DAFTAR ISI
SURAT KEPUTUSAN....................................................................................................................2
DIREKTUR RSU DADI KELUARGA..........................................................................................2
PEDOMAN PELAYANAN............................................................................................................2
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI...........................................2
RSU DADI KELUARGA...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
BAB II STANDART KETENAGAAN.........................................................................................75
BAB III STANDART FASILITAS................................................................................................79
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN...................................................................................81
BAB V LOGISTIK........................................................................................................................88
BAB VI KESELAMATAN KERJA.............................................................................................89
BAB VII KESELAMATAN PASIEN............................................................................................92
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU.........................................................................................94
BAB IX PENUTUP.......................................................................................................................99
BAB XVI LANDASAN HUKUM..............................................................................................100
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSU DADI KELUARGA
NOMOR: /2015
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RSU DADI KELUARGA
Menimbang
a.
b.
pelayanan
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
1.
2.
3.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
269
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
M E M U T U S K AN :
2
Menetapkan :
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
:
:
hari ternyata
terdapat
kekeliruan
dalam
Dr.Esa Dhiandani
Direktur,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu dilakukan
pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan biasanya merupakan indikator bagi
pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi
nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister
dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan dalam
pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi
rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar,
khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-obat lain
serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan
penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu
dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan pergeseran
resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan upaya yang sistematik
dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya Komite Pengendalian Infeksi dan
profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program pengumpulan data, pendidikan,
konsultasi dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program
pengendalian infeksi nosokomial
menyampaikan tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan
rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat maupun
berobat jalan serta para pengunjung rumah sakit Umum Dadi Keluarga.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga.
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi
prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah
supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh terhadap resiko
penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau kontak fisik yang
dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
pelayanan
PPIRS
RSU
DADI
KELUARGA Purwokerto.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
1. Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
2. Pelayanan surveilens PPI
3. Hand Hygiene sebagai bariier protection.
4. Penggunaan APD
5. Pelayanan CSSD
6. Pelayanan Linen
7. Pelayanan Kesehatan karyawan
8. Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan IPSRS.
10. Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
11. Pelayanan management resiko PPI
12. Antibiogram dan pola kuman RSU Dadi Keluarga Penggunaan bahan single use yang di
re-use
D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
1. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk
indonesia, ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari (Community acquaired
infection ) atau berasal dari (Hospital Acquired infektion). Karena sering kali tidak bisa
secara pasif ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured
infeksi) diganti (HAIs) yaitu healthcare assosiated infections dengan arti lebih luas tidak
hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak
terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat
melakukan tindakan medis atau perawatan.
Batasan:
a. Kolonisasi :
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana organisme
tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, namun tanpa disertai adanya respon
imun atau gejala klinis. Pada kolonisasi tubuh penjamu tidak dalam keadaan
suspectibel pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan kuman patogen
tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang lain (sebagai
carrier).
b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme dimana
terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.
c. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang
disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain
secara langsung maupun tidak langsung.
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor,
kalor, rubor, tumor dan fungsiolesa.
2. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma).
Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon
tubuh (imflamasi) yang bersifat sitemik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih
keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia, (2) takikardia sesuai usia, (3) takipneu
sesuai usia, (4) leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel
muda (batang ) lebih dari 10 %. SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti
luka bakar, pankreatitis, atau gangguan metabolik. SIRS yang disebabkan oleh infeksi
disebut sepsis.
a. Rantai penularan.
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui
rantai penularan, apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat
dicegah atau dihentikan.
b. Agen Infeksi
6
e) Air seni
f) Air ketuban
g) Dan cairan cerebrospinal
penderita(suspek,
probabel
atau
konfirm)
seperti
memasak,
Fatigue
b. Kasus suspek
c. Kasus probabel
Dengan kriteria. :
1) Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan pemeriksaan uji
HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
2) Hasil lab terbatas untuk influenza
2) Rimatadine
3) Oseltamivir(tamiflu)
4) Zanavir(relenza)
3. TUBERKULOSIS (TBC)
a. Penyebab
TBC disebabkan oleh kuman / basil tahan asam (BTA) yakni micobactpi derium
tuberkulosis. Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung,tetapi dapat
bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap. Beberapa jenis
micobakterium lain juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).
Hampir semua organ tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit, otak, ginjal,
tulang dan paling sering paru.
b. Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan
Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten. Di indonesia
diperkirakan terdapat 583 000 kasus baru dengan 140 000 kematian setiap tahun.
Faktor resiko TB ; HIV, DM, Gisi kurang, kebiasaan merokok.
c. Cara penularan
Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.
1) Masa Inkubasi
Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes
tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10 minggu.
Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi primer
umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten bisa terjadi seumur
hidup. Pada pasien dengan imun defisiensi seperti HIV masa inkubasi bisa lebih
pendek.
d. Masa penularan
Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung BTA,
penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan adekuat selama min 2
minggu, sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan
persisten AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama. Tingkat
penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan, virulensi kuman, terjadinya
aerosolisasi waktu batuk / bersin, dan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi
dan bronkoskopi.
Gejala klinis :
1) Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.
11
2) Batuk berdahak
3) sesak napas
4) nyeri dada
5) Sering demam
6) nafsu makan menurun
7) penurunan berat badan
8) BTA (+)
Pengobatan :
Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda
DOTS (directly observed treatment shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum
obat. Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat
setiap hari selama 2 bulan berturut terdiri rif , inh, pza dan etambutol diikuti inh dan
rif 3 kali seminggu selama 4 bulan.
Pencegahan :
a) Penemuan dan pengobatan TB
b) Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi.
c) Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.
4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)
Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan kebal
terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS.
