Anda di halaman 1dari 8

1.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan


Penampakan thorax dari luar adalah batas bawah leher dan batas atas abdomen. Namun
pada bagian dalam tidaklah demikian, batas ronga thorax adalah (Blaivas, 2007):
Batas belakang thorax setinggi C7, lebih tinggi dari bagian depan karena melalui
bidang yang dibentuk oleh iga pertama agak miring kebawah
Batas depan thorax setinggi vertebrae thorakal ke-2
Batas bawah thorax adalah diafragma yang berbentuk seperti kubah ke atas. Karena
bentuk diafragma yang seperti kubah, dari permukaan tidak dapat dipakai peregangan
bahwa bawah thorax adalah batas bawah costae.
Batas atas thorax dapat diraba di incisura jugularis, yatu cekungan antara caput
klavikula kanan dan kiri. Incisura ini berseberangan dengan batas atas bawah dari
vertebrae thorakal ke-2.

Dinding dada dibentuk oleh 12 tulang vertebrae thorakalis, 12 pasang iga dan sternum
(Sideras, 2011):
a. Vertebrae
Persendian vertebrae dengan tulang iga menyebabkan iga ini mempunyai bentuk yang
agak spesifik. Vertebrae thorakalis pertama memiliki persendian yang lengkap dengan
costae I dan setengah persendian dengan costae II. Selanjutnya costae II-VIII mempunyai

dua persendian, di atas dan di bawah korpus vertebrae untuk costae II sampai dengan
VIII, sedangkan costae IX-XII hanya satu.
b. Costae
Secara umum costae ada 12 pasang kanan dan kiri, Tujuh pasang iga pertama dinamakan
costae vera (iga sejati). Costae I-VII bertambah panjang secara bertahap, yang kemudian
memendek secara bertahap. Costae VIII-X berfungsi membentuk tepi costal sebelum
menyambung dengan tepi bawah sternum, maka disebut costae spuriae (iga palsu).
Costae XI-XII disebut costae fluctuantes (iga melayang).
c. Sternum
Sternum terdiri dari manubrium sterni, korpus sterni dan procesus xiphoideus. Angulus
sterni ludovici yang terbentuk antar manubrium dan korpus sterni dapat teraba dan
merupakan patokan dalam palpasi iga ke-2 di lateralnya.

Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan musculus utama dinding anterior
thorax. Musculus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan musculus gelang bahu
lainnya membentuk lapisan muskulus dinding posterior thorax. Tepi bawah musculus
pectoralis mayor membentuk lipatan / plica aksilaris anterior, lengkungan dari musculus
latisimus dorsi dan teres mayor membentuk lipatan axial posterior (Blaivas, 2007).
Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh darah dan
limfatik. Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran

udara dan kapiler. Pleura viseralis menutupi paru dan sifatnya tidak sensitive. Pleura ini
berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama dengan pleura parietalis, yang
melapisi dinding thorax dan diafragma. Pleura parietalis mendapatkan persarafan dari
nerve ending, sehingga ketika terjadi penyakit atau cedera maka timbul nyeri. Pleura
sedikit melebihi tepi paru pada tiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-paru
normal. Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti tiga lapisan
muskulus yang mengangkat iga selama respirasi tenang. Vena arteri, dan nervus dari tiap
rongga intercostalis berada di belakang tepi bawah iga. Karenanya jarum torakosintesis
atau klem yang digunakan untuk masuk kepleura harus dipasang melewati bagian atas iga
yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih (Brohi, 2011).

Diafragma
Bagian musculus perifer berasal dari bagian bawah iga ke-6 dan kartilago costae,
dari vertebrae lumbalis, dan dari lengkung lumbosakral, sedang bagian muscular
melengkung membentuk tendosentral. Serabut ototnya berhubungan dengan M.transverse
abdominis di batas costae. Diafragma menempel di bagian belakang costae melalui seratserat yang berasal dari ligamentum arcuata dan crura. Nervus prenicus mempersarafi
motorik dan intercostals bawah mempersarafi sensorik. Diafragma berperan besar pada
ventilasi paru selama respirasi tenang (Blaivas, 2007).
Sewaktu inspirasi terjadi pembesaran dinding dada kea rah ventrodirsalis dan
lateralis.

Pengembangan

dada

ini

dimungkinkan

karena

mobilitas

artikulatio

kostovertebralis, elatisitas tulang rawan iga, dank arena sedikit bertambahnya kifosis
kolumna vertebralis. Otot-otot yang berperan dalam inspirasi adalah diafragma (otot
primer inspirasi), M intercostalis externa (otot komplementer inspirasi), dan otot-otot

