Anda di halaman 1dari 111

BAB I

LATAR BELAKANG
1.1. Gambaran Umum Desa Pangkalan
1.1.1. Keadaan Umum Secara Geografis
Desa Pangkalan terletak 0,5 km dari pusat Pemerintahan
Kecamatan Teluk Naga dengan jarak 10 menit dan 50 km dari
pusat kota pemerintahan Kabupaten Tangerang, dengan jarak 2 jam.
Luas wilayah Desa Pangkalan 798,975 Ha yang terdiri dari lahan
pertanian seluas 349,180 Ha dan lahan pemukiman seluas 449,795 Ha.
Desa Pangkalan merupakan salah satu desa binaan dari Puskesmas
Tegal Angus (RPJM Desa Pangkalan, 2015).

Sumber: Profil Puskesmas Tegal Angus, 2014


Gambar 1.1 Peta Desa Pangkalan
Batas Wilayah
Batas batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada
gambar adalah sebagai berikut (RPJM Desa Pangkalan, 2015):
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Kampung
Besar, Melayu Barat.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu Barat.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung.

Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2015


Gambar 1.2 Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan
1.1.2. Keadaan Umum Secara Demografi
1.1.2.1. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Pangkalan sampai akhir tahun 2010
terhitung sebanyak 16.247 jiwa yang terdiri dari 8.361 jiwa
penduduk laki-laki dan 7.886 jiwa penduduk perempuan
(RPJM Desa Pangkalan, 2015).
1.1.2.2.

Kondisi Sosial Ekonomi


Lapangan pekerjaan penduduk di Desa Pangkalan cukup
beragam. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh petani,
buruh, dan pedagang. Namun masih banyak penduduk yang
tidak memiliki pekerjaan (RPJM Desa Pangkalan, 2015).
Tabel 1.1

Lapangan Pekerjaan Penduduk Desa Pangkalan


No.
Mata Pencaharian
Jumlah
1.
Buruh
597 orang
2.
Nelayan
2 orang
3.
Pedagang
452 orang
4.
Pegawai Swasta
249 orang
5.
Pengangguran
425 orang
6.
Pengrajin
5 orang
7.
Pensiunan ABRI
10 orang
8.
Petani
698 orang
9.
PNS
37 orang
10.
TNI
2 orang
Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2015
Tabel 1.2

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Pangkalan (dalam KK/Jiwa)


Ekonomi Tinggi
Ekonomi Sedang
Ekonomi Rendah
15%
35%
50%
Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2015

1.1.2.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan

masyarakat sangat berperan dalam

membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap program


kesehatan, sehingga pendidikan sangat berperan dalam
pembangunan kesehatan
(RPJM Desa Pangkalan, 2015)
Tabel 1.3
Sarana Pendidikan Desa Pangkalan
Sarana Pendidikan
Jumlah
TK (sederajat)
2 Unit
SD (sederajat)
6 Unit
SMP (sederajat)
2 Unit
SMA (sederajat)
1 Unit
Perguruan Tinggi
1 Unit
Lembaga Keterampilan (kursus)
1 Unit
Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2015
Tingkat pendidikan di Desa Pangkalan masih tergolong
rendah. Dari 16.247 jiwa penduduk Desa Pangkalan, hanya
sedikit yang menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana (RPJM
Desa Pangkalan, 2015).
Tabel 1.4
Tingkat Pendidikan di Desa Pangkalan
Tidak Tamat
SD
672

SD

SMP

SMA

1.820
879
231
Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2015

Sarjana
15

1.1.2.4 Sarana Kesehatan


Berikut adalah sarana kesehatan yang ada di Desa Pangkalan
(RPJM Desa Pangkalan, 2015):
Tabel 1.5
Sarana Kesehatan di Desa Pangkalan
Sarana Kesehatan
Jumlah
Apotek
1 Unit
Balai Pengobatan
2 Unit
Klinik Khitan
1 Unit
Poliklinik
3 Unit
Praktik Bidan
3 Unit
Praktik Dokter
2 Unit
Sumber: RPJM Desa Pangkalan, 2015
1.2 Puskesmas Tegal Angus
1.2.1 Visi dan Misi
Dalam Mendukung terwujudnya Visi Kabupaten Tangerang dan
pembangunan Pemerintah Tangerang dan khususnya Kecamatan Teluk
Naga

dalam

bidang

kesehatan

maka

dirumuskannya

Visi

Pembangunan Kesehatan Puskesmas Tegal Angus yaitu (Profil


Puskesmas Tegal Angus, 2014):
MENUJU PELAYANAN PRIMA
Untuk mewujudkan hal tersebut diatas, ditetapkan 4 Misi
pembangunan kesehatan sebagai berikut (Profil Puskesmas Tegal
Angus, 2014):
1) Menggerakkan

pembangunan

berwawasaan

kesehatan

di

wilayah kerjanya.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
3) Memelihara dan meningkatkan

mutu,

pemerataan,

dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.


4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,
dan masyarakat beserta lingkungannya.
1.2.2

Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah
Kecamatan Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa
binaan yaitu Desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus, Tanjung
Pasir, Muara, dan Lemo. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2014).

Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus,2014


Gambar 1.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
1.2.3

Program Kerja
Program kerja dari Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 adalah
sebagai berikut (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2014):
1) Upaya kesehatan wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana,
perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, dan pengobatan.
2) Upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten sesuai dengan permasalahan,
kebutuhan, dan kemampuan Puskesmas Tegal Angus seperti lansia,
napza, kesehatan remaja, dan pengembangan gigi dan mulut.
3) Pelaksanaan manajemen puskesmas yang meliputi:
a) Proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan lokakarya mini,
dan pelaksanaan penilaian kinerja.
b) Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat,
keuangan, dan lain lain.
4) Mutu pelayanan puskesmas yang meliputi: penilaian input
pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan, penilaian proses
pelayanan kesehatan dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap
standar pelayanan yang ditetapkan, penilaian output pelayanan
berdasarkan upaya kesehatan yang diselenggarakan, dan penilaian

outcome pelayanan antara lain pengukuran kepuasan pengguna jasa


puskesmas.
1.2.4

Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan aspek yang penting di bidang
kesehatan, upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah
yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
keluarga yang lebih baik. Berikut ini upaya upaya peningkatan
kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di Puskesmas
Tegal Angus (Data Program Kesling Puskesmas Tegal Angus, 2014):
1) Perilaku Hidup Bersih Sehat
Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat di Puskesamas
dilakukan

melalui

program

promosi

kesehatan

yaitu

penyebarluasan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat


kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat dapat
menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat
disajikan dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS
di wilayah Puskesmas Tegal Angus terutama di Desa Pangkalan
pada Tahun 2014 triwulan pertama dapat digambarkan sebagai
berikut (Data Program Kesling Puskesmas Tegal Angus, 2014):
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (103,42%)
2) Pemberian ASI eksklusif (15,19%)
3) Penimbangan bayi dan balita (100%)
4) Penggunaan air bersih (99,45%)
5) Cuci tangan dengan air bersih, mengalir, dan sabun (70%)
6) Penggunaan jamban sehat (17,15%)
7) Rumah yang bebas jentik (100%)
8) Olahraga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari (12,05%)
9) Konsumsi makanan seimbang (25,2%)
10) Tidak merokok dalam rumah (25,15%)
Berdasar kajian PHBS di atas didapat ada beberapa yang
cakupannya masih rendah hal ini dikarenakan :
(Data Program Kesling Puskesmas Tegal Angus, 2014)

1) Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mepunyai


akses air bersih dan jamban sehat sedikit.
2) Tingkat pendidikan yang masih rendah sehingga kurangnya
kesadaran tentang ASI eksklusif, aktifitas fisik, dan merokok di
dalam rumah.
3) Kurangnya kader jumantik sehingga kegiatan pemeriksaan
jentik berkala kurang optimal.
Untuk meningkatkan pencapaian rumah tangga ber-PHBS
dilakukan penyuluhan tentang PHBS yang terus menerus,
meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector.
(Data Program Kesling Puskesmas Tegal Angus, 2014).
2) Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul dan beristirahat bagi
semua anggota keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar
waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan
sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau
tetangga sekitarnya (Data Program Kesling Puskesmas Tegal
Angus, 2014).
Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, hasil pemantauan selama tahun 2014 triwulan pertama
menunjukkkan dari 294 rumah yang diperiksa sebanyak 21,28%
yang memenuhi syarat kesehatan.

Tabel 1.6.
Persentase Rumah Sehat Triwulan I Menurut Kecamatan
dan Puskesmas Tahun 2014

No.

1.

Puskesma

Nama

Desa

Tegal

Tanjung

Angus

Burung

Rumah
Jumlah

Jumlah

Jumlah

seluruhnya

diperiksa

diperiksa

sehat

2685

254

9,46

109

5362

298

5,56

123

2900

189

6,52

78

1823

339

18,60

274

Muara

492

79

16,06

42

Lemo

655

89

13,59

49

13917

1248

70

675

Pangkalan
Tegal
Angus
Tanjung
Pasir

JUMLAH

Sumber: Data Program Kesling PKM Tegal Angus, 2014

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada di


wilayah Puskesmas Tegal Angus mempunyai rumah yang tidak sehat,
hal ini dikarenakan tingkat ekonomi dan pendidikan yang masih
rendah, pengetahuan tentang rumah sehat yang kurang. Perlu
kerjasama lintas sektoral untuk meningkatkan jumlah rumah sehat
(Data Program Kesling Puskesmas Tegal Angus, 2014).

3) Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar

Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas


Tegal Angus sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini

(Data Program Kesling Puskesmas Tegal Angus, 2014):


Tabel 1.7

Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar di Wilayah Puskesmas Tegal Angus


Tahun

Jamban

Tempat Sampah

Sehat

SPAL

SAB

2010

532

155

188

2245

2011

579

187

578

3877

2012

608

176

608

650

2013

608

207

608

650

2014

205

214

205

1425

Dari jumlah rumah yang diperiksa (1.248 rumah), jumlah yang


memiliki jamban sehat hanya 17,15% dari target 50%, hal ini
menunjukkan masih rendahnya kepemilikkan jamban sehat di wilayah
kerja Puskesmas Tegal Angus. Berbagai faktor seperti tingkat
pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk
yang masih rendah menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan
sanitasi masyarakat.
4) Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)
Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor
resiko sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU.
Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan
kualitas lingkungan TTU secara berkala, bimbingan, penyuluhan, dan
sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya
tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU
tidak dapat dilakukan (Data Program Kesling Puskesmas Tegal Angus,
2014).
5) Penyehatan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan
sumber utama kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu

makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi sumber
media yang sangat efektif di dalam penularan penyakit saluran
pencernaan.
1.2.5

Sepuluh Besar Penyakit


Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB1) Puskesmas
Tegal Angus didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di
Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 menurut golongan semua
umur seperti grafik berikut ini (Data Surveillance Puskesmas Tegal
Angus, 2014):

Sumber: Data Surveillance Puskesmas Tegal Angus, 2014


Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
Penyakit terbanyak adalah penyakit-penyakit menular seperti ISPA,
disusul dengan penyakit sakit kepala dan demam yang tidak diketahui
penyebabnya. Penyakit tidak menular (PTM) yang masuk dalam
sepuluh besar penyakit adalah hipertensi dan mialgia.
1.3

GAMBARAN KELUARGA BINAAN


1.

Keluarga Tn. Senen

2.

Keluarga Tn. Indra Ruswandaka

3.

Keluarga Tn. Joni

10

4.

Keluarga Tn. Sanusi

5.

Keluarga Tn. Ratib

6.

Keluarga Ny. Surti

Keluarga binaan bertempat di Kampung Sukasari, Desa Pangkalan, RT


002 RW 004, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Diagnosis
komunitas, kami laksanakan dari tanggal 13 Oktober sampai dengan 24
Oktober 2015.
1.3.1 Keluarga Tn. Senen
a.

Data Dasar Keluarga Tn. Senen


Keluarga binaan terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu Tn. Senen sebagai
kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Erni, dan 2 anak laki-laki bernama An.
Ahmad Sarnubi dan An. Muhammad Nurwahyuga.
Tabel. 1.8 Data Dasar Keluarga Tn. Senen

No

Nama

Status Keluarga

Jenis

Usia

Pendidikan

Kelamin

(tahun)

Terakhir

40
38

SD
SD

Pekerjaan

(L/P)
1.
2.

Tn. Senen
Ny. Erni

Kepala Keluarga
Istri

L
P

Buruh Pabrik
Tukang Cuci
Penjual

3.

An. Ahmad S.

Anak pertama

17

SMP

Gorengan
Pelajar

Tabel. 1.8 (Lanjutan) Data Dasar Keluarga Tn. Senen


No

Nama

Status Keluarga

Jenis

Usia

Pendidikan

Kelamin

(tahun)

Terakhir

Pekerjaan

(L/P)
4.

An.

Anak kedua

Muhammad N.

Keluarga Tn. Senen

bertempat tinggal di Kampung Sukasari, Desa

Pangkalan, RT 002 RW 004, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.


Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Senen sebagai kepala keluarga, bekerja
sebagai buruh pabrik kertas dengan jam kerja dari jam 08.00 WIB sampai jam
16.00 WIB. Tn. Senen berpenghasilan sekitar Rp.1.200.000 tiap bulannya.

11

Pendapatan Tn. Senen digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, seperti membeli kebutuhan dapur, biaya pendidikan anak, biaya listrik,
biaya pengobatan, dan lain-lain. Untuk kebutuhan air tidak mengeluarkan biaya
karena menggunakan sumur galian yang ada dikamar mandi rumah.
Ny. Erni ikut serta memberikan nafkah dari hasil bekerja sebagai tukang
cuci dan pedagang gorengan dengan jam kerja dari jam 06.00 WIB sampai jam
13.00 WIB. Ny. Erni mulai beraktifitas sejak pukul 05.00 WIB, dimulai dengan
membereskan rumah dan memasak hingga pukul 06.00 WIB, kemudian
mencuci baju milik tetangganya yang diantar 3 kali seminggu hingga pukul
08.00 WIB, lalu pukul 09.00 WIB Ny. Erni mulai berangkat ke kios gorengan
milik kakaknya untuk membantu memasak dan menjajakan gorengan hingga
pukul 13.00 WIB. Ny. Erni berpenghasilan kurang lebih Rp. 800.000 setiap
bulannya. Pendapatan Ny. Erni digunakan untuk membantu suaminya dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagian dari pendapatan nya ditabung
oleh Ny. Erni, setidaknya dalam sebulan ia menabung Rp. 100.000 hingga Rp.
200.000.
Tn. Senen dan Ny. Erni mampu membaca, menulis, dan berhitung dasar
karena keduanya sempat mengenyam pendidikan hingga lulus tingkat Sekolah
Dasar (SD), namun tidak dilanjutkan karena keluarga masing-masing tidak
memiliki biaya. Pasangan ini menikah saat Tn. Senen berumur 20 tahun dan
Ny. Erni berusia 18 tahun.
Keluarga ini memiliki dua orang anak dengan anak yang paling tua adalah
An. Ahmad Sarnubi yang berusia 17 tahun dan saat ini masih masih duduk di
kelas 7 di Pesantren Raudatul Jannah Tangerang (setara dengan kelas 3 Sekolah
Menengah Atas), oleh karenanya anak pertama Tn. Senen tidak tinggal di
rumah karena harus mondok, dan hanya pulang ke rumah sekali setahun yaitu
setiap lebaran idul fitri. Anak kedua yaitu An. Muhammad Nurwahyuga yang
berusia 5 tahun dan sekarang masih belum bersekolah.
b.

Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Senen tinggal di lingkungan yang tidak terlalu padat. Rumah
ditempati merupakan rumah milik sendiri, dengan luas tanah sekitar 120 m 2
dan luas bangunan sekitar 10 m x 7 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat, berlantaikan semen, pada daerah teras rumah beratap genteng dan

12

sisanya beratap asbes tanpa disertai plafon, dan dindingnya terbuat dari
anyaman bambu dan tidak dicat maupun diplester. Sekat antara ruangan juga
berupa anyaman bambu. Rumah tidak memiliki ventilasi maupun jendela,
sehingga rumah tersebut jarang dimasuki cahaya matahari dan sirkulasi udara
tidak berjalan dengan baik.
Rumah ini terdiri dari teras, satu ruang tamu, dua kamar tidur, satu dapur
dan satu kamar mandi, namun tidak memiliki jamban.
Teras rumah berukuran sekitar 7 m x 1,5 m disertai dengan bangku kayu
biasanya digunakan untuk berinteraksi dengan tetangga. Pada teras rumah
terdapat jemuran yang terbuat dari tali rapiah dan juga tumpukan kayu bakar
yang dikumpulkan oleh Tn. Senen untuk dijual kepada tetangganya.
Ruang tamu, yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga berukuran sekitar
7 m x 3 m. Di ruangan ini terdapat dua sofa ukuran single yang tampak kotor
dan lusuh, satu lemari kayu yang tampak sudah reot dan tua, dan dua lemari
plastik, dan juga satu televisi berukuran 32 inch di ujung ruangan.
Selain itu terdapat dua kamar yang masing-masing berukuran 3 m x 3 m.
Kamar bagian depan digunakan oleh Tn. Senen, isteri, dan anak keduanya.
Kamar ini dilengkapi dengan ranjang yang terbuat dari besi dan diatasnya
terdapat dua kasur busa ukuran single. Satu kamar yang lain sudah jarang
digunakan karena anak pertama Tn. Senen sudah tidak tinggal di rumah karena
harus bersekolah di pesantren.
Selain itu terdapat satu ruang dapur berukuran sekitar 3 m x 1,5 m yang
dilengkapi dengan satu kompor gas kecil beserta tabung gas 3 kg, sebuah meja
kecil tempat meletakkan bahan-bahan untuk memasak seperti garam dan
minyak goreng, sebuah rak piring, serta beberapa perlatan masak yang
digantung di dinding anyaman bambu.
Didepannya terdapat kamar mandi yang berukuran sekitar 3 m x 2 m.
Kamar mandi ini digunakan oleh Tn. Senen dan keluarga untuk mandi,
mencuci piring dan baju, serta buang air kecil dan hanya terdapat sekat kecil
antara dapur dan kamar mandi. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah sumur
dengan diameter sekitar 1,5 m yang ditutupi dengan potongan kayu agar debu
dan kotoran dari luar tidak masuk, dan juga beberapa ember yang digunakan
untuk menampung air, mengumpulkan baju kotor, dan tempat peralatan mandi.
Air dari sumur ini digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi,

13

memasak, minum, serta mencuci baju, piring, maupun bahan makanan.


Keluarga ini tidak memiliki jamban, jika ingin buang air besar, biasanya
mereka buang air besar di jamban yang ada di pinggir kali yang letaknya
sekitar 100 meter dari rumah. Namun jika air yang ada di kali sedang kering
seperti saat ini, mereka menumpang ke rumah ibu Ny. Erni yang terletak
sekitar 200 meter dari rumahnya.
Pencahayaan di rumah berasal dari 3 buah lampu, yaitu satu lampu
berwarna putih di teras rumah, sedangkan di dalam rumah terdapat satu lampu
berwarna putih yang ditempatkan diatas tirai pintu kamar Tn. Senen dan satu
lampu berwarna kuning yang ditempatkan diatas tirai pintu kamar yang lain.
Keluarga Tn. Senen memiliki pekarangan kecil di depan rumah.
Pekarangan digunakan untuk menanam jambu air, srikaya, dan beberapa batang
bunga. Selain itu, di pekarangan depan rumah juga terdapat dua sumur tempat
pembuangan air limbah rumah tangga yang berhubungan dengan saluran dari
kamar mandi.
Dalam membuang sampah rumah tangga, Tn. Senen dan keluarga sering
membuang dan mengumpulkan sampah di bagian depan rumah dan jika dirasa
sudah cukup banyak, sampah dibakar di sebuah lapangan yang berada 10
meter dari rumah.

Belakang

14

Depan
Gambar 1.4 Denah Rumah Tn. Senen
c.

Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Senen terletak di pemukiman yang tidak terlalu padat
penduduk. Di bagian depan terdapat jalan setapak. Pada bagian belakang
terdapat rumah penduduk lainnya yang jaraknya sekitar 1 meter. Di samping
kanan terdapat rumah tetangga lainnya yang berjarak 3 meter. Di sebelah kiri
rumah juga terdapat jalan setapak. Tempat pembuangan dan pembakaran

d.

sampah terdapat di lapangan yang berjarak sekitar 10 meter rumah.


Pola Makan
Berdasarkan hasil pre survey, keluarga Tn. Senen tidak mengetahui
tentang pola makan sehat dan manfaatnya bagi kesehatan, serta tidak
mengetahui macam-macam makanan yang digolongkan ke dalam karbohidrat,
lemak, dan protein.
. Keluarga ini tidak mengetahui apakah makanan yang dimakan sudah
memenuhi kebutuhan nutrisi atau tidak. Makanan yang dimasakpun seadanya
saja, sesuai dengan uang yang dimiliki saat itu, misalnya nasi dengan tempe
atau tahu goreng, dan terkadang memasak telur atau ikan goreng. Kadangkadang disertai dengan sayuran seperti tumis kangkung atau bayam dan
lalapan.

15

Keluarga Tn. Senen tidak pernah memikirkan seberapa penting adanya


lauk pauk seperti ikan atau daging karena tidak mengetahui kandungan nutrisi
yang terkandung di dalam ikan atau daging dan juga karena harganya yang
tidak terjangkau.
Sesekali Ny. Erni membeli buah seperti jeruk dan salak jika ada
penghasilan lebih, sedangkan konsumsi susu tidak pernah karena keluarga ini
tidak mengetahui manfaat mengkonsumsi buah dan susu, sehingga keluarga
Tn. Senen menganggap konsumsi buah dan susu tidak terlalu penting.
Konsumsi mie instan pun terbilang cukup sering yaitu 3-4 kali per minggu,
karena keluarga ini menganggap memasak mie lebih praktis, cepat, dan juga
biaya nya lebih murah dibandingkan jika harus memasak lauk pauk, tanpa
mengetahui dampak dari seringnya mengkonsumsi makanan cepat saji bagi
kesehatan. Selain itu hal tersebut juga dirasakan dapat menghemat pengeluaran
rumah tangga. Tn. Senen juga mengkonsumsi kopi sebanyak 2-3 gelas setiap
harinya tanpa mengetahui dampaknya bagi kesehatan.
Dilingkungan keluarga Tn. Senen juga tidak ada kegiatan yang membahas
mengenai pola makan sehat, baik yang diadakan oleh masyarakat sekitar
maupun tenaga kesehatan. Selain itu, informasi mengenai pola makan sehat
yang didapat dari media massa seperti koran, radio, maupun televisi juga
e.

sangat minim.
Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama pasangan Tn. Senen dan Ny. Erni adalah seorang anak lakilaki yang saat ini berusia 17 tahun. Lahir di rumah secara normal, persalinan
ditolong oleh bidan dengan usia kandungan 9 bulan, pertumbuhan normal
sesuai usia, berhenti minum ASI saat usia 1 tahun.
Anak kedua juga berjenis kelamin laki-laki yang saat ini berusia 5 tahun.
Lahir normal di bidan desa dengan usia kehamilan 9 bulan. Pertumbuhan

normal sesuai usia, dan berhenti minum ASI saat usia 2 tahun.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli
obat di warung, dan jika tidak sembuh maka akan berobat ke puskesmas.
a. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Senen jarang berobat ke Puskesmas karena jarang sakit. Jika
sakit, penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Senen adalah kepala
pusing, batuk, dan pilek.
b. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari

16

Di keluarga ini tidak ada yang berkebiasaan merokok, namun tidak


memiliki kebiasaan berolahraga. Tiap anggota keluarga mandi kurang lebih 2
kali sehari dan memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan
sesudahnya. Keluarga ini jarang mengkonsumsi buah. Kebiasaan minum air
putih kurang lebih 6-7 gelas perhari.
Tabel 1.9 Faktor Internal Keluarga Tn. Senen
No

Faktor Internal

Kebiasaan Merokok

Olah raga

Pola Makan

Permasalahan
Tn. Senen tidak merokok
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan berolahraga.
Berdasarkan hasil pre survey, keluarga Tn. Senen tidak
mengetahui tentang pola makan sehat dan manfaatnya bagi
kesehatan, serta tidak mengetahui macam-macam makanan
yang digolongkan ke dalam karbohidrat, lemak, dan protein.

Lanjutan Tabel 1.9 Faktor Internal Keluarga Tn. Senen


No

Faktor Internal

Permasalahan
Keluarga ini tidak mengetahui apakah makanan yang
dimakan sudah memenuhi kebutuhan nutrisi atau tidak.
Makanan yang dimasakpun seadanya saja, sesuai dengan
uang yang dimiliki saat itu, misalnya nasi dengan tempe atau
tahu goreng, dan terkadang memasak telur atau ikan goreng.

17

Kadang-kadang disertai dengan sayuran seperti tumis


kangkung atau bayam dan lalapan.
Keluarga Tn. Senen tidak pernah memikirkan seberapa
penting adanya lauk pauk seperti ikan atau daging karena
tidak mengetahui kandungan nutrisi yang terkandung
didalamnya dan juga karena harganya yang tidak terjangkau.
Sesekali Ny. Erni membeli buah seperti jeruk dan salak jika
ada penghasilan lebih, sedangkan konsumsi susu tidak
pernah karena keluarga ini tidak mengetahui manfaat
mengkonsumsi buah dan susu, sehingga keluarga Tn. Senen
menganggap konsumsi buah dan susu tidak terlalu penting.
Konsumsi mie instan pun terbilang cukup sering yaitu 34 kali per minggu, karena keluarga ini menganggap
memasak mie lebih praktis, cepat, dan juga biaya nya lebih
murah dibandingkan jika harus memasak lauk pauk, tanpa
mengetahui dampak dari seringnya mengkonsumsi makanan
cepat saji bagi kesehatan. Selain itu hal tersebut juga
dirasakan dapat menghemat pengeluaran rumah tangga. Tn.
Senen juga mengkonsumsi kopi sebanyak 2-3 gelas setiap
harinya tanpa mengetahui dampaknya bagi kesehatan.
Dilingkungan keluarga Tn. Senen juga tidak ada kegiatan
yang membahas mengenai pola makan sehat, baik yang
diadakan oleh masyarakat sekitar maupun tenaga kesehatan.
Selain itu, informasi mengenai pola makan sehat

yang

didapat dari media massa juga sangat minim.

Lanjutan Tabel 1.9 Faktor Internal Keluarga Tn. Senen


No

Faktor Internal

Permasalahan

4.

Pola Pencarian

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini

Pengobatan

biasanya membeli obat di warung, dan jika tidak sembuh

Menabung

maka akan berobat ke puskesmas.


Ny. Erni selalu menyisihkan sebagian dari pendapatan nya

5.

untuk ditabung, setidaknya dalam sebulan ia menabung Rp.

18

100.000 hingga Rp. 200.000.


6.

Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai buruh pabrik, bekerja setiap hari
dari jam 08.00 WIB sampai 16.00 WIB.
b. Ibu sebagai tukang cuci dan pedagang gorengan, bekerja
setiap hari dari jam 06.00 WIB sampai 13.00 WIB.
c. Anak pertama berjenis kelamin laki-laki berusia 17 tahun,
belum menikah, dan saat ini masih masih duduk di kelas 7
di Pesantren Raudatul Jannah Tangerang (setara dengan
kelas 3 Sekolah Menengah Atas), oleh karenanya anak
pertama Tn. Senen tidak tinggal di rumah karena harus
mondok, dan hanya pulang ke rumah sekali setahun yaitu
setiap lebaran idul fitri.
d. Anak kedua berjenis kelamin laki-laki berusia 5 tahun

7.

Alat kontrasepsi

dan saat ini masih belum bersekolah.


Ny. Erni menggunakan KB suntik.

Tabel 1.10 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Senen


No
1.
2.

Kriteria
Luas Bangunan
Ruangan dalam

Permasalahan
Luas rumah 10 x 7 m2
Di dalam rumah terdapat ruang tamu yang juga berfungsi

rumah

sebagai ruang keluarga, berukuran 7 x 3 m2. Dua kamar


tidur yang berukuran 3 x 3 m2 yang didalamnya terdapat
kasur dan lemari pakaian. Dapur Tn. Senen berukuran 3 x
1,5 m2. Seluruh ruangan tidak disertai dengan ventilasi
maupun jendela

Lanjutan Tabel 1.10 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Senen


No

Kriteria

Permasalahan
Kamar mandi berukuran sekitar 3 x 2 m2 yang digunakan
oleh Tn Senen dan keluarga untuk mandi, mencuci piring

3.
4.
5.

Jamban
Ventilasi
Pencahayaan

6.

Sumber Air

dan baju, serta buang air kecil.


Keluarga Tn. Senen tidak memiliki jamban di rumahnya
Tidak terdapat ventilasi udara pada semua ruangan.
a. Terdapat 1 lampu pada teras.
b. Terdapat 1 lampu pada bagian depan kamar tidur utama.
c. Terdapat 1 lampu pada bagian depan kamar tidur anak.
d. Tidak terdapat lampu pada ruang tamu
Tn. Senen menggunakan air dari sumur yang ditimba

19

sendiri untuk kebutuhan air minum sehari-hari dan


Saluran

memasak, mandi, mencuci, dll.


Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah dialirkan

pembuangan limbah

ke sumur tempat pembuangan air limbah rumah tangga

7.

yang berhubungan dengan saluran dari kamar mandi.yang


Tempat

berada di pekarangan depan rumah.


Dalam membuang sampah rumah tangga, Tn. Senen dan

pembuangan

keluarga sering membuang dan mengumpulkan sampah di

sampah

bagian depan rumah dan jika dirasa sudah cukup banyak,

8.

sampah dibakar di sebuah lapangan yang berada 10 meter


9.

Lingkungan sekitar

dari rumah.
Di bagian depan terdapat jalan setapak. Pada bagian

rumah

belakang terdapat rumah penduduk lainnya yang jaraknya


sekitar 1 meter. Di samping kanan terdapat rumah tetangga
lainnya yang berjarak 3 meter. Di sebelah kiri rumah
juga terdapat jalan setapak. Tempat pembuangan dan
pembakaran sampah terdapat di lapangan yang berjarak
sekitar 10 meter rumah.

1.3.1.1.

Masalah Pada Keluarga Binaan Tn. Senen


1. Tidak terdapat jamban pada rumah
2. Perilaku buang air besar (BAB) pada jamban di kali.
3. Tidak terdapat ventilasi maupun jendela pada rumah
4. Pencahayaan di dalam rumah tidak memadai
5. Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai di
6.

rumah.
Tidak tersedianya saluran pembuangan air limbah yang memadai di

7.
8.
9.

rumah
Tidak terdapat plafon pada rumah
Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan sehat
Kurangnya sarana sanitasi lingkungan di rumah, seperti bak tempat
sampah di luar dan dalam rumah, saluran pembuangan air limbah

yang tidak memadai.


10. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu
11. Minimnya penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
12. Perilaku yang tidak mau berolahraga

20

13. Seringnya konsumsi makanan instan


14. Perilaku minum kopi yang terbilang cukup sering
1.3.2 Keluarga Tn. Indra Ruswandaka
a. Data Dasar Keluarga Tn Indra Ruswandaka
Keluarga binaan Tn. Indra terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu keluarga
Tn. Indra sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Sukni, dan 1 orang
anak bernama Nuraini.
Tabel. 1.11 Data Dasar Keluarga Tn Indra
No

Nama

Status Keluarga

Jenis

Usia

Pendidikan

Kelamin

(tahun)

Terakhir

38
30
8

SMA
SD
2 SD

Pekerjaan

(L/P)
1.
2.
3.

Tn. Indra
Ny. Sukni
An, Nuraini

Kepala Keluarga
Istri
Anak

L
P
P

Buruh
IRT
pelajar

Keluarga Tn. Indra bertempat tinggal di Kampung sukasari , Desa


Pangkalan, RT 02 RW 04, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Indra sebagai kepala keluarga, bekerja
sebagai buruh karyawan dengan jam kerja dari jam 08.00 sampai jam 16.00, Tn
indrab berpenghasilan tiap bulan kurang lebih Rp 2.500.000 Pendidikan
terakhir Tn.Indra adalah SMA. Ny. Sukni sebekerja sebagai Ibu rumah tangga
pendidikan terakhir Ny. Sukni adalah SD. Keluarga ini memiliki satu orang
anak dengan anak yang adalah Nuraini yang berusia 8 tahun pendidikan SD
kelas 2.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn Indra tinggal di perumahan yang tidak terlalu padat. Rumah
ini merupakan rumah sewaan, dengan luas tanah sekitar 30 m2 dan luas
bangunan berukuran 5m x 6m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat,
berlantai sebagian tanah sebagian keramik, beratap genteng dengan plafon
terbuat dari gypsum, dan dindingnya terbuat dari sebagian tembok sebagian
bilik bambu. Ventilasi ada ditiap kamar berupa jendela.
Ketersediaan dicukupi dengan pasokan dari air sumur untuk digunakan
sebagai cuci pakaian dan piring serta digunakan untuk mandi, sedangkan untuk
minum dan makan digunakan air masak dari sumur. Saluran air limbah tersedia
21

dirumah ini dan dialirkan langsung ke saluran pembuangan, yaitu got


disamping rumah.

