Anda di halaman 1dari 17

MANIFESTASI KLINIS

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi


dispepsia menjadi 3 tipe :
1. dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala :
- nyeri epigestrium terlokasi.
- Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
- Nyeri saat lapar.
- Nyeri episodik
2. dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan gejala :
- mudah kenyang.
- Perut cepat terasa penuh saat makan.
- Mual.
- Muntah
- Uuper abdominal bloating.
- Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3. dispepsia non spesefik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

B. PATOFISIOLOGI
Stimulan kimiawi (terlalu asam)

Termal (terlalu dingin/panas)

Erosit (kafein, obat-obatan)

Iritasi lambung (asam lambung meningkat)

Dispepsia

hat

Gangguan rasa nyaman:

proses perjalanan penyakit

perasaan

mual/muntah
Nyeri epigastrium

ke jaringan sel-sel otak

(anoreksia)

gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi heliobacter pylori.
Endoskopi merupakan baju amas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah. :
1. CLO (rapir urea test)
2. patologi anatomi.
3. kultur mikroorganisme (MO) jaringan.
4. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian.

D. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
1. antasid
antsid ini akan menetralisir asam lambung. Obat ini sebaiknya jangan diberikan terus
menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri.

2. antikolinergik
obat yang agak selektif yaitu piranzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang
dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43 %.
3. antagonis reseptor H2
golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor
H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan fomatidin.

E. PENYEBAB
Penyebab Dispepsia adalah :
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Kecemasan atau depresi

F. DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL


1.Gangguan rasa nyaman b.d nyeri epigastirum
Tujuan dan kriteria :
Dalam 3 hari perawatan klien dapat memenuhi kriteria :
-

Klien secara verbal menyatakan nyeri telah berkurang atau hilang.

Klien tidak gelisah,

Skala nyeri 1 atau 0.


Intervensi :

Kaji skala nyeri.

Atur posisi senyaman mungkin.

Ajarkan tekhnik relaksasi dengan tarik napas dalam.

Anjurkan istirahat di tempat tidur.

Jaga kebersihan mulut.


2. Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
tujuan dan kriteria :
Selama perawatan klien dapat memenuhi kriteria :

Klien mendapat nafsu makan kembali.

Klien menghabiskan makanan separuh atau 1 porsi penuh.


Intervensi :

Sajikan makanan yang mudah dicerna dalam keadaan hangat, tertutup dan berikan
dalam porsi kecil.

Hindari pemberian makanan yang banyak mengandung gas.

Berikan support positif tentang makanan untuk tubuh dan kesehatan.


3. Kurang perawatan diri b.d kelemahan
tujuan dan kriteria :
Dalam 3 hari, klien dapat memenuhi kriteria :

Kebersihan diri sesuai pola.

Keadaan badan, mulut, rambut bersih.

Klien merasa nyaman.


Intervensi :

Kaji pola kebersihan diri

Ajarkan keluarga dalam kebersihan badan, mulut dan rambut.

Lakukan penkes :

Pentingnya kebersihan diri.


Pola kebersihan diri.
Cara kebersihan

DAFTAR PUSTAKA
Arif, et al.1999. Kapita Selekta Kedoteran Edisi III. Media Aeusculspius :
Jakarta
AFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Volume 2. Jakarta :EGC
Corwin, E.J. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., dan Geissler, A.C. (1999). Rencana asuhan keperawatan :
Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan asien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Gale, D. dan Charette, J. (1999). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta : EGC
Hadi, S. (1995). Gastroenterolog i. Edisi 4. Bandung : Alumni
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W. (1999). Kapita selekta
kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius
NANDA. (2001). Diagnosa keperawatan NANDA : Defmisi dan klasifikasi 2001/2002. Alih
bahasa mahasiswa PSIK BFK UGM angkatan 2002. Yogyakarta
. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).
Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya.

Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
. Manifestasi Klinik
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan.
7. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stres

3) Atur pola makan


b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya
pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap
placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah
terjadinya muntah)
9. Test Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan
penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan
penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani,
juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam
batas normal.

b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.
Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan
bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya
normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan
untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 40 % kasus.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan

Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien
melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri

INTERVENSI
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya
(skala 0 10)

RASIONAL
1. Berguna dalam pengawasan
kefektifan obat, kemajuan

2. Berikan istirahat dengan posisi

penyembuhan

semifowler
2. Dengan posisi semi-fowler
3.

Anjurkan
menghindari

klien

untuk

makanan

yang

dapat
tegangan

dapat meningkatkan kerja asam

bertambah

lambung

telentang

4. Anjurkan klien untuk tetap

menghilangkan
abdomen

yang

dengan

posisi

3. dapat menghilangkan nyeri

mengatur waktu makannya

akut/hebat dan menurunkan


aktivitas peristaltik

5. Observasi TTV tiap 24 jam


4. mencegah terjadinya perih
6. Diskusikan dan ajarkan teknik
pada ulu hati/epigastrium
relaksasi
5.

sebagai

indikator

untuk

7. Kolaborasi dengan pemberian


melanjutkan

intervensi

obat analgesik
berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri atau
dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri dan
mempermudah

kerjasama

dengan intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan
individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

INTERVENSI

RASIONAL

1. Pantau dan dokumentasikan dan


haluaran

tiap

jam

1.

secara

Untuk

mengidentifikasi

indikasi/perkembangan

adekuat

dari

hasil yang diharapkan

2. Timbang BB klien

2.

