Anda di halaman 1dari 26

TUGAS GEOFISIKA

METODE GRAVITY DAN METODE MAGNETOTELLURIC

Disusun oleh:
1. Tiara Veronica
2. Mika Dwi Permata
3. Pina Sellavia

Dosen Pengampu

(A1E014013)
(A1E014025)
(A1E014071)

: Desy Hanisa Putri, S.Pd,M.Si

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


2015
1

METODE GRAVITY
A. Pengertian
Metode gravity merupakan metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran variasi medan
gravitasi bumi. Pengukuran ini dapat dilakukan dipermukaan bumi, dikapal maupun diudara. Dalam
metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan dibawah
permukaan, sehingga dalam pelaksanaanya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari
satu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Karena perbedaan medan gravitasi ini relatif
kecil maka alat yang digunakan harus mempunyai ketelitian yang tinggi.
Metode ini umumnya digunakan dalam eksplorasi minyak untuk menemukan struktur yang
merupakan jebakan minyak (oil trap), dan dikenal sebagai metode awal saat akan melakukan
eksplorasi daerah yang berpotensi hidrokarbon. Disamping itu metode ini juga banyak dipakai
dalam eksplorasi mineral dan lain-lain. Meskipun dapat dioperasikan dalam berbagai macam hal
tetapi pada prinsipnya metode ini dipilih karena kemampuannya dalam membedakan
rapat massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah
permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk
perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik itu minyak maupun mineral lainnya. Eksplorasi
metode ini dilakukan dalam bentuk kisi atau lintasan penampang.
Metode Gravity (gaya berat) dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan
berdasarkan perbedaan rapat masa cebakan mineral dari daerah sekeliling (r=gram/cm3). Metode ini
adalah metode geofisika yang sensitive terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini
disukai untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan sungai purba,
lubang di dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan dalam
bentuk kisi atau lintasan penampang. Perpisahan anomali akibat rapat masa dari kedalaman berbeda
dilakukan dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Di pasaran sekarang didapat
alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi ( mgal ), dengan demikian anomali kecil dapat
dianalisa. Hanya saja metode penguluran data, harus dilakukan dengan sangat teliti untuk
mendapatkan hasil yang akurat.

Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada
pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal maupun
di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa
batuan di bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan
medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi
umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga
banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya.
Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu
material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat
diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkahlangkah eksplorasi baik minyak maupun mineral lainnya. Untuk menggunakan metode ini
dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, alat gravitasi yang pertama berada di base sebagai alat yang
digunakan untuk mengukur pasang surut gravitasi, alat yang kedua dibawa pergi ke setiap titik pada
stasiun mencatat perubahan gravitasi yang ada. Biasanya dalam pengerjaan pengukuran gravitasi ini,
dilakukan secaralooping.
Pada dasarnya gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki rapat
massa yang berbeda, hal ini dapat diekspresikan oleh rumus hukum Newton sederhana sebagai
berikut:

B. Metodologi

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah melakukan kalibrasi alat dan menentukan titik
acuan (base station) sebelum melakukan pengambilan data gayaberat di titik-titik ukur lainnya.
Mencari besarnya harga medan gravitasi suatu base station (titik ikat) pengukuran dapat dilakukan
dengan persamaan:
gbs = gref + ( gpembacaan bs + gpembacaan ref )

gbs = harga medan gravitasi base station


gref = harga medan gravitasi titik referensi
gpembacaan bs = harga pembacaan gravitasi di base station
gpembacaan ref = harga pembacaan gravitasi di titik referensi

Contoh dalam studi kasus pengukuran yang digunakan dalam suatu survey untuk menentukan
daerah geothermal/panas bumi dapat dilakukan dengan beberapa parameter dan terlihat seperti pada
gambar berikut.

Titik Ukur Pada Lintasan Akuisisi


Lintasan pengambilan data terdiri dari lintasan A, B, C, D, E, F dan G sebanyak 189 titik
pengambilan data. Pada lintasan regional terdapat 74 titik ukur, sehingga jumlah titik pengambilan
data terdapat 263 titik. Sehingga dalam titik ukur tersebut terdapat dua jenis titik ukur, lintasan
utama dan lintasan regional. Lintasan utama ini merupakan pengukuran inti yang letak titik ukurnya
berada pada sepanjang lintasan yang telah ditentukan. Dan lintasan regiona adalah pengukuran yang
titik ukurnya tidak berada di lintasan utama yang telah ditentukan. Pada satu lintasan pengukuran,
interval pengambilan titik adalah 250-500 m. Pada lintasan regional interval pengambilan titik
adalah 500-1000 m sedangkan interval pengambilan titik pada daerah manifestasi panas bumi
berkisar antara 100-150 m. Sehingga setelah semua proses akuisisi telah selesai, dapat dilanjutkan
ke proses prosesing data dengan berbagai pengolahan.
Dalam metode ini penelitian dapat digolongkan menjadi 3 tahap, tahap ini umum digunakan
juga pada metode geofisika yang lainnya. Antara lain adalah Akuisisi Data, Prosesing Data, dan
Interpretasi. Akuisisi data ini adalah proses pengambilan data di lapangan. Dalam proses ini dibagi
menjadi beberapa tahap yang harus dilakukan. Mulai dari mengatahui informasi dari daerah yang
akan diukur dan persiapan alatnya. Pengukuran dengan metode gravity

