Askep Dispepsia
Askep Dispepsia
B. PATOFISIOLOGI
Stimulan kimiawi (terlalu asam)
Dispepsia
hat
perasaan
mual/muntah
Nyeri epigastrium
(anoreksia)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi heliobacter pylori.
Endoskopi merupakan baju amas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah. :
1. CLO (rapir urea test)
2. patologi anatomi.
3. kultur mikroorganisme (MO) jaringan.
4. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian.
D. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
1. antasid
antsid ini akan menetralisir asam lambung. Obat ini sebaiknya jangan diberikan terus
menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri.
2. antikolinergik
obat yang agak selektif yaitu piranzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang
dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43 %.
3. antagonis reseptor H2
golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor
H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan fomatidin.
E. PENYEBAB
Penyebab Dispepsia adalah :
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Kecemasan atau depresi
Sajikan makanan yang mudah dicerna dalam keadaan hangat, tertutup dan berikan
dalam porsi kecil.
Lakukan penkes :
DAFTAR PUSTAKA
Arif, et al.1999. Kapita Selekta Kedoteran Edisi III. Media Aeusculspius :
Jakarta
AFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Volume 2. Jakarta :EGC
Corwin, E.J. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., dan Geissler, A.C. (1999). Rencana asuhan keperawatan :
Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan asien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Gale, D. dan Charette, J. (1999). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta : EGC
Hadi, S. (1995). Gastroenterolog i. Edisi 4. Bandung : Alumni
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W. (1999). Kapita selekta
kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius
NANDA. (2001). Diagnosa keperawatan NANDA : Defmisi dan klasifikasi 2001/2002. Alih
bahasa mahasiswa PSIK BFK UGM angkatan 2002. Yogyakarta
. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).
Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya.
Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
. Manifestasi Klinik
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan.
7. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stres
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.
Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan
bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya
normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan
untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 40 % kasus.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien
melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya
(skala 0 10)
RASIONAL
1. Berguna dalam pengawasan
kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
semifowler
2. Dengan posisi semi-fowler
3.
Anjurkan
menghindari
klien
untuk
makanan
yang
dapat
tegangan
bertambah
lambung
telentang
menghilangkan
abdomen
yang
dengan
posisi
sebagai
indikator
untuk
intervensi
obat analgesik
berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri atau
dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri dan
mempermudah
kerjasama
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan
individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI
RASIONAL
tiap
jam
1.
secara
Untuk
mengidentifikasi
indikasi/perkembangan
adekuat
dari
2. Timbang BB klien
2.
Membantu
menentukan
timbang berat
integritas
mukosa
4.
Berguna
dalam
mendefinisikan
derajat
tepat
Berguna
dalam
5.
periodik.
Membantu
kebutuhan
intervensi
yang
meningkatkan
spesifik,
intake
diet
dengan
medikasi.
frekuensi,
konsistensi
Buang
volume,
Air
dan cairan
Besar
7. Dapat menentukan jenis diet
(BAB).
dan
mengidentifikasi
defisit
cairan,
mempertahankan/menunjukkan
perubaan
dengan
keseimbangan
INTERVENSI
RASIONAL
kapiler,
status
kriteria
cairan,
seluler
2. Klien tidak mengkomsumsi
cairan
sama
dengan akurat
mengakibatkan
sekali
dehidrasi
Diskusikan
strategi
untuk
masukan
menghentikan
muntah
kalori
yang
dan
berdampak
pada
penggunaan laksatif/diuretik
keseimbangan elektrolit
4.
Identifikasi
rencana
untuk
3. Membantu klien menerima
meningkatkan/mempertahanka
perasaan
bahwa
akibat
mencegah
cairan
kehilangan cairan lanjut
5. Berikan/awasi hiperalimentasi
4.
Melibatkan
klien
dalam
IV
rencana untuk memperbaiki
keseimbangan untuk berhasil
5.
Tindakan
daruat
memperbaiki
untuk
ketidak
dengan
kriteria
menyatakan
pemahaman
penyakitnya.
INTERVENSI
1. Kaji tingkat kecemasan
RASIONAL
1.
Mengetahui
tingkat
sejauh
mana
kecemasan
yang
selanjutnya
keluhannya
2.
3. Jelaskan semua prosedur dan
Klien
merasa
ada
memperhatikan
pengobatan
yang
sehingga
diberikan
3.
Klien
memahami
dan
untuk
penyembuhan
proses
penyakitnya,
tentang
menyembuhkannya
yaitu
1. Komplikasi dispepsia
Komplikasi-komplikasi dari penyakit-penyakit fungsional dari saluran pencernaan adalah
relatif terbatas. Karena gejala-gejala paling sering dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan,
pasien-pasien yang merubah diet-diet mereka dan mengurangi pemasukan kalori-kalori mereka
mungkin kehilangan berat badan. Bagaimanapun, kehilangan berat badan adalah tidak biasa pada
penyakit-penyakit fungsional. Gejala-gejala yang membangunkan pasien-pasien dari tidur juga
kemungkinan disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan fungsional daripada fungsional.
Paling umum, penyakit-penyakit fungsional mengganggu kesenangan (hidup) dan aktivitasaktivitas harian pasien. Orang-orang yang mengembangkan mual atau nyeri setelah makan
mungkin melewati makan pagi atau makan siang. Pasien-pasien juga umumnya menghubungkan
gejala-gejala dengan makanan-makanan spesifik (contohnya, susu, lemak, sayur-sayuran),
pasien-pasien ini akan membatasi diet-diet mereka. Susu adalah makanan yang paling umum
yang dieliminasi (dihilangkan), seringkali secara tidak perlu, dan ini dapat menjurus pada
pemasukkan yang tidak memadai dari kalsium dan osteoporosis.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus
yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati,
mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tibatiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala
klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula
disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn),
regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual,
muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)