Pemanenan Kelapa Sawit
Pemanenan Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA
: Tracheophyta
Anak divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
: Monocotyledoneae
Bangsa ( Ordo )
: Spadiciflorae ( Arecales )
Suku ( Familia )
: Palmae ( Arecaceae )
: Cocoideae
Marga ( Genus )
: Elaeis
Jenis ( Spesies )
Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut
pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging
buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%.
Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
Dalam persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2.
Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan
daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa
menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina
yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam
persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara
Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.
3.
Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
ditanam di perkebunan-
perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara
0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah
terhadap buah tinggi, antara 60-96% (Satyawibawa, dkk, 1992).
2.2 Panen dan Pengolahan Hasil
2.2.1 Panen
Panen kelapa sawit terutama didasarkan pada saat kadar minyak mesokarp
mencapai maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum, yaitu pada saat
buah mencapai tingkat kematangan tertentu (ripe). Kriteria kematangan yang tepat
ini dapat dilihat dari warna kulit buah dan jumlah buah yang rontok pada tiap
tandan.
Penyelidikan
yang
dilakukan
terhadap
400
tandan
kelapa
sawit
menunjukkan adanya hubungan linier antara jumlah yang rontok pada tiap tandan
dan persentasi minyak yang terdapat pada mesokarp kelapa sawit yang
bersangkutan. Kenaikan jumlah yang rontok dari 5 sampai 74% buah
menunjukkan kenaikan kandungan minyak pada mesokarp sebesar 5% dan kadar
asam lemak bebas meningkat dari 0,5% menjadi 2,9% (Ketaren, 1986).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memanen kelapa sawit adalah
penentuan tingkat kematangan yang tepat, biaya panen, cara panen, frekuensi
panen dan sistem pengangkutan yang digunakan. Tingkatan fraksi kematangan
buah dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tingkatan Fraksi Kematangan Buah
NO.
1
Keterangan
Mentah
Fraksi
Jumlah Berondolan
Keterangan
00
Tidak ada
Sangat mentah
Mentah
memberondol
2
Matang
Kurang matang
memberondol
2
Matang I
memberondol
3
Matang II
memberondol
Lewat
matang
Lewat matang I
memberondol
5
Lewat matang II
Stasiun Timbangan
Langkah pertama adalah melakukan penimbangan hasil panen yang diterima
3.
Stasiun Rebusan
Perebusan merupakan awal proses pengolahan buah yang hasilnya sangat
4.
Stasiun Penebah
Setelah perebusan yang sempurna, buah sudah dalam keadaan mudah
dilepaskan dari tandannya. Daging buah sudah lunak dan lemah, dan zat-zat yang
mengganggu pada pengolahan selanjutnya sudah dimusnahkan atau dibuat
nonaktif. Inti juga sudah mulai lekang dari tempurungnya (cangkangnya). Tandan
buah telah siap untuk pekerjaan pemisahan.
Pemisahan yang dilakukan terdiri atas pemisahan buah dari Tandan Buah
Kosong (TBK) dengan penebahan, pemisahan minyak dari daging buah dengan
pengempaan, pemisahan biji dari ampas kempa dengan penghembusan serabut,
pemisahan minyak dari air dengan pengendapan, dan pemisahan inti dari biji
dengan pemecahan biji dan pemisahan cangkang. Penebahan adalah untuk
melepaskan buah dan kelopak (calyx) dari tandan yang sudah direbus. Penebah
adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang sedikit miring dengan kisi-kisi
yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran berondolan (Hariyanto, 2007).
Keranjang rebusan (lori) yang berisi tandan rebus diangkat dengan keran
pengangkat (hoisting crane) dan dituangkan isinya ke atas talang pengumpan
(auto feeder). Yang penting penebah (thresher) menerimanya dengan jumlah yang
konstan dan teratur sesuai dengan kapasitas olah. Auto feeder berfungsi mengatur
masuknya buah yang sudah direbus ke bantingan (thresher) secara kontinu dan
merata sehingga proses perontokan brondolan dapat berlangsung maksimal.
Kecepatan auto feeder diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kapasitas
pabrik.
Stasiun Kempa
Brondolan yang telah terlepas dari tandannya kemudian diangkut ke bagian
Stasiun Klarifikasi
Stasiun klarifikasi yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk
7. Stasiun Biji
Proses pemisahan biji-serabut dari ampas pengempaan bertujuan terutama
untuk memperoleh biji sebersih mungkin. Kemudian, dari biji tersebut harus
menghasilkan inti sawit secara rasional, yakni kerugian yang sekecil-kecilnya
dengan hasil inti sawit yang setinggi-tingginya.
Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut
untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji sawit dikeringkan dalam silo
minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 500 C, sehingga inti
sawit mengerut dan memudahkan inti sawit terpisah dari cangkangnya. Pemisahan
inti sawit dan cangkang didasarkan pada berat jenis keduanya. Alat yang
digunakan adalah hydrocyclone separator. Inti dan tempurung dipisahkan oleh
aliran alir yang berputar dalam sebuah tabung. Dalam keadaan tersebut inti sawit
akan mengapung dan cangkang tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian
inti sawit dan cangkang sampai bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat
mikroorganisme, maka inti sawit harus dikeringkan pada suhu 800C dah diolah
lebih lanjut menjadi minyak inti sawit (PKO) (Fauzi, dkk, 2002).