Saat ini ada 2 tipe :
a. Health care asosiated (HA MRSA)
Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit.
b. Community asosiated (CA-MRSA)
Yang baru ini ditemukan ditempat tempat umum, fitness, loker-loker, sekolah dan
perabotan rumah tangga. Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan
tubuhnya lemah, jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala. Bakteri
yang dibawa si pasien menyebar dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak
kulit dan menyentuh barang yang terkontaminasi. Stapylococcus menimbulkan gejala
seperti infeksi kulit, jerawat, bisul,
menyebabkan bengkak, merah dan nyeri. bakteri ini dapat menembus kulit sampai
dengan menimbulkan infeksi ditulang, sendi, aliran darah, jantung dan paru yang bisa
mengancam jiwa.
1) Penyebaran MRSA :
a) Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
b) Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga
yang MRSA.
c) Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
12
Infeksi luka
Bisul
Impetigo
2) Diagnose :
Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat dan dikultur
untuk S aureus. Jika S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri
tersebut kemudian terkena antibiatikyang berbeda termasuk Meticilin dan S
aureus tumbuh dengan baik di Meticilin dalam kultur yang disebut MRSA.
Prosedur yang sama juga dilakukan untuk menentukan apakah seseorang
merupakan pembawa MRSA (Screning untuk carrier) tetapi sample kulit atau
selaput lender hanya diswab tidak dibiopsi.
3) Pengobatan MRSA :
Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti
menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan jantung. Karena MRSA
yang tahan terhadap antibiotic banyak akan sulit untuk mengobati namun
beberapa antibiotic berhasil mengendalikan infeksi tapi jarang.
4) Tindakan pencegahan :
a) Kebersihan tangan sesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung anda.
b) Bila batuk terapkan etika batuk.
c) Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup
kain kasa, ganti ferban sesering mungkin terutama jika basah.
d) Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juga melalui feces dan
urine.
e) Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA.
f) Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang lainnya.
g) Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien dengansabun dan
clorin 0,5%.
13
14
1. Surveilans
Suatu pengamatan yang sistematis, efektif dan terus menerus terhadap
timbulnya dan penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap
keadaan
atau
peristiwa
yang
menyebabkan
meningkatnya
atau
petugas.
Infeksi nosokomial atau biasa disebut HAIs diantaranya :
1) ILI (Infeksi Luka Infus)
Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :
a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat
operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat
operasi atau berdasarkan bukti hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut
tanpa ditemukan penyebab lainnya :
Demam (>38 C) , nyeri, eritema, atau panas pada vaskular
yang terlihat.
Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh
setiap ruangan.
Perubahan
dapat
flora
disebabkan
normal.
b). Eksogen
:
Prosedur yang tidak bersih / steril
Tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.
19
nafsu
makan
berkurang,
gangguan
90
mmHg.
CATATAN :
Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan
100x/mnt
Neonatus
dan
perdarahan.
menggunakan
alat
intravascular
(kateter
dan
antimikroba
dokter
yang
telah
sesuai
memberikan
dengan
CATATAN
infeksi
Cara penghitungan :
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat kateter urine
3.1.3. ILO (Infeksi Luka Operasi)
a. Pengertian SSI
1) ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan
jaringan bawah kulit (subkutan )
2) ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak
yang lebih dalam (fasia dan lapisan otot)
3) ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai
rongga dalam tubuh.
b. Kategori operasi :
Operasi bersih, adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit
yang pada kondisi pra bedah tidak terdapat peradangan dan
tidak
membuka
traktus
respiratorius,
gastroinestinal,
c. Kebijakan
1) Kriteria ILO superfisial :
a) Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari
setelah tindakan operasi.
b) Mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit
(subkutan).
2) Terjadi 2 hal sebagai berikut:
a) Drainase bahan purulen dari insisi superficial
b) Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan
atau jaringan yang diambil secara aseptic dari tempat
insisi superficial.
Sekurang kurangnya terdapat :
malnutrisi,
Diabetus
Militus,
penyakit
keganasan.
b) Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi,
jenis tindakan, antibiotik profilaksis, lama operasi,
tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi
darah, mandi sebelum operasi.
d. infeksi luka operasi.
1) Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan
perawatan.
2) Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak
dilakukan survey.
3) Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari
hingga jumlah responden terpenuhi.
e. Kategori resiko :
1) Jenis luka
2) Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
3) Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
24
Keterangan :
a) Luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak
membuka saluran pernapasan dan genit ourinari.
b) Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
c) Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka.
d) kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
f. Lama operasi :
waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit. Setiap
jenis operasi berbeda lama operasinya
a) Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang
ditentukan. Skor 0
b) Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
c) ASA score .
ASA 1-2,skor :0
ASA 3-5, skor :1
= X/Y x 100%
X
: jumlah kasus
tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.
4) Pencegahan ILO :
a) Pra bedah.
Persiapan pasien sebelum operasi.
Jika ditemukan tanda-tanda, sembuhkan dulu
infeksinya sebelum hari operasielektif dan
elektric.
Kendalikan kadar gula darah pada pasn
diabetes dan hindari kadar gula darah yang
terlalu rendah sebelum operasi.
sebelum operasi.
Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
Kuku harus pendek dan jangan menggunakan
kuku palsu.
Lakukan kebersihan tangan bedah dengan
chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan
tangan harus tetap mengarah ke atas dan
dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari
ujung
gaun steril.
Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda
bila
patogen
yang
umum
yang
yang direkomendasikan.
Berikan dosis profilaksi
awal
melalui
bedah.
Jangan menggunakan fogging dan sinar UV
bedah.
Batasi jumlah orang yang masuk kamar
bedah.
Membersihkan dan desinfeksi permukaan
lingkungan.
Bila tampak darah atau cairan tubuh lain
gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit
kemudian bersihkan cairan tadi.
26
caver
shoes
untuk
saat
melakukan
27
2. Kebersihan tangan.
Pedoman kebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang kapan dan bagaimana
melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan untuk pembedahan, telah
mengalami perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya AIDS
pada tahun 1980 an.
Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan kebersihan tangan
memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade 1990).
Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang kepatuhan
tenaga kesehatan dalam menkebersihan tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa kepatuhan
kebersihan tangan masih kurang, yaitu:
a.
Skin irritation
b.
c.
d.
No thinking abut it
Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%, sedangkan
Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan tangan tersebut :
Individu
Dokter
Perawat
Tenaga kesehatan lainya
Mahasiswa perawat
33
36
43
0
67
64
57
100
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai
sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran mikro organisme
multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah
(Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap
dan sementara yang jumlahnya sangat banyak.
Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap,
berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan
kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat
menyebabkan infeksi seperti : s. Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora
sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau
permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan atas kulit dan
sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai sabun biasa dan air.
Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).
a.
b.
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien, petugas lain, atau
permukaan lingkungan (meja, tensi, stetoskop atau toilet), organisme ini tinggal
dilapisan luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan. Flora residen tinggal dilapisan
kulit yang lebih dalam serta didalam folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat
dilakukan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air mengalir untungnya
pada sebagian kasus, flora residen kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi
menular melalui udara seperti flu burung. Tangan atau kuku petugas kesehatan dapat
terkolonisasi pada lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S.
Aureus, batang gram negatif.
Sabun
c.
d.
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikro organisme baik
yang transien atau residen.
Emolient
e.
Cairan organik seperti gliserol, propilen glikol atau sorbitol yang ditambahkan pada
handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit.
Air mengalir
f.
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan tangan merupakan
air bersih bebas mikroorganisme, memiliki turbiditas rendah (jernih ,tidak berbau )
Tujuan :
1.
2.
g.
1.
2.
3.
4.
h.
i.
Melindungi tangan dari kontak dengan darah, cairan tubuh, secret, eksekreta, mukosa,
kulit yang utuh dan benda-benda yang terkontaminasi.
Jenis sarung tangan :
1) Sarung tangan steril :
a) Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah
b) Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif
c) Penggunaanya sekali pakai.
2) Sarung tangan tidak steril
1) Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan
2) Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau bahan
berbahaya.
3) Sarung tangan rumah tangga
1) Digunakan di linen, gizi, IPAL
2) Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan khusus
(piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll).
Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi, poli
bedah, VK
Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan
semua rambut muka
b) Masker khusus
Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang
mendapatkan imuno supresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.
Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk
penggunakan diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah rangkap 2.
c) Masker biasa.
d. Topi
Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan
berbahaya.
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindungi kepala petugas
32
e. Apron/celemek
Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi
f. Pelindung kaki
Tujuan :
Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh
lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan
nalkes.
Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan
untuk melindungi kaki dari:
Cairan atau bahan kimia yang berbahaya
Bahan atau peralatan yang tajam.
g. Gaun pelindung
Tujuan :
Jenis Gaun :
Gaun steril.
Tindakan drainage.
Tindakan bedah.
Perawatan gigi.
h. Helm
Terbuat dari plastik.
Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang berhubungan
dengan bangunan.
34
No
Kegiatan
Cuci
tangan
Sarung tangan
Steril biasa
Jubah/
Celemek
Masker
Google
Perawatan umum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tanpa luka
Memandikan
bedding
Reposisi
Luka terbuka
Memandikan
bedding
Reposisi
Perawatan perianal
Perawatan mulut
Pemeriksaan fisik
Penggantian balutan
Luka operasi
Luka decubitus
Central line
Arteri line
Cateter intravena
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
Tindakan Khusus.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
K/P
Tubbing ventilator
Suction
Mengganti plaster ETT
Perawatan TT
PF dengan stethoscope
Resusitasi
Airway management
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
K/P
Perawatan Vasculer
22. Pemasangan infuse
Lebih
baik
Lebih
baik
Lebih
baik
25. Penyuntikan IM / IV / SC
26. Penggantian botol infuse
27. Pelesapan dan penggantian
selang infuse
28. Percikan darah / cairan
tubuh
29. Membuang sampah medis
30. Penanganan alat tenun.
35
K/P
4. CSSD / Sterilisasi
Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora bakterial
Adalah Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry heat
dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini yang digunakan
untuk proses sterilisasi.
a. Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan
efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan
Mangum 2001). Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk
mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas
pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat
disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan menggunakan minyak
tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber panas.
b. Kondisi Standar Sterilisasi Panas
c. Sterilisasi uap (Gravitas) : Suhu harus berada pada 121C; tekanan harus berada pada
106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30 menit untuk alat terbungkus. Atau
pada suhu yang lebih tinggi pada 132C, tekanan harus berada pada 30 lbs/in; 15
menit untuk alat terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in) dapat agak berbeda bergantung pada
sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti anjuran pabrik.
d. Panas kering:
Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan metode ini lebih
pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode kilat ini biasanya digunakan untuk
alat-alat individual.
Dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk
membilas) dengan suplai air bersih; dan sebuah konter peralatan yang
bersih untuk pengeringan.
Dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau di anginanginkan untuk dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril
atau DTT.
Seja besar;
Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril
atau DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan,
kondisi selama penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan
sebelum digunakan.
Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan
bukan terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan
selama
penyimpanan
dan
pengangkutan,
dan
jumlah
Bakteri di udara
Debu
Kelembaban
Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
Terbukanya pak tersebut.
Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak
tersebut untuk memastikannya tidak terkontaminasi.
Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTT
dari peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang. Jangan
ini.)
Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area penerimaan /
pembersihan di CSD dengan tong sampah tertutup dan anti bocor.
Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan
dengan tong sampah tertutup dan anti bocor.
(Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan
pengelolaan peralatan yang akan dibuang)
3. Indikator biologi
4. Indikator mikrobiologi
5. Sumber : Perkins 1983
5. Dekontaminasi
Merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung tangan yang telah
tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasi alat dan benda
lain yang mungkin terkena darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus
direndam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat menginaktivasi HBV,
HCV, dan HIV serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990;
ASHCSP 1986).
Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat kontaminasi
oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Nystrm (1981)
menemukan kurang dari 10 mikroorganisme pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan
dari 100 mikroorganisme pada 98% alat yang telah dibersihkan dan didekontaminasi.
Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang
dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih dulu untuk meminimalkan risiko
infeksi .
42
a.
Tingkat
resiko
Kritis
Penerapan
Alat yg masuk,
penetrasi
dalam jaringan
steril, rongga,
aliran darah
Proses
Penyimpanan
Contoh alat
Alat yang
digunakan untuk
tindakan invasif.
Semi
kritis
Alat yang
kontak dengan
selaput lendir
Sterilsasi steam /
termal dan
dengan cairan
desinfektan
tingkat tinggi
Non
kritis
Alat yang
kontak dengan
kulit
Bersihkan alat
Simpan dalam
dengan
keadaan bersih
menggunakan
ditempat yang kering
detergent dan air
jika
menggunakan
desinfektan
gunakan yang
compatibel
43
b.
Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan
desinfeksi tingkat menengah
Kebersihan tangan.
Pengendalian lingkungan.
Penempatan pasien.
menularkan infeksi.
Kebersihan tanganprosedur
yang
paling
penting
dalam
pencegahan
44
Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka,
selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh lainnya atau instrumen yang kotor
dan sampah yang terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif.
Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan
(AS/NZS 4360:2004)
Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang peluang
sambil mengelola efek yang tidak diharapkan. (AS/NZS 4360:2004)
c. Identifikasi Resiko
Adalah proses mengenal ,menemukan dan mendiskripsikan resiko .
Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola resiko adalah mengidentifikasi,
identifikasi ini juga dibagi 2 secara Proaktif dan Reaktif.
Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah resiko muncul dan
bermanifestasi dalam bentuk insiden dan gangguan. Metoda yang digunakan
adalah pelaporan insiden. tentu saja kita akan melaksanakan prinsip identifiksi
proaktif karena belum menimbulkan kerugian.
d.
Analisa Resiko.
Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan peringkat resiko, analisa
dilakukan dengan cara menilai :
Descripsi
1
Jarang
2
Intermediate
3
Sering
4
Selalu
terjadi
Frekuensi
Probability
45
Dampak
Occurence
Setelah skor peluang dan dampak / konsekuensi dikalikan tujuannya mendapatkan
peringkat sehingga dapat menentukan skala prioritas penangannnya.
Tabel Peringkat Resiko.
Ekstrim ( 15-25)
Tinggi (8-12)
Sedang (4-6)
Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan kriteria resiko untuk
menentukan apakah resiko dan / besarnya dapat diterima atau ditolelir. Sedangkan
kriteria resiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnya resiko dievaluasi .
Dengan evaluasi resiko ini setiap resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab
sesuai denga resiko, dengan demikian tidak ada resiko yang terlewat.
e. Penanganan Resiko
Adalah proses memodifikasi Resiko :
Mengubah kemungkinan.
Mengubah konsekuensi.
46
Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang efisien
sebelum udara dialirkan ke area lain di rumah sakit.
Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu kamar dengan
pasien lain dengan infeksi mikroorganisme yang sama atau ditempatkan secara
kohort.
Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda.
b. Respiratory Protection
1) Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika memasuki rungan
pasien yang diketahui infeksi pulmonary tuberculosis
2) Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang diketahui atau
diduga mempunyai measles (rubeola) atau varicella, mereka harus memakai
respiratory protection (N 95) respirator.
3) Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu memakai
perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
1) Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan yang
penting saja.
2) Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien
d. Droplet Precaution
1) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohort
Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 ft dengan
pasien lainya
2) Masker
Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
3) Pemindahan pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien, kecuali untuk
tujuan yang perlu
Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi, pasien
dianjurkan pakai masker.
47
e. Contact Precaution
1) Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri
Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
2) Sarung tangan dan kebersihan tangan.
Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang terkontaminasi
dengan mikroorganisme
Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau handscrub
Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan bahwa tangan
tidak menyentuh peralatan atau lingkungan yang mungkin terkontaminasi,
untuk mencegah berpindahnya mikroorganisme ke pasien atau lingkungan
lain.
3) Gaun
Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial diantisipasi
bahwa pakaian akan kontak dengan pasien, permukaan lingkungan atau
peratalan pasien di dalam kamar atau jika pasien menderita inkontaneia, diare,
fleostomy, colonostomy, luka terbuka
Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak
48
49
50
Penerapan
Proses
Penyimpanan
Alat yg masuk,
penetrasi dalam
jaringan steril,
Alat yang
dijaga :
digunakan untuk
tindakan invasif.
rongga, aliran
Bungkusan alat
harus kering.
darah
Contoh alat
Endoskopidan
kemasan tidak
assesoris yang
robek
dipakai dlm
Bungkusan harus
tindakan invasif :
dibuat dengan
alat ERCP
menghambat
Laparoskopi
bioefektif selama
Broncoskopi
penyimpanan
instrument
bedah/operasi
Semi
Alat yang
kritis
kontak dengan
termal atau
dengan respiratori :
selaput lendir
dengan cairan
guna melindungi
LM laringeal mask.
desinfektan
dari kontaminasi
Vaginal speculum.
chlorine 0,5 %
lingkungan
Endotrakeal non
kinkin.
probe invasif
ultrasonic (trans
vaginal probe).
Fleksible
endocopes:
Colonoscope
Sigmoideskope
51
Breast pump
Non
Alat yang
Bersihkan alat
Simpan dalam
kritis
kontak dengan
dengan
keadaan bersih
equipment:
kulit
menggunakan
Bedpan dan
Alatnon invasif
detergent dan
urinal.
air. Jika
Manset tekanan
menggunakan
darah.
desinfektan
Bed
gunakan yang
Termometer.
compatibel
Tourniket
Tensi meter
Pot obat
pasien.
kontainer darah
Alat medis
Frekuensi
Dengan
penggunaan
melihat
Laringeal
ulang&proses
40x
mask
steam
Nasal
5x
spray
steam
Endotracea
40x
tube non
steam
kinkin
Respiratory 30x
valve
steam
Proses kontrol
Beast
pump
52
Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi kimia
dengan pelarut atau zat pembersih.
53
Kontruksi Bangunan
Udara
Air
komputer, akses keruang chase, memotong dinding atau langit langit dimana
migrasi debu dapat dikendalikan.
c. Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat tinggi.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, pembongkaran atau penghapusan
komponenbangunan built-in atau rakitan, pengamplasan dinding untuk lukisan
atau mencakup dinding, meliputi penghapusan lantai / wallpaper, ubin dan
casework langit-langit, konstruksi dinding baru, ductwork kecil atau pekerjaan
listrik diatas langit- langit, kegiatan pemasangan kabel utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat, penghapusan sistem
plafon yang lengkap, dan konstruksi baru.
Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan pembangunan dan
renovasi bangunan.
Kebijakan
Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.
Kelompok 1
Rendah
Area kantor
Tanpa
Kelompok 2
Sedang
Perawatan
pasien dan
pasien/area
tidak tercakup
resiko
dalam Grup 3
rendah yang
atau 4
Laundry
Kantin
Manajemen
Material
Penerimaan /
tidak
terdaftar
dimanapun
Kelompok 3
Sedang Tinggi
UGD
Radiology
Recovery Rooms
Ruang Maternitas
/VK
Kamar bayi
Lab Microbiologi
Farmasi
Kelompok 4
Tinggi
Area klinis
Kamar Operasi
Kamar prosedur
invasif pasien rawat
jalan
Area Anastessi &
pompa jantung
Semua Intensive Care
Unit (kecuali yang
tertulis di Grup4)
Pemulangan
Laboratorium
tidak spesifik
seperti
Grup3Koridor
55
Umum (yang
dilewatipasien
,suplai,dan
linen)
Kelas II
Tempatkan lap kaki dipintu masuk dan keluar dari area kerja dan
mengganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi proses kerja.
Isolasi
sistem
HVAC
didaerah
mana
pekerjaan
yang
sedang
Pel basah atau vakum dua kaliper 8 jam periode kegiatan konstruksi
atau sesuai yang diperlukan dalam rangka untuk meminimalkan
jejak.
Tempatkan keset kaki dipintu masuk dan keluar dari area kerja dan
diganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi aktifitas kerja.
Kelas IV
Bangun
anteroom
dan
mengharuskan
semua
personil
melewati
57
11. Antibiogram
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman terhadap antibiotika
yang digunakan untuk menentukan pola kuman rumah sakit.
a. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa.
Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau bahan yang
telah kadaluwarsa.
12. Upaya pencehan dan kesehatan karyawan.
Petugas
kesehatan
beresiko
terinfeksi
bila
terekspos
saat
kerja,
juga
dapat
Mencegah KLB.
58
Pelaksanaan :
Evaluasi :
Status imunisasi.
Pemeriksaan fisik.
Edukasi :
SPO PPI
Kewaspdaan isolasi
Kewaspadaan transmisi
Penyimpanan data
Virus H5N1
Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.
Virus HIV
Resiko terpajang 0,2 0,4 % per injuri. Profilaksis diberikan dalam waktu 4
jam pasca pajanan dengan pemberian ARV, AZT, 3TC dan Indinavir sesuai
pedoman. Pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologi dan dicatat
sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutannya.
59
Virus Hepatitis B
Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan, segera pasca pajanan
dilakukan pemeriksaan, dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif
HbsAg atau HbeAg.
Masa
inkub
asi
Abses
Menular
selama/ virus
shedding
Selama luka
Cara
transmisi
Kewaspadaan
yang perlu
dijalankan
kontak
Kontak
Acinetobactr
cairan tubuh
Luka bakar
Flora N kulit
Standar dan
baumanii
yang di
manusia,
kontak
hydroterapi
mukus
Masa
petugas
diliburkan/
tindakan
Tindakan
konserfatif
mengeluarkan
membran dan
tanah.
Bertahan di
tempat lembab
dan kering
sampai
berbulan,
menular
melalui
peralatan rawat
respirasi,
tangan
petugas,
humidifier,
stetoscop,
termometer,
matras, bantal,
prmk TT, mop,
gorden, tempat
mandi luka
terbuka
Adenovirus
6-9
Sekret saluran
Droplet,
Konserfati
type 1-7
hari
nafas
kontak
f
60
Aspergilosis
Inhalasi
Kontak dan
dengan cairan
stadium
airbone
berlebihan
airbone,
conidia
candidiasis
Standar,
Chlamidia C
kontak
Standar,
trachomatis
kontak,
termasuk
Congenital
Sampai umur 1
Kontak dengan
seksual
Standar,
rubella
tahun
bahan
kontak
hari
Kontak standar
Sampai
Pengobata
tangan, alat
mata tidak
terkontaminasi
kluar
Pengobata
Restriksi 7
nasofaring dan
Conjungtiviti
5- 12
s adenovirus
hari
type 8
Campak
urin
Kontak dengan
5-21
Droplet yang
Transmisi
kotoran
Restriksi 7
hari
timbul mel
besar (kontak
udara
hari setelah
nasofaring
bercak
simtomati
merah
timbul (yg
imun) 5hr
stl ekspos21 hr stl
ekspos
Campilobact
Standar
er
Closrtidium
Kontak
difficile
Cytomegalo
Tidak
Tahan di
Kontak dg
Standar hand
virus
diketa
lingkungan dlm
sekresi
hygiene
hui
wkt pendek
&eksresi :
Difteria
Tidak perlu
Droplet,
Sampai
Pengobata
mulut
kontak
terapi
mengandung c
antibiotika
simtomati
difteriae
telah
k dan
lengkap dan
virus.
sampai 2
Minum
kultur
eritromicin
61
berjarak 24
3x 1 tb
jam
sampai 7
dinyatakan
hari
negatif,
perlu
imunisasi
tiap 10
Gastroenterit
Kontak px,
Standar atau
tahun
Tidak
is
konsumsi
kontak
mengolah
*salmonella
makanan/ air
makanan sp
*shingella
terkontaminasi
2x jarak
*yenterocolit
24jam
ica
kultur feses
negatif
Glardia
Feses
Kontak
Standar
lambilia
Hepatitis A
15- 50
2 minggu,
Fekal oral
hari
kadang2 sp 6
melalui feses
Libur di
Vaksinasi
area
hepatitis a
bulan
perawatan/
(prematur)
pengolahan
makanan,i
minggu
setelah sakit
kuning
imunisasi
paksa
B:6-
B,D
24mgg kronik dg
mukosa, kulit
dibatasi
periksa
D: 3-7
yg tdk utuh
smp HbeAg
HbsAg
kontak dgn
negatif.
atau
HbsAg positif
Perkutaneus
Standar
-segera
Hepatitis
mgg
Akut atau
ekspos
Tidak perlu
darah, semen,
HbeAg,tid
cairan vagina,
ak perlu
cairan tubuh
divaksin
yg lain
bila
petugas
telah
mengandu
ng Anti
62
HBs 10
mliu/ml
Hepatitis
Perkutaneus
Standar
Restriksi
C,F,G
mukosa kulit
sampai
yg tdk utuh
kondisi
kontak gdn
membaik
darah, semen,
/ sampai
cairan vagina,
HceAg
cairan tubuh
negatif
Herpes
2-14
Asiptomatik dpt
yg lain
Kontak dgn
Standar,
Retriksi
simplex
hr
mengeluarkan
ludah karier
kontak tangan
tidak perlu,
virus
mengandung
tp dibatasi
virus langsung/
kontak dgn
lwt sekresi
px
luka aberasi/
HIV
cairan vesikel
Perkutaneus
Standar
Kurang
mukosa, kulit
dari 4 jam
yg tdk utuh
paska
kontak dgn
pajanan
darah, semen,
cairan vagina,
-diberikan
cairan tubuh
arv,azt dan
yg lain
3 tc.
-dilakukan
pemeriksa
an
HIVserolo
gi dan
menitor
setelah 3
bln,9bln,1
1 bln
Helicobacter
pylori
MDRO
Standar
Kontak luka
Kontak
(MRSA,
VRE, VISA,
ESBL, Srep
63
pneumonia
Influensa
1-5hr
Infeksius pd 3hr
Airbone,
Kontak
pertama sakit.
kontak
pd petugas
langsung/
yg rentan.
Virus dpt
droplet dgn
Amantadin
dikeluarkan
sekresi saluran
untuk
sblm gejala
napas
kontak dgn
Vaksinasi
influensa A
stlh dimulai
sakit, lebih
panjang pd anak
dan orang
Hemophilus
Standar droplet
Influenzae
Dewasa
Anak
Batuk non
Droplet sekret
Kontak
Human
produktif,
respirasi
Droplet
Metapneumo
kongesti nasal
virus
whezing,
(HMPV)
bronkhiolitis,
Makanan, air
Kontak,
jam
terkontamibasi
makanan, air
2-10
feses
Kontak dgn
Trasmisi mel
Libur spm
-perlu
hr
sekret saluran
droplet
24jam stlh
profilaksis
terapi paska
dgn
ekspos.
Rif2x600
Rifampin2x
mg selama
600mg, 2hr;
2 hari ,dan
ciprofloxaci
dosis
n1x500mg
tunggal
atau
cipro1x1,a
ceftriaxon2
tau
50mg IM
ceftriaxon
pneumonia pada
anak
Novirus
N meningitis
12-48
+ 11,5 tahun
Diare, KLB
napas
e 250 mg
64
IM
Parotitis,
16-
Community
Kontak dengan
Trasmisi
Vaksinasi
Mumps
18hr
acquired, virus
droplet atau
droplet
efektif,
(12-
berada dlm
langsung dgn
MMR
25hr)
sekret sal
Restriksi sp
parotitis sp 9hr
napas, yi
9hr stlh
stl onset Px
saliva, hidung
onset
immunokompro
dan mulut
parotitis.
mls
Petugas
renyan :
12hr paska
ekspos
pertama sp
25 hr stlh
ekspos
Parvovirus/B
6-10hr
Menular sblm
Kontak dgn
Transmisi
terakhir
Tidak perlu
19
drolpet
restriksi
Pertusis
7-10
muntahan
Kontak dgn
Transmisi
Vaksin
hr
sangat menular
sekresi sal
droplet sp 5 hr
direkomen
napas, droplet
menerima
umur 11-64
besar kontak
antibiotik
th petugas
dekat
dgn
pertusis:
restriksi
fase
catarrhal sp
mg 3 stl
onst / 5 hr
stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
Pollomyelitis
Nonpa
Kontak cairan
Transmisi
retriksi
Imunisasi
ralitik:
stlh gejala
sal napas,
kontak
direkomend
3-6hr;
muncul, dlm
benda
paralit
terkontaminasi
ik 7-
asikan
65
Rubella
12hr
12-
muncul
Sangat menular
Kontak dgn
Transmisi
5hr stlh
23hr,
saat bintik
droplet
droplet dan
bintik
bintik
merah keluar,
nasofaring px
kontak dgn
keluar :
merah
virus lepas
cairan sal
petugas
timbul
napas
rentan 7hr
14-
stl ekspos
16hr
congenital
pertama sp
stlh
rubella bisa
21hr stl
ekspos
berbulan-
terakhir
RSV (infeksi
2-8hr
bertahun2
Orang sakit
virus
(terser
dapat
terkontaminasi
kontak erat
kontak dgn
respiratorik)
ing
mengeluarkan
saat merawat
dhn droplrt
pasien
4-6hr)
virus selama 3-
pasien atau
atau aerosol
rawat dan
8hr. Tp pd bisa
menyentuh
partikel kecil
lingkungan
anak 3-4mgg
benda mati,
bila ada
transmisi RSV
KLB RSV
bila
Restriksi
menyentuh
sampai
mata atau
gejala akut
hidung
MRSA
Tangan
Transmisi
Batasi
Kontak dengan
Strandar
hilang
Retriksi
petugas,
transmisi
perawatan
mungkn karier
kontak, dapat
pasien dan
nares anterior,
airbone
pengolahan
tangan, axilla,
makanan
perineum,
bila petugas
nasofaring,
dengan lesi
orofaring
kulit basah
tidak perlu
retriksi bila
Streptococa
Kontak sisi
Kulit, faring
Standar
kolonisasi
Retriksi
terinfeksi &
rektum, vagina
berdasar
perawatan
transmisi
pasien &
mensekresi
pengolahan
makanan sp
24 jam stl
66
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi
petugas dg
kolonisasi
Salmonella,
Orang- orang
Shingella
lewat fekal
oral air/
makanan
terkontaminasi
Kontak
Sypilis
Kontak
langsung dg
lesi primer
atau sekunder
Tuberkolosis
Sp 1 bl minum
sypilis
Inhalasi
Airbone,
Sampai
-petugas
OAT
droplet nuklei
kontak
terbukti non
yg
(mengeluarkan
infeksius
terexpose
c tubuh
perlu tes
infeksius)
mantoux
bila
indurasiny
a> 10 mm
perlu
profilaksis
INH
sesuai
rekomenda
Varicella
Airbone,
8 hari pasca
berkusta
si lokal
Vaksinasi
varicella
21 hari
paska
kontak, beri
imuno
globulin IV
paska
kontak,
imunisasi
67
petugas
paska
pajanan
dalam 4 hari
Vibrio kolera
Kontak feces
Zoster
Tutupi lesi,
Retriksi
*lokal
jangan kontak
sampai lesi
dg pasien rawat
mengering
dan
Jangan kontak
mengelupas
Retriksi
menyeluruh
dg pasien
sampai
atau orang
semua lesi
immuno
kering dan
kompromais
* paska
Jangan kontak
mengelupas
Dari hr ke
pajanan
dg pasien rawat
10 paska
(person yang
pajanan
rentan)
pertama sp
hari ke 21
atau hr 28
bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas
j. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.