Belakang

Depan
Gambar 1.5 Denah Rumah Tn. Indra
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Indra terletak di pemukiman yang tidak terlalu padat
penduduk. Di bagian depan terdapat halaman kosong, bagian belakang terdapat
rumah warga lain, tempat pembuangan dan pembakaran sampah terdapat di
samping kanan rumah Di bagian kanan terdapat pembuangan sampah Di
bagian kiri terdapat rumah warga lain.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Indra memiliki kebiasaan makan kurang lebih 3 kali perhari.
Makanan yang dimakan dimasak sendiri oleh Ny. Sukni. Keluarga ini lebih
menyukai menu makanan yang asin dan lebih suka lauk pauk yang digoreng.

22

Kurang mengkonsumsi buah. Cukup mengkonsumsi sayur. Konsumsi protein


hewani bersumber dari telur, tahu tempe, sedangkan konsumsi daging jarang
Keluarga Tn. Indra memilih air sumur untuk konsumsi minumnya,
dengan kebiasaan minum kurang lebih 8-10 gelas perhari. Hanya Tn. Indra
yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan jumlah kurang lebih 2
gelas perhari.
Sesuai dengan hasil pre survey keluarga Tn. Indra kurang memahami
tentang pola makan sehat.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama pasangan Tn. Indra dan Ny. Sukni adalah anak perempuan
berusia 8 tahun. Lahir normal di bidan dengan usia kandungan 9 bulan,
pertumbuhan normal sesuai usia, berhenti minum ASI saat usia 2 tahun.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke
puskesmas karena murah dan terjangkau.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. indra jarang berobat ke puskesmas karena tidak sering sakit.
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn Indra adalah batuk pilek
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga ini tidak ada yang berkebiasaan merokok dan tidak memiliki
kebiasaan berolahraga. Tiap anggota keluarga mandi kurang lebih 2 kali sehari
dan memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudahnya.
Keluarga ini tidak kebiasaan suka memakan makanan asin pedas dan jarang
mengkonsumsi sayuran juga buah. Kebiasaan minum air putih kurang lebih 8
gelas perhari.
Tabel 1.12 Faktor Internal Keluarga Tn. Indra
No

Faktor Internal

Kebiasaan Merokok

Olah raga

Permasalahan
Tn. Indra tidak merokok
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.

Pola Makan

Keluarga Tn. Indra memiliki kebiasaan makan


kurang lebih 3 kali perhari. Makanan yang dimakan
dimasak sendiri oleh Ny. Sukni.

Keluarga ini lebih

menyukai menu makanan yang asin dan lebih suka lauk


pauk yang digoreng. Kurang mengkonsumsi buah. Cukup
mengkonsumsi

23

sayur.

Konsumsi

protein

hewani

bersumber dari telur, tahu tempe, sedangkan konsumsi


daging jarang. Keluarga Tn. Indra memilih air sumur
untuk konsumsi minumnya, dengan kebiasaan minum
kurang lebih 8-10 gelas perhari. Hanya Tn. Indra yang
memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi dengan jumlah
kurang lebih 2 gelas perhari.
Sesuai dengan hasil pre survey keluarga Tn. Indra
4

Pola Pencarian

kurang memahami tentang pola makan sehat.


Apabila sakit, mereka berobat ke puskesmas

Pengobatan
5

Menabung

Aktivitas sehari-hari

Mereka jarang menabung


a. Bapak bekerja sebagai buruh karyawan, bekerja
setiap hari senin sampai sabtu dari jam 08.00 sampai
jam 16.00
b. Ibu bekerja sebagai Ibu rumah tangga.
c. Anak pertama adalah seaorang perempuan berusia 8

Alat kontrasepsi

tahun, kelas 2 SD
Tidak ada yang menggunakan alat kontrasepsi

Tabel 1.13 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Indra


No
1.
2.

Kriteria
Luas Bangunan
Ruangan dalam
rumah

Permasalahan
Luas rumah 5x6 m2
Didalam Rumah terdapat :
a. Ruang tamu yang berukuran 3x3.m2.
b. 1 kamar tidur, didalam terdapat (tanpa) ventilasi
udara.
c. Dapur berukuran 2x2 m2 dan (tanpa) ventilasi

3.
4.

Jamban
Ventilasi

udara.
d. 1 kamar mandi
e. 1 jamban.
Keluarga Tn Indra memiliki jamban di rumahnya
Hanya terdapat ventilasi udara pada ruang tengah
tidak terdapat ventilasi udara pada ruang tidur dan

5.

Pencahayaan

dapur
a. (Terdapat) lampu pencahayaan yang baik di tiap
kamar tidur.
b. (Terdapat) lampu pada ruang tamu

24

c. (tidak ada ) lampu pada dapur


6.

MCK

7.

Sumber Air

(Terdapat) lampu pada kamar mandi


(Memiliki) kamar mandi dengan

jumah

1,

(memiliki) jamban di kamar mandi


Dalam kesehariannya Tn Indra menggunakan
sumur (eg:air sanyo). Untuk kebutuhan air minum

8.

sehari-hari dan memasak, dari air sanyo


Saluran pembuangan (Terdapat) saluran pembuangan limbah, air limbah

9.

limbah
dialirkan ke got
Tempat pembuangan Sampah rumah tangga dibuang di tempat sampah,

10.

sampah
Lingkungan sekitar
rumah

bila sampah telah banyak, (eg: lalu dibakar.)


Di depan rumah terdapat halaman kosong
Disamping kanan terdapat tempat pembakaran
sampah.
Di samping kiri terdapat rumah warga lain
Sedangkan dibelakang terdapat rumah warga lain

1.3.2.1 Masalah Pada Keluarga Binaan Tn. Indra


1. Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai
2. Pencahayaan rumah yang sangat kurang.
3. Tidak ada tabungan keluarga.
4. Kurang nya ventilasi pada rumah
5. Kurangnya pengetahuan tentang pola makan sehat
6. Kurangya sarana sanitasi lingkungan di rumah, seperti bak tempat
sampah di luar dan dalam rumah.
7. Dinding rumah yang terbuat dari kayu dan atap rumah dari karung.
8. Perilaku yang tidak mau berolahraga

1.3.3 Keluarga Tn. Joni


a. Data Dasar Keluarga Tn. Joni
Keluarga binaan Tn. Joni terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu keluarga
Tn. Joni sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny.Tini , dan anaknya
bernama Setia.
Tabel. 1.14 Data Dasar Keluarga Tn. Joni

25

No

Nama

Status Keluarga

Jenis

Usia

Pendidikan

Kelamin

(tahun)

Terakhir

31
25
8

SD
SD
SD

Pekerjaan

(L/P)
1.
2.
3.

Tn. Joni
Ny.Titin
Setia

Kepala Keluarga
Istri
Anak

L
P
P

Buruh
IRT
-

Keluarga Tn.Joni bertempat tinggal di Kampung Sukasari, Desa


Pangkalan, RT 02 RW 04, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Joni sebagai kepala keluarga, bekerja sebagai
buruh dengan jam kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, Tn. Joni
berpenghasilan tiap bulan kurang lebih Rp 15.000-60.000 Pendidikan terakhir
Tn.Joni adalah Sekolah Dasar. Ny. Tini sebekerja sebagai Ibu Rumah Tangga.
Pendidikan terakhir Ny. Tini adalah Sekolah Dasar. Keluarga ini memiliki 1
orang anak adalah Setia yang berusia 8 tahun pendidikan terakhir yang
sekarang masih bersekolah di SD kelas 2.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Joni tinggal di perumahan yang tidak terlalu padat. Rumah
ini milik (sendiri/sewa), dengan luas tanah sekitar 50 m2 dan luas bangunan
berukuran 5 m x 6 m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantai
tanah, beratap asbes. dengan plafon terbuat dari asbes , dan dindingnya terbuat
dari papan .Ventilasi tidak ada dan ditiap kamar tidak ada penerangan lampu.
Ketersediaan dicukupi dengan pasokan dari air sumur untuk digunakan
sebagai cuci pakaian dan piring serta digunakan untuk mandi, sedangkan untuk
minum dan makan digunakan air sumur. Saluran air limbah tersedia dirumah
ini dan dialirkan langsung ke got disamping rumah.
Belakang

26

Depan
Gambar 1.6 Denah Rumah Tn. Joni
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn.Joni terletak di pemukiman yang tidak terlalu padat penduduk.
Di bagian depan terdapat kandang bebek, bagian belakang terdapat rumah
tetangga ,tempat pembuangan dan pembakaran sampah terdapat di depan
rumah. Di bagian kanan terdapat rumah tetangga Di bagian kiri terdapat rumah
tetangga.
d. Pola Makan
Keluarga Tn Joni memiliki kebiasaan makan kurang lebih 2 kali perhari.
Ny. Tini selalu memasak makanan untuk keluarganya sendiri. Makanan setiap
harinya adalah nasi dan sayur dengan alasan anggota keluarga memang
menyukai sayur serta kurangnya keuangan untuk membeli jenis makanan yang
lain seperti tahu, tempe, telur ataupun daging. Makanan yang dimasak hampir
selalu diolah dengan cara digoreng. Semua anggota keluarga kurang
mengkonsumsi buah dengan alasan tidak suka.
Keluarga Tn. Joni memilih air sumur untuk konsumsi minumnya, dengan
kebiasaan minum kurang lebih 4-5 gelas perhari. Mengkonsumsi kopi hanya
Tn. Joni dengan jumlah kurang lebih 3 gelas perhari.
Pola makan seperti frekuensi makan 2 kali sehari, jenis makanan yang
dikonsumsi seperti sayur dan nasi, cara pengolahan seperti digoreng, serta
kebiasaan minum yang ada pada keluarga Tn. Joni terbentuk hanya
berdasarkan rutinitas dan kegemaran anggota keluarga tanpa didasari
pengetahuan tentang pola makan sehat yang sebenarnya. Hasil pra-survei

27

menunjukan Tn. Joni dan Ny. Tini tidak mengetahui frekuensi makan yang
ideal, contoh makanan yang bersumber dari karbohidrat, protein, dan juga
lemak. Keluarga Tn. Joni juga tidak mencoba mencari informasi mengenai pola
makan yang sehat.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama pasangan Tn. Joni dan Ny. Tini adalah anak perempuan
berusia 8 tahun. Lahir normal di paraji dengan usia kandungan 9 bulan,
pertumbuhan normal sesuai usia, berhenti minum ASI saat usia 2 tahun.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya tidak
berobat karena merasa bisa membeli obat warung.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Joni jarang berobat ke puskesmas karena merasa bisa
membeli obat warung. Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Joni
adalah masuk angin.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga ini ada yang berkebiasaan merokok dan tidak memiliki
kebiasaan berolahraga. Tiap anggota keluarga mandi kurang lebih 2 kali sehari
dan memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudahnya.
Keluarga ini memiliki kebiasaan suka memakan makanan pedas dan asin dan
sering mengkonsumsi sayuran juga buah. Kebiasaan minum air putih kurang
lebih 4-5 gelas perhari.

Tabel 1.15 Faktor Internal Keluarga Tn. Joni


No

Faktor Internal

Kebiasaan Merokok

Olah raga

Permasalahan
Tn. Joni merokok
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan
berolahraga.

Pola Makan

Keluarga Tn Joni memiliki kebiasaan makan kurang


lebih 2 kali perhari. Ny. Tini selalu memasak makanan
untuk keluarganya sendiri. Makanan setiap harinya adalah
nasi dan sayur dengan alasan anggota keluarga memang
menyukai sayur serta kurangnya keuangan untuk membeli
jenis makanan yang lain seperti tahu, tempe, telur ataupun
daging. Makanan yang dimasak hampir selalu diolah

28

dengan cara digoreng. Semua anggota keluarga kurang


mengkonsumsi buah dengan alasan tidak suka.
Keluarga Tn. Joni memilih air sumur untuk konsumsi
minumnya, dengan kebiasaan minum kurang lebih 4-5
gelas perhari. Mengkonsumsi kopi hanya Tn. Joni dengan
jumlah kurang lebih 3 gelas perhari.
Pola makan seperti frekuensi makan 2 kali sehari,
jenis makanan yang dikonsumsi seperti sayur dan nasi,
cara pengolahan seperti digoreng, serta kebiasaan minum
yang ada pada keluarga Tn. Joni terbentuk hanya
berdasarkan rutinitas dan kegemaran anggota keluarga
tanpa didasari pengetahuan tentang pola makan sehat yang
sebenarnya. Hasil pra-survei menunjukan Tn. Joni dan Ny.
Tini tidak mengetahui frekuensi makan yang ideal, contoh
makanan yang bersumber dari karbohidrat, protein, dan
juga lemak. Keluarga Tn. Joni juga tidak mencoba
4

mencari informasi mengenai pola makan yang sehat.


Apabila sakit, mereka tidak berobat.

Pola Pencarian
Pengobatan

Lanjutan Tabel 1.15 Faktor Internal Keluarga Tn. Joni


5

Menabung

Mereka terkadang menabung

Aktivitas sehari-

a. Bapak bekerja sebagai buruh, bekerja setiap hari

hari

dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore.


b. Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak PR berusia 8 tahun, sedang mengikuti

Alat kontrasepsi

Sekolah Dasar.
Tidak menggunakan alat Kontrasepsi

Tabel 1.16 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Joni


No
1.
2.

Kriteria
Luas Bangunan
Ruangan dalam rumah

Permasalahan
2

Luas rumah 6 x 5 m
Didalam Rumah terdapat ruang tamu yang berukuran 2

29

x 2 m2, 1 kamar tidur yang didalamnya terdapat tanpa


ventilasi udara, 1 dapur berukuran 0,5 x 0,5 m 2 dan
tanpa ventilasi udara, 1 kamar mandi, namun tidak
3.
4.
5.

Jamban
Ventilasi
Pencahayaan

terdapat jamban
Keluarga Tn Joni tidak memiliki jamban di rumahnya
Tidak terdapat ventilasi udara pada seluruh ruangan.
Terdapat 1 lampu pencahayaan yang kurang baik di tiap
kamar tidur, ruang tamu, dan kamar mandi. Serta tidak

6.
7.

MCK
Sumber Air

terdapat lampu pada dapur.


Memiliki 1 kamar mandi, namun tidak terdapat jamban
Dalam kesehariannya Tn. Joni menggunakan air sumur.
Untuk kebutuhan air minum sehari-hari dan memasak,

8.

Saluran pembuangan

dari air sumur.


Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah

9.

limbah
Tempat pembuangan

dialirkan ke kali.
Sampah rumah tangga dibuang di depan rumah, bila

10.

sampah
Lingkungan sekitar

sampah telah banyak lalu dibakar.


Di depan rumah terdapat kandang bebek. Disamping

rumah

kanan dan kiri serta belakang terdapat rumah tetangga


yang berdempetan.

1.3.3.1 Masalah di keluarga Tn. Joni


1. Kurangnya pengetahuan tentang pola makan sehat
2. Tidak adanya ventilasi di rumah
3. Kurangnya pencahayaan di dalam rumah
4. Adanya jamban di dalam rumah
5. Kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
6. Kebiasaan merokok pada ayah
7. Kurangnya kebersihan di lingkungan sekitar
1.3.4 Keluarga Tn. Sanusi
a. Data Dasar Keluarga Tn. Sanusi
Keluarga binaan Tn. Sanusi terdiri dari empat anggota keluarga, yaitu
keluarga Tn. Sanusi sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Trisni , dan
dua orang anaknya bernama Hendra dan Yono.
Tabel. 1.17 Data Dasar Keluarga Tn. Sanusi

30

No

Nama

Status Keluarga

Jenis

Usia

Pendidikan

Kelamin

(tahun)

Terakhir

Pekerjaan

(L/P)
1.
2.

Tn. Sanusi
Ny. Trisni

3.
4.