Membantu

menentukan

keseimbangan cairan yang


3. Berikan makanan sedikit tapi
tepat
sering
3. meminimalkan anoreksia, dan
4. Catat status nutrisi paasien:
mengurangi iritasi gaster
turgor kulit,
badan,

timbang berat

integritas

mukosa

4.

Berguna

dalam

mulut, kemampuan menelan,

mendefinisikan

derajat

adanya bising usus, riwayat

masalah dan intervensi yang

mual/rnuntah atau diare.

tepat

Berguna

dalam

pengawasan kefektifan obat,


5. Kaji pola diet klien yang
kemajuan penyembuhan
disukai/tidak disukai.

6. Monitor intake dan output secara

5.

periodik.

Membantu
kebutuhan

intervensi

yang

meningkatkan

spesifik,

intake

diet

7. Catat adanya anoreksia, mual,


klien.
muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya
Awasi

dengan

medikasi.

frekuensi,

konsistensi

Buang

6. Mengukur keefektifan nutrisi

volume,
Air

dan cairan

Besar
7. Dapat menentukan jenis diet

(BAB).
dan

mengidentifikasi

pemecahan masalah untuk


meningkatkan intake nutrisi.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
memperbaiki

defisit

cairan,

mempertahankan/menunjukkan

perubaan

dengan
keseimbangan

dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

INTERVENSI

RASIONAL

1. Awasi tekanan darah dan nadi,


pengisian

kapiler,

status

1. Indikator keadekuatan volume


sirkulasi perifer dan hidrasi

kriteria
cairan,

membran mukosa, turgor kulit


2. Awasi jumlah dan tipe masukan

seluler
2. Klien tidak mengkomsumsi

cairan, ukur haluaran urine

cairan

sama

dengan akurat

mengakibatkan

sekali
dehidrasi

atau mengganti cairan untuk


3.

Diskusikan

strategi

untuk
masukan

menghentikan

muntah

kalori

yang

dan
berdampak

pada

penggunaan laksatif/diuretik
keseimbangan elektrolit
4.

Identifikasi

rencana

untuk
3. Membantu klien menerima

meningkatkan/mempertahanka
perasaan

bahwa

akibat

n keseimbangan cairan optimal


muntah dan atau penggunaan
misalnya : jadwal masukan
laksatif/diuretik

mencegah

cairan
kehilangan cairan lanjut
5. Berikan/awasi hiperalimentasi
4.

Melibatkan

klien

dalam

IV
rencana untuk memperbaiki
keseimbangan untuk berhasil
5.

Tindakan

daruat

memperbaiki

untuk
ketidak

seimbangan cairan elektroli


d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan


kecemasan,

dengan

kriteria

menyatakan

pemahaman

penyakitnya.

INTERVENSI
1. Kaji tingkat kecemasan

RASIONAL
1.

Mengetahui
tingkat

2. Berikan dorongan dan berikan

sejauh

mana

kecemasan

yang

dirasakan oleh klien sehingga

waktu untuk mengungkapkan

memudahkan dlam tindakan

pikiran dan dengarkan semua

selanjutnya

keluhannya
2.
3. Jelaskan semua prosedur dan

Klien

merasa

ada

memperhatikan

pengobatan

yang

sehingga

klien merasa aman dalam


segala hal tundakan yang

4. Berikan dorongan spiritual

diberikan
3.

Klien

memahami

dan

mengerti tentang prosedur


sehingga mau bekejasama
dalam perawatannya.
4. Bahwa segala tindakan yang
diberikan

untuk

penyembuhan

proses

penyakitnya,

masih ada yang berkuasa

tentang

menyembuhkannya

yaitu

Tuhan Yang Maha Esa.


5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan
apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan
dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan
intervensi
DATAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan,
edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta, EGC
Price & Wilson, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC
Warpadji Sarwono, et al, 1996, Ilmu penyakit dalam, Jakarta, FKUI
About these ads

1. Komplikasi dispepsia
Komplikasi-komplikasi dari penyakit-penyakit fungsional dari saluran pencernaan adalah
relatif terbatas. Karena gejala-gejala paling sering dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan,
pasien-pasien yang merubah diet-diet mereka dan mengurangi pemasukan kalori-kalori mereka
mungkin kehilangan berat badan. Bagaimanapun, kehilangan berat badan adalah tidak biasa pada
penyakit-penyakit fungsional. Gejala-gejala yang membangunkan pasien-pasien dari tidur juga
kemungkinan disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan fungsional daripada fungsional.

Paling umum, penyakit-penyakit fungsional mengganggu kesenangan (hidup) dan aktivitasaktivitas harian pasien. Orang-orang yang mengembangkan mual atau nyeri setelah makan
mungkin melewati makan pagi atau makan siang. Pasien-pasien juga umumnya menghubungkan
gejala-gejala dengan makanan-makanan spesifik (contohnya, susu, lemak, sayur-sayuran),
pasien-pasien ini akan membatasi diet-diet mereka. Susu adalah makanan yang paling umum
yang dieliminasi (dihilangkan), seringkali secara tidak perlu, dan ini dapat menjurus pada
pemasukkan yang tidak memadai dari kalsium dan osteoporosis.

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati,
mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tibatiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala
klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula
disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn),
regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual,
muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)

Anda mungkin juga menyukai