2
2. Berat spesi
0,03m x 2100 kg/m3 = 63 kg/m2
3. Berat keramik
0,01m x 2400 kg/m3 = 24 kg/m2
4. Berat plafond dan Penggantung = 18 kg/m2
5. Berat mekanikal elektrikal = 25 kg/m2
Total = 288 + 63 + 24 + 18 + 25 = 418 kg/m
b. Beban mati yang bekerja pada atap
1. Berat sendiri plat
0,1m x 2400 kg/m3 = 240 kg/m2
2. Berat Plafon dan Penggantung = 18 kg/m2
3. Berat mekanikal elektrikal = 25 kg/m2
Total = 240 + 18 +25 = 283 kg/m2
c. Beban sendiri balok
1. Berat balok anak
0,2m x 0,4m x 2400 kg/m3 = 192 kg/m
2. Berat balok induk
0,4m x 0,6m x 2400 kg/m3 = 576 kg/m

15

d. Beban hidup yang bekerja pada lantai


Beban hidup = 250 kg/m2
e. Beban hidup yang bekerja pada atap
Beban hidup = 100 kg/m2
3.1.3. Perhitungan Pembebanan Balok Anak pada portal Memanjang
1. Momen Ekuivalen Segitiga

Gambar 3.2.
Momen Ekuivalen Segitiga
Momen maksimum Segitiga
= . Wx . Lx2
= . (0,5 . Lx . Wu) . Lx2
= 1/24 . Wu . Lx3
Momen maksimum beban merata
= 1/8 . q . Lx2
Momen maksimum segitiga = momen maksimum beban merata
1/8 . q . Lx2

= 1/24 . Wu . Lx3

Q ekuivalen

= 1/3 . Wu . Lx

2. Momen Ekuivalen Trapesium

16

Gambar 3.3. Momen Ekuivalen Trapesium


Momen maksimum Trapesium
= 1/24 . W . (3Ly2 4a2)
= 1/24 . (0,5 . Lx . Wu) (3Ly2 4(0,5 . Lx)2)
= 1/48 . Wu . Lx . (3Ly2 Lx2)
Momen maksimum beban merata
=1/8 . q . Lx2
Momen maksimum trapezium = Momen maksimum beban merata

3.2.

1/8 . q . Lx2

= 1/48 . Wu . Lx (3Ly2 Lx2 )

Q Ekuivalen

q . Lx
2
Ly

(Ly2 1/3 Lx2 )

Perhitungan Beban

3.2.1. Perhitungan Beban pada Balok Anak

17

Gambar 3.4. Denah balok anak yang ditinjau.


1. Beban pada lantai 1 dan 2
a. Beban mati akibat berat sendiri
= 192 kg/m2
b. Beban mati akibat Plat
= 2 x Q equivalen trapesium
q . Lx
2
=2x
(Ly2 1/3 Lx2 )
Ly
=2x

418 .3
5.52

(5.52 1/3 x 32 )

= 564.818 kg/m
Beban Mati total, qD = 756.818 kg/m
a. Beban Hidup
= 2 x Q equivalen trapezium
q . Lx
2
2
=2x
Ly 2 (Ly 1/3 Lx )
=2x

250 . 3
2
5.5

(5.52 1/3 x 32 )

= 337.809 kg/m
Beban Hidup total, qL = 337.809 kg/m

2. Beban pada lantai 3

18

a. Beban mati akibat berat sendiri


= 192 kg/m2
b. Beban mati akibat plat
= 2 x Q equivalen trapesium
q . Lx
2
2
=2x
Ly 2 (Ly 1/3 Lx )
=2x

283 . 3
2
5.5

(5.52 1/3 x 32 )

= 382.401 kg/m
Beban Mati Total, qD = 574.401 kg/m
a. Beban hidup
= 2 x Q equivalen trapezium
100 . 3
=2x
(5.52 1/3 x 32 )
5,52
= 135.124 kg/m
Beban Hidup total, qL = 135.124 kg/m
3.2.2. Perhitungan Beban Balok Induk pada Portal memanjang
1. Beban merata pada lantai 1 dan 2
a. Beban mati akibat berat sendiri
= 576 kg/m
b. Beban mati akibat plat
= 6 x Q equivalen segitiga
= 6 x 1/3 . q . Lx
= 6 x 1/3 x 418 x 3
= 1254 kg/m
Beban Mati Total, qD = 1.830 ton/m
c. Beban hidup
= 6 x Q equivalen segitiga
= 6 x 1/3 . q . Lx
= 6 x 1/3 x 250 x 3
= 750 kg/m
Beban Hidup Total, qL = 0.75 ton/m

2. Beban merata pada lantai 3


a. Beban mati akibat berat sendiri
= 576 kg/m

19

b. Beban mati akibat plat


= 6 x Q equivalen segitiga
= 6 x 1/3 . q . Lx
= 6 x 1/3 x 283 x 3
= 849 kg/m
Beban Mati Total, qD = 1.425 ton/m
a. Beban hidup
= 6 x Q equivalen segitiga
= 6 x 1/3 . q . Lx
= 6 x 1/3 x 100 x 3
= 300 kg/m
Beban Hidup Total, qL = 0.3 ton/m
3. Beban Mati memusat lantai 1 dan 2
= 2 x Va
= 2 x (1/2 x 756.818 x 5.5)
= 4162.499 kg
= 4.163 ton
4. Beban Mati memusat lantai 3
= 2 x Va
= 2 x (1/2 x 574.401 x 5.5)
= 3159.206 kg
= 3.159 ton
5. Beban Hidup memusat lantai 1 dan 2
= 2 x Va
= 2 x (1/2 x 337.809 x 5.5)
= 1857.949 kg
= 1.858 ton
6. Beban Hidup memusat lantai 3
= 2 x Va
= 2 x (1/2 x 135.124 x 5.5)
= 743.182 kg
= 0.743 ton
3.2.3. Sketsa Beban pada Portal Memanjang

20

Gambar 3.5 Diagram Persebaran Beban Portal Memanjang Akibat Beban


Mati.

Gambar 3.6 Diagram Persebaran Beban Portal Memanjang Akibat Beban


Hidup.

3.2.4. Sketsa Beban pada Portal Melintang

21

Gambar 3.7 Diagram Persebaran Beban Portal Melintang Akibat Beban


Mati.

Gambar 3.8 Diagram Persebaran Beban Portal Melintang Akibat Beban


Hidup.

22

3.3.