2.2.2 Hasil Olahan Tanaman Kelapa Sawit
Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan tanaman
kelapa sawit, yaitu:
1.
Minyak Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang
dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%. Secara
anatomi , bagian-bagian buah tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Inti Sawit
Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti
sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya, lemak yang
terkandung di dalamnya (disebut minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya atau
bungkilnya yang kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak.
Minyak inti sawit juga dapat mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah
terjadi pada inti pecah dan inti berjamur. Faktor yang menentukan pada
peningkatan kadar Asam Lemak Bebas minyak inti sawit adalah kadar asam
permulaan, proses pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit
kering dan kadar inti pecah. Inti sawit pecah yang basah akan menjadi tempat
biakan mikroorganisme (jamur) (Mangoensoekarjo, dkk, 2008).
Dalam keadaan normal kadar Asam Lemak Bebas permulaan minyak inti
sawit tidak lebih dari 0,5%, sedangkan pada akhir pengolahan tidak lebih dari 1%.
Dengan demikian kenaikan kadar Asam Lemak Bebas akibat pengolahan hanya
0,5%. Jadi pembentukan Asam Lemak Bebas lebih banyak terjadi pada
penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembap dan atau kadar air inti
sawit terlalu tinggi melebihi kadar air .
Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya
akan lebih berwarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada
pengolahan minyak sawit adalah pada perebusan yaitu sekitar 130oC. Suhu kerja
maksimum dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang
berubah warna. Brondolan dan buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih
tipis
cangkangnya
adalah
lebih
peka
terhadap
suhu
tinggi
tersebut
URAIAN
NORMA
1.
Air Kondensat
0,50%
2.
Janjangan Kosong
1,85%
3.
Ampas pressan
3,90%
4.
Biji
0,80%
5.
Sludge Separator
0,60%
6.
Drab Akhir
0,50%
4. Tekanan pengempaan
a. Bila tekanan kempa telalu rendah akan mengakibatkan :
-
Bahan bakar ampas masih basah, sehingga pembakaran oleh boiler tidak
sempurna
Kadar biji pecah bertambah sehingga kehilangan minyak dalam biji naik
kurang kondusif serta alat-alat yang diinginkan juga sudah dalam jangka waktu
yang lama (Naibaho, 1996).
7. Kekurangan bahan bakar pada ketel uap (boiler)
Ketel uap merupakan alat untuk memproduksi atau menghasilkan uap dari
bahan baku air dengan menggunakan bahan bakar fiber (ampas) dan cangkang.
Kekurangan bahan bakar pada boiler akan mengakibatkan kurangnya pasokan
energi listrik untuk menggerakkan atau memanaskan alat-alat pabrik. Karena
energi listrik yang didapat berkurang, maka secara otomatis tenaga untuk
menggerakkan mesin kempa akan berjalan lambat sehingga proses pengolahan
tidak berjalan sempurna akibatnya pengutipan minyak dan inti menjadi rendah.
2.4
Standar Mutu
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh
karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya.
Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar
murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Kedua, pengertian mutu
minyak sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan
spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar Asam Lemak Bebas,
air, kotoran, logam dan ukuran pemucatan (Fauzi, dkk, 2002).
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri
pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian,
kesegaran, kemurnian dan aspek higienisnya harus diperhatikan. Rendahnya mutu
minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Diantaranya, ada beberapa
faktor yang secara langsung berkaitan dengan standar mutu minyak sawit terhadap
Tandan Buah Segar seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar Mutu Minyak Sawit, Inti Sawit pada PKS Adolina
BULAN / TAHUN
URAIAN
1.Mutu
NORMA
DESEMBER
DESEMBER
DESEMBER
2009
2010
2011
Minyak
Sawit
Kadar ALB
3,00
4,01
4,14
4,24
Kadar Air
0,150
0,162
0,150
0,150
Kadar Kotoran
0,020
0,020
0,019
0,020
dalam tankos
0,39
0,50
0,49
0,49
0,30
0,29
0,29
0,31
dalam
0,55
0,58
0,58
0,60
0,16
0,07
0,00
0,00
dalam biji
0,10
0,09
0,09
0,09
Total Losis
1,50
1,53
1,45
1,49
Q.P.M
93,91
93,79
94,14
93,97
6,50
6,70
6.60
6,84
2.Losis Minyak
Terhadap TBS
Ampas
Kempa
Tekanan
Vaccum
Drier
3.Mutu Inti Sawit
Kadar ALB
2,00
1,20
1,25
1,12
Kadar Air
7,00
7,91
7,13
7,43
Kadar Kotoran
6,00
6,96
5,87
5,57
dalam cangkang
0,22
0,21
0,17
0,19
Dalam tankos
0,05
0,02
0,00
0,00
Dalam
0,28
0,23
0,24
0,24
Total losis
0,55
0,46
0,41
0,43
Q.P.I
89,70
91,07
92,20
90,40
4.Losis
Inti
Terhadap TBS
ampas
cyclone
Kenaikan ALB ini disebabkan dengan adanya reaksi hidrolisa pada minyak
sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktorfaktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim).
Jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena
pelukaan mekanik, tergores atau memar karena benturan. Enzim akan
bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan
cepat. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar Asam
Lemak Bebas yang terbentuk.
Pembentukan asam lemak bebas oleh mikroorganisme (jamur dan bakteri
tertentu) juga dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu pada suhu rendah
dibawah 50oC, dan dalam keadaan lembap dan kotor. Oleh karena itu, minyak
sawit harus segera dimurnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai suhu
90oC akan menginaktifkan enzimya dan menghancurkan mikroorganismenya.
Peningkatan kadar Asam Lemak Bebas juga dapat terjadi pada proses
hidolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu
oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada
suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Untuk itu,
setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan
bejana hampa pada suhu 90oC. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan
internasional untuk ALB ditetapkan sebesar 5% (Satyawibawa, dkk, 1992).
2.
Kadar Air
Jumlah kandungan air pada hasil pertanian akan mempengaruhi daya tahan
bahan tersebut terhadap serangan mikroba. Untuk memperpanjang daya tahan
suatu bahan, maka sebagian air dihilangkan sehingga mencapai kadar air tertentu.
Kadar Kotoran
kadar pengotor dan zat terlarut adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang
tidak larut dalam minyak. Pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai % zat
pengotor terhadap lemak dan minyak. Pada umunya, penyaringan hasil minyak
sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi. Dengan proses tersebut kotorankotoran yang berukuran besar memang dapat disaring, tetapi kotoran yang
berukuran kecil hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenis
nya sama dengan minyak sawit. Padahal alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi
dengan prinsip kerja yang didasarkan pada perbedaan berat jenis (Marunduri,
2009).
kotoran yang terdapat dalam minyak sawit dibagi 3, yaitu kotoran yang
tidak larut dalam minyak, misalnya lendir, biji, partikel jaringan, serat-serat yang
berasal dari kulit, abu atau mineral-mineral Fe, Cu, Mg dan Ca. Kotoran tersebut
dapat dipisahkan dengan cara mekanis: pengendapan, penyaringan dan
sentrifugasi. Kotoran yang kedua adalah kotoran yang berbentuk suspense koloid
dalam minyak, misalnya karbohidrat, fosfolipid, senyawa yang mengandung
Nitrogen dan senyawa kompleks lainnya. kotoran tersebut dapat dihilangkan
dengan cara uap panas, elektrolisa dan dilanjutkan dengan cara mekanis.
Kotoran yang ketiga adalah kotoran yang terlarut dalam minyak, misalnya
Asam Lemak Bebas, sterol dan hidrokarbon yang dihasilkan dari hidrolisis
trigliserida dan zat warna karotenoid dan klorofil.
2.5
1.
memiliki nilai kalori sebesar 9 kkal/g, dimana nilai kalori untuk nilai protein dan
karbohidrat masing-masing 4 kkal/g. Minyak dan lemak nabati merupakan sumber
vitamin A, D dan E serta berfungsi sebagai pembawa vitamin K. Minyak kelapa
sawit merupakan sumber minyak yang kaya vitamin A, dimana kandungan
betakaroten mencapai 1.000 mg/kg. Serta Vitamin E yang merupakan salah satu
antioksidan alami yang paling efektif yang terdapat dalam minyak nabati.
2.
tidak jenuh dalam minyak kelapa sawit berupa asam linoleat yang dibutuhkan
secara esensial untuk nutrisi manusia dan hewan. Kekurangan asam lemak
esensial akan
menimbulkan
gangguan
metabolisme
yang
menyebabkan
Kandungan Kolestrol
Kadar kolestrol dalam minyak sawit relatif rendah, hanya sekitar 10 ppm
saja atau sebesar 0,001% dalam CPO. Bahkan dari hasil penelitian dinyatakan
bahwa kandungan kolestrol dalam satu butir telur setara dengan kandungan
kolestrol dalam 29 liter minyak sawit (Fauzi, dkk, 2002).
2.6
1.
dalam industri farmasi. Diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut
antara lain karoten dan tokoferol. Karoten merupakan sumber provitamin A yang
dapat mencegah kebutaan (defisiensi Vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas
yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis serta
memperlambat proses penuaan.
Selain sebagai bahan baku untuk industri pangan, minyak sawit mempunyai
potensi yang cukup besar untuk digunakan di industry nonpangan, dari industri
farmasi sampai industri oleokemikal. Produk nonpangan tersebut dihasilkan
melalui proses hidrolisa (splitting).
Oleokemikal adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati,
termasuk di antaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama
minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak, metal ester,
lemak alkohol, asam amino dan gliserin.
4.