dapat dilakukan

dipermukaan bumi, di kapal, maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi
6

medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga dalam
pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap
titik observasi lainnya.
1. Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Pengambilan Data Di Darat
a

Gravity meter LaCoste & Romberg Model G-1177

Barometer Aneroid Precission

Global Positioning System (GPS)

Battery Charger

g
h
i

Termometer

Peta Topografi

Kamera Digital
Buku Lapangan
Alat tulis

2. Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Pengambilan Data Di Laut


8

a. Kapal laut yang memiliki navigasi dilengkapi dengan peralatan pendukung lainnya.

b. Altimeter adalah alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan laut. Biasanya
alat ini digunakan untuk keperluan navigasi dalam penerbangan, pendakian, dan kegiatan yang
berhubungan dengan ketinggian.

c. Gravimeter LaCoste & Romberg G-502. Gravimeters dirancang untuk mengukur perbedaan
yang sangat kecil dimedan gravitasi dan sebagai hasilnya merupakan instrumen yang sangat
halus. Gravimeter ini rentan terhadap shock mekanis selama transportasi dan penanganan.

Setelah peralatan telah tersedia, langkah awal untuk pengukuran adalah menggunakan peta
geologi dan peta topografi, hal ini bertujuan untuk menentukan lintasan pengukuran dan base station
yang telah diketahui harga percepatan gravitasinya. Akan tetapi ada beberapa parameter lain yang

dibutuhkan juga dalam penentuan base station, lintasan pengukuran dan titik ikat. Antara lain adalah
:
Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal.
Lokasi titik pengukuran harus dapat dibaca dalam peta.
Lokasi titik pengukuran harus mudah dijangkau serta bebas dari gangguan kendaraan
bermotor, mesin, dll.
Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal dari satelit
dengan baik tanpa ada penghalang.
Sehingga dapat disimpulkan lokasi titik acuan harus berupa titik/tempat yang stabil dan mudah
dijangkau. Penentuan titik acuan sangat penting, karena pengambilan data lapangan harus dilakukan
secara looping, yaitu dimulai pada suatu titik yang telah ditentukan, dan berakhir pada titik tersebut.
Titik acuan tersebut perlu diikatkan terlebih dahulu pada titik ikat yang sudah terukur sebelumnya.
Dalam alur pengambilan data dilakukan dengan proses looping. Tujuan dari sistem looping tersebut
adalah agar dapat diperoleh nilai koreksi apungan alat (drift) yang disebabkan oleh adanya
perubahan pembacaan akibat gangguan berupa guncangan alat selama perjalanan. Dalam
pengukuran gayaberat terdapat beberapa data yang perlu dicatat meliputi waktu pembacaan (hari,
jam, dan tanggal), nilai pembacaan gravimeter, posisi koordinat stasiun pengukuran (lintang dan
bujur) dan ketinggian titik ukur. Pengambilan data dilakukan di titik-titik yang telah direncanakan
pada peta topografi dengan interval jarak pengukuran tertentu.
C. Signifikansi dan Penggunaan
Pengukuran gravitasi dapat digunakan untuk fitur geologi peta utama lebih dari ratusan
kilometer persegi dan untuk mendeteksi dangkal fitur yang lebih kecil di dalam tanah atau rock. Di
beberapa daerah, metode gravitasi dapat mendeteksi rongga bawah permukaan. Manfaat lain dari
metode gravitasi adalah bahwa pengukuran dapat dilakukan di daerah budaya banyak
dikembangkan, dimana metode geofisika lainnya mungkin tidak bekerja. Sebagai contoh,
pengukuran gravitasi bisa dibuat di dalam bangunan, di daerah perkotaan dan di daerah kebisingan
budaya, listrik, dan elektromagnetik. Pengukuran kondisi bawah permukaan dengan metode
gravitasi membutuhkan sebuah gravimeter dan sarana untuk menentukan lokasi dan elevasi relatif
sangat akurat dari stasiun gravitasi.
10