Perhitungan Analisa Struktur pada Portal Memanjang

3.3.1. Perhitungan DOF


DOF = 3 j ( 3 f + 2 h + r + m )
= 3 x 20 ( 3 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
= 18
S

=2j(2f+2h+r+m)
= 2 x 20 ( 2 x 5 + 2 x 0 + 0 + 27 )
=3

Jadi kebebasan rotasi = 15


kebebasan translasi

=3

3.3.2. Faktor Kekakuan Batang


Ikolom : Ibalok lantai : Ibalok atap
1
12

1
12

1
12

x 500 x 5003 :

x 400 x 6003 :

x
400 x 6003
= 0.7234 : 1 : 1
E I kolom
Lkolom

k1A : k12 : k41 : k45 : k74 : k78 =

E I balok lantai
Lbalok

E I kolom
Lkolom

:
E I balok lantai
Lbalok

E I kolom
Lkolom

E I balok atap
Lbalok
=

0.7234 E
4750

: 9000 :

E
9000

0.7234 E
4750

0.7234 E
4750

E
9000

23

= 1: 0.729 : 1 : 0.729 : 1 : 0.729


3.3.3. Perhitungan Momen Primer
M12

=-

1
12

=-

1
12

P1 xb xa
2
L

xqxL -

4.163 x 62 x3
92

x 1.83 x 9 -

P2 xb x a
2
L
4.163 x 32 x 6
92

= - 20.679 Ton m
M21
M67

= 20.679 Ton m
=-

1
12

=-

1
12

P1 xb xa
2
L

xqxL -

4.163 x 62 x3
92

x 1.83 x 9 -

P2 xb x a
2
L
4.163 x 32 x 6
92

= - 20.679 Ton m
M76
M1112

= 20.679 Ton m
=-

1
12

=-

1
12

xqxL-

P1 xb xa
2
L
2

x 1.425 x 9 -

3.159 x 62 x 3
2
9

P2 xb x a
2
L
-

3.159 x 3 2 x 6
2
9

= - 15.937 Ton m
M1211 = 15.937 Ton m
3.3.4.

Analisa Perhitungan Takabeya


M 1

=0

M1A

= k (2m1 + mA + m

)+

)+

1A

1A

= 1 (2m1 + 0 + 0) 0
= 2 m1
M12

= k (2m1 + m2 + m

12

12

= 0.729 (2m1 + m2 + 0) 20.679


= 1.458 m1 + 0.729 m2 20.679

24

M16

= k (2m1 + m6 + m

)+

16

1A

= 1 (2m1 + m6 + 0) 0
= 2 m1 + m4
M 1

= M12 + M1A + M16

= 5.458 m1 + 0.729 m2 + m6 20.679

M 6

=0

M61

= k (2m6 + m1 + m

)+

61

)+

67

61

= 1 (2m6 + m1 + 0) 0
= 2 m6 + m1
M67

= k (2m6 + m7 + m

67

= 0.729 (2m6 + m7 + 0) 20.679


= 1.458 m6 + 0.729 m7 20.679
M611

= k (2m6 + m11 + m

)+

611

611

= 1 (2m6 + m11 + 0) 0
= 2 m6 + m11
M 6

= M61+ M67 + M611

= 5.458 m6 + m1 + 0.729 m7 + m11 20.679

M11 = 0
M116

= k (2m11 + m6 + m

116

)+

116

= 1 (2m11 + m6 + 0) 0
= 2 m11 + m6
M1112

= k (2m11 + m12 + m

1112

)+

1112

= 0.729 (2m11 + m12 + 0) 15.937


= 1.458 m11 + 0.729 m12 15.937
M11 = M116 + M1112
0

= 3.458 m11 + m6 + 0.729 m12 15.937

25

M 2

=0

M2B

= k (2m2 + mB + m

)+

)+

2B

2B

= 1 (2m2 + 0 + 0) 0
= 2 m2
M21

= k (2m2 + m1 + m

21

21

= 0.729 (2m2 + m1 + 0) + 20.679


= 1.458 m2 + 0.729 m1 + 20.679
M23

= k (2m2 + m3 + m

)+

23

23

= 0.729 (2m2 + 0 + 0) 20.679


= 1.458 m2 20.679
M27

= k (2m2 + m7 + m

27

)+

72

)+

76

)+

27

= 1 (2m2 + m7 + 0) 0
= 2 m2 + m7
M 2

= M21 + M2B + M23 + M27

= 6.916 m2 + 0.729 m1 + m7

M 7

=0

M72

= k (2m7 + m2 + m

72

= 1 (2m7 + m2 + 0) 0
= 2 m7 + m2
M76

= k (2m7 + m6 + m

76

= 0.729 (2m7 + m6 + 0) + 20.679


= 1.458 m7 + 0.729 m6 + 20.679
M78

= k (2m7 + m8 + m

)+

78

78

= 0.729 (2m7 + 0 + 0) 20.679


= 1.458 m7 20.679
M712

= k (2m7 + m12 + m

)+

712

712

= 1 (2m7 + m12 + 0) 0
= 2 m7 + m12

26

M 7

= M76 + M72 + M78 + M712

= 6.916 m7 + m2 + 0.729 m6 + m12

M12 = 0
M127

= k (2m12 + m7 + m

)+

127

127

= 1 (2m12 + m7 + 0) 0
= 2 m12 + m7

M1211 = k (2m12 + m11 + m

)+

1211

1211

= 0.729 (2m12 + m11 + 0) + 15.937


= 1.458 m12 + 0.729 m11 + 15.937

M1213 = k (2m12 + m13 + m

)+

1213

1213

= 0.729 (2m12 + 0 + 0) 15.937


= 1.458 m12 15.937
M12 = M127 + M1211 + M1213
0

= 4.916 m12 + m7 + 0.729 m11

Selesaikan persamaan tersebut dengan menggunakan eliminasi GaussJordan, sehingga diperoleh nilai-nilai momen parsial sebagai berikut :

3.3.5.

m1 = 3.385 tonm

m6 = 2.449 tonm

m11 = 4.021 tonm

m 2 = -0.339 tonm

m7 = -0.127 tonm

m12 = -0.570 tonm

Momen Akhir
M1A

= 2 m1

= 6.771 ton m

M12

= 1.458 m1 + 0.729 m2 20.679

= -15.990 ton m

M16

= 2 m1 + m6

= 9.219 ton m

M61

= 2 m6 + m1

= 8.283 ton m

M67

= 1.458 m6 + 0.729 m7 20.679

= -17.201 ton m

M611

= 2 m6 + m11

= 8.918 ton m

M116

= 2 m11 + 1 m6

= 10.490 ton m

M1112

= 0,673 m11 + 0,337 m12 15.937

= -10.490 ton m

27

M2B

= 2 m2

= -0.677 ton m

M21

= 1.458 m2 + 0.729 m1 + 20.679

= 22.653 ton m

M23

= 1.458 m2 + 0.729 m3 20.679

= -21.173 ton m

M27

= 2 m2 + m7

= -0.804 ton m

M72

= 2 m7 + m2

= -0.592 ton m

M76

= 2 m7 + m6 + 20.679

= 22.276 ton m

M78

= 2 m7 + m8 20.679

= -20.864 ton m

M712

= 2 m7 + m12

= -0.824 ton m

M127

= 2 m12 + m7

= -1.268 ton m

M1211 = 1.458 m12 + 0.729 m11 15.937

= 18.036 ton m

M1213 = 1.458 m12 + 0.729 m13 15.937

= -16.769 ton m

MA1

= 1 (0 + m1 + 0) + 0

= 3.385 ton m

MB2

= 1 (0 + m2 + 0) + 0

= -0.339 ton m

M32

= 0.729 (0 + m2 + 0) + 20.679= 20.432 ton m

M87

= 0.729 (0 + m7 + 0) + 20.679= 20.587 ton m

M1312 = 0,337 (0 + m12 + 0) + 15.937

= 15.521 ton m

Diagram Gaya Dalam Portal Memanjang Beban Mati ditunjukkan pada


Gambar berikut :

