Political
Political
POLITICAL
SYSTEM
NATASIA
11-3B ( MC)
2007110138
SISTEM POLITIK DEMOKRASI
Semua negara mengakui bahwa Demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan
politik.
Kehendak rakyat adalah dasar utama .
kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya system politik demokrasi.
Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena masih memegang
teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak memegang
demokrasi disebut negara otoriter. Negara otoriterpun masih mengaku dirinya
sebagai negara demokrasi. Ini menunjukkan bahwa demokrasi itu penting dalam
kehidupan bernegara dan pemerintahan.
Menurut Samuel Huntington sistem politik demokrasi dapat dibedakan dari system
politik demokrasi dan non demokrasi.
Sistem politik demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur dan kelembagaan
yang demokratis. Sistem ini mampu menjamin hak kebebasan warganegara,
membatasi kekuasaan pemerintah dan mem-berikan keadilan. Indonesia sejak awal
berdiri sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem politik.
Negara Indonesia sebagai negara demokrasi terdapat pada pembukaan UUD 45
alinea ke 4 dan Ps 1 ayat (2) UUD 45 (sebelum di amandemen), kedaulatan adalah
di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR). Ps 1 ayat (2) setelah diamandemen berubah menjadi “kedaulatan
berada dita-ngan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Perubahan ini menghi-
langkan kata “dilaksanakan sepenuhnya” menjadi dilaksanakan menu-rut UUD.
Apapun perubahannya ini membuktikan sejak berdirinya negara Indonesia telah
menganut demokrasi.
Pola demokrasi dapat mengembangkan unsur demokrasi desa yang terdiri dari
rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan protes bersama dan menyingkir
dari kekuasaan absolut.
Nilai-nilai demokrasi langsung dijabarkan dalam demokrasi dibidang politik,
dibidang ekonomi dan dibidang sosial.
SISTEM POLITIK OTORITER
Kepemimpinan otoriter atau bisa di sebut kepemimpinan otokratis atau
kepemimpinan diktator adalah suatu kepemimpinan dimana seorang pemimpin ber
tindak sebagai diktator, pemimpin adalah penguasa, semua kendali ada di tangan
pemimpin.
Seorang diktator jelas tidak menyukai adanya meetin, rapat apalagi musyawarah
karena bgi seorang diktator tidak menghendaki adanya perbedaan dan pastinya
suka dg memaksakan kehendaknya.
Dengan kepemimpinan diktator semua kebijakan ada di tangan pemimpin, semua
keputusan ada di tangan pemimpin, semua bentuk hukuman, larangan peraturan
dpt juga brubah sesuai dg suasana hati pemimpin.
Jika kita lihat dari sisi gaya kepemimpinan secara ekstrim kepemimpinaan otoriter
menempati urutan pertama karena kita lihat dari seberapa besar pengaruh ato
campur tangan pemimpin kemudian di lanjutkan kepemimpinan demokratis di
mana pemimpin dan bawahan bsa saling bekerja sama dan yg ketiga atau titik
ekstrim terakhir adalah kepemimpinan laissez faire yaitu pemimpin yg tidak
bertindak sebagai pemimpin semua kebijakan bebas di tentukan sendiri oleh
anggotanya.
Jika kita tinjau menurut sistem kepemimpinan menurut likert maka sistem otoriter
menempati sistem pertama (I), berikutan lengkap sistem kepemimpinan menurut
likert
(1) sistem l : otoriter (explosive/authoritative).
(2) sistem ll : otoriter bijaksana (benevolent authoritative).
(3) sistem lll : konsultatif
(4) sisten lV : partisipatif.
Adapun ciri kepemimpinan otoriter sistem l menurut likert dalam buku
wahjosumidjo: kepemimpinan dan motivasi terbitan PT. Ghalia tahun 1987 adalah
sebagai berikut :
(1) manajer menentukan semua keputusan yg bertalian dg seluruh pekerjaan, dan
memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakanya.
(2) manajer menentukan semua standard bgm bawahan melakukan tugas.
(2) manajer memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yg tidak berhasil
melaksanakan tugas-tugas yg telas di tentukan.
(3) manajer kurang percaya terhadap bawahan dan sebaliknya bawahan tidak atau
sedikit sekali terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
(4) atasan dan bawahan bekerja dalam suasana yg saling mencurigai.
Tipe kepemimpinan otoriter jika di terapkan sekarang mungkin kurang relevan,
namun jika kita lihat lgi menurut gaya kepemimpinan situasional tipe
kepemimpinan ini bisa di terapkan terhadap anggota ato bawahan dengan tingkat
kematangan rendah yaitu ketika seorang pemimpin menghadapi bawahan yg blm
bisa atau blm menguasai hampir semua bidang yg menjadi tanggung jawabnya.
Seperti yang sudah kita ketahui dari pengertian kedua system tersebut,
menurut saya akan lebih baiknya jika Indonesia lebih menggunakan Sistem
demokrasi daripada Otoriter. Karena Sistem Otoriter sangatlah tidak memberik
toleransi sedikit pun terhadap masyarakat baik dalam hal memilih atau
pengambilan keputusan, karena semuanya ditentukan hanya oleh pemimpin,
sedangkan pada sistem demokrasi, Kita bisa bebas mengungkapkan atau
mereliasisasikan ide-ide kita selama semuana berjalan dengan baik dan benar.