Unit pengukuran yang digunakan dalam metode gravitasi adalah gal, berdasarkan gaya
gravitasi di permukaan bumi. Gravitasi rata-rata di permukaan bumi adalah sekitar 980 gal. Unit
umum digunakan dalam survei gravitasi daerah adalah milligal (10 - gal 3). Teknik aplikasi
lingkungan memerlukan pengukuran dengan akurasi dari beberapa gals (10-6 gals), mereka sering
disebut sebagai survei mikro.
Sebuah survei gravitasi rinci biasanya menggunakan stasiun pengukuran berjarak dekat
(beberapa meter untuk beberapa ratus kaki) dan dilakukan dengan gravimeter mampu membaca ke
beberapa gals. Detil survei digunakan untuk menilai geologi lokal atau kondisi struktural.
Sebuah survei gravitasi terdiri dari melakukan pengukuran gravitasi di stasiun sepanjang garis
profil atau grid. Pengukuran diambil secara berkala di base station (lokasi referensi stabil noise-free)
untuk mengoreksi drift instrumen.
Data gaya berat berisi anomali yang terdiri dari dalam efek lokal regional dan dangkal. Ini
adalah efek lokal dangkal yang menarik dalam pekerjaan mikro. Banyak diterapkan pada data
lapangan mentah. Koreksi ini termasuk lintang, elevasi udara bebas, koreksi Bouguer (efek massa),
pasang surut Bumi, dan medan. Setelah pengurangan tren regional, sisa atau data gayaberat Bouguer
anomali sisa dapat disajikan sebagai garis profil atau di peta kontur. Peta anomali gaya berat sisa
dapat digunakan untuk kedua interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Rincian tambahan metode
gravitasi diberikan dalam Telford et al (4); Butler (5); Nettleton (6), dan Hinze (7).
Metode gravitasi tergantung pada variasi lateral dan kedalaman dalam kepadatan material
bawah permukaan. Kepadatan dari tanah atau batuan merupakan fungsi dari densitas mineral
pembentuk batuan, porositas medium, dan densitas dari cairan mengisi ruang pori. Rock kepadatan
bervariasi dari kurang dari 1,0 g / cm 3 untuk beberapa batu vulkanik vesikuler lebih dari 3,5 g /
cm 3 untuk beberapa batuan beku ultrabasa.
Sebuah kontras densitas yang memadai antara kondisi latar belakang dan fitur yang sedang
dipetakan harus ada untuk fitur yang akan terdeteksi. Beberapa geologi yang signifikan atau batas
hidrogeologi mungkin tidak memiliki kontras densitas medan-terukur di antara mereka, dan
karenanya tidak dapat dideteksi dengan teknik ini. Sedangkan metode gravitasi langkah-langkah
variasi densitas bahan bumi, itu adalah penerjemah yang, berdasarkan pengetahuan tentang kondisi
11

lokal atau data lain, atau keduanya, harus menginterpretasikan data gravitasi dan tiba di solusi
geologi yang wajar.
D. Pengolahan Data Gravity
Pemrosesan data gayaberat yang sering disebut juga dengan reduksi data gayaberat, secara
umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu: proses dasar dan proses lanjutan. Proses dasar
mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan alat di lapangan sampai diperoleh nilai
anomali Bouguer di setiap titik amat. Proses tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: konversi
pembacaan gravity meter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift correction), koreksi pasang surut
(tidal correction), koreksi lintang (latitude correction), koreksi udara bebas (free-air
correction),koreksi Bouguer (sampai pada tahap ini diperoleh nilai anomali Bouguer Sederhana
(ABS) pada topografi.), dan koreksi medan (terrain correction). Pemrosesan data tersebut
menggunakan komputer dengan software MS. Excel. Proses lanjutan merupakan proses untuk
mempertajam kenampakan/gejala geologi pada daerah penyelidikan yaitu pemodelan dengan
menggunakansoftware Surfer 8 dan GRAV2DC. Beberapa koreksi dan konversi yang dilakukan
dalam pemrosesan data metoda gayaberat, dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Konversi Pembacaan Gravity Meter
Pemrosesan data gayaberat dilakukan terhadap nilai pembacaan gravity meter untuk
mendapatkan nilai anomali Bouguer. Untuk memperoleh nilai anomali Bouguer dari setiap titik
amat, maka dilakukan konversi pembacaan gravity meter menjadi nilai gayaberat dalam satuan
milligal. Untuk melakukan konversi memerlukan tabel konversi dari gravity meter tersebut.
Setiap gravity meter dilengkapi dengan tabel konversi. Cara melakukan konversi adalah sebagai
berikut:
Misal hasil pembacaan gravity meter 1714,360. Nilai ini diambil nilai bulat sampai ratusan
yaitu 1700. Dalam tabel konversi (Tabel 3.1) nilai 1700 sama dengan 1730,844 mGal.
Sisa dari hasil pembacaan yang belum dihitung yaitu 14,360 dikalikan dengan faktor
interval yang sesuai dengan nilai bulatnya, yaitu 1,01772 sehingga hasilnya menjadi 14,360 x
1,01772 = 14.61445 mGal.