Pada mata
: Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.
Pada Kulit
: Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
Pada Mulut
: segera kumur-kumur selama 1 menit
Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan
k. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum
bekas
Orang yang terkena
Tidak divaccin
diberikan vaksin HB
Tidak ada
HBsAg
Tidak ada pengobatan
68
serokonversinya
jika titernya
pengobatan
perlu terapi.
jika tidak cukup
titernya beri
boosster HB
dalam waktu 7
Diketahui non
hari.
HBIG 1x(dalam
Tidak ada
Jika sumbermerupakan
serokonversinya
waktu 72 jam)+ 1x
pengobatan
Tidak diketahui
serokonversinya
dosis vaksin
HB(dalam waktu 7
HbsAg (+)
hari)
Tes untuk HBs :
jika (-) obat
Tidak ada
pengobatan
seperti non
serokonversi.
jika titer tidak
cukup HBIG 1x
serokonversi.
jika titer tidak cukup
+ booster vaksin
HB dan ulangi
pemeriksaan
setelah 4 minggu.
Jika titer cukup,
tidak perlu
diobati
HIV(-)
negatif
Rujuk ke dokter
HIV
Tidak ada
internis aagar
mendapatkan
nasehat.
Setelah kejadian
resiko tinggi.
dirujuk kefasilitas
post exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2 jam
setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .
Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .
Tunda proses
kehamilan selama 3
bulan.
Jangan memberikan
donor darah .
Suntikan zidovudine
selama 4 minggu
HIV (+)
(250 mg 3x/hari)
Tidak perlu
atau 150 mg
diobati
2x/hari(untuk tablet)
Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis
m. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C
Orang yang terkena
Sumber HbsAg (+)
Sumber
Hepatitis C negatif
Berikan nasehat
HbsAg (-)
Tidak perlu Tidak perlu diobati konsul dokter
untuk melakukan
diobati
pemeriksaan 0,3,6,12
bln pemeriksaan
HVC dengan PCR
dan diperiksa LVT
untuk mengetahui
status infeksinya
Sarankan untuk
meminalkan
penularan
70
Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular
Tidak diketahui
Positif
Positif Resiko
tinggi
Rejimen
Kulit utuh
Mukosa/kulit
tidak utuh
Pertimbangkan
rejimen 2 obat
Berikan rejimen
2 obat
Berikan rejimen
2 obat
AZT 300mg/12
jam x 28 hari,
3TC 150 mg/12
jam 28 hari
Berikan rejimen 2
obat.
Berikan rejimen
2 obat.
Berikan rejimen
3 obat
Berikan rejimen 2
obat
Berikan rejimen
3 obat
Berikan rejimen
3 obat
AZT 300mg/12
jam x 28 hari,
3TC 150 mg/12
jam 28 hari,
Lop/r
400/100mg/12
jam x28 hari.
Tusukan
benda tajam
solid
Tusukan
benda tajam
berongga
71
BAB II
STANDART KETENAGAAN
A. Kualifikasi Ketenagaan.
Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan
No
1
2
3
4
5
6
7
Jenis tenaga
Dokter spesialis
ICN
Perawat
Sanitasi linen
Sanitasi gizi
farmasi
Laborat
Pendidikan formal
Anestesi
D-3
D-3
D-3
D-3
D-3
D-3
sertifikat
PPI lanjut
PPI dasar
cssd
Management linen
Management Gizi
Jumlah
1
1/150 TT
1
1
1
1
jawab
dan
memiliki
komitmen
yang
tinggi
terhadap
72
Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.
d. IPCN
Kriteria IPCN :
Uraian tugas :
Audit
PPI
termasuk
pentalaksanaan
limbah,
laundry, Gizi
dengan
Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman penggunaannya.
e. IPCLN
Kriteria IPCLN :
74
Tugas IPCLN :
Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB
(HAIs).
75
Membantu mempersiapkan uji air bersih, limbah dan kuman diruang tertentu.
C. Distribusi Tenaga
Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara komprehensif dari
setiap unit pelayanan di rumah sakit :
1. QMR, IGD, Poli rawat jalan, Unit Rawat inap, Sekretariat, akuntansi, IPSRS, Gisi, lien,
farmasi, SMF, laborat, Iko
2. HCU, House keeping (CS).
76
BAB III
STANDART FASILITAS
Fasilitas
Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 2
Peralatan
Meja
Kursi
Komputer
Line internet
Almari kaca
ATK
Buku perpustakaan PPI
Jumlah
1
1 buah
3 buah
1 buah
1 unit
1 buah
1 set
B. Fasilitas Pelayanan.
1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan, petugas laboratorium,
relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan tindakan-tindakan keamanan
biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa fasilitas
tersebut telah ditetapkan.
4. Memastikan bahwa pelacakan kontak ,pembatasan dan karantina jika diperlukan
misalnya :
a. Penetapan tempat khusus bagi penderita yang disolasi
b. Pastikan peyanan medis,pasokan makanan, dukungan sosial dan bantuan psikologi
c. Pastikan transportasi yang memadai tersedia ke dan dari tempat tersebut (rumah
sakit / kamar jenazah)
5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan dipatuhi
(cmplience kebersihan tangan )
6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit menular,
dengan menyediakan lokasi diluar UGD, sebagai tempat pemeriksaan awal, identifikasi
sebagai pengobatan darirat,pasien yang perlu dirujuk untuk penatalaksaan selanjutnya.
77
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
3) Administrasi CSSD
4) Petugas OK
b. Perangkat kerja
1) Kalibrasi autoclave
2) Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
3) Kertas indikator bouwie dict tes
4) Indikator mekanik
5) Kertas indikator kimia
6) Tabung mikro biologi
1) Komite PPI
2) Komite farmasi
3) SMF
4) Petugas laborat
b. Perangkat kerja
1) Pasien yang akan dilakukan kultur
2) Form surveilens PPI
c. Tata laksana
1) Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan
2) IPCN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang diindikasikan
untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter penaggung jawab
3) Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien
4) Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses selanjutnya sesuai
SPO kultur
5) Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada ruangan
yang mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan kpian kepada IPCN
6) IPCN merekap dan menganalisa hasil kultur masing masing kegiatan
7) Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur dan SMF
7. Pelayanan kesehatan karyawan.
a. Penanggung jawab
1) Komite PPI
2) HRD
b. Perangkat kerja
1) Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
2) Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
1) HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari ulang
tahun.
2) Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3 bulan sekali.
Unit Gizi : pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
a) Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
b) Hasil diidentifikasi
c) Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
d) Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan
kepada direktur dan SMF.
8. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
1) Ketua komite PPI
2) IPSRS
b. Perangkat kerja
1) Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
2) Pemeriksaan swab lantai
3) Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
4) Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
1) Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa akan
dilakukan renovasi bangunan.
2) Bersama mengidentifikasi dampak :
kebisingan,debu.
Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
Renovasi
81
Selesai renovasi
Diamkan selama 1
bln dan uji swab
Hasil baik
Ruangan siap
digunakan
Desinfeksi dinding
dan lantai dengan
larutan chlorine 0,5 %
Lakukan swab ulang
83
BAB V
LOGISTIK
1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
1) Kertas HVS, tinta printer, bolpoint, form survei harian, form survei
Bulanan, form SPO surveilens, buku tulis.
2) Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutin :
1) Proposal pemeriksaan kultur dan swab
2) Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan, etika batuk, pencegahan dan
pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Penditribusian
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :
84
F.
2. Limbah cair
3. Limbah gas
H. Pendidikan dan pelatihan PPI
1. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
a. Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
b. Pelatihan penanggulangan bencana.
c. Simulasi penanggulangan bencana
d. Pelatihan penggunaan APD
e. Pelatihan surveilens
f. Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
g. Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
h. Pelatihan bagi regu pemadam
i. Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan kebakaran
j. Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
k. Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
2. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Intansi
lain bagi personil K3.
3. Upaya promotif dan edukasi
a. Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.
b. Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
c. Surveilens
1) ILI
2) ILO
3) ISK
4) Kepatuhan kebersihan tangan.
d. Upaya promotif PPI :
1) Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau wastafel
2) Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
3) Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
4) Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
5) Pemasangan gambar etika batuk
e. Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi
1) Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
2) Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
f. Pembuatan ruang kohort :
1) Kohort kontak infeksi
2) Kohort droplet infeksi
3) Kohort air borne infeksi
4) Kohort imunosupresif
86
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
A. Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
a. Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
a. Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
1) Komunikasi antar perawat
2) Komunikasi perawat dengan dokter
3) Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di RSU DADI
KELUARGA Purwokerto.
87
88
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
90
diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45 hari dan dibutuhkan tindakan segera
yang melibatkan Direksi.
5. Agar penemuan akar masalah
benar, maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan: dokter yang mempunyai
kemampuan dalam melakukan RCA, unsur keperawatan, dan SDM lainyang terkait
dengan jenis insiden keselamatan pasien yang terjadi.
6. Dalam melakukan RCA langkah langkah yang diambil adalah membentuk tim RCA,
observasi lapangan, pendokumentasian, wawancara, studi pustaka, melakukan asesmen
dan diskusi untuk menentukan faktor kontribusi dan akar masalah.
7. Hasil temuan dari RCA ditindak lanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar kejadian yang
sama tidak terulang kembali.
D. Standar Dan Indikator Mutu Kinerja Klinik
1. Standar Mutu Klinik : RSPR harus mampu memberikan pelayanan yang terbukti aman
bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien maupun karyawan dari segala
bentuk kejadian yang dapat timbul karena proses pelayanan.
2. Indikator Mutu Klinik:
1). Indikator Non Bedah
a). Angka dekubitus
b). Angka kejadian infeksi jarum infus
c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah
d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%
91
e). Tersedianya Bahan-bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman bagi
lingkungan
f). Dilakukannya kegiatan pemantauan
g). Hasil swab : tangan, dinding dan lantai, AC yang memenuhi standart (SPM)
h). Hasil kultur : Pus, darah dan ujung kateter
a). Indikator bouwie dict tes, kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan hasilnya baik
b). Maintence autoclave
92
93
BAB IX
PENUTUP
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPIRS saja. Namun juga
tanggung jawab semua pihak yang berada di Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf ,pasien dan pengunjung Rumah sakit.,sehingga
dapat merubah perilaku yang sehat,penyampaian sarana dan prasarana PPI .upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan
dukungan penuh dari management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit
Umum Dadi Keluarga,lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Dr Esa Dhiandani
94
BAB XVI
LANDASAN HUKUM
95