leher, yakni M. skalenus dan M. sternokleidomastoideus, keduanya berperan pada


inspirasi paksa dengan mengangkat bagian atas rongga thorax. Ekspirasi terjadi akbat
proses pasif dengan melemasnya otot-otot inspirasi sehingga rongga dada dan paru
kembali ke ukuran prainspirasi. Pada ekspirasi paksa, otot-otot yang berperan adalah
otot-otot abdomen dan mm.intercoastalis interna. Gaya yang menggerakkan rangka dada
secara umum adalah mm. intercostalis dan mm. scalene. Otot-otot tersebut merupakan
otot metametrik primitive yang harus dimasukkan ke dalam golongan otot authochthonus
dada. Termasuk pula mm.transverses thoracis dan mm.subcostales. Otot-otot tersebut
dipersarafi oleh rami anterior N.spinalis dan N. intercostalis (Sideras, 2011).
2. Definisi
Tension pneumotoraks adalah bertambahnya udara dalam rongga pleura secara
progresif, biasanya karena laserasi paru-paru yang memungkinkan udara untuk masuk ke
dalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar atau tertahan di dalam rongga pleura. Hal
ini dapat terjadi secara spontan pada orang tanpa kondisi paru-paru kronis (primer) dan juga pada
mereka dengan penyakit paru-paru (sekunder), dan banyak pula terjadi setelah trauma fisik ke
dada, cedera ledakan , atau sebagai komplikasi dari perawatan medis (Committee of
Trauma ACOS).
3. Epidemiologi
Insidensi dari tension pneumotoraks di luar rumah sakit tidak mungkin dapat
ditentukan. Revisi oleh Department of Transportation (DOT) Emergency Medical
Treatment (EMT) Paramedic Curriculum menyarankan tindakan dekompresi jarum
segera pada dada pasien yang menunjukan tanda serta gejala yang non-spesifik. Sekitar
10-30% pasien yang dirujuk ke pusat trauma tingkat 1 di Amerika Serikat menerima
tindakan pra rumah sakit berupa dekompresi jarum torakostomi, meskipun pada jumlah
tersebut tidak semua pasien menderita kondisi tension pneumotoraks (Jain et all, 2008).
Insidensi umum dari tension pneumotoraks pada Unit Gawat Darurat (UGD)
tidak diketahui. Literatur medis hanya menyediakan gambaran singkat mengenai
frekuensi tension pneumotoraks. Sejak tahun 2000, insidensi yang dilaporkan kepada
Australian Incident Monitoring Study (AIMS), 17 pasien yang diduga menderita

pneumotoraks, dan 4 diantaranya didiagnosis sebagai tension pneumotoraks. Pada


tinjauan yang lebih lanjut, angka kematian prajurit militer dari trauma dada menunjukkan
hingga 5% dari korban pertempuran dengan tension pneumotoraks pada waktu
kematiannya (Daley et all, 2013).
4. Etiologi
Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena iatrogenik atau
berhubungan dengan trauma (Sharma and Jindad, 2008).
a. Trauma benda tumpul atau tajam meliputi gangguan salah satu pleura visceral atau
parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak menjadi hal yang
penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks) .
b. Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya vena
subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).
c. Komplikasi ventilator, pneumotoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke Tension
Pneumotoraks
d. Ketidakberhasilan mengatasi pneumotoraks terbuka ke pneumotoraks sederhana di
mana fungsi pembalut luka sebagai katup satu arah.
e. Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumotoraks
5. Patofisiologi
Tension pneumotoraks terjadi ketika adanya gangguan yang melibatkan pleura
visceral, parietal, atau cabang trakeobronkial. Gangguan terjadi ketika terbentuk katup 1
arah, yang memungkinkan udara masuk ke rongga pleura tapi tidak memungkinkan bagi
keluarnya udara. Volume udara ini meningkat setiap kali inspirasi karena efek katup 1
arah. Akibatnya, tekanan meningkat pada hemitoraks yang terkena. Saat tekanan naik,
paru ipsilateral kolaps dan menyebabkan hipoksia. Peningkatan tekanan lebih lanjut
menyebabkan mediastinum terdorong ke arah kontralateral dan menekan jantung serta
pembuluh darah besar (Brohi, 2004).

Udara yang terperangkap akan meningkatkan tekanan positif di rongga pleura


sehingga menekan mediastinum dan mendorong jantung serta paru ke arah kontralateral.
Hal ini menyebabkan turunnya curah jantung dan timbulnya hipoksia. Curah jantung
turun karena venous return ke jantung berkurang, sedangkan hipoksia terjadi akibat
gangguan pertukaran udara pada paru yang kolaps dan paru yang tertekan di sisi
kontralateral. Hipoksia dan turunnya curah jantung akan mengganggu kestabilan
hemodinamik yang akan berakibat fatal jika tidak ditangani secara tepat (Boowan, 2006).
6. Manifestasi klinis
Tanda-tanda klinis dari tension pneumotoraks adalah adanya dispneu, takikardia,
hipotensi, deviasi trakea, hilangnya suara nafas unilateral, distensi vena jugularis, dan
dapat terjdi sianosis pada manifestasi selanjutnya (Moore et all, 2011).
Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan :
1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada)
b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
2. Palpasi :
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar

b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat


c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
3. Perkusi :
a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani
b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura
tinggi
4. Auskultasi :
a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang

daftar pustaka

Committee Of Trauma. Advance Trauma Life Support Chapter 4: Thoracic Trauma


P:111-126. United States Og America: American College Of Surgeons
Sharma, Anita. Jindad, Parul. 2008. Principles Of Diagnosis And Management Of
Traumatic Pneumothorax. Uttarakhand: Journal Of Emergencies
Jain, Dhruv, et all. 2008. Understanding And Managing Tension Pneumothorax. New
Delhi. Journal Indian Academy Of Clinical Medicine.
Daley, Brian James, et all. 2013. Pneumothorax. Tennesse. Department Of Surgery
Division Of Trauma And Critical Care University Of Tennesse Health Science
Center College Og Medicine: Emedicine.Mescape.Com
Sideras, Jim. 2011. Tension Pneumothorax: Identification And Treatment. Harvard
University: EMS1.com
Blaivas, Allen. J. 2007. Tension Pneumotorax. New York: Health Guides The New York
Times
Brohi K. 2006. Tension Pneumothorax. London, Uk :Trauma.Org.

Moore, O. Forrest, et all. 2011. Blunt traumatic occult pneumothorax: is observation


safe? Result of a prospective, AAST multicenter study. The journal of trauma
injury, infection, and critical care volume 70 number 5
Boowan,
JG.
2006.
Pneumotoraks,
Tension
and
http://www.emedicine.com/emerg/TOPIC470.HTM.
Diakses
September 2011 jam 20.00"

Traumatic.
tanggal
23

Anda mungkin juga menyukai