Hendra
Yono

Kepala Keluarga
Istri

L
P

54
47

STM
SD

Buruh
Ibu Rumah

Anak
Anak

L
L

27
24

SD
SMP

Tangga
Tidak Bekerja
Buruh

Keluarga Tn. Sanusi bertempat tinggal di Kampung Sukasari, Desa


Pangkalan, RT 002 RW 004, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Sanusi sebagai kepala keluarga, bekerja
sebagai buruh dengan jam kerja dari jam 08.00 sampai jam 17.00, Tn. Sanusi
berpenghasilan tiap bulan kurang lebih Rp. 700.000 1.300.000,- Pendidikan
terakhir Tn. Ratib adalah STM.
Ny. Trisni sebekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Pendidikan terakhir Ny.
Trisni adalah SD. Ny. Trisni bekerja sebagai iburumah tangga dan sebagai
penyalur dari komponen eletronik yang diproduksi oleh suaminya. Sehari-hari
Ny. Trisni bekerja dari hari Senin hingga Sabtu mulai dari pukul 05.00 22.00
WIB.
Keluarga ini memili dua orang anak dengan anak yang paling tua adalah
Hendra yang berusia 27 tahun. Pendidikan terakhir SD, tidak melanjutkan
sekolah karena keluarga tidak mampu untuk menyekolahkan Hendra. Hendra
tidak bekerja. Anak kedua bernama Yono, yang berusia 24 tahun, pendidikan
terakhir SMP, tidak melanjutkan sekolah karena keluarga tidak mampu
membiayai sekolah Yono. Kini Yono bekerja sebagai buruh dengan penghasilan
Rp. 60.000,-.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Sanusi tinggal di perumahan yang tidak terlalu padat. Rumah
ini milik sendiri, dengan luas tanah sekitar 50 m2 dan luas bangunan berukuran
5m x 10m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantai tanah, beratap
asbes dan berplafon bambu, dan dindingnya terbuat dari anyaman bamboo.
Tidak terdapat satu ventilasi di dapur yang ditutup dengan papan dan hanya
dibuka dari pagi hingga sore hari. Bangunan tersebut memiliki satu penerangan

31

tidak langsung untuk seluruh ruangan. Memiliki pintu sebagai sumber cahaya
dari pagi hingga sore hari.
Ketersediaan dicukupi dengan pasokan dari air sumur milik bersama untuk
digunakan sebagai cuci pakaian dan piring serta digunakan untuk mandi,
sedangkan untuk minum dan makan digunakan air galon. Saluran air limbah
tidak tersedia dirumah in

Belakang

Depan
Gambar 1.7 Denah Rumah Tn. Sanusi
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Sanusi terletak di pemukiman yang tidak terlalu padat
penduduk. Di bagian depan terdapat rumah warga, bagian belakang terdapat
rumah warga. Tempat pembuangan dan pembakaran sampah serta kandang
bebek milik warga sekitar terdapat di sisi kiri rumah. Di bagian kanan terdapat
rumah warga.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Sanusi tidak tahu tentang pola makan sehat, karena tidak
pernah menerima informasi bak dari media, lingkungan warga, ataupun tenaga
kesehatan. Dalam kesehariannya, Tn. Sanusi cenderung memakan apa saja
yang dapat dibeli dengan uang yang beliau peroleh. Berdasarkan hasil

32

presurvey Tn. Sanusi tidak mengetahui macam-macam makanan yang


digolongkan ke dalam karbohidrat, lemak, dan protein.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama pasangan Tn. Sanusi dan Ny. Trisni adalah anak laki-laki
berusia 27 tahun. Lahir normal di puskesmas dengan usia kandungan 9 bulan,
pertumbuhan normal sesuai usia, namun mengalami keterlambatan motoric
yaitu baru bisa berjalan umur 3 tahun. Berhenti minum ASI saat usia 1 tahun.
Anak ke dua pasangan Tn. Sanusi dan Ny. Trisni adalah anak laki-laki
berusia 24 tahun. Lahir normal di puskesmas dengan usia kandungan 9 bulan,
pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai usia. Berhenti minum ASI saat
usia 2 tahun.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke
puskesmas karena lebih mempercayai ahlinya dan khawatir apabila terjadi
perburukan. Berobat juga dilakukan jika pengobatan tradisional (di kerok)
gagal mengalami perbaikan.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Sanusi jarang berobat berobat ke puskesmas karena lebih
memilih ke klinik terdekat. Selain itu, anggota keluarga Tn. Sanusi jarang
mengalami sakit. Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Sanusi
adalah pilek, masuk angin, meriang dan pegal-pegal.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga ini ada yang berkebiasaan merokok dan berolahraga. Tiap
anggota keluarga mandi kurang lebih 2 kali sehari dan memiliki kebiasaan
mencuci tangan sebelum makan dan sesudahnya. Keluarga ini memiliki
kebiasaan suka memakan makanan pedas dan asin, sering mengkonsumsi
sayuran juga buah. Kebiasaan minum air putih kurang lebih 5 gelas perhari.
Tabel 1.18 Faktor Internal Keluarga Tn. Sanusi
No

Faktor Internal

Kebiasaan Merokok

Olah raga

Permasalahan
Tn. Sanusi memiliki kebiasaan merokok
Sebagian

anggota

keluarga

memiliki

kebiasaan

berolahraga.
3

Pola Makan

Keluarga Tn. Sanusi tidak tahu tentang pola makan sehat,


karena tidak pernah menerima informasi bak dari media,
lingkungan warga, ataupun tenaga kesehatan. Dalam
33

kesehariannya, Tn. Sanusi cenderung memakan apa saja


yang dapat dibeli dengan uang yang beliau peroleh.
Berdasarkan hasil presurvey Tn. Sanusi tidak mengetahui
macam-macam makanan yang digolongkan ke dalam
karbohidrat, lemak, dan protein.
No
4

Tabel 1.18 (Lanjutan) Faktor Internal Keluarga Tn. Sanusi


Faktor Internal
Pola Pencarian

Apabila sakit, mereka berobat ke klinik terdekat

Pengobatan
5

Menabung

Aktivitas sehari-hari

Mereka selalu menabung


a. Bapak bekerja sebagai buruh, bekerja setiap hari
apabila ada orderan komponen elektronik, dari jam
08.00 sampai jam 17.00
b. Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan penyalur
komponen eletronik yang diproduksi oleh suaminya,
bekerja setiap hari Senin hingga Sabtu dari jam
05.00 sampai jam 22.00
c. Anak pertama laki-laki berusia 27 tahun, lulus SD,
tidak melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya.
Belum memiliki pekerjaan. Belum menikah.
d. Anak kedua laki-laki berusia 24 tahun, lulus SMP,
tidak melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya.
Bekerja sebagai buruh pabrik. Dari hari Senin
hingga Sabtu dari jam 08.00 hingga jam 20.00.

7.

Alat kontrasepsi

Belum menikah.
Tidak menggunakan alat kontrasepsi

Tabel 1.19 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sanusi


No
1.
2.

Kriteria
Luas Bangunan
Ruangan dalam
rumah

3.

Jamban

Permasalahan
Luas rumah 5 x 10 m2
Didalam Rumah terdapat :
a. Ruang tamu yang berukuran 2 x 6m2
b. 1 kamar tidur dengan ukuran 4 x 4 m 2 tanpa ventilasi
udara.
c. Dapur berukuran 3 x 5m2 tanpa ventilasi udara.
d. Memiliki 1 kamar mandi
e. Tidak memiliki jamban
Keluarga Tn. Sanusi tidak memiliki jamban di rumahnya
34

4.

Ventilasi

Terdapat 1 ventilasi yang ditutup dengan papan di dapur

Tabel 1.19 (Lanjutan) Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sanusi


5.

Pencahayaan

Tidak terdapat lampu pencahayaan yang baik di tiap kamar


tidur. Tidak terdapat lampu pada dapur dan kamar mandi.

6.

MCK

Hanya terdapat1 lampu pada ruang tamu.


Memiliki kamar mandi dengan jumah 1 buah, tidak ada

7.

Sumber Air

jamban di kamar mandi


Tn. Sanusi menggunakan sumur milik warga. Untuk
kebutuhan air minum sehari-hari dan memasak, dari air

8.

Saluran pembuangan

gallon.
Tidak terdapat saluran pembuangan limbah

9.

limbah
Tempat pembuangan

Sampah rumah tangga dibuang atau di timbun di tanah

sampah

kosong samping rumah. Bila sampah telah banyak di

10.

Lingkungan sekitar

bakar
Di depan rumah terdapat rumah tetangga.

rumah

Disamping kanan terdapat rumah tetangga.


Di samping kiri terdapat kandang bebek dan timbunan
sampah yang akan di bakar
Sedangkan dibelakang terdapat rumah warga

1.3.4.1 Masalah di keluarga Tn. Sanusi


1. Kurangnya pengetahuan tentang pola makan yang benar
2. Kurangnya ventilasi di rumah
3. Kurangnya pencahayaan di dalam rumah
4. Tidak terdapat jamban di dalam rumah
5. Kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
6. Kebiasaan merokok pada ayah
Kurangnya kebersihan di lingkungan sekitar

35

1.3.5 Keluarga Tn. Ratib


a. Data Dasar Keluarga Tn. Ratib
Keluarga binaan Tn. Ratib terdiri dari tiga anggota keluarga, yaitu
keluarga Tn. Ratib sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Aci , dan
tiga orang anaknya bernama Karmila, Pipi, dan Anisa.
Tabel. 1.20 Data Dasar Keluarga Tn. Ratib
No

Nama

Status Keluarga

Jenis

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Kelamin

(tahun)

Terakhir

47
43

SMA
SMP

Pedagang
Ibu Rumah

SMA
SMP

Tangga
Kader
Ibu Rumah

SD

tangga
Pelajar

(L/P)
1.
2.
3.
4.
5.

Tn.
Ny.

Kepala Keluarga
Istri

Karmila
Pipi N
Anisa S

Anak
Anak
Anak

L
P
P
P
P

25
20
13

Keluarga Tn. Ratib bertempat tinggal di Kampung Sukasari , Desa


Pangkalan, RT 002 RW 004, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Ratib sebagai kepala keluarga, bekerja
sebagai pedagang dengan jam kerja dari jam 07.00 sampai jam 10.00, Tn. Ratib
berpenghasilan tiap bulan kurang lebih Rp. 1.000.000 -, Pendidikan terakhir
Tn. Ratib adalah pedagang.
Ny. Aci sebekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Pendidikan terakhir Ny. Aci
adalah SMP.
Keluarga ini memiliki tiga orang anak dengan anak yang paling tua adalah
Ny. Karmila yang berusia 25 tahun pendidikan terakhir SMA, namun tidak
melanjutkan ke perkuliahan karena lebih memilih untuk bekerja. Ny. Karmila
sudah menikah dan memiliki dua orang anak, beliau tinggal dirumah sendiri
bersama suami dan kedua anaknya. Anak kedua Ny. Pipi yang berusia 20
tahun pendidikan terakhir SMP, tidak melanjutkan ke pendidikan SMA
dikarenakan lebih memilih untuk bekerja mengikuti kakaknya. Ny. Pipi sudah
menikah dan belum mempunyai anak. Beliau tinggal bersama suaminya di

36

rumah mertuanya. Anak ketiga An. Anisa yang berusia 13 tahun, dan sekarang
masih bersekolah di SMP kelas 1.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Ratib tinggal di perumahan yang tidak terlalu padat. Rumah
ini milik sendiri, dengan luas tanah sekitar 120 m2 dan luas bangunan
berukuran 10 m x 6 m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, bagian ruang
depan berlantai keramik, bagian belakang seperti dapur dan sumur berlantai
semen, beratap genteng dan tidak berflafon , dindingnya terbuat dari tembok
dan setiap ruangan dibatasi oleh dinding beranyaman bambu. Ventilasi terdapat
di atas pintu masuk rumah dan juga terdapat di bagian ruangan tv. Disetiap
ruangan terdapat penerangan.
Ketersediaan dicukupi dengan pasokan dari air sumur untuk digunakan
sebagai cuci pakaian dan piring serta digunakan untuk mandi, sedangkan untuk
minum dan makan terkadang keluarga Tn. Ratib menggunakan air galon isi
ulang.
Saluran air limbah (tersedia) dirumah ini dan dialirkan langsung ke got
disamping rumah.

Depan
Gambar 1.8 Denah Rumah Tn. Ratib

37

c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn.Ratib terletak di pemukiman yang tidak terlalu padat
penduduk. Di bagian depan terdapat jalan, bagian belakang terdapat rumah
warga. Di bagian kanan terdapat rumah warga yang dibatasi oleh jalan. Di
bagian kiri terdapat tanah kosong yang dijadikan tempat untuk pembuangan
sampah dan pembakaran sampah
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Ratib memiliki kebiasaan makan kurang lebih dua kali
perhari. Lebih memilih menu makanan yang pedas dan lebih suka lauk pauk
yang direbus dan terkadang di goreng. Kurang mengkonsumsi buah. Kurang
mengkonsumsi sayur karena keluarga Tn. Ratib lebih sering mengkonsumsi
telur. Konsumsi protein hewani bersumber dari ikan sedangkan konsumsi
daging jarang.
Keluarga Tn. Ratib memilih air yang dimasak sendiri untuk konsumsi
minumnya, dengan kebiasaan minum kurang lebih 1L perhari. Mengkonsumsi
kopi hanya Tn. Ratib dan Ny. Aci dengan jumlah kurang lebih dua gelas
perhari.
Menurut hasil prasurvai pada keluarga Tn. Ratib didapatkan kurang nya
tentang pengetahuan pola makan sehat. Keluarga Tn. Ratib tidak mengetahui
apa itu yang dimaksud dengan makanan sehat, menurut mereka, makan nasi
dengan lauk seperti telur yang mereka makan sehari-hari itu sudah cukup. Istri
dari Tn.ratib yaitu Ny. Aci juga tidak mengetahui apa itu makanan sehat. Tn.
Ratib dan Ny. Aci tidak mengetahui apa itu makanan yang mengandung
protein, karbohidrat maupun lemak.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama pasangan Tn. Ratib dan Ny. Aci adalah anak perempuan
berusia 25 tahun. Lahir normal di bidan dengan usia kandungan cukup bulan,
pertumbuhan normal sesuai usia, berhenti minum ASI saat usia 8 tahun.
Anak kedua berjenis kelamin perempuan berusia 20 tahun. Lahir normal)
di bidan dengan usia kandungan cukup bulan, pertumbuhan normal sesuai usia,
berhenti minum ASI saat usia 6 tahun.
Anak ketiga berjenis kelamin perempuan berusia 13 tahun. Lahir normal di
paraji dengan usia kandungan cukup bulan, pertumbuhan normal sesuai usia,
berhenti minum ASI saat usia dua tahun.
f. Kebiasaan Berobat

38

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya hanya
membeli obat di warung untuk meredakan gejala penyakitnya karena
memikirikan biaya untuk berobat, dan apabila gejala tidak kunjung sembuh
mereka pergi berobat ke puskesmas atau klinik terdekat.
g. Riwayat Penyakit
Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Ratib adalah panas
badan, batuk, dan pilek.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga ini ada yang berkebiasaan merokok dan ada memiliki
kebiasaan berolahraga. Tiap anggota keluarga mandi kurang lebih 2 kali sehari
dan memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudahnya.
Keluarga ini memiliki kebiasaan suka memakan makanan yang pedas, makanan
yang digoreng, Ny. Aci setiap sore sering membuat gorengan untuk cemilan
sore hari dan jarang mengkonsumsi sayuran juga buah. Kebiasaan minum air
putih kurang lebih 1L perhari.
Tabel 1.21 Faktor Internal Keluarga Tn. Ratib
No

Faktor Internal

Kebiasaan Merokok

Olah raga

Permasalahan
Tn. Ratib merokok
Sebagian

anggota

keluarga

memiliki

kebiasaan

berolahraga.
3

Pola Makan

Keluarga Tn. Ratib memiliki kebiasaan makan kurang


lebih dua kali perhari. Lebih memilih menu makanan yang
pedas dan lebih suka lauk pauk yang direbus dan
terkadang di goreng. Kurang mengkonsumsi buah. Kurang
mengkonsumsi sayur karena keluarga Tn. Ratib lebih
sering mengkonsumsi telur. Konsumsi protein hewani
bersumber dari ikan sedangkan konsumsi daging jarang.
Keluarga Tn. Ratib

memilih air yang dimasak sendiri

untuk konsumsi minumnya, dengan kebiasaan minum


kurang lebih 1L perhari.

39

Tabel 1.21 (Lanjutan) Faktor Internal Keluarga Tn. Ratib


Menurut hasil prasurvai pada keluarga Tn. Ratib
didapatkan kurang nya tentang

pengetahuan pola

makan sehat. Keluarga Tn. Ratib tidak mengetahui


apa itu yang dimaksud dengan makanan sehat,
menurut mereka, makan nasi dengan lauk seperti
telur yang mereka makan sehari-hari itu sudah cukup.
Istri dari Tn.ratib yaitu Ny. Aci juga tidak mengetahui
apa itu makanan sehat. Tn. Ratib dan Ny. Aci tidak
mengetahui apa itu makanan yang mengandung
4.

Pola Pencarian

protein, karbohidrat maupun lemak.


Apabila sakit, mereka hanya membbeli obat di

Pengobatan

warung, dan apabila gejala tidak membaik mereka


berobat ke puskesmas atau klinik terdekat.

5.

Menabung

Mereka tidak pernah menabung.

6.

Aktivitas sehari-

a. Bapak bekerja sebagai pedagang, bekerja setiap

hari

hari dari jam 07.00 sampai jam 10.00


b. Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama perempuan berusia 25 tahun, lulus
SMA, tidak melanjutkan ke perkuliahan dan sudah
menikah.
d. Anak kedua perempuan berusia 20 tahun, lulus
SMP, tidak melanjutkan ke SMA dan sudah

40

menikah.
e. Anak ketiga perempuan berusia 13 tahun, lulus
7.