28

Gambar 3.9 Diagram Lintang Portal Memanjang

Gambar 3.10 Diagram Momen Portal Memanjang

Gambar 3.11 Diagram Normal Portal Memanjang

29

Diagram Gaya Dalam Portal Memanjang Beban Hidup ditunjukkan pada


Gambar berikut :

Gambar 3.12 Diagram Lintang Portal Memanjang

Gambar 3.13 Diagram Momen Portal Memanjang

Gambar 3.14 Diagram Normal Portal Memanjang

30

Diagram Gaya Dalam Portal Memanjang Beban Gempa ditunjukkan pada


Gambar berikut :

Gambar 3.15 Diagram Lintang Portal Memanjang

Gambar 3.16 Diagram Momen Portal Memanjang

Gambar 3.17 Diagram Normal Portal Memanjang

31

Diagram Gaya Dalam Portal Melintang Beban Mati ditunjukkan pada


Gambar berikut :

Gambar 3.18 Diagram Lintang Portal Melintang

Gambar 3.19 Diagram Momen Portal Melintang

32

Gambar 3.20 Diagram Normal Portal Melintang


Diagram Gaya Dalam Portal Melintang Beban Hidup ditunjukkan pada
Gambar berikut :

Gambar 3.21 Diagram Lintang Portal Melintang

33

Gambar 3.22 Diagram Momen Portal Melintang

Gambar 3.23 Diagram Normal Portal Melintang

34

Diagram Gaya Dalam Portal Melintang Beban Gempa ditunjukkan pada


Gambar berikut :

Gambar 3.24 Diagram Lintang Portal Melintang

Gambar 3.25 Diagram Momen Portal Melintang

35

Gambar 3.26 Diagram Normal Portal Melintang

BAB IV
PERENCANAAN ELEMEN LENTUR DAN AKSIAL
4.1 Denah Kolom

36

Perencanaan elemen lentur dan aksial berdasarkan dari denah kolom yang
sudah direncanakan , seperti pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Denah Kolom


4.2 Gaya Dalam
Nilai gaya aksial terbesar diperoleh dari analisa pembebanan portal
memanjang seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Pembebanan Portal Memanjang

37

Gambar 4.3 Bidang M, D, N pada Kolom yang di Tinjau Akibat Beban Mati

Gambar 4.4 Bidang M, D, N pada Kolom yang di Tinjau Akibat Beban Hidup

Gambar 4.5 Bidang M, D, N pada Kolom yang di Tinjau Akibat Beban Gempa

Gambar 4.6 Bidang M, D, N pada Kolom yang di Tinjau Akibat Kombinasi


Beban 1.2D + 1.6L + 1E
4.3 Disain Tulangan Lentur Kolom
4.3.1

Portal Bergoyang dan Tidak bergoyang


Elemen
dikelompokkan

tekan

sebagai

(kolom)

pada

struktur

portal tidak bergoyang

atau

harus
portal

bergoyang. Berdasarkan SNI 03-2847-2002, suatu portal dapat


dianggap tak bergoyang bila perbesaran momen-momen di ujung
akibat pengaruh orde dua tidak melebihi 5% dari momen-momen
ujung orde satu. Suatu tingkat pada struktur boleh dianggap tidak
bergoyang bila nilai :
Q=

Pu o
V us x l c

< 5%

dimana : Pu adalah total beban vertikal tiap lantai


Vus adalah beban gempa nominal tiap lantai

38

o adalah simpangan relatif antar tingkat


lc adalah panjang komponen struktur tekan
Hasil analisis apakah portal memanjang termasuk portal bergoyang
atau tidak ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Cek Portal Memanjang Bergoyang atau Tidak

Hasil analisis menunjukkan bahwa portal memanjang termasuk


portal tidak bergoyang.
4.3.2

Kelangsingan Kolom
Berdasarkan

SNI

03-2847-2002

Pasal

12.12.2,

perhitungan

kelangsingan portal bergoyang (untuk komponen tekan yang tidak


ditahan terhadap goyangan samping), bolehdiabaikanapabila:
k lu
M1
3412
r
M2

( )

dimana : r (radius girasi) =

I
A atau 0,3h untuk kolom persegi.

lu adalah panjang bersih kolom


k (faktor panjang efektif)
M1 adalah momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada
komponen tekan; bernilai positif bila komponen
struktur melentur dengan kelengkungan tunggal,
negative bila komponen struktur melentur dengan
kelengkungan ganda.
M2 adalah momen ujung terfaktor yang lebih besar pada
komponen struktur tekan; selalu bernilai positif
Faktor panjang efektif (k) komponenstrukturtekanataukolom sangat
dipengaruhi
olehrasiodarikomponenstrukturtekanterhadapkomponenstrukturlentu

39

rpadasalahsatuujungkomponenstrukturtekan
dihitungdalambidangrangka

yang

ditinjau

yang
()

seperti

yang

tercantumpada SNI 03-2847-2002 Pasal 12.11.6sebagaiberikut:

Ec

Ik
lu

Ec

Ib
lu

( )
( )

1. Sisi atas kolom yang ditinjau:


a. Kolom yang didesign
b=500 mm; h=500 mm ; l u=4750 mm
Ec =4700 f 'c =4700 30=25742,9602 MPa
I g=

1
1
b h3 = 500 5003=5.208 10 9 mm 4
12
12

I c =0,70 I g=0,70 5.208 10 9=3.646 109 mm 4


b. Kolom atas
b=500 mm; h=500 mm ; l u=4750 mm
Ec =4700 f 'c =4700 30=25742,9602 MPa

I g=

1
1
b h3 = 500 5003=5.208 10 9 mm 4
12
12

I c =0,70 I g=0,70 5.208 10 9=3.646 109 mm 4


c. Balok atas kanan
b=400 mm ; h=600 mm ;l u =9000 mm
Ec =4700 f 'c =4700 30=25742,9602 MPa
I g=

1
1
3
3
9
4
b h = 400 600 =7.2 10 mm
12
12

I b=0,35 I g=0,35 7.210 9=2.52 109 mm4

40

d. Balok atas kiri


b=400 mm ; h=600 mm ;l u =9000 mm
Ec =4700 f 'c =4700 30=25742,9602 MPa

I g=

1
1
3
3
9
4
b h = 400 600 =7.2 10 mm
12
12

I b=0,35 I g=0,35 7.210 9=2.52 109 mm4

Nilai

atas =

untuk kolom bagian atas adalah


25742,9602 x 3.646 109
25742,9602 x 3.646 10 9
+
4750
4750

)(
)
2.52 10
25742,9602 2.52 10
+(
( 25742,9602
)
)
9000
9000
9

= 2.741
2. Sisi bawah kolom yang ditinjau:
a. Kolom yang didesign
b=500 mm; h=500 mm ; l u=4750 mm
Ec =4700 f 'c =4700 30=25742,9602 MPa