12

Kedua perhitungan diatas dijumlahkan, hasilnya adalah (1730,844 + 14.61445) x CCF =


1746.222 mGal. Dimana CCF (Calibration Correction Factor) merupakan nilai kalibrasi alat
Gravity meter LaCoste & Romberg type G.525 sebesar 1.000437261.
Tabel 3.1 Kutipan contoh tabel konversi gravity meter type G.525.

Pembacaan

Nilai Dalam

Interval

Counter

mGal

Faktor

1600

1629.070

1.01774

1700

1730.844

1.01772

1800

1832.616

1.01770

b. Posisi dan Ketinggian


Penentuan posisi menggunakan GPS, sedangkan pengukuran ketinggian menggunakan
barometer aneroid dan termometer. Pengukuran ketinggian dilakukan secara diferensial yaitu
dengan menggunakan dua buah barometer dan termometer. Pengukuran tersebut dilakukan
dengan menempatkan satu alat di base station sedangkan alat yang lain dibawa untuk melakukan
pengukuran pada setiap titik amat. Adapun pemrosesan data posisi dan ketinggian sebagai
berikut.
1. Pemrosesan Data GPS
Setiap kali pembacaan posisi titik amat langsung dapat diketahui dari bacaan tersebut,
yaitu berupa bujur (longitude) dan lintang (latitude). Posisi yang ditunjukan GPS dalam satuan
derajat, menit dan detik. Maka perlu melakukan konversi posisi dari satuan waktu ke dalam
satuan derajat. Posisi ini selanjutnya digunakan untuk menghitung koreksi lintang atau
perhitungan normal.
13

2. Pemrosesan Data Barometer


Barometer merupakan alat ukur tekanan udara yang secara tidak langsung digunakan
untuk mengukur beda tinggi suatu tempat di permukaan bumi. Prinsip pengukuran ketinggian
barometer didasarkan pada suatu hubungan antara tekanan udara disuatu tempat dengan
ketinggian tempat lainnya, yaitu dengan adanya tekanan udara suatu tempat dipermukaan
bumi sebanding dengan berat kolom udara vertikal yang berada diatasnya (hingga batas atas
atmosfer). Ketelitiaan pengukuran tinggi barometer sangat tergantung pada kondisi cuaca,
sebab keadaan tersebut akan mempengaruhi tekanan udara di suatu tempat.
Perbedaan temperatur udara dan kecepatan angin disuatu tempat akan menyebabkan
tekanan udara naik turun (berfluktuasi), sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam beda
tinggi antara dua tempat yang berbeda. Maka perlu dilakukan pengukuran temperatur udara
untuk menentukan koreksi temperatur yang harus diperhitungkan dalam penentuan beda
tinggi, sehingga akan memperkecil kesalahan (Subagio, 2002). Pengukuran ketinggiaan
dengan menggunakan barometer selain tergantung pada tekanan udara, dipengaruhi juga oleh
beberapa parameter seperti temperatur udara, kelembaban udara, posisi lintang titik amat, serta
ketinggian titik ukur.
Dalam pemrosesan data metoda gayaberat terdapat beberapa tahapan dengan koreksikoreksi diantaranya adalah :
1. Koreksi Apungan (Drift Correction)
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh perubahan kondisi alat (gravity
meter) terhadap nilai pembacaan. Koreksi apungan muncul karena gravity meter selama
digunakan untuk melakukan pengukuran akan mengalami goncangan, sehingga akan
menyebabkan bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut. Koreksi ini dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran dengan metode looping, yaitu dengan pembacaan ulang
pada titik ikat (base station) dalam satu kalilooping, sehingga nilai penyimpangannya
diketahui.
2. Koreksi Pasang Surut (Tidal Correction)