Alat kontrasepsi

SD, melanjutkan ke SMP. Dan belum menikah.


Tidak menggunakan alat kontrasepsi

Tabel 1.22 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ratib


No
1.
2.

Kriteria
Luas Bangunan
Ruangan dalam
rumah

Permasalahan
Luas rumah 10 x 6 m2
Didalam Rumah terdapat :
a. Ruang tamu yang berukuran 3 x 2m2.
b. Dua kamar tidur, masing-masing didalamnya terdapat
satu buah tempat tidur. Kamar hanya dibatasi oleh
dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Masingmasing kamar tidak terdapat ventilasi udara.
c. Dapur berukuran 2 x 2 m2 dan tanpa ventilasi udara.
d. Mempunyai kamar mandi, yang di dalam nya terdapat
sumur, yang airnya dipergunakan untuk mandi dan
mencuci.

3.
4.
5.

Jamban
Ventilasi

Keluarga Tn. Ratib tidak memiliki jamban di rumahnya


Terdapat ventilasi udara pada ruang tamu dan tidak

Pencahayaan

terdapat ventilasi udara pada ruang kamar tidur.


a. Terdapat lampu pencahayaan yang baik di tiap kamar
tidur.
b. Terdapat lampu pada ruang tamu
c. Tidak terdapat

lampu pada dapur dan pada kamar

6.

MCK

mandi
Memiliki satu kamar mandi yang letaknya bersampingan

7.

Sumber Air

dengan dapur , tidak memiliki jamban di kamar mandi


Dalam kesehariannya Tn.ratib menggunakan air sumur.
Untuk kebutuhan air minum sehari-hari dan memasak, dari

8.

air sumur.
Saluran pembuangan Terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah dialirkan
limbah

ke got.

41

9.

Tempat pembuangan Sampah rumah tangga dibuang di samping rumah, dan

10.

sampah
Lingkungan sekitar

kemudian dibakar.
Di depan rumah terdapat halaman dan jalan setapak. Di

rumah

samping kanan terdapat jalan. Samping kiri terdapat tanah


kosong, digunakan warga untuk tempat pengumpulan dan
pembakaran sampah. Sedangkan dibelakang terdapat
rumah warga serta kandang yang sudah tidak terpakai.

1.3.5.1. Masalah pada keluarga binaan Tn. Ratib


1. Dapur bercampur dengan jemuran baju, dan perlengkapan rumah
lainnya.
2. Peralatan dapur tidak disusun dengan baik, hanya dibiarkan
berantakan dibawah dapur dan sebagian ada yang ditaruh di samping
3.
4.
5.
6.
7.

sumur.
Dapur hanya berlantai tanah.
Dinding belakang dapur sebagian hanya dilapasi asbes.
Pada kamar pertama dan kamar kedua tidak terdapat ventilasi
Hanya terdapat satu lampu untuk menerangi masing-masing kamar
Pada teras rumah terdapat tumpukan barang yang tidak terpakai
seperti tumpukan kayu, tumpukan kaleng bekas dan terdapat satu

kadang yang sudah tidak terpakai.


8. Kurangnya pengetahuan tentang pola makan sehat
9. Kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah-buahan pada keluarga.
10. Kurang nya tempat pembuangan sampah pada rumah.
11. Dinding-dinding kamar hanya dibatasi oleh anyaman bamboo.
12. Tidak terdapatnya plafon pada ruang keluarga.
13. Tidak terdapat jamban pada kamar mandi.
14. Prilaku buang air besar di jamban atau dikali.
15. Kebiasaan merokok pada kepala keluarga yaitu Tn. Ratib
16. Minim nya penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
17. Tidak adanya kebiasaan menabung pada keluarga
1.3.6. Keluarga Ny. Surti
a. Data Dasar keluarga Ny. Surti
Rumah keluarga ini terletak di Kampung Sukasari, Desa Pangkalan, kec.
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh tujuh
anggota keluarga yaitu Ny. Surti sebagai kepala keluarga dengan dua orang
anak yang bernama Sulaeman dan Juleha, serta keluarga kakak Ny. Surti yang
bernama Ny. Ersa, beserta suaminya yang bernama Tn. Edo, dan anaknya yang
bernama Aisah. Selain itu terdapat satu orang keponakan Ny. Ersa yang
bernama Ny. Ida.

42

Tabel. 1.23 Data Dasar Keluarga Ny. Surti


No

Nama

Status Keluarga

Jenis

Usia

Pendidikan

Kelamin

(tahun)

Terakhir

Pekerjaan

(L/P)
1.

Ny. Surti

Kepala Keluarga

48

SD

Ibu Rumah

2.
3.

An. Sulaeman
An. Juleha

Anak Pertama
Anak Kedua

L
P

17
8

SMP
SD (belum

Tangga
Buruh Pabrik
Pelajar

4.

Ny. Ersa

Adik Ny. Surti

37

tamat)
SD

Pembantu
Rumah

5.

Tn. Edo

Suami Ny. Ersa

30

SD

Tangga
Buruh

6.

An. Aisyah

Anak Ny. Ersa

12

SD

bangunan
-

dan Tn. Edo

Ny. Surti berusia 48 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan
Suaminya meninggal sekitar 5 tahun yang lalu. Ny. Surti mendapatkan
perdapatan dari anaknya yang bernama Sulaeman yang bekerja di Pabrik,
dengan pendapatan perbulan Rp 600.000,00. Selain itu sumber pendapatan Ny.
Surti dibantu oleh kakaknya yaitu Ny. Ersa yang bekerja sebagai asisten rumah
tangga, dengan penghasilan perminggu sebesar Rp 150.000,00, dan suami Ny.
Ersa yang bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan perminggu
sebesar Rp 350.000,00. Hasil pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli makanan, membayar biaya
sekolah, dan membayar listrik. Ny. Surti hanya bersekolah hingga kelas 6 SD,
diakuinya pendidikan tidak dilanjutkan karena masalah keuangan. Ny. Surti
tidak memiliki kebiasaan menabung karena pendapatannya hanya mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
Adik Ny. Surti, yang bernama Ny. Ersa bekerja sebagai asisten rumah
tangga di sebuah keluarga di daerah Dadap, setiap harinya Ny. Ersa berangkat
dari rumah pukul 07.00 pagi dan kembali ke rumah pukul 12.00 siang.
Pendapatan yang diperoleh oleh Ny. Ersa perminggu adalah Rp 150.000,00.

43

Suami Ny. Ersa yang bernama Tn. Edo bekerja sebagai kuli bangunan.
Setiap harinya Tn. Edo berangkat dari rumah pukul 07.00 pagi dan kembali ke
rumah pukul 17.00. Pendapatan yang dihasilkan Tn. Edo tidak menetap, namun
jika sedang ada pekerjaan sebagai kuli, Tn. Edo mendapatkan pendapatan
sebesar Rp 350.000,00 perminggu.
Anak pertama Ny. Surti adalah seorang perempuan, bernama Sulaeman
yang sekarang berusia 17 tahun. Sulaeman hanya mendapat pendidikan hingga
tingkat SMP, setelah itu Sulaeman berhenti sekolah dan bekerja di pabrik. Anak
kedua Ny. Surti bernama Juleha berusia 8 tahun, saat ini sedang menempuh
pendidikan sekolah dasar kelas 3.
Anak pertama pasangan Ny. Ersa dan Tn. Edo bernama Aisyah berusia 12
tahun, saat ini menempuh pendidikan sekolah menengah pertama kelas 1
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Ny. Ersa tinggal di rumah sendiri dengan luas bangunan
berukuran 10x4 m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan terdiri dari
satu ruang keluarga yang berukuran 2x4 m, memiliki dua kamar tidur yang
masing-masing berukuran 2x2 m, memiliki dapur berukuran 2x2 m, tidak
memiliki kamar mandi, tidak memiliki jamban, memiliki sumur di area
belakang rumah.
Ruang keluarga, serta kedua kamar berlantaikan ubin, beratapkan genteng
tanpa plafon, dan seluruh dinding masih berupa anyaman bambu Untuk
ventilasi, rumah ini tidak memiliki ventilasi, rumah ini hanya memiliki satu
pintu depan. Untuk penerangan, rumah ini hanya memiliki satu buah lampu.
Didalam rumahnya keluarga Tn. Macing hanya memiliki barang elektronik
berupa televisi dengan antenna.

Belakang

44

Depan
Gambar 1.9 Denah Rumah Ny. Surti
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat, depan, belakang dan
samping rumah terdapat rumah tetangga yang berjarak 1,5 m dari rumah
keluarga Ny. Surti.
d. Pola Makan
Keluarga Ny. Surti tidak mengetahui mengenai pola makan sehat, sehingga
dalam urusan makan biasanya keluarga Ny. Surti tidak memikirkan apakah
yang dimakan sudah memenuhi kebutuhan nutrisi atau tidak. Biasanya keluarga
Ny. Surti hanya memakan makanan yang bisa dibeli sesuai dengan uang yang
dimiliki saat itu. Lauk yang dimakan pun hanya berupa nasi, sayur dan tahu
tempe, sedangkan untuk lauk ikan dan daging biasanya sangat jarang
dikonsumsi. Keluarga Ny. Surti tidak pernah memikirkan seberapa penting
adanya lauk seperti ikan dan daging karena tidak mengetahui ada kandungan
apa saja di dalam ikan atau daging. Sedangkan untuk buah dan susu juga jarang
dikonsumsi oleh keluarga Ny. Surti karena keluarganya tidak mengetahui apa
saja manfaat konsumsi buah dan susu, sehingga keluarga Ny. Surti
menganggap konsumsi buah dan susu tidaklah penting.
Dilingkungan keluarga Ny. Surti tidak pernah ada kegiatan yang
membahas mengenai pola makan sehat baik yang diadakan oleh masyarakat
sekitar ataupun tenaga kesehatan. Dari segi media informasi pun keluarga Ny.
Surti mengatakan tidak pernah menerima informasi apapun tentang pola
makan.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak

45

Selama mengandung Ny. Surti tidak pernah mengalami sakit atau kelainan
pada kandungannya. Ny. Surti kontrol untuk kehamilannya di posyandu kurang
lebih 7 kali dan melahirkan anak pertamanya di bidan dan Ny. Surti
mengatakan bahwa kedua anaknya mendapat imunisasi. Ny. Surti mengaku
bahwa anaknya mendapatkan ASI sampai dengan usia 1 tahun.
f. Kebiasaan Berobat
Menurut penuturan Ny. Surti ketika ada anggota keluarga yang sakit,
keluarga ini biasanya hanya meminum obat warung. Namun jika dirasakan
penyakitnya cukup parah maka meraka pergi berobat ke puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
Ny. Surti mengaku seluruh anggota keluarga jarang ada yang sakit. Jika
ada yang sakit biasanya berupa demam, batuk dan pilek.
h. Perilaku dan Aktivitas Sehari- hari
Ny. Surti memiliki aktivitas sehari-hari yaitu bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Sedangkan anggota keluarga lain yaitu anaknya yang bernama
Sulaeman bekerja pukul 07.00 sampai 16.00.
Di rumah tersebut hanya Tn. Edo yang memiliki kebiasaan merokok. Tn.
Edo biasanyamerokok di luar rumah atau di teras, dan rata-rata dapat
menghabiskan kurang lebih satu sampai dua bungkus dalam sehari. Aktivitas
sehari-hari Ny. Ersa yaitu bekerja di sebuah keluarga di Desa Dadap sebagai
asisten rumah tangga. Aktivitas sehari-hari Juleha adalah di rumah, kadang
hanya menonton tv dan kadang berkumpul atau bermain dengan temantemannya di rumah. Sedangkan anak Ny. Ersa bernama Aisyah kegiatannya
adalah bersekolah dari pagi hingga siang hari lalu saat pulang sekolah Juleha
bermain dengan teman sebayanya yang berada di sekitar Rumah. Keluarga Ny.
Surti tidak ada yang memiliki kebiasaan berolahraga.
Keluarga Ny. Surti biasa mencuci tangan menggunakan air tanpa sabun
sebelum makan. Keluarga Ny. Surti menggunakan alas kaki saat keluar rumah.
Keluarga Ny. Surti memiliki sumber air sendiri yaitu berasal dari sumur yang
berada di bagian belakang rumahnya, digunakan untuk mencuci baju, piring
dan juga untuk minum.
Keluarga Ny. Surti biasa membuang sampah di pekarangan sekitar rumah.
Untuk pembuangan limbah cair maupun padat keluarga Ny. Surti biasa
membuangnya ke tanah disekitar perkarangan rumah.

46

Rumahnya tidak memiliki jamban, sehingga untuk BAB dan BAK


biasanya keluarga Ny. Surti melakukannya di jamban umum yang berada di
kebon.
Tabel.1.24 Faktor Internal Keluarga Ny. Surti
No.
1.

Kriteria
Kebiasaan Merokok

Permasalahan
Tn. Edo memiliki kebiasaan merokok sejak umur belasan
tahun, biasanya Tn. Macing menghabiskan dua bungkus
rokok dalam sehari

2.

Olahraga

Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan


berolahraga.

3.

Pola Makan

Keluarga Ny. Surti tidak mengetahui mengenai pola


makan sehat, sehingga dalam urusan makan biasanya
keluarga Ny. Surti tidak memikirkan apakah yang
dimakan sudah memenuhi kebutuhan nutrisi atau tidak.
Biasanya keluarga Ny. Surti hanya memakan makanan
yang bisa dibeli sesuai dengan uang yang dimiliki saat
itu. Lauk yang dimakan pun hanya berupa nasi, sayur dan
tahu tempe, sedangkan untuk lauk ikan dan daging
biasanya sangat jarang dikonsumsi. Keluarga Ny. Surti
tidak pernah memikirkan seberapa penting adanya lauk
seperti ikan dan daging karena tidak mengetahui ada
kandungan apa saja di dalam ikan atau daging.
Sedangkan untuk buah dan susu juga jarang dikonsumsi
oleh keluarga Ny. Surti karena keluarganya tidak
mengetahui apa saja manfaat konsumsi buah dan susu,
sehingga keluarga Ny. Surti menganggap konsumsi buah
dan susu tidaklah penting.
Dilingkungan keluarga Ny. Surti tidak pernah ada
kegiatan yang membahas mengenai pola makan sehat
baik yang diadakan oleh masyarakat sekitar ataupun
tenaga kesehatan. Dari segi media informasi pun keluarga
Ny. Surti mengatakan tidak pernah menerima informasi
apapun tentang pola makan.

Tabel.1.24 (Lanjutan) Faktor Internal Keluarga Ny. Surti

47

No.
4.

Kriteria
Pola Pencarian

Permasalahan
Bila sakit, keluarga ini hanya mengonsumsi obat warung

Pengobatan

namun jika sakit dirasakan parah keluarga akan pergi ke


Puskesmas.

5.

Menabung

6.

Aktivitas Seharihari

Keluarga ini tidak memiliki tabungan.


a. Ny. Surti bekerja sebagai Ibu rumah tangga
b. Sulaeman bekerja sebagai buruh pabrik pukul
07.00 sampai 16.00.
c. Ny. Ersa bekerja sebagai asisten rumah tangga
dan berangkat pukul 07.00 sampai pukul 12.00
siang.
d. Tn. Edo bekerja sebagai buruh bangunan dari
pukul 07.00 sampai pukul 17.00.
e. Aisyah bersekolah di SMP tidak jauh dari rumah.
f. Juleha bersekolah SD tidak jauh dari rumah.

Tabel 1.25 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Surti


No.
1.
2.

Kriteria
Luas Bangunan

Permasalahan
Luas tanah sekitar 45m2

Ruangan Dalam

Luas bangunan 40m2


Rumah memiliki dua kamar, masing-masing berukuran

Rumah

2x2, sebuah ruang keluarga atau ruang TV berukuran


2x4 m, di bagian belakang terdapat dapur yang

3.

Ventilasi

berukuran 2x2m dan sebuah sumur berukuran 4x3m.


Pintu depan sebagai ventilasi utama, terdapat 1 jendala

48

4.
5.
6.

Pencahayaan

pada ruang keluarga.


Hanya terdapat 1 lampu pencahayaan berwarna putih di

MCK
Sumber Air

ruang keluarga
Tidak memiliki kamar mandi dan jamban keluarga.
Dalam kesehariannya Ny. Surti menggunakan air
sumur untuk mencuci pakaian dan alat makan, mandi,

7.

Saluran Pembuangan

dan minum.
Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air limbah

8.

Limbah
Tempat Pembuangan

dialirkan selokan depan rumah.


Tidak ada tempat pembuangan sampah terdekat.

9.

Sampah
Lingkungan Sekitar

Di bagian depan terdapat jalan setapak dan rumah

Rumah

tetangga, bagian belakang serta kiri kanan terdapat


rumah penduduk lainnya dan jalan setapak dengan
jarak 1 m.

1.3.6.1.