I g=

1
1
b h3 = 500 5003=5.208 10 9 mm 4
12
12

I c =0,70 I g=0,70 5.208 10 9=3.646 109 mm 4


b. Kolom bawah
b=500 mm; h=500 mm ; l u=4750 mm
Ec =4700 f 'c =4700 30=25742,9602 MPa
I g=

1
1
b h3 = 500 5003=5.208 10 9 mm 4
12
12

41

I c =0,70 I g=0,70 5.208 10 =3.646 10 mm

c. Balok bawah kanan


b=400 mm ; h=600 mm ;l u =9000 mm
Ec =4700 f 'c =4700 30=25742,9602 MPa

I g=

1
1
b h3 = 400 600 3=7.2 109 mm4
12
12
9

I b=0,35 I g=0,35 7.210 =2.52 10 mm

d. Balok bawah kiri


b=400 mm ; h=600 mm ;l u =9000 mm
Ec =4700 f 'c =4700 30=25742,9602 MPa
I g=

1
1
3
3
9
4
b h = 400 600 =7.2 10 mm
12
12

I b=0,35 I g=0,35 7.210 9=2.52 109 mm4

Nilai

bawah=

untuk kolom bagian bawah adalah

25742,9602 x 3.646 109


25742,9602 x 3.646 109
+
4750
4750

)(
)
10
( 25742,960290002.52 10 )+( 25742,96022.52
)
9000
9

= 2.741
Nilai k diperoleh dengan menggunakan monogram untuk portal tidak
bergoyang seperti yang ditunjukkan Gambar 4.7 dengan memplotkan nilai
atas

= 2.741 dan

bawah

= 2.741. Buat garis antara

atas

dan

bawah sehinnga memotoing garis k. Nilai k adalah nilai yang terpotong


oleh garis yang menghubungkan atas dan bawah .

42

Gambar 4.7 Monogram Faktor Panjang Efektif


Monograf di atas memberikan nilai k = 0,88
k lu
M1
<3412
r
M2

( )

M1
0.88 4050
<3412
210
M2

( )

16.971 < 34 -12

( 9.459
9.721 )

16.971 <22.323
Hasil perhitungan menunjukan bahwa kolom pada bangunan
bertingkat tinggi ini termasuk kolom tidak langsing, sehingga tidak
perlu memperhitungkan perbesaran momen.
4.3.3

Diagram Interaksi Kolom


Kunci dalam perhitungan diagram ini suatu tulangan sudah mencapai
kondisi leleh atau belum. Kondisi leleh suatu tulangan ditentukan

43

oleh regangannya. Perhitungan regangan menggunakan sifat


perbandingan segitiga.
0,003
c

1 =

cs 1
c

1
cs 1

x 0,003

kalikan kedua ruas dengan Ebaja = 200000MPa


fs1 = 600

cs 1
= 600
c

c62,5
c

lakukan hal yang sama untuk 2, 3, dan 4


fs2 = 600

cs 2
= 600
c

c187.5
c

fs3 = 600

cs 3
= 600
c

c312.5
c

fs4 = 600

cs 4
= 600
c

c437.5
c

nilai f maksimal adalah saat mencapai kondisi leleh yaitu fy =


360MPa
Besarnya nilai c diperoleh dari Persamaan
P = 0
Cc + Cs1 + Cs2 Ts3 Ts4 = 0
dimana Cc = 0,85 x fc x a x b
Cs1 = As1 x fs1
Cs2 = As2 x fs2
Ts1 = As4 x fs4
Ts2 = As5 x fs5
Nilai momen didapat dari besarnya gaya dikali jarak / lengan. Pada
perhitungan tugas ini nilai momen diukur dari pusat plastis kolom
(0,5 h).

44

h
Mn = Cc x ( 2
x (s3

a
h
h
)+
Cs
x
(

s
)
+
Cs
x
(
1
1
2
2
2
2 s2) + Ts1

h
2 ) + Ts2 x (s4

h
2 )

a. Kondisi Balance, regangan beton maksimum mencapai 0,003 dan tulangan


tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh.

Cb =

600 d
600 x 437.5
=
600+ fy
600+360

= 273.44 mm

Pno = 0,65 x 3064.36 kN = 1991.834 kN


Mb = 0,65 x 678.37 kN = 440.941 kN m
b. Kondisi Pno, aksial maksimumtekan terjadi saat e = 0
Pno = Pconcrete + Psteel
Pno = 0,85 x fc x (Ag As) + fy x As
Pno = 0,85 x 30 MPa x (250000)mm2 + 360 MPa x 5890.486 mm2
Pno = 8495574.96 N = 8495.575 kN

Pno = 0,65 x 8495.575 kN = 5522.124 kN

45

c. Kondisilentur murni, terjadi saat Pu = 0 dan tulangan tarik sisi terluar pasti
mencapai tegangan leleh

Mb = 0,8 x 420.579 kN = 273.377 kN m


d. Kondisi aksial maksimum tarik, semua tulangan pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat e = 0
Pu = Psteel
Pu = fy x As
Pu = 360 MPa x 7853,9816 mm2
Pu = 2826353,376 N = 2826,353kN

Pu = 0,65 x 2826,353 kN = 1837,1296 kN


e. Kondisi runtuh zona tekan 1, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai
tegangan leleh, terjadi saat C > Cb

46

Pno = 0,65 x 3614.5 kN = 2349.425 kN


Mb = 0,65 x 647.397 kN = 420.808 kN m
f. Kondisi runtuh zona tekan 2, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai
tegangan leleh, terjadi saat C > Cb

Pno = 0,65 x 4542.06 kN = 2952.339 kN


Mb = 0,65 x 584.962 kN = 380.225 kN m
g. Kondisi runtuh zona tarik 1, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai
tegangan leleh, terjadi saat C < Cb

47

Pno = 0,65 x 1872.98 kN = 1217.437 kN


Mb = 0,65 x 645.719 kN = 419.717 kN m

h. Kondisi runtuh zona tarik 2, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai
tegangan leleh, terjadi saat C < Cb

48

Pno = 0.65 x 1105.30 kN = 718.445 kN


Mn = 0.65 x 267.798 kN = 193.569 kN m
i. Kondisi Pn = 0,1Pno, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat Pn = 0,1Pno.