14

Koreksi ini adalah untuk menghilangkan gaya tarik yang dialami bumi akibat bulan dan
matahari, sehingga di permukaan bumi akan mengalami gaya tarik naik turun. Hal ini akan
menyebabkan perubahan nilai medan gravitasi di permukaan bumi secara periodik. Koreksi
pasang surut juga tergantung dari kedudukan bulan dan matahari terhadap bumi. Koreksi
tersebut dihitung berdasarkan perumusan Longman (1965) yang telah dibuat dalam sebuah
paket program komputer. Koreksi ini selalu ditambahkan terhadap nilai pengukuran, dari
koreksi akan diperoleh nilai medan gravitasi di permukaan topografi yang terkoreksi drift dan
pasang surut,
3. Koreksi Lintang (Latitude Correction)
Koreksi lintang digunakan untuk mengkoreksi gayaberat di setiap lintang geografis
karena gayaberat tersebut berbeda, yang disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal dan bentuk
ellipsoide. Dari koreksi ini akan diperoleh anomali medan gayaberat. Medan anomali tersebut
merupakan selisih antara medan gayaberat observasi dengan medan gayaberat teoritis
(gayaberat normal).
Menurut (Sunardy, A.C., 2005) gayaberat normal adalah harga gayaberat teoritis yang
mengacu pada permukaan laut rata-rata sebagai titik awal ketinggian dan merupakan fungsi
dari lintang geografi. Medan gayaberat teoritis diperoleh berdasarkan rumusan-rumusan secara
teoritis, maka untuk koreksi ini menggunakan rumusan medan gayaberat teoris pada speroid
referensi (z = 0) yang ditetapkan oleh The International of Geodesy (IAG) yang diberi
nama Geodetic Reference System 1967 (GRS 67) sebagai fungsi lintang (Burger, 1992),
4. Koreksi Ketinggian
Koreksi ini digunakan untuk menghilang perbedaan gravitasi yang dipengaruhi oleh
perbedaan ketinggian dari setiap titik amat. Koreksi ketinggian terdiri dari dua macam yaitu
a) Koreksi Udara Bebas (free-air correction)
Koreksi udara bebas merupakan koreksi akibat perbedaan ketinggian sebesar h dengan
mengabaikan adanya massa yang terletak diantara titik amat dengan sferoid referensi.
Koreksi ini dilakukan untuk mendapatkan anomali medan gayaberat di topografi. Untuk
mendapat anomali medan gayaberat di topografi maka medan gayaberat teoritis dan medan
15

gayaberat observasi harus sama-sama berada di topografi, sehingga koreksi ini perlu
dilakukan. Koreksi udara bebas dinyatakan secara metematis dengan rumus :
FAC =0.3085h mGal
dimana h adalah beda ketinggian antara titik amat gayaberat dari sferoid referensi
(dalam meter).
Setelah dilakukan koreksi tersebut maka akan didapatkan anomali udara bebas di
topografi yang dapat dinyatakan dengan rumus:
FAA =gobs-g(f) +FAC mGal
dimana :

FAA: anomali medan gayaberat udara bebas di topografi (mGal)


Gobs: medan gayaberat observasi di topografi (mGal)
G(f): medan gayaberat teoritis pada posisi titik amat (mGal)
FAC : koreksi udara bebas (mGal)

b). Koreksi Bouguer


Bouguer Correction adalah harga gaya berat akibat massa di antara referensi antara
bidang referensi muka air laut samapi titik pengukuran sehingga nilai gobservasi
bertambah. Setelah dilakukan koreksi-koreksi terhadap data percepatan gravitasi hasil
pengukuran (koreksi latitude, elevasi, dan topografi) maka diperoleh anomali percepatan
gravitasi (anomali gravitasi Bouguer lengkap) yaitu :
gBL = gobs g() + gFAgB + gT

dimana :
gobs = medan gravitasi observasi yang sudah dikoreksi pasang surut
g() = Koreksi latitude
gFA = Koreksi udara bebas (Free Air Effect)
16

gB = Koreksi Bouguer
gT = Koreksi topografi (medan)
Dengan memasukan harga-harga numerik yang sudah diketahui,
gBL = gobs g() + 0.094h (0.01277h T)
5. Koreksi Medan (Terrain Corection)
Koreksi medan digunakan untuk menghilangkan pengaruh efek massa disekitar titik
observasi. Adanya bukit dan lembah disekitar titik amat akan mengurangi besarnya medan
gayaberat yang sebenarnya. Karena efek tersebut sifatnya mengurangi medan gayaberat yang
sebenarnya di titik amat maka koreksi medan harus ditambahkan terhadap nilai medan
gayaberat.