Masalah Pada Keluarga Binaan Ny. Surti


1. Tidak tersedianya jamban dan kamar mandi.
2. Pencahayaan rumah yang sangat kurang.
3. Keadaan dapur yang tidak bersih.
4. Kurangnya pengetahuan tentang pola makan yang benar.
5. Tidak ada tabungan keluarga.
6. Tidak terdapat ventilasi pada rumah
7. Kurangya sarana sanitasi lingkungan di rumah, seperti bak tempat
sampah di luar dan dalam rumah.
8. Tidak tersedianya sarana pembuangan limbah.
9. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu.
10. Minimnya penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
11. Jarang berolahraga.

1.4.

Penentuan Area Masalah

1.4.1 Rumusan Area Masalah Keluarga Binaan


Dalam menentukan area masalah, langkah awal yang dilakukan adalah
melakukan observasi dan wawancara dengan tenaga kesehatan di daerah
keluarga binaan, berdasarkan data yang terdapat di puskesmas serta programprogram yang ada dan mencari prioritas permasalahan berdasarkan data yang
ada. Setelah mendapatkan data dari puskesmas, lalu berkunjung ke keluarga
binaan masing-masing., dan kemudian menemukan area masalah pada masingmasing keluarga binaan.

49

Tabel 1.26 Data Permasalahan Medis dan Non Medis yang Ditemukan
Pada Masing-Masing Keluarga Binaan
No.
1.

Keluarga
Tn. Senen

Jenis Permasalahan
Permasalahan Medis :
Tidak ditemukan permasalahan medis
Permasalahan Non-Medis :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kurangnya pengetahuan tentang rumah sehat


Tidak terdapat jamban pada rumah
Perilaku buang air besar (BAB) pada jamban di kali.
Tidak terdapat ventilasi maupun jendela pada rumah
Pencahayaan di dalam rumah tidak memadai
Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai di

rumah.
7. Tidak tersedianya saluran pembuangan air limbah yang memadai
di rumah
8. Tidak terdapat plafon pada rumah
9. Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan sehat
10. Kurangnya sarana sanitasi lingkungan di rumah, seperti bak tempat
sampah di luar dan dalam rumah, saluran pembuangan air limbah
11.
12.
13.
14.
15.

yang tidak memadai.


Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu
Minimnya penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Perilaku yang tidak mau berolahraga
Seringnya konsumsi makanan instan
Perilaku minum kopi yang terbilang cukup sering

Lanjutan Tabel 1.26 Data Permasalahan Medis dan Non Medis yang
Ditemukan Pada Masing-Masing Keluarga Binaan
No.
2.

Keluarga
Tn. Indra

Jenis Permasalahan
Permasalahan Medis :
Tidak ditemukan permasalahan medis
Permasalahan Non-Medis :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

3.

Tn. Joni

Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai


Pencahayaan rumah yang sangat kurang.
Tidak ada tabungan keluarga.
Kurang nya ventilasi pada rumah
Kurangnya pengetahuan tentang pola makan sehat
Kurangya sarana sanitasi lingkungan di rumah, seperti bak tempat

sampah di luar dan dalam rumah.


7. Dinding rumah yang terbuat dari kayu dan atap rumah dari karung.
16. Tidak mau berolahraga
Permasalahan Medis :

50

Tidak ditemukan permasalahan medis


Permasalahan Non-Medis :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kurangnya pengetahuan tentang pola makan sehat


Tidak adanya ventilasi di rumah
Kurangnya pencahayaan di dalam rumah
Adanya jamban di dalam rumah
Kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Kebiasaan merokok pada ayah
Kurangnya kebersihan di lingkungan sekitar

Tabel 1.26 (Lanjutan) Data Permasalahan Medis dan Non Medis yang
Ditemukan Pada Masing-Masing Keluarga Binaan
No.
4.

Keluarga
Tn. Sanusi

Jenis Permasalahan
Permasalahan Medis :
Tidak ditemukan permasalahan medis
Permasalahan Non-Medis :

5.

Tn. Ratib

1. Kurangnya pengetahuan tentang pola makan yang benar


2. Kurangnya ventilasi di rumah
3. Kurangnya pencahayaan di dalam rumah
4. Tidak terdapat jamban di dalam rumah
5. Kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
6. Kebiasaan merokok pada ayah
7. Kurangnya kebersihan di lingkungan sekitar
Permasalahan Medis :
Tidak ditemukan permasalahan medis
Permasalahan Non-Medis :
1. Dapur bercampur dengan jemuran baju, dan perlengkapan rumah
lainnya.
2. Peralatan dapur tidak disusun dengan baik, hanya dibiarkan
berantakan dibawah dapur dan sebagian ada yang ditaruh di
3.
4.
5.
6.
7.

samping sumur.
Dapur hanya berlantai tanah.
Dinding belakang dapur sebagian hanya dilapasi asbes.
Pada kamar pertama dan kamar kedua tidak terdapat ventilasi
Hanya terdapat satu lampu untuk menerangi masing-masing kamar
Pada teras rumah terdapat tumpukan barang yang tidak terpakai
seperti tumpukan kayu, tumpukan kaleng bekas dan terdapat satu

kadang yang sudah tidak terpakai


8. Kurangnya pengetahuan tentang pola makan sehat

51

Tabel 1.26 (Lanjutan) Data Permasalahan Medis dan Non Medis yang
Ditemukan Pada Masing-Masing Keluarga Binaan
No.
5.

6.

Keluarga
Tn. Ratib

Ny. Surti

Jenis Permasalahan
Permasalahan Non-Medis :
9. Kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah-buahan pada keluarga.
10. Kurang nya tempat pembuangan sampah pada rumah.
11. Dinding-dinding kamar hanya dibatasi oleh anyaman bamboo.
12. Tidak terdapatnya plafon pada ruang keluarga.
13. Tidak terdapat jamban pada kamar mandi.
14. Prilaku buang air besar di jamban atau dikali.
15. Kebiasaan merokok pada kepala keluarga yaitu Tn. Ratib
16. Minim nya penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
17. Tidak adanya kebiasaan menabung pada keluarga
Permasalahan Medis :
Tidak ditemukan permasalahan medis
Permasalahan Non-Medis :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tidak tersedianya jamban dan kamar mandi.


Pencahayaan rumah yang sangat kurang.
Keadaan dapur yang tidak bersih.
Kurangnya pengetahuan tentang pola makan yang benar.
Tidak ada tabungan keluarga.
Tidak terdapat ventilasi pada rumah
Kurangya sarana sanitasi lingkungan di rumah, seperti bak tempat

8.
9.
10.
11.

sampah di luar dan dalam rumah.


Tidak tersedianya sarana pembuangan limbah.
Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu.
Minimnya penghasilan
Jarang berolahraga.

52

Tabel 1.27 Hasil pre survey yang dilakukan pada ke enam keluarga binaan dengan
menilai aspek pengetahuan, sikap dan perilaku.
No.
1.

2.

3.

Variabel
Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Hasil Ukur
Baik

Jumlah Responden
0

Persentase
0%

Cukup

16,67 %

Kurang

10

83,33 %

Total
Baik

12
8

100%
66,67 %

Tidak Baik

33,33 %

Total
Melakukan

12
6

100 %
50 %

Tidak melakukan

50 %

Total

12

100 %

1.4.2 Penetapan Area Masalah Sebagai Diagnosis Komunitas


Dalam pengambilan sebuah masalah digunakan Metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang
dibuat oleh suatu kelompok, di mana anggotanya terdiri dari para ahli
atas masalah yang akan diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi
dimulai degan menentukan prioritas masalah yang akan dicari
penyelesaiannya (Harold, et all, 1975 : 40-55).

Gambar 1.10 Alur penentuan masalah dengan metode Delphi


Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan mengenai pola makan sehat pada keluarga binaan

53

RT 002 RW 004 Kampung Sukasari Desa Pangkalan Kabupaten Tangerang


Propinsi Banten. Selanjutnya, dilakukan pre survey pada keluarga binaan
untuk menilai aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku dari keluarga binaan
yang berhubungan dengan pola makan sehat. Hasil dari pre survey dapat
dilihat pada Tabel 1.27.
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, maka dilakukanlah
diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah
Pengetahuan Tentang Pola Makan Sehat Pada Keluarga Binaan di RT
02 RW 04 Kampung Sukasari Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 13 Oktober 24 Oktober
2015.
1.4.1 Alasan Pemilihan Area Masalah

Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai


pertimbangan, yaitu :
1. Berdasarkan data sekunder dari data puskesmas tahun 2015 yang
menyatakan bahwa persentase gizi kurang 12,1% yaitu 395 balita
dari 3271 balita yang di timbang, sedangkan persentase gizi buruk
2,4% yaitu 77 balita dari 3271 balita yang ditimbang. Dari keenam
desa tersebut, Desa Pangkalan, yang merupakan desa tempat
keluarga binaan peneliti, memiliki angka kejadian gizi buruk dan gizi
kurang tertinggi. Tingginya angka kejadian gizi kurang dan gizi
buruk tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
pengetahuan, ketersediaan sarana dan prasarana, serta pola makan
yang tidak sehat.
2. Berdasarkan hasil pre survey yang dilakukan dengan menggunakan
kuesioner dengan cara wawancara terpimpin didapatkan bahwa
pengetahuan keenam keluarga binaan tentang pola makan sehat
termasuk dalam kategori kurang, yaitu dengan persentase sebesar
66,67 %.
3. Dari

hasil

wawancara

dengan

keluarga

binaan,

didapatkan

keterangan mengenai kurangnya sosialisasi mengenai pola makan

54

sehat di daerah tempat tinggalnya, sehingga menyebabkan kurangnya


pengetahuan masyarakat mengenai pola makan sehat.

55

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan
intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi
komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu
kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan
intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis
komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan,
promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
gizi).
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut

Notoatmodjo

(2005)

Pengetahuan

adalah

hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui


indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian

besar

pengetahuan

seseorang

diperoleh

melalui

indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Harahap, 2012)


Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan
pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tetentu dapat
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan adalah sesuatu
yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. (Wulan, 2011)

56

2.2.2 Jenis Pengetahuan


Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks
kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku
kesehatan. (Harahap, 2012)
Jenis pengetahuan di antaranya sebagai berikut :

1. Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang yang berisi faktor-faktor yang bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang
biasanya sulit ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa
tidak disadari. Contoh sederhana yaitu seseorang yang telah mengetahui
tentang bahaya merokok bagi kesehatan, namun ternyata dia merokok.
(Harahap, 2012)
2. Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan
ekspilisit

adalah

pengetahuan

yang

telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud


perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakantindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh sederhana yaitu
seseorang yang telah mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan
dan ternyata dia tidak merokok. (Harahap, 2012)
2.2.3

Cara Mendapatkan Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2005) dari berbagai macam cara yang telah digunakan
untuk

memperoleh

kebenaran,

pengetahuan

sepanjang

sejarah,

dapat

dikelompokkan menjadi dua : (Wulan, 2011)


1. Cara Tradisional
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum
ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :
a. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak

57

berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai


didapatkan hasil mencapai kebenaran. (Wulan, 2011)
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama,
maupun ahli ilmu pengetahuan.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat
memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara
tersebut. (Wulan, 2011)
d. Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran.
(Wulan, 2011)
2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah.
(Wulan, 2011)
2.2.4

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut

Notoadmodjo

(2005),

terdapat

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu umur, pendidikan, dan


pengalaman. (Harahap, 2012)
a. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman jiwa. (Harahap, 2012)
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu

58

cita-cita tertentu. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk


mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. (Harahap, 2012)
Pendidikan diklasifikasikan menjadi :
(a)

Pendidikan tinggi : akademi / PT

(b)

Pendidikan menengah : SLTP/SLTA

(c)

Pendidikan dasar : SD

Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung


untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media
masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan. (Harahap, 2012)
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the
best teacher). Pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan
yang dihadapi pada masa lalu. (Harahap, 2012)
Sedangkan menurut menurut Sukmadinata (2009), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. (Harahap, 2012)
1. Faktor internal
a. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
(Harahap, 2012)
b. Rohani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu. (Harahap,
2012)
2. Faktor eksternal
59

a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.
(Harahap, 2012)
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa yaitu televisi (TV) , radio,majalah,
pamflet, dan lain-lain akan memperoleh informasi lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi
media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi
pengetahuan yang dimiliki seseorang. (Harahap, 2012)
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah
tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih
rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan
informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder. (Harahap,
2012)
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,
sementara faktor hubungan social juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media. (Harahap, 2012)
e. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti seminar
dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena

60

dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal


dapat diperoleh. (Harahap, 2012)
2.2.5 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2005), dari pengalaman dan penelitian, ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa
tertarik, dan adanya pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan
terdiri atas enam tingkat. (Wulan, 2011)
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (Recall)
terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk mengukur bahwa orang tahu
yang dipelajari seperti menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan, dan sebagainya. (Wulan, 2011)

b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang
objek yang diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.
(Wulan, 2011)
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. (Wulan, 2011)
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. (Wulan, 2011)
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. (Wulan, 2011)
f. Evaluasi (Evaluation)

61

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian


terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang ada.
(Wulan, 2011)
2.2.6 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui
atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran
tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan
seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. (Harahap, 2012)

2.3 Pola Makan Sehat


2.3.1 Pengertian Pola Makan Sehat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola merupakan sistem, cara
kerja, dalam hal pemikiran pola merupakan sesuatu yang diterima seseorang
dan dipakai sebagai pedoman, sebagaimana diterimanya dari masyarakat
sekelilingnya. Sedangkan makan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
makan merupakan kegiatan memasukkan makanan ke dalam mulut serta
mengunyah dan menelannya. Jadi pola makan dapat diartikan sebagai cara atau
usaha dalam mengatur kegiatan makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh
untuk menjadi lebih baik. Menurut Depkes RI (2009), pola makan adalah suatu
cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud
tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. (Amelia, 2014)
2.3.2 Pola Konsumsi Makanan
Penduduk Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa yang
mempunyai kekayaan kuliner yang sangat variatif. Apabila dikonsumsi dalam
jumlah cukup dan seimbang, hidangan tersebut akan memenuhi kecukupan zat
62

gizi yang dapat menjaga kondisi kesehatan secara optimal. Selain itu setiap
daerah mempunyai keanekaragaman dan ketersediaan sumber pangan hewani
dan nabati yang khas seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayur dan buah di
daerah pertanian, ikan dan produk laut di daerah pesisir, serta unggas dan
daging di daerah peternakan. (Amelia, 2014)
Namun pengetahuan masyarakat untuk memilih makanan yang cukup
dan seimbang untuk individu dan keluarga masih kurang. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Pada keluarga
miskin, umumnya karena akses pendidikan, pelayanan kesehatan dan pangan
rendah, kurang gizi merupakan masalah yang disertai dengan tingginya angka
penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) , diare,
tuberkulosa dan malaria. Keluarga yang tidak mampu ini juga terbukti sangat
terpapar dengan kebiasaan merokok yang memperparah kondisi kesehatan
mereka. (Amelia, 2014)
Pola konsumsi makanan yang tidak berimbang menyebabkan struktur
tubuh anak Indonesia semakin tidak ideal, yaitu pendek dan gemuk. Tinggi
badan anak laki-laki Indonesia pada umur lima tahun, rata-rata kurang 6,7cm
dari tinggi yang seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3cm
(Riskesdas, 2010). Hal ini disebabkan konsumsi makanan sumber protein
terutama pangan hewani masyarakat yang rendah. Berdasarkan Susenas tahun
2009 rata-rata konsumsi pangan hewani sebesar 148 kkal (61,7% Angka
Kebutuhan Energi) dari anjuran sebesar 240 kkal. Adapun kegemukan terjadi
karena kelebihan konsumsi makanan sumber karbohidrat dan rendah serat
makanan. (Amelia, 2014)
Baik di perdesaan maupun di perkotaan, gizi lebih yaitu kegemukan dan
obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Fisik yang kurang
bergerak secara teratur karena kemudahan sarana transportasi dan jenis
pekerjaan yang membuat pekerja relatif statis untuk waktu lama, bersama
dengan obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit degeneratif,
penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes dan kanker. Hal tersebut di atas
antara lain sebagai akibat dari perubahan gaya hidup, yang merupakan dampak
gobalisasi dan industrialisasi, termasuk berkembangnya makanan cepat saji