Pno = 0,65 x 834.54 kN = 542.451 kN


Mb = 0,65 x 544.251 kN = 353.736 kN m
j. Kondisi tekan asimtosis, perilaku balok tidak bisa diprediksi.
0,8 ( Pno) = 0,8 x 2199,5805 kN = 1759,6644 kN

49

Sehingga diperoleh diagram interaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.8

50

Diagram Interaksi Kolom


6000

5424

5000
4000
3000
P (kN)

2952
2349
1992

2000

0
-1000

1217

542

1000
0

50
-1378

100

-718
150 200

0
250 300

350

400

450

500

-2000
M (kNm)

Gambar 4.8 Gambar Diagram Interaksi Kolom


Gaya Pu dan Mu maksimal pada portal memanjang saat terjadi gempa
dari hasil analitis yang ditunjukan pada gambar 4.2 adalah 1369.2 KN dan
97.2 KNm .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pu dan Mu yang terjadi masih berada
dalam grafik interaksi P-M kolom yang artinya kolom Kuat.
4

Tinjauan Lentur Biaksial


Perhitungan lentur biaksial menggunakan metode Beban Berlawanan dari
Bresler. Menurut Wang dan Salmon (1987) , Besler menyatakan bahwa Pi
yang dihitung menggunakan persamaan metode beban berlawanan adalah
sangat cocok dengan hasil-hasil percobaan , seperti penyebaran (deviasi)
9,4%, dan dengan rata rata 3,3%.Tabel 4.3. menunjukan gaya-gaya dalam
dan kombinasi pembebanan yang bekerja pada kolom yang ditinjau untuk
dilakukan peninjauan lentur biaksial.

Gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan yang terjadi

51

pada Kolom (K1-40 x 40)

Gaya
Dalam

Mati
(DL)

P(kN)

743,9

Vmax(
kN)

1,96

Beban
Gem
Hidu
pa
p
arah
(LL)
X(Ex)
296,
1,84
66
34,8
2,01
1

Kombinasi
Gem
pa
arah
Y(Ey)
24,8
9
23,4
3

1,2 DL +
1,6 LL

1,2 D + 1,0 LL
+1,0 Ex

1,2 D + 1,0 LL
+1,0 Ey

1366,28

1190,52

1213,57

5,568

39,172

27,792

M2b
Mx
(kNm)
My
(kNm)

7,94

5,61

51,55

20,8
3

86,6
6
61,3
6

78,7
49,9
1

18,50
4
95,18
8

M2
s
0
0

M2b
140,1
12
144,0
5

M2s

M2b

M2s

132,6

132,1
52

132,1
52

132,6

140,1
12
144,0
5

Perhitungan Lentur Biaksial


Pu = 1366,28 kN
Muy = 144,05 kNm dan Mux = 140,112 kNm
Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (400) = 27 mm
Eksentrisitas arah X adalah :

ex =

Muy
Pu

144,05(1000)
1366,28

= 29,27 mm > emin maka

digunakan ex
Eksentrisitas arah Y adalah :

ey =

Mux
Pu

140,112 (1000)
1366,28

= 8,900 mm < emin maka

digunakan emin

52

Diagram Biaxial
6773
7000
6000
5000
3825

4000
P(kN)

3105
2685

3000

1687

2000

1256

1000
0
25
0

50

75
125 175 225 275 325 375 425 475 525
100 150 200 250 300 350 400 450 500
e (mm)

Gambar 4.9. Diagram Interaksi P-e Kolom (K1-500x500) dengan tulangan 12 D


25
1
Pni

= Pnx + Pny

1
Pni

= 3989 + 4004 - 7360,3

- Po

Pni = 2741,496 kN
pni = 0,65*(2741,496) = 1781,972 kN > 1366,28 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari
gaya yang bekerja pada penampang yaitu Pu.

4.4 Desain Shear Reinforcement

53

M pr + M pr
ln
1

Vsway =

899.668+ 501.569
9

= 155.693 kN

Vsway> Vanalitis
155.693 kN > 92.135 kN
Vc =

1
f ' c
6

xbxd=

1
30 x 400 x 539 = 196.815 kN
6

Check
Vu
1
>

Vc

192.135
1
>
0,75
2 x 196.815
256.180 kN > 98.408 kN
Check
Vu
> Vc +

1
3 xbxd

256.180 > 98.408 +

1
3 x (400 x 539)/1000

256.180 > 170.275 kN


Vsperlu =

Vu

Vc

Vsperlu = 256.180 196.815 kN = 59.365 kN


Coba gunakan D10 200 (Av = 157,08 mm2)
Vs =

Av x fy x d
=
s

157,08 x 360 x 539


200

= 152.399 kN

Vs > Vsperlu
4.5 Desain Confinement Reinforcement
Total cross section hoops berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.1
tidak kurang dari salah satu yang tebesar antara

54

'
Ag
s x hc x f c
Ash = 0,3 (
)
(
A
fyh
ch

1)

0,09 x s x hc x f ' c
Ash = (
)
fyh
Coba gunakan 4 tulangan D14 (Av = 615.7522 mm2)
hc = b 2(40 + db) = 500 2(40 + x 14) = 406 mm
Ach = (bw 2(40)) x (bw 2(40)) = (500 80)2 = 176400 mm2
A sh
s

Ag
hc x f ' c
= 0,3 (
)
(
A
fyh
ch

1) = 4.235
A sh
s

1) = 0,3 (

406 x 30
250000
)
(
360
176400

mm2
mm

0,09 x 406 x 30
0,09 x hc x f ' c
=(
)
=
(
) = 3.045
360
fyh

mm
mm

mm2
Ambil nilai terbesar 4.235 mm
Spasi maksimum adalah yang terkecil di antara :
a. cross section dimensi kolom = 500/4 = 125 mm
b. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 25 = 150 mm
c. sx< 100 +

350h x
3

, dimana hx = 2/3 hc

2
350 x 406
3
sx< 100 +
3

= 126.444 mm

Digunakan spasi 125 mm


Ahoops = 4.235 x 125 = 529.375 mm2, maka digunakan
Av>Ahoops
4.5.1

Untuk Bentang di luar lo


Vc regular =

1
f ' c
6

xbxd=

1
30 x 400 x 340,5 = 98.408 kN
6

55

SNI persamaan (47) memberikan harga Vc


Nu
14 Ag ) x

Vc = (1 +

1
f ' c
6

1269.729
14 x 250000 ) x

= (1 +

xbxd

1
30 x 400 x 539
6

= 197.815 kN
Vsperlu =

Vu

Vc

Vsperlu = 256.180 197.815 kN = 58.365 kN


Coba gunakan D10 200 (Av = 157,08 mm2)
Vs =

Av x fy x d
=
s

157,08 x 360 x 539


200

= 152.399 kN

Vs > Vsperlu

4.6 Gambar Penulangan


Gambar Penulangan dan Potongan Kolom ditunjukkan pada Gambar
4.9 dan Gambar 4.10

56

Gambar 4.10. Penulangan Kolom

Gambar 4.11. Potongan Kolom


BAB V
PERENCANAAN ELEMEN LENTUR
5.1 Denah Balok
57

Perencanaan elemen lentur berdasarkan dari denah balok yang sudah


direncanakan. Balok yang didisain ditunjukkan pada Gambar 5.1

Gambar 5.1 Denah Balok Lantai 1, 2, dan 3


5.2 Analisa Pembebanan dan Sketsa Pembebanan
Analisa pembebanan pada portal akan menghasilkan gaya-gaya dalam
terutama momen dalam perencanaan elemen lentur yang sudah dilakukan
pada BAB III. Nilai momen terbesar itu diperoleh dari analisa pembebanan
portal memanjang seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Sketsa Pembebanan Akibat Beban Mati

58

Gambar 5.3 Sketsa Pembebanan Akibat Beban Hidup


5.3 Diagram Gaya Dalam
Perencanaan elemen lentur harus mampu menahan gaya-gaya dalam yang
terjadi pada elemen lentur. Perencanaan elemen lentur ini mengacu pada
gaya dalam terbesar untuk portal memanjang maupun portal melintang.
Envelope Portal Memanjang Lantai
Nilai momen terbesar diperoleh dari Gambar diagram gaya dalam seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5.