17

METODE MAGNETOTELLURIK
A. Pengertian Metode Magnetotellurik (MT)

Magnetotelluric (MT) adalah metode pasif


yang mengukur arus listrik alami dalam bumi,
yang dihasilkan oleh induksi magnetik dari arus
listrik di ionosfer. Metode ini dapat digunakan
untuk menentukan sifat listrik bahan pada
kedalaman yang relatif besar (termasuk mantel)
di dalam bumi. Dengan teknik ini, variasi waktu
pada

potensi

listrik

diukur

pada

stasiun

pangkalan dan stasiun survei. Perbedaan pada


sinyal tercatat digunakan untuk memperkirakan distribusi resistivitas listrik bawah permukaan.
Metode pengukuran MT (magnetotelluric) dan AMT (audio magnetotelluric) secara umum
adalah sama, perbedaanya hanya pada cakupan frekuensi yang ditangkap, dimana semakin kecil
frekuensi yang dihasilkan maka semakin dalam penyelidikan yang diperoleh. Metode MT
memperoleh data dari frekuensi sekitar 400 Hz sampai 0.0000129 Hz (perioda sekitar 21.5 jam)
sedangkan metode AMT memperoleh data dari frekuensi 10 kHz sampai 0.1 Hz, dimana
sumbernya berasal dari alam (arus telurik yang terjadi di sekitar ionosfer bumi).
Untuk memperbaiki kualitas data dari gangguan elektromagnet lokal (power line, aktivitas
industri, aktivitas manusia, jalan, pohon-pohon besar yang dapat menghasilkan gangguan microvibrations dari akar-akarnya, dll) dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan data dari satu alat
yang disimpan statis di suatu tempat yang jauh dari gangguan elektromagnetik lokal dengan alat
lainnya yang berpindah-pindah (local, remote, far remote station) dan dilakukan dalam rentang
waktu yang sama yang disinkronisasikan terhadap waktu UTC.

18

B. Metodologi
Metode MT adalah metode sounding yang mengukur secara pasif gelombang Elektromagnetik
(EM) alami (Agung, 2009; Satrio dan Koesuma 2012). Metode magnetotellurik memiliki jangkauan
penetrasi yang lebih dalam dibandingkan dengan metode geolistrik. Metode magnetotelurik dapat
mengetahui sebaran batuan dan lapisan di bawah permukaan dengan melihat nilai resistivitasnya
atau tahanan jenisnya (Kadir, 2011). Selain itu model konseptual, luas dan batas reservoir panas
bumi dapat diketahui.
Sumber sinyal untuk metode magnetotellurik adalah medan magnetik yang berasal dari dalam
dan luar bumi serta memiliki rentang frekuensi yang bervariasi. Medan magnet yang berasal dari
dalam dikarenakan pergerakan antara mantel bumi terhadap inti bumi. Medan magnet yang berasal
dari luar bumi adalah medan magnet yang dihasilkan di atmosfer dan magnetosfer (Agung, 2009;
Kadir, 2011). Semua sumber medan magnetik tersebut memiliki nilai yang bervariasi terhadap
waktu, tetapi yang dimanfaatkan pada Metode Magnetotellurik hanya medan magnetik yang berasal
dari luar bumi yang memiliki rentang frekuensi lebih besar.
Sumber magnetik yang berasal dari luar bumi yaitu seperti peristiwa petir yang menyambar
dan solar wind yang terjadi. Frekuensi yang dihasilkan oleh peristiwa solar wind memiliki frekuensi
lebih kecil dari 1 Hz sehingga jarak tembus medan magnetik menjangkau kedalaman yang cukup
jauh (Simpson dan Bahr, 2005). Frekuensi yang dihasilkan pada aktivitas petir atau kilat ialah di atas
1 Hz (Agung, 2009; Kadir, 2011). Peristiwa ini terjadi di ionosfer dan menjalar hingga ke
permukaan bumi. Ketika mencapai permukaan bumi secara otomatis medan magnet bumi akan
mengalami perubahan. Jika perubahan medan magnet bumi terjadi berulang kali maka akan

19

menghasilkan fluks magnet yang menginduksi arus listrik di bawah permukaan bumi dan
menghasilkan medan magnet sekunder yang akan direkam oleh alat MT (Kadir, 2011).
Gelombang EM yang masuk ke dalam permukaan bumi akan mengalami peluruhan dari
amplitudo awal yang disebut dengan istilah skin depth. Skin depth adalah jarak () sepanjang kuat
medan listrik yang teratenuasi oleh kuat medan listrik awal. Skin depth dapat dituliskan dengan
persamaan berikut (Kadir, 2011):
= 2 503 (1)
Keterangan :
= resistivitas
f = frekuensi
Frekuensi yang digunakan pada metode MT adalah antara 10-4 Hz hingga 104 Hz (Satrio dan
Koesuma, 2012).
Waktu perekaman data biasanya dilakukan hingga belasan jam agar data yang terukur cukup
untuk menggambarkan kondisi di bawah permukaan hingga kedalaman ribuan meter. Alat MTU
akan merekam variasi waktu dari medan magnet dan medan listrik yang akan disimpan dalam
removable flash card (Kadir, 2011). Sensor yang digunakan untuk merekam data terdiri dari 2 jenis
sensor yaitu sensor elektrik dan sensor magnetik. Sensor elektrik berfungsi untuk merekam data
medan listrik dan sensor magnetik berfungsi untuk merekam data medan magnet. Terdapat 3 sensor
magnetik yang terdiri dari 3 koil (Hx, Hy dan Hz) dimana 2 sensor magnetik akan diletakkan secara
horizontal dan 1 sensor magnetik diletakkan secara vertical. Sensor elektrik yang digunakan terdiri
dari 5 poros pot, dimana 4 buah poros pot akan diletakkan secara tegak lurus (Ex dan Ey) dan 1 buah
akan ditanam di bawah alat MTU sebagai ground. Pada setiap sensor akan terhubung dengan kabel
connector untuk menghubungkan 3 buah koil dan 5 poros pot ke alat MTU. Laptop akan digunakan
untuk mengoperasikan alat MTU dan melihat data mentah, mentransfer data ke removable flash
card. Pada proses pengukuran akan digunakan GPS untuk mengetahui posisi pengukuran di titik
tersebut. Akumulator akan dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik untuk mengaktifkan alat
MTU. Converter AC-DC digunakan untuk megubah tegangan pada akumulator sebagai energi untuk
mengaktifkan laptop.
Poros pot akan ditanam pada lubang. Lubang yang akan ditempati harus di isi dengan larutan
bentronit. Larutan bentronit adalah larutan yang terdiri dari bentonit, garam dan akuades. Ini

20

berfungsi agar lokasi penanaman tersebut lebih bersifat elektrolit sehingga elektrode dapat merekam
arus tellurik secara maksimal.
Sebelum penempatan alat pada lokasi pengukuran, dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu.
Kalibrasi dilakukan di daerah yang memiliki sedikit gangguan seperti terhindar dari sumber-sumber
listrik dan ground motion. Pertama-tama GPS dan laptop dihubungkan ke alat MTU. Kemudian
MTU dihubungkan ke koil yang disusun sejajar di atas tanah. Setalah itu MTU akan mengukur
dalam waktu 30-60 menit. Setelah itu baru dapat dilakukan pengukuran ke titik yang ditentukan.
Pada proses pengaturan alat sesuai layout pengukuran, poros pot diletakkan kurang lebih dengan
jarak 100 meter antar poros pot.
Setelah itu dapat dilakukan proses perekaman data. Pada proses ini, kontak antara poros pot
dengan tanah harus diperiksa terllebih dahulu. Nilai resistivitas harus relative lebih kecil dari 2 k.
setelah semua siap maka proses perekaman data dapat dilakukan. Parameter yang ingin diukur dapat
ditententukan dengan menggunakan laptop.
Data yang telah direkam pada alat MTU berupa data mentah medan listrik dan medan magnet
terhadap waktu. Pemilihan pada interval waktu pengukuran mempengaruhi kualitas data. Semakin
panjang interval waktu maka jumlah data yang didapat semakin banyak. Setelah itu data dalam
domain waktu akan diubah menjadi domain frekuensi dengan transformasi fourier. Proses
transformasi fourier dilakukan karena parameter fisis seperti impedansi, resistivitas semu dan fase
merupakan
fungsi frekuensi
(Heditama,
2011). Setelah
itu

akan

dihitung

nilai

impedansi,
resistivitas
semu dan fase
dengan
menggunakan robust processing. Robust processing digunakan untuk mengurangi noise dan
membuat data lebih baik (Heditama, 2011). Semua proses tersebut dilakukan di perangkat lunak
SSMT 2000.
21