63

yang umumnya tidak bergizi seimbang yaitu tinggi lemak dan garam, serta
rendah kandungan seratnya. Mobilitas yang sangat tinggi di kota besar
membuat orang cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji tanpa
mempertimbangkan kandungan gizinya. (Amelia, 2014)
Masalah utama terkait dengan pola konsumsi makanan, antara lain
adalah:
a. Promosi junk food yang tinggi lemak, tinggi garam dan tinggi gula,
serta rendah serat, dipromosikan dan ditawarkan dengan sangat menarik
melalui iklan di berbagai media massa yang ditujukan kepada konsumen
sejak usia balita, dengan sasaran utama anak usia sekolah dan pekerja
muda. (Amelia, 2014)
b. Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pola konsumsi makanan
yang sehat dan seimbang, menyebabkan perilaku yang salah. Hal ini
disebabkan tidak efektifnya pendidikan gizi kepada anak semenjak usia
dini sampai anak usia sekolah. (Amelia, 2014)
c. Penyediaan kantin sekolah dan program makan siang yang sehat dan
higienis di sekolah, belum menjadi kebijakan bagi penyelenggara
pendidikan. Bahkan gencarnya strategi produsen makanan dan minuman
cepat saji berupa program schoolastic merupakan aktivasi hadirnya
makanan dan minuman yang dikategorikan junk food untuk menjangkau
pelajar usia remaja. (Amelia, 2014)
d. Menu makanan tradisional yang tinggi serat seperti gado-gado, karedok,
urap dan pecel kurang diminati oleh anak dan remaja. Selain itu
keamanan makanan yang dijajakan oleh penjual keliling termasuk jajanan
anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus terkait dengan higiene dan
sanitasi serta penggunaan yang salah berbagai bahan tambahan pangan
dan adanya bahan berbahaya. (Amelia, 2014)
e. Pentingnya penerapan pola konsumsi makanan beragam, bergizi
seimbang dan aktivitas fisik yang cukup dan teratur dalam kaitannya
dengan produktivitas optimal ternyata masih belum diberikan perhatian.
(Amelia, 2014)
f. Ketersediaan dan akses sayur dan buah beragam dan aman serta promosi
pola konsumsi makanan tinggi serat belum ditangani secara serius, karena

64

ditemukan 93,6% penduduk berumur di atas 10 tahun kurang makan


sayur dan buah. (Amelia, 2014)
g. Menjamurnya toko waralaba franchise convenience store di seluruh
pelosok kota sampai ke perdesaan dengan berbagai strategi pemasaran
yang gencar sehingga keluarga tergiur untuk membeli makanan baru
produk kemasan yang pada umumnya kaya karbohidrat dan rendah
protein serta miskin mikronutrien telah mengakibatkan transisi pola
konsumsi makanan masyarakat, berupa konsumsi makanan kemasan,
makanan cepat saji tinggi lemak, tinggi garam dan minuman tinggi gula.
Kondisi ini sejalan dengan meningkatnya kejadian kegemukan pada
kelompok miskin. (Amelia, 2014)
2.3.3 Ragam Dan Frekuensi Bahan Makanan Yang Dikonsumsi
a. Ragam
Bahan makanan yang dikonsumsi sangat beragam, membiasakan
makan makanan yang beraneka ragam adalah prinsip pertama dari gizi
seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia dimana saja
membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi karena
tidak ada satupun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Semakin beragam pola hidangan makanan, semakin
mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat. Bahan makanan yang
dikonsumsi dikelompokkan kedalam bahan makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. (Amelia, 2014)
1. Makanan pokok
Makanan pokok merupakan bahan makanan yang
mengandung karbohidrat. Makanan pokok terdiri atas bahan
makanan serelia dan umbi-umbian. Yang termasuk makanan pokok
antara lain adalah beras, jagung, tepung terigu, roti, kentang,
singkong, ubi jalar, gembili, talas, uwi, mi gandum, tepung beras
dan lain-lain. (Amelia, 2014)
2. Lauk hewani dan lauk nabati
Bahan makanan lauk hewani merupakan bahan makanan
sumber protein yang berasar dari hewan. Yang termasuk dalam
bahan lauk hewani antara lain daging sapi, kambing, ayam, telur,
jerohan, keju, bebek, ikan, udang, cumi-cumi. Bahan lauk nabati
65

adalah lauk berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil olahannya,


antara lain : tempe, tahu, kacang-kacangan, lauk nabati merupakan
sumber protein. (Amelia, 2014)
3. Sayuran
Sayuran merupakan bagian dari tubuh yang dapat dimakan,
antara lain daun, bunga, umbi, maupun batang, sayuran merupakan
sumber mineral dan vitamin, setiap jenis sayuran memiliki warna,
rasa, aroma dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga bahan
pangan sayur-sayuran dapat menambah variasi makanan, yang
termasuk sayuran antara lain, kol, wortel, kentang, buncis, sawi
hijau dan lain-lain. (Amelia, 2014)
4. Buah-buahan
Dalam pengertian sehari-hari, buah diartikan sebagai semua
produk yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut. Yang termasuk
buah antara lain mangga, jeruk, apel, pisang, semangka dan lainlain. (Amelia, 2014)
b. Frekuensi
Frekuensi makan adalah jumlah makanan dalam seharihari baik
kuantitatif dan kualitatif. Secara ilmiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alatalat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
makanan dalam lambung bergantung sifat dan jenis makanan. Jika
dirata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal
makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung. (Amelia,
2014)
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan
makan malam secukupnya saja, untuk memenuhi energy dan sebagian
zat gizi sebelum tiba makan siang. Lebih baik lagi jika makan makanan
ringan sekitar pukul 10.00. Menu sarapan yang baik harus mengandung
karbohidrat, protein dan lemak, serta cukup air untuk mempermudah
pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi. (Amelia, 2014)
2.3.4 Cara Pengolahan Makanan
Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan
beberapa cara. (Amelia, 2014)

66

1. Merebus (boiling) adalah memantangkan makanan dengan cara


merebus suatu cairan biasa berupa air saja atau air kaldu dalam panic
sampai mencapai titik didih (1000C).
2. Memasak (braising) adalah memasak makanan dengan menggunakan
sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan teknik
adalah daging.
3. Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan dalam
uap air.
4. Bumbu-bumbuan (simmering), hamper sama dengan mengukus tapi
setelah dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.
Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak rusak
atau hilang, makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai berikut
(Amelia, 2014)
1. Memasak lebih dekat dengan waktu makan.
2. Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat.
3. Memasak bahan makanan dalam keadaan utuh lebih baik dari pada
memasak potongan bahan terutama sayuran yang umumnya
mengandung vitamin B dan C yang mudah larut dalam air.
4. Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa
dipotong-potong terlebih dahulu.
5. Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu terlalu
lama karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak hilang.
2.3.5 Gizi Seimbang
Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan
secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi. (Amelia, 2014)
Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu
sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi
dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
(Amelia, 2014)
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beranekaragam
makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi

67

kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh


dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier,
2009)
Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam
piramida gizi seimbang yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah
TRI GUNA MAKANAN. (Amelia, 2014)

Gambar 2.1 Piramida Triguna Makanan


Pertama, sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta
tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut. (Amelia, 2014)
Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan
bagian tengah kerucut. (Amelia, 2014)
Ketiga, sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani
dan hasil olahan, digambarkan bagian atas kerucut. (Amelia, 2014)
Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Gizi Seimbang (Amelia, 2014)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)


Sosial budaya (tidak bertentangan)
Kondisi kesehatan
Umur
Berat badan
Aktivitas
Kebiasaan makan (like or dislike)
Ketersediaan pangan setempat

68

Tiga belas Pesan Umum Gizi Seimbang :


1. Makanlah aneka ragam makanan
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat untuk
kesehatan. Makanan harus mengandung unsur zat gizi yang diperlukan
tubuh baik kuantitas maupun kualitas. Idealnya, ada zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur. (Amelia, 2014)
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Kebutuhan energi dapat tercukupi dengan mengkonsumsi makanan
sumber karbohidrat, protein dan lemak. Tanda kecukupan energi dapat
dipantau dengan keadaan berat badan yang normal. Pemantauan berat
badan dilakukan pada bayi, balita dan usia sekolah dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS), pada orang dewasa dengan penghitungan
IMT (Indeks Massa Tubuh) dan pada lansia dengan KMS usia lanjut.
(Amelia, 2014)
Kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak/ jaringan lain. Bila
kelebihan tersebut berlanjut maka akan timbul penyakit (hipertensi,
jantung, diabetes melitus, dll). Sedangkan untuk menutupi kekurangan
energi, diambilkan cadangan energi dari jaringan otak/ lemak. Bila
keadaan ini berlanjut sebabkan penurunan daya kerja/ produktivitas kerja,
prestasi belajar dan kreativitas, penurunan berat badan dan kekurangan
gizi lain. (Amelia, 2014)
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi
Dua kelompok karbohidrat adalah karbohidrat kompleks dan
karbohidrat sederhana. Golongan karbohidrat kompleks yaitu padi-padian
(beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang),
serta tepung, sagu dan pisang. Karbohidrat kompleks penyerapannya lebih
lama sehingga tidak membuat mudah lapar. (Amelia, 2014)
Golongan karbohidrat sederhana adalah gula (menyebabkan mudah
lapar). Pembatasaan konsumsi gula dianjurkan sampai 5% dari jumlah
kecukupan energi atau 34 sendok makan setiap hari. (Amelia, 2014)
Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat
kompleks (selain gula) melebihi 60% atau 2/3 bagian dari energi yang
dibutuhkan, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.
(Amelia, 2014)

69

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan


energi.
Adapun guna lemak dan minyak adalah untuk meningkatkan jumlah
energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, K dan menambah lezat
hidangan. (Amelia, 2014)
Terdapat tiga golongan lemak, yaitu lemak yang mengandung asam
lemak tak jenuh ganda (paling mudah dicerna), lemak yang mengandung
asam lemak tak jenuh tunggal (mudah dicerna), dan lemak yang
mengandung asam lemak jenuh (sulit dicerna). (Amelia, 2014)
Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak
jenuh tunggal berasal dari nabati, kecuali minyak kelapa. Sedangkan
makanan sumber asam lemak jenuh: berasal dari hewani. (Amelia, 2014)
Konsumsi lemak dan minyak kurang sama dengan 10% dan tidak
lebih dari 25% dari kebutuhan energi. Komposisi konsumsi lemak nabati
hewani 2 : 1. (Amelia, 2014)
Kebiasaan mengkonsumsi lemak hewani berlebihan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Sedang
makan ikan mengurangi risiko penyakit jantung koroner, oleh karena
lemak ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3
berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding
pembuluh darah. (Amelia, 2014)
5. Gunakan garam beryodium
Garam beryodium yang dianjurkan adalah garam dg KIO3 (Kalium
iodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994
menyatakan bahwa kekurangan yodium dapat mengakibatkan GAKY
(Gangguan Akibat Kekurangan Yodium), gondok, kretin, dan penurunan
IQ. Indonesia kehilangan 140 juta IQ point akibat GAKY. (Amelia, 2014)
6. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi (Fe) merupakan unsur penting untuk pembentukan sel darah
merah. Kekurangan Fe dapat berakibat Anemia Gizi Besi (AGB). Adapun
Tanda-tanda AGB adalah pucat, lemah lesu, pusing dan penglihatan
berkunang-kunang. (Amelia, 2014)
Resiko AGB bagi ibu hamil adalah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), perdarahan dan kematian. Bagi anak-anak adalah kemampuan
belajar turun. Sedangkan bagi orang dewasa adalah penurunan
produktivitas kerja. (Amelia, 2014)
70

Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacangkacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Zat besi Fe pangan asal
hewani/haeme lebih mudah diserap (10-20%) daripada zat besi pangan
asal nabati/non haeme (1-2%). (Amelia, 2014)
Zat gizi yang membantu penyerapan Fe diantaranya protein hewani
seperti daging, ikan dan telur, vitamin C, vitamin A, Zink (Zn) dan asam
folat. (Amelia, 2014)
Program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil
adalah 1 TTD selama 90 hari. Untuk balita dapat diberikan preparat besi
dalam bentuk sirup. Kandungan 1 TTD = 200 mg ferrosulfat = 60 mg besi
elemental + 0,25 mg asam folat. (Amelia, 2014)
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan
(Makanan Pendamping-ASI) MP-ASI sesudahnya .
ASI merupakan makanan terbaik bayi. Pemberian 0-6 bulan (ASI
Eksklusif = pemberian ASI saja tanpa makanan lain). Kegagalan ASI
Eksklusif menyebabkan jumlah sel otak berkurang 15-20%. (Amelia,
2014)
8. Biasakan makan pagi.
Manfaat makan pagi adalah untuk memelihara ketahanan fisik,
mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan produktifitas kerja dan
meningkatkan konsentrasi belajar. (Amelia, 2014)
Kebiasaan makan pagi, membantu memenuhi kecukupan gizi seharihari. Sedangkan resiko tidak membiasakan makan pagi adalah gangguan
kesehatan yang berupa menurunnya kadar gula darah. (Amelia, 2014)
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
Air yang kita minum harus bersih dan aman (bebas dri kuman).
Fungsi air dalam tubuh adalah untuk melancarkan transportasi zat gizi dlm
tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh,
mengatur suhu tubuh; melancarkan dlm buang air besar dan buang air
kecil. (Amelia, 2014)
Kebutuhan air minum 2 liter sehari/ 8 gelas sehari, dengan
kecukupan air minum dapat mencegah dehidrasi dan menurunkan resiko
batu ginjal. (Amelia, 2014)
10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur

71

Manfaat dari melakukan aktifitas fisik adalah meningkatkan


kebugaran; mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi
jantung, paru dan otot, memperlambat proses penuaan. Olahraga teratur
disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi kesehatan.
Salah satunya dengan membiasakan jalan kaki dengan jarak tempuh 50100 m. (Amelia, 2014)
11. Hindari minuman yang beralkohol
Alkohol mengandung energi, tapi tidak terdapat unsur gizi lain.
Akibat kebiasaan minum minuman beralkohol adalah terhambatnya
proses penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meski
mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, kurang gizi,
penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan. Sedangkan
efek samping minuman alkohol adalah sering buang air kecil, ketagihan
dan hilang kendali diri. (Amelia, 2014)
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Selain bergizi lengkap dan seimbang, makanan juga harus layak
konsumsi (aman untuk kesehatan). Syarat makanan aman adalah
wholesome yaitu zat-zat gizi tidak banyak yang hilang dan bentuk
fisiknya masih utuh. (Amelia, 2014)
Ciri makanan yang tidak sehat adalah berlendir, berjamur, aroma dan
rasa berubah, kadaluwarsa dan kemasan rusak, terdapat zat/ bahan
pengawet dan cara pengolahan yang tidak benar. (Amelia, 2014)
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas
Label adalah keterangan tentang isi, jenis, ukuran bahan-bahan yang
digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting
lain. (Amelia, 2014)
Beberapa singkatan yang lazim digunakan dalam label antara lain:
a. MD Makanan yang dibuat di dalam negeri
b. ML Makanan luar negeri (import)
c. Exp Tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih
layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak
dikonsumsi
d. SNI Standart Nasional Indonesia (keterangan mutu makanan telah
sesuai dengan persyaratan)
e. SP Sertifikat penyuluhan
2.4 Kerangka Teori

72

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori


Sukmadinata (2009), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
1. Faktor internal
a. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
b. Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.
2. Faktor eksternal
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
a.

tersebut.
Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik,
berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,
majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih
banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi

media.

Hal

ini

berarti

paparan

media

mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang.


b. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer)

massa

maupun

kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik


akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status
ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk
kebutuhan sekunder.
c. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang
dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar

73

informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi


kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan
menurut model komunikasi media.
d. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh
dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya,
misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik,
seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut,
informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Teori Pengetahuan Sukmadinata (2009)


2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan RT
02 RW 04 Kampung Sukasari,

Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari


variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area
permasalahan.

74

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Konsep

2.6 Definisi Operasional


Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel
yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian
yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas
dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan
hal-hal yang dianggap penting. Definisi operasional juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel
yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur) (Sukmadinata,
2009). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Definisi Operasional Tiap Variabel Penelitian
NO

VARIABEL

DEFINISI

ALAT

75

CARA

HASIL

SKALA

Pengetahuan
tentang

Pengetahuan tentang pola Kuesioner

pola makan

makan sehat

sehat

pengetahuan

Wawancara

Baik : > 7

yaitu

Cukup : 6 - 7

responden

Kurang : < 6

tentang

berapa

kali

sebaiknya

makan

dalam

Ordinal

sehari, serta jenis makanan


apa saja yang mengandung
karbohidrat, protein, dan
lemak.

Tabel 2.1 (Lanjutan) Definisi Operasional Tiap Variabel Penelitian


NO
2.

VARIABEL
Pendidikan

DEFINISI
Jenjang pendidikan formal

ALAT
Kuesioner

CARA
Wawancara

HASIL
Tinggi : Perguruan

terakhir yang dijalani oleh

Tinggi

keluarga binaan.

Menengah : SMP -

SKALA
Ordinal

SMA
Rendah = Tidak
3.

Ekonomi

Penghasilan
responden

rata-rata Kuisioner
berdasarkan

Wawancara

sekolah SD
Baik : Rp.
2.730.000,-

Upah Minimum Regional

Kurang

Kota Tangerang.