Gambar 5.4 Diagram Momen Batang 1 2

59

Gambar 5.5 Diagram Momen Batang 1 2


Superposisi dari keduanya dengan kombinasi beban 1.2D + 1.6L + E
menghasilkan Gambar 5.6

Gambar 5.6 Diagram Momen Batang 1 2

60

Hasil analisa struktur pada Bab III memberikan nilai momen terbesar
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Momen Envelope Portal Memanjang untuk Balok Induk

5.4 Desain Tulangan Lentur Balok Induk


5.4.1

Definisi Balok
Desain tulangan balok sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.
a.

Gaya tekan aksial terfaktor < 0,1 Ag fc


Pu = 5.645 ton = 564500 N
Pu < 0,1 x (400 x 600) mm2 x 30 MPa
564500 N < 720000 N

OK

b. Bentang bersih (Ln) > 4d


Ln = L hkolom = 9000 500 = 8500 mm
d = h p D/2 = 600 40 10 25/2 = 537.5 mm
Ln > 4 x 537.5
8300 mm > 2150 mm

OK

Syarat bentang bersih minimum elemen lentur terpenuhi.


c.

b
h

> 0.3

400
600

> 0.3

0.667 > 0.3

OK

Lebar balok 400 mm lebih besar dari lebar balok minimum 250
mm, syarat geometri balok terpenuhi.

61

5.4.2

Perhitungan Tulangan Lentur


Balok yang didijadikan acuan adalah balok pada portal memanjang
bagian tengah di lantai 1.
a. Kondisi
Momen
i.

: Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 2


: 50.366 ton m = 503.66 kN m

Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan
tulangan tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan

hkolom
20

500
20

= 25 mm,

trial awal gunakan D22


d = h p D/2 = 600 40 10 22/2 = 539 mm

= 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =

Mu
x fy x j x d

503.66 x 10 6 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 539

= 3817.133

mm2
Coba digunakan tulangan 12D22 (As = 4561.593 mm2)
Cek momen nominal :
a =

As x fy
0,85 x f ' c x b

4561.593 mm2 x 360 MPa


0,85 x 30 MPa x 400 mm

160.997 mm

Mn

= x As x fy x (d

a
2 )

= 0,8 x 4561.593 mm2 x 360 MPa x (539


160.997
)
2
= 602.351 kN m
62

Mn

> Mu, OK

Tulangan 12D22 kuat menahan momen yang terjadi.

ii.

Cek luasan tulangan minimum :


Asmin =

f ' c
4 x fy

30

xbxd=

x 400 x 539 = 820.062

4 x 360

mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =

1,4
fy

xbxd=

As > Asmin,
iii.

1,4
360

x 400 x 539 = 838.444 mm2

OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

Cek rasio tulangan

=
b =

As
bx d

4561.593
400 x 539

0,85 x x f ' c
fy

= 0,0212
600
600+ fy

0,85 x 0,85 x 30
360

600
960
= 0,0376

max = 0,75 b = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan


maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025

< max OK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi.


iv.

Reinforcement

63

Gunakan baja tulangan 12D22, dipasang 2 layer dengan jarak


bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan
pada Gambar 5.7

Gambar 5.7 Penulangan Balok Lantai Kondisi 1


b. Kondisi
Momen

: Goyangan ke kiri, momen positif di titik 2


Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang

sama
Mu > 50% x 512.65 kN m = 256.325 kN m
i.

Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan
tulangan tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan

hkolom
20

500
20

= 25 mm,

trial awal gunakan D22


d = h p D/2 = 600 40 10 22/2 = 539 mm

= 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =

Mu
x fy x j x d

256.325 x 10 6 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 539

= 1942.633

mm2
Coba gunakan tulangan 6D22 (As = 2280.796 mm2)
Cek momen nominal :

64

As x fy
0,85 x f ' c x b

a =

2280.796 mm 2 x 360 MPa


0,85 x 30 MPa x 400 mm

80.499 mm

Mn

a
2 )

= x As x fy x (d

= 0,8 x 2280.796 mm2 x 360 MPa x (539


80.499
)
2
= 327.614 kN m

Mn

> Mu, OK

Tulangan 6D22, kuat menahan momen yang terjadi.


ii.

Cek luasan tulangan minimum :


Asmin =

f ' c

30

xbxd=

4 x fy

4 x 360

x 400 x 539 = 820.062

mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =

1,4
fy

xbxd=

As > Asmin,
iii.

1,4
360

x 400 x 539 = 838.444 mm2

OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

Cek rasio tulangan


As
bx d

=
b

600
960

2280.796
400 x 539

0,85 x x f ' c
fy

= 0,0106
600
600+ fy

0,85 x 0,85 x 30
360

= 0,0376

max = 0,75 b = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan


maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025

65

< max OK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi.


iv.

Reinforcement
Gunakan

baja

tulangan

6D22.

Gambar

penulangan

ditunjukkan pada Gambar 5.8

Gambar 5.8 Penulangan Balok Lantai Kondisi 2


c. Kondisi
Momen

: Goyangan ke kanan, momen negatif di titik 1


: 39.956 ton m = 399.56 kN m

i. Kebutuhan Tulangan Lentur


Diasumsikan ada 2 layer tulangan, sebagai pendekatan
tulangan tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan

hkolom
20

500
20

= 25 mm,

trial awal gunakan D22

d = h p D/2 = 600 40 10 22/2 = 539 mm

= 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =

Mu
x fy x j x d

399.56 x 10 6 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 539

= 3028.181

mm2
Coba digunakan tulangan 12D22 (As = 4561.593 mm2)

66

Cek momen nominal :


As x fy
0,85 x f ' c x b

a =

4561.593 mm2 x 360 MPa


0,85 x 30 MPa x 400 mm

160.997 mm

Mn

a
2 )

= x As x fy x (d

= 0,8 x 4561.593 mm2 x 360 MPa x (539


160.997
)
2
= 602.351 kN m

Mn

> Mu, OK

Tulangan 12D22 kuat menahan momen yang terjadi.


ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =

f ' c
4 x fy

30

xbxd=

x 400 x 539 = 820.062

4 x 360

mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =

1,4
fy

xbxd=

As > Asmin,

1,4
360

x 400 x 539 = 838.444 mm2

OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

iii. Cek rasio tulangan

=
b =

As
bx d

4561.593
400 x 539

0,85 x x f ' c
fy

= 0.0212
600
600+ fy

0,85 x 0,85 x 30
360

600
960
= 0,0376

67

max = 0,75 b = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan


maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025

< max OK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi.


iv. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 12D22, dipasang 2 layer dengan jarak
bersih antar layer 25 mm. Gambar penulangan ditunjukkan
pada Gambar 5.9

Gambar 5.9 Penulangan Balok Lantai Kondisi 3


d. Kondisi
Momen

: Goyangan ke kiri, momen Positif di titik 1


Mu > 50% kapasitas momen di muka kolom yang

sama
Mu > 50% x 387.54 kN m = 193.77 kN m
i. Kebutuhan Tulangan Lentur
Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan
tulangan tekan diabaikan jika ada.
Diameter maksimal tulangan

hkolom
20

500
20

= 25 mm,

trial awal gunakan D25


d = h p D/2 = 600 40 10 22/2 = 539 mm

= 0,8
Asumsi : j = 0,85

68

Mu
x fy x j x d

As =

193.77 x 10 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 539

= 1468.542

mm2
Coba gunakan tulangan 6D22 (As = 2280.796 mm2)
Cek momen nominal :
As x fy
0,85 x f ' c x b

a =

2280.796 mm 2 x 360 MPa


0,85 x 30 MPa x 400 mm

80.499 mm

Mn

a
2 )

= x As x fy x (d

= 0,8 x 2280.796 mm2 x 360 MPa x (539


80.499
)
2
= 327.614 kN m

Mn

> Mu, OK

Tulangan 6D22, kuat menahan momen yang terjadi.


ii. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =

f ' c
4 x fy

30
4 x 360

xbxd=

x 400 x 539 = 820.062

mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari
Asmin =

1,4
fy

xbxd=

As > Asmin,

1,4
360

x 400 x 539 = 838.444 mm2

OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

iii. Cek rasio tulangan

As
bx d

2280.796
400 x 539

= 0.0106

69

'

600
960

0,85 x x f c
x
fy

600
600+ fy

0,85 x 0,85 x 30
x
360

= 0,0376

max = 0,75 b = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan


maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025

< max OK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi

iv. Reinforcement
Gunakan

baja

tulangan

4D22.

Gambar

penulangan

ditunjukkan pada Gambar 5.10

Gambar 5.10 Penulangan Balok Lantai Kondisi 4


e. Kondisi

: Goyangan ke kanan dan kiri, momen positif

midspan
Momen

: 24.102 ton m = 241.02 kN m

i. Kebutuhan Tulangan Lentur

70

Diasumsikan ada 1 layer tulangan, sebagai pendekatan


tulangan tekan diabaikan jika ada.
hkolom
20

Diameter maksimal tulangan

500
20

= 25 mm,

trial awal gunakan D22


d = h p D/2 = 600 40 10 22/2 = 539 mm

= 0,8
Asumsi : j = 0,85
As =

Mu
x fy x j x d

241.02 x 106 N mm
0,8 x 360 x 0,85 x 539

= 1826.639

mm2
Coba gunakan tulangan 6D22 (As = 2280.796 mm2)
Cek momen nominal :
a =

As x fy
0,85 x f ' c x b

2280.796 mm 2 x 360 MPa


0,85 x 30 MPa x 400 mm

80.499 mm

Mn

= x As x fy x (d

a
2 )

= 0,8 x 2280.796 mm2 x 360 MPa x (539


80.499
)
2
= 327.614 kN m

Mn

> Mu, OK

Tulangan 6D22, kuat menahan momen yang terjadi.


i. Cek luasan tulangan minimum :
Asmin =

f ' c
4 x fy

xbxd=

30
4 x 360

x 400 x 539 = 820.062

mm2,
tetapi tidak boleh kurang dari

71

1,4
fy

Asmin =

xbxd=

As > Asmin,

1,4
360

x 400 x 539 = 838.444 mm2

OK. Syarat tulangan minimum terpenuhi.

ii. Cek rasio tulangan

As
bx d

2280.796
400 x 539
'

600
960

0,85 x x f c
x
fy

= 0.0106
600
600+ fy

0,85 x 0,85 x 30
x
360

= 0,0376

max = 0,75 b = 0,75 x 0,0376 = 0,0282, batas tulangan


maksimum berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.2
adalah 0,025

< max OK. Syarat tulangan maksimum terpenuhi.

iii. Reinforcement
Gunakan

baja

tulangan

6D22.

Gambar

penulangan

ditunjukkan pada Gambar 5.11

72

Gambar 5.11 Penulangan Balok Lantai Kondisi 5


Kapasitas momen balok lantai harus dikontrol. Momen yang terjadi pada
seluruh bentang harus lebih besar dari momen maksimumnya.
Kapasitas momen positif terbesar pada bentang

= 327.614 kN m

Kapasitas momen negatif terbesar pada bentang

= 602.351 kN m

Kapasitas momen positif di tengah bentang

= 327.614 kN m

momen maksimum

= 150.588 kN m

Kapasitas momen di tengah bentang > momen maksimum

OK

Gambar 5.12 menunjukkan potongan balok secara berurutan dari kiri ke


kanan di titik 1, midpsan, dan titik 2.

Gambar 5.12 Potongan Balok Lantai


5.5 Desain Tulangan Geser
Geser seismic pada balok dihitung dengan mengasumsikan sendi palstis
terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur mencapai
hingga 1,25 fy dan = 1. (SNI 03-2847-2002, Pasal 23.3.4.2).

73

i. Titik 2 (goyangan ke kanan)


apr_1 =

1,25 As fy
0,85 x f ' c x b

Mpr_1 = 1,25 x As x fy x (d

1,25 x 4561.593 x 360


0,85 x 30 x 400

= 201.247 mm2

a
2 )

= 1,25 x 4561.593 x 360 x (539

201.437
)
2

= 899.668 kN m
ii. Titik 1 (goyangan ke kanan)
1,25 As fy
apr_2 = 0,85 x f ' c x b

Mpr_2 = 1,25 x As x fy x (d

1,25 x 4561.593 x 360


0,85 x 30 x 400

= 201.247 mm2

a
2 )

= 1,25 x 4561.593 x 360 x (539

201.437
)
2

= 899.668 kN m
iii. Titik 1 (goyangan ke kiri)
apr_1 =

1,25 As fy
0,85 x f ' c x b

Mpr_1 = 1,25 x As x fy x (d

1,25 x 2280.796 x 360


0,85 x 30 x 400

= 100.623 mm2

a
2 )

= 1,25 x 2280.796 x 360 x (539

100.623
)
2

= 501.569 kN m
iv. Titik 2 (goyangan ke kiri)
apr_2 =

1,25 As fy
'
0,85 x f c x b

Mpr_2 = 1,25 x As x fy x (d

1,25 x 2280.796 x 360


0,85 x 30 x 400

= 100.623 mm2

a
2 )

74

= 1,25 x 2280.796 x 360 x (539

100.623
) = 501.569 kN
2

m
5.6.2

Diagram Gaya Geser


Reaksi geser di ujung-ujung balok akibat pembebanan struktur
secara gravitasi berdasarkan SNI Gempa 1726-2002.
Wu lantai = 3.396 ton/m
P lantai = 7.968 ton
Vg lantai =
3.396 x 9
2

Wu lantai x L
2

P lantai
2

P lantai
=
2

+
7.968 x 6
9

Vsway_lantai =

M pr + M pr
ln
1

7.968 x 3
9

= 23.25 ton = 232.5 kN

899.668+ 501.569
9

= 155.693 kN

Total reaksi geser di ujung kiri balok = 232.5 155.693 = 76.807


kN
Total reaksi geser di ujung kanan balok = 232.5+155.693=388.193
kN
Gambar 5.13 menunjukkan diagram gaya geser untuk balok lantai.

75

Gambar 5.13 Diagram Gaya Geser Balok Lantai


5.6.1

Perencanaan Tulangan Geser Balok Lantai


Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.4.2 Vc harus diambil =
0 jika

a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok lebih


dari kuat geser perlu maksimum Vs, dan
Vsway > Vc
155.693 kN > x 265.005 kN
155.693 kN > 132.503 kN

IYA

b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan seismic


kurang dari 0,05 x Ag x fc.
Gaya tekan aksial terfaktor < 0,05 Ag fc
Pu maksimal = 7.968 ton = 79680 N
Pu < 0,05 x (400 x 600) mm2 x 30 MPa
79680 N < 360000 N

IYA

Vs = Vn Vc
Vsperlu =

Vu

Vc =

265.005
0,75

0 = 353.34 kN

76

Coba gunakan D14 125 (Av = 307.876 mm2)


Vs =

Av x fy x d
s

Vs > Vsperlu

307.876 x 360 x 539


125

= 477.922 kN

OK

Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3.3.4, maksimum spasi


untuk tulangan geser adalah d/2 yaitu 637.5/2 = 318.75 mm. maka
digunakan spasi 250 mm untuk bagian lapangan (D14 250).

Gambar Penulangan dan Potongan Balok Lantai ditunjukkan pada


Gambar 5.14 dan Gambar 5.15

Gambar 5.14 Penulangan Balok Lantai

77

Gambar 5.15 Potongan Balok Lantai

BAB VI
HUBUNGAN BALOK KOLOM (HBK)
6.1. Kuat Geser pada Hubungan Balok Kolom
Ketentuan kuat geser didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.3.1.
Kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar
daripada 1,7

f ' c

Ajoint, untuk hubungan balok-kolom yang terkekang

pada keempat sisinya. Suatu balok dianggap memberikan kekangan bila


bidang muka hubungan balok-kolom tersebut tertutupi oleh balok tersebut.
Gambar luas efektif hubungan balok kolom ditunjukkan pada Gambar 6.1.

78

Gambar 6.1 Luas Efektif Hubungan Balok-Kolom (Ajoint)


Ajoint = befektif x hkolom = (400 + (2 x 50)) mm x 500 mm = 250000 mm2
a. Check apakah balok mengekang kolom
bbalok > bkolom
400 mm > x 500 mm
400 mm > 375 mm

(mengekang kolom)

Kuat geser balok Vc = 1,7

f ' c

Ajoint = 1,7

30

250000 =

2327.821 kN
Kuat geser nominal = Vc = 0,8 x 2327.821 kN = 1862.257 kN
b. Penulangan Transversal Kolom
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5.2.1 harus ada tulangan hoops
(confinement)

dalam

joint.

Jumlah

tulangan

confinement

yang

dibutuhkan setidaknya setengah tulangan confinement yang dibutuhkan


di ujung-ujung kolom dengan ketentuan spasi vertikal hoops maksimal
150 mm.
0,5 Ash/s = 0.5 x 4.235 mm2/mm = 2.118 mm2/mm
Coba gunakan 4D14 125 (As = 615.752 mm2)

79

Luas tulangan hoops yang dibutuhkan = 125 mm x 2.118 = 264.750 mm


As > Asperlu
615.752 mm > 264.750 mm

(OK)

c. Check apakah Vn > Vu


Penyederhanaan dilakukan dengan mengabaikan tulangan pada plat
lantai dan tulangan tekan untuk memudahkan perhitungan. Gambar kuat
geser pada hubungan balok-kolom ditunjukkan pada gambar 6.2.
Penulangan pada balok di ujung 1 lapangan ujung 2 ditunjukkan
pada Gambar 6.3

Gambar 6.2 Kuat Geser pada Hubungan Balok-Kolom

80

Gambar 6.3 Penulangan pada balok di ujung 1 midspan ujung 2


Balok yang memasuki joint memiliki probable moment 899.668 kNm
dan 501.569 kNm.
Pada joint, kekakuan kolom atas dan kekakuan kolom bawah sama
sehingga DF = 0,5 untuk setiap kolom
Me = 0,5 x (899.668 + 501.569) = 700.619 kNm
Geser pada kolom
Vsway = (899.668 + 501.569) / (4 0.5) = 400.354 kN
Tulangan yang dipakai di layer atas adalah 6D22 (As = 2280.796 mm2)
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kiri adalah
T1 = 1,25 As x fy = 1.25 x 2280.796 mm2 x 360 MPa = 1026.358 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kiri adalah
C1 = T1 = 1026.358 kN
Tulangan yang dipakai di layer bawah adalah 6D22 (As = 2280.796
mm2)
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan adalah
T2 = 1,25 As x fy = 1.25 x 2280.796 mm2 x 360 MPa = 1026.358 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan adalah
C2 = T2 = 1026.358 kN
Vu = T1 + C2 Vsway = 1026.358 + 1026.358 155.693 = 1897.023 kN
Vu > Vn
1897.023 kN > 1862.257 kN

81

Vsperlu = Vu Vn = 1897.023 1862.257 = 34.766 kN


Cek terlebih dahulu apakah tulangan hoops 4D14 150 (As =
615.752mm2)
Vs > Vsperlu
Vs =

Av x fy x d
s

615.752 x 360 x 539


150

Vs > Vsperlu

= 796.536 kN
(OK)

Tulangan hoops mampu menahan gaya geser perlu sehingga tidak


diperlukan tulangan geser (shear) pada hubungan balok-kolom.
6.2. Panjang Penyaluran
Ketentuan panjang penyaluran didasarkan pada SNI 03-2847-2002 Pasal
23.5.3.4. Panjang penyaluran ldh untuk tulangan tarik dengan kait standard
90o dalam beton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil daripada 8db
atau 150 mm. Gambar panjang penyaluran ditunjukkan pada Gambar 6.4.

Gambar 6.4 Panjang Penyaluran

ldh =

fy x d b
5,4 f c
'

360 x 22
5,4 30

= 267.776 mm > 8db atau 150 mm

digunakan panjang penyaluran 250 mm

82

Anda mungkin juga menyukai