Gambar 2 . Data perekaman alat MT berupa parameter Ex, Ey, Hx, Hy dan Hz terhadap
waktu
Kemudian pengolahan data magnetotellurik dilanjutkan dengan membuat inversi dari data
lintasan pengukuran. Persamaan forward modelling untuk metode MT adalah (Grandis, 1997):
= 0 1 (2 )1+ (2 ) (2)
dimana = 0 +10 + +1, = 0
Keterangan :
Z = Impedansi
h =Kedalaman
k = Bilangan gelombang
R = Impedansi kontinyu
= Kecepatan sudut gelombang
0 = Pemitivitas ruang hampa
Persamaan (2) adalah rumus rekrusif yang menyatakan impedansi di lapisan j sebagai fungsi
parameter dan hj dan impedansi permukaan lapisan di bawahnya (lapisan j+1). Jadi impedansi
permukaan bumi (Zj) dapat dihitung.
Pengolahan data selenjutnya dengan menggunakan inversi NLCG (Non Linear Conjugate
Gradient). Persamaan model untuk metode ini adalah (Amriyah, 2012) :
+1 = + .(3)
dimana nilai Uk = Mk-1 (-W(mk)). Mk merupakan sistem pre-conditioner. Persamaan tersebut
digunakan untuk proses update model, dimana nilai dicari terlebih dahulu untuk meminimalisirkan
fungsi W(mk+kUk). Pada proses komputasi, algoritma tersebut dikendalikan oleh jumlah iterasi
(Ncg). Ncg merupakan fungsi dari dimana nilai yang besar akan membutuhkan jumkah Ncg
yang kecil, begitu sebaliknya (Siripunvaraporn, 2006). Hasil pengolahan data dengan inversi
tersebut adalah berupa gambar 2 dimensi.
C.Alat Yang Di Gunakan
1 .ADU-07
ADU-07 adalah instrument dari metode Magnetotellurik yang merupakan keluaran dari
METRONIX (Jerman). Untuk memperoleh frekuensi yang dibutuhkan suatu komponen yaitu koil

22

(perangkat untuk menangkap frekuensi) , ada tiga macam tipe koil pada satu set ADU-07 ini,
antara lain :
a.

Broad Band Induction Coil Magnetometer


Ini mencakup frekuensi berbagai dari 0,0001 Hz hingga 10 kHz.
Terlepas dari bandwidth yang lebar, yang MFS-0 6e menunjukkan karakteristik lownoise yang

luar

biasa, kecederungan

suhu

yang

sangat

rendah pada tegangan masukan dan arus offset dan fungsi transfer sangat stabil di atas
suhu dan waktu pemakaian.

b. High-Frequency Induction Coil Magnetometer


Mencakup berbagai frekuensi dari 0.001 Hz sampai 50 kHz dan juga

dapat

digunakan untuk aplikasi MT standar. MFS-0 7e memahami karakteristik noise yang rendah,
dapat dioperasikan pada suhu yang ekstrim.
c. Super-High-Frequency Triple
Dapat menjangkau dengan range frekuensi 1 kHz hingga 300 kHz.

23

D.Eksplorasi Pada Metode Magnegtotelurik


Metode magnetotelurik ini secara umum adalah untuk penelitian panas bumi, minyak dan gas
bumi, geohidrologi, geologi regional, dan penelitian-penelitian dalam lainnya. Peralatan
24

magnetotelurik yang dimiliki Pusat Survei Geologi adalah : MTU-5A Phoenix. Magnetotelluric
(MT) adalah metode pasif yang mengukur arus listrik alami dalam bumi, yang dihasilkan oleh
induksi magnetik dari arus listrik di ionosfer. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan sifat
listrik bahan pada kedalaman yang relatif besar (termasuk mantel) di dalam bumi. Dengan teknik
ini, variasi waktu pada potensi listrik diukur pada stasiun pangkalan dan stasiun survei. Perbedaan
pada sinyal tercatat digunakan untuk memperkirakan distribusi resistivitas listrik bawah permukaan.
Metode magnetotellurik (MT) adalah salah satu metode geofisika yang sering digunakan
dalam eksplorasi geothermal karena kemampuannya yang dapat menggambarkan struktur
resistivitas batuan bawah permukaan. Metode ini termasuk dalam metode elektromagnetik pasif
karena menggunakan variasi medan magnet bumi yang terjadi secara alami sebagai sumbernya.
Variasi medan magnet ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang menghasilkan gelombang
elektromagnetik yang kontinyu dengan rentang frekuensi yang cukup lebar antara10^4-10^-5 Hz.

(a) Solar wind

25

(b) Lightning
Sumber : Daud, 2010
Sumber yang menyebabkan adanya variasi medan magnet bumi tersebut tergantung pada
frekuensi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan. Untuk frekuensi di atas 1 Hz bersumber
dari lightning discharges di daerah equatorial bumi. Gelombang elektromagnetik yang dihasilkan
pada saat terjadi lightning dikenal sebagai sferics. Sumber lain yang dapat menghasilkan gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi di bawah 1 Hz adalah interaksi antara lapisan magnetosphere
bumi dengan solar wind. Ketika mengenai lapisan magnetosphere bumi, proton dan electron yang
terkandung di dalam plasma solar wind dibelokan dengan arah yang saling berlawanan sehingga
menghasilkan medan listrik. Variasi intensitas dan kecepatan dari solar wind ini menghasilkan
gelombang elektromagnetik yang bervariasi terhadap waktu.

26

Anda mungkin juga menyukai