<2.730.000

Sumber :
Keputusan Gubernur
Banten Nomor :

76

Ordinal

561/Kep.506-Huk/2014
Tentang Penetapan Upah
Minimum Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten Tahun
4.

5.

Hubungan

2015
Kegiatan bersama tentang Kuesioner

Sosial

pola makan sehat di daerah

Paparan

tempat tinggalnya
Adanya
media

Media Massa

digunakan
mendapatkan

yang

Wawancara

Baik : > 5

Ordinal

Cukup : 4 - 5
Kuesioner

Wawancara

Kurang : < 4
Baik : > 6

untuk

Cukup : 5 - 6

informasi

Kurang : < 5

Ordinal

tentang pola makan sehat di


keluarga binaan baik dari
media cetak, seperti koran,
serta elektronik, seperti TV
dan radio.

Tabel 2.1 (Lanjutan) Definisi Operasional Tiap Variabel Penelitian


NO
6

VARIABEL
Pengalaman

DEFINISI
ALAT
Pengalaman
responden Kuesioner
mengikuti

CARA
Wawancara

HASIL
Baik : > 7

penyuluhan

Cukup : 6 - 7

tentang pola makan sehat

Kurang : < 6

dari

petugas

setempat

kesehatan

ataupun

kader

pemberdayaan masyarakat

77

SKALA
Ordinal

BAB III
METODE
3.1

Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan teknik

wawancara yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap,


ataupun perilaku keluarga binaan mengenai masalah kesehatan. Langkah
selanjutnya, kami mengumpulkan data dan mengangkatnya sebagai area masalah.
Setelah menetapkan area masalah, kami melakukan survey dengan teknik
wawancara, dan menjadikan kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan
data. Disamping itu, dilakukan juga observasi langsung ke lapangan untuk
memperoleh data yang lebih lengkap.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2003).
Dalam hal ini, yang menjadi sampel adalah keenam keluarga binaan di RT 02 RW
04, Kampung Sukasari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten.
Sumber Data
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota warga
binaandi RT 02 RW 04, Kampung Sukasari, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten melalui wawancara
terpimpin serta observasi.
b. Data sekunder
Data dalambentuklaporan yang didapatdari data yang sudahada di
PuskesmasTegal Angus.Data tersebut merupakan laporan mengenai
keadaan gizi, terutama kejadian gizi buruk pada balita yang masih tinggi
pada tahun 2015.
c. Data tersier
Data yang didapat dari jurnal ilmiah dan internet.

Jenis Data

78

a.

Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data, misalnya wawancara, analisis, dan observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif
adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan.
Data Kualitatif yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1) Aspek pengetahuan mengenai pola makan sehat pada seluruh keluarga
binaan tidak terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari hasil presurvey dan
kuesioner pada masing-masing keluarga binaan di Kampung Sukasari,
Desa Pangkalan.

b.

Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Berdasarkan
proses atau cara untuk mendapatkannya,

data kuantitatif

dapat

dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:


1) Data diskrit
Data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara
membilang. Contoh data diskrit misalnya: jumlah perempuan dan
laki-laki dan jumlah orang yang menyelesaikan pendidikan terakhir.
Karena diperoleh dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk
bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).
2) Data kontinyu
Data dalam bentuk angka atau bilangan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinyu dapat berbentuk
bilangan pecahan, contohnya adalah umur.
Data Kuantitatif yang didapatadalah sebagai berikut :
1. Aspek

pendapatan

keluarga

binaan

pada

keenam

responden

berpenghasilan di bawah dari Upah Minimum Regional kota Tangerang


(<Rp. 2.730.000,00).
2. Pada tingkat pendidikan responden terdapat 50% responden yang
memiliki tingkat pendidikan kurang dari 9 tahun, dimana hal ini tidak
sesuai dengan peraturan sekolah wajib 12 tahun.

79

Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan


data harus dilengkapi dengan:
1) Nama pengumpul data.
2) Nama peserta yang datanya diambil.
3) Tanggal dan waktu pengumpulan data.
4) Lokasi pengumpulan data.
5) Keterangan-keterangan tambahan data.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk kepada suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,
dokumentasi dan sebagainya.
Berdasarkan uraianuraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan
data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya
kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari
sumber data (responden) secara langsung, sehinggadiharapkan dapat lebih
mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari responden secara langsung
sehingga tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden, selain
itu juga pengumpulan data dilakukan dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien
dalam penggunaan waktunya.
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu
keenam keluarga binaan di RT 02 RW 04, Kampung Sukasari, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
3.2

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di RT 02 RW 04, Kampung Sukasari, Desa

Pangkalan,

Kecamatan

Teluk

Naga,

Kabupaten

Tangerang,

Propinsi

Banten.Pengumpulan data ini dilakukan selama 12 hari, mulai dari tanggal 20


Oktober 2015 sampai dengan 30 Oktober2015.
Wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap keenam keluarga binaan
yang telah ditentukan oleh kader setempat. Dari enam keluarga binaan ini diambil
12 orang sebagai responden untuk menjawab kuesioner. Dengan kriteria
responden sebagai berikut :

80

1. Yang bersedia untuk di wawancarai


2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Usia diatas 17 tahun
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Pengumpulan Data
No.
1.
2.

Tanggal
Selasa, 20 Oktober

Kegiatan
Perkenalan dengan keluarga binaan.

2015
Rabu, 21 Oktober 2015

a. Wawancara

singkat

masing-masing

dan

keluarga

observasi

pada

binaan

untuk

mengambil data umum.


b. Diskusi kelompok dengan menentukan area
permasalahan

dengan

menjabarkan

permasalahan pada keluarga binaan masing3.

Kamis, 4 Juni 2015

masing.
a. Diskusi kelompok menentukan area masalah
Pengetahuan Pola Makan Sehat Keluarga
Binaan di RT 002 RW 004 Kampung Sukasari,
Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
b. Diskusi dengan dr.Husna (dokter PKM Tegal
Angus) sebagai pembimbing kami.
c. Diskusi kelompok mengumpulkan

area

masalah.
d. Mengumpulkan data dari puskesmas untuk
membantu mengetahui gambaran umum area
4.

Jumat, 22 Okober 2015

masalah pada keluarga binaan.


a. Membuat kerangka teori dan pertanyaan
mengenai seputar faktor-faktor yang berkaitan
dengan area masalah.
b. Menentukan
teknik
pengumpulan

data

dan

instrument

disepakati

melalui

observasi dan wawancara dengan metode


ceklis.
c. Diskusikelompok:
1.
Membuat kerangka konsep
2.
Membuat definisi operasional
3.
Membuat ceklis
81

5.

Sabtu, 23 Oktober

Mengumpulkan data dari keluarga binaan masing-

2015

masing untuk melengkapi data yang sebelumnya.


Dokumentasi rumah dan anggota keluarga pada

6.

Minggu, 24 Oktober

masing-masing keluarga binaan.


Penentuan dan pembuatan instrumen.

2015
7.

Senin, 25 Oktober

Pembuatann laporan dan pengolahan hasil kuesioner

8.

2015
Selasa,26 Oktober

dari masing-masing keluarga binaan.


Memberi informasi kepada keluarga binaan mengenai

2015

intervensi yang akan dilakukan hari kamis, 5


November 2015.

3.3

Pengolahan dan Analisa Data


Data diolah secara manual dan komputerisasi. Cara manual yang

digunakan adalah dengan bantuan kalkulator, sedangkan cara komputerisasi


dengan menggunakan program Microsoft Word danMicrosoft Excel.
Kuesioner terdiri dari enam variabel dengan jumlah pertanyaan sebanyak
17 buah pertanyaan. Masing-masing variabel memiliki penilaian yang berbedabeda. Semua jawaban pada variabel ini disajikan dalam bentuk pilihan ganda.
Untuk pengolahan data tentang Pengetahuan Tentang Pola Makan Sehat
Pada Keluarga Binaan Di RT 02 RW 04, Kampung Sukasari, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, digunakan cara manual dan
bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word. Untuk
menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa
univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran
statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang
diukur adalah :
a.
b.
c.
d.

Pengetahuan tentang pola makan sehat.


Pendidikan
Ekonomi
Hubungan sosial
82

e. Paparan media masa / informasi


f. Pengalaman

83

BAB IV
HASIL
4.1 Analisa Univariat
4.1.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data
karakteristik responden yang terdiri dari enam keluarga binaan di Kampung
Sukasari RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten yakni : keluarga Tn. Senen, Tn. Indra, Tn. Joni, Tn.
Sanusi, Tn. Ratib dan Ny. Surti.
Diagram 4.1.Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di Kampung
Sukasari RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten Oktober 2015

Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada


keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang
berusia antara 21 40 tahun sebanyak 42,3 %.

84

Diagram 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di


Kampung Sukasari RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Oktober 2015

Berdasarkan dari diagram 4.2 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari


keluarga binaan adalah Sekolah Dasar , yaitu sebanyak 57,1%.

Diagram 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Keluarga Binaan, Kampung Sukasari


RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Oktober 2015

85

Berdasarkan dari diagram 4.3 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari


keluarga binaan adalah buruh sebanyak 32% dan Ibu Rumah Tangga sebanyak
24%.
4.1.2 Analisis Univariat Keluarga Binaan
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabelvariabel
dalam kuesioner yang dijawab 12 responden pada bulan Oktober 2015.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden mengenai pengetahuan tentang pola
makan sehat di keluarga binaan Kampung Sukasari RT 02/ RW 04, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Oktober 2015
Pengetahuan
Baik
Cukup
Buruk
Total

Jumlah Responden
0
4
8
12

Persentase (%)
0%
33,33%
66,67%
100%

Berdasarkan tabel 4.1, didapatkan jumlah terbanyak adalah responden


yang memiliki pengetahuan yang buruk mengenai pola makan sehat di keluarga
binaan yaitu sebanyak 8 responden (66,67%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden mengenai hubungan sosial tentang pola
makan sehat di keluarga binaan, Kampung Sukasari RT 02/ RW 04, Desa

86

Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten


Oktober 2015
Hubungan Sosial

Jumlah Responden

Persentase (%)

Baik
Cukup
Buruk
Total

0
11
1
12

0%
90%
10%
100%

Berdasarkan tabel 4.2 Didapatkan seluruh responden memiliki hubungan


social yang sangat cukup tentang pola makan sehat , yaitu sebanyak 90%.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden mengenai paparan media massa dan
informasi tentang pola makan sehat di keluarga binaan, Kampung Sukasari RT 02/
RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten Oktober 2015
Paparan Media Massa Jumlah Responden

dan Informasi
Baik
Cukup
Buruk
Total

3
9
0
12

25%
75%
0%
100 %

Berdasarkan tabel 4.3 Didapatkan bahwa distribusi responden terhadap


paparan media massa dan informasi cukup, yaitu sebanyak 75%.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Pengalaman Tentang Pola
Makan Sehat di Keluarga Binaan, Kampung Sukasari RT 02/ RW 04, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Oktober 2015
Pengalaman

Jumlah Responden

Persentase (%)

Baik

25%

Cukup

66,67%

Buruk

8,33%

Total

12

100%

87

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan seluruh responden memiliki cukup


pengalaman tentang pola makan sehat, yaitu sebanyak 66,67%.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pendidikan di
Keluarga Binaan Kampung Sukasari RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Oktober 2015
Pendidikan

Jumlah Responden

Persentase (%)

Tinggi

25%

Sedang

8,33%

Rendah

66,67%

Total

12

100%

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan seluruh responden memiliki pendidikan yang


rendah yaitu sebanyak 66,6%

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Pendapatan di Keluarga


Binaan Binaan Kampung Sukasari RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Oktober 2015
Pendapatan
Tinggi

Jumlah Responden
0

Persentase (%)
0%

Rendah

12

100%

Total

12

100%

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan seluruh responden memiliki pendapatan yang


rendah yaitu sebanyak 100%
Tabel 4.7 Hasil Analisis Univariat Empat Variabel Mengenai Pengetahuan
Tentang Pola Makan Sehat Di Keluarga Binaan Kampung Sukasari RT 02/ RW
04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten Oktober 2015
No.

Variabel

Hasil Ukur

Jumlah
(orang)

88

Persentase

Pengetahuan

tentang

Makan Sehat

Pola Baik
Cukup
Buruk
Baik
Cukup
Buruk

0
4
8

0%
33,33%
66,67%

0
11
1

0%
90%
10%

Hubungan Sosial

Paparan Media Massa dan Baik


Cukup
Informasi
Buruk

3
7
0

25%
75%
0%

Pengalaman

Baik
Cukup
Buruk

3
8
1

25%
66,67%
8,33%

Pendidikan

Pendapatan

Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah

3
1
8
0
12

25%
8,33%
66,67%
0%
100%

4.2 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah


Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana
intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan
diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akarakar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan
masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone
dapat dilihat sebagai berikut:

89

FISHBONE

90

Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah yang ditemukan
adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan media yang dimiliki responden dan kurang menariknya media yang
memaparkan tentang pola makan sehat.
2. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan dan program wajib belajar 12
tahun.
3. Kurangnya kepedulian tentang pola makan sehat.
4. Tidak tersedianya ekonomi yang cukup sehingga menyebabkan rendahnya tingkat
pendidikan.
5. Tenaga kesehatan lebih memprioritaskan masalah kesehatan lain
Tabel 4.8 Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada Keluarga Binaan Kampung
Sukasari RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Oktober 2015
No

Akar Penyebab Masalah

Alternatif

Pemecahan

Rencana Intervensi

Keterbatasan

Masalah
Meningkatkan

pemahaman

Menyediakan media (leaflet)

dimiliki
kurang
yang

media

yang

responden

dan kelaurga binaan terutama orang yang mudah dipahami oleh

menariknya
memaparkan

media tua

tentang

tentang pentingnya

pola makan sehat

makan

manfaat

dan keluarga

mengatahui
sehat

binaan

yang

pola memaparkan tentang pola

melaluli

makan sehat

penyuluhan, serta mengenalkan


masyarakat

tentang

media-

media yang menyajikan materi


tentang pola makan sehat

Kurangnya

pemahaman Meningkatkan

tentang
pendidikan

pentingnya
dan

pemahaman

Memberikan

keluarga binaan terutama orang kepada

program tua tentang manfaat program mengenai

wajib belajar 12 tahun.

wajib belajar 12 tahun

100

penyuluhan

keluarga
program

belajar 12 tahun

binaan
wajib

Tabel 4.8 (Lanjutan) Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada Keluarga Binaan
Kampung Sukasari RT 02/ RW 04, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten Oktober 2015
No

Akar Penyebab Masalah

Kurangnya

Alternatif

Pemecahan

Masalah
kepedulian Meningkatkan

masyarakat

tentang

kesadaran Memberikan

pola masyarakat tentang pentingnya

makan sehat

Rencana Intervensi
informasi

melalui penyuluhan

tentang

pola makan sehat dan manfaat

pola makan sehat dengan

dari pola makan sehat

menggunakan

poster

dan

leaflet yang menarik agar


lebih mudah dipahami oleh
4

Tidak

tersedianya

yang

cukup

menyebabkan

ekonomi

Memberikan

masyarakat.
untuk Memberikan

sarana

sehingga mempelajari skill yang dapat


rendahnya

tingkat pendidikan.

dengan
kesehatan

memprioritaskan
kesehatan lain

kader

membuka lapangan pekerjaan kursus gratis, berupa kursus


bekerja

di

lapangan

pekerjaan lain yang lebih baik

Tenaga

dan

kepada

berguna bagi masyarakat dalam setempat untuk mengadakan


atau

pemerintah

saran

menggunakan

yang diajarkan
lebih Meningkatkan

yang

mengajarkan beberapa

skill sederhana kepada IRT

skill atau masyarakat dengan usia

pemahaman

masalah kepada Kader tentang keadaan

produktif.
Memberikan
petugas

saran

kepada

kesehatan

untuk

pola makan masyarakat yang

mengadakan diskusi interaktif

kurang

dengan Kader

4.5 Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih


Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi memalui penyuluhan

tentang pola makan sehat dengan

menggunakan poster dan leaflet yang menarik agar lebih mudah dipahami oleh
masyarakat
2. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan wajib 12 tahun kepada
masyarakat terutama para orangtua.

Terpilihnya intervensi diatas dikarenakan penyuluhan dan sosialisasi tidak memakan


waktu atau tempat yang banyak, selain itu diharapkan dengan adanya leaflet, lebih dapat

101

menarik minat para responden menyimak penyuluhan dan mudah untuk dimengerti.
Intervensi yang tidak dapat dilakukan disertakan di saran.

102

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan
yang bertempat tinggal di RT 02/RW 04, Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga
Kabupaten Tangerang Provinsi Banten tentang Pengetahuan Tentang Pola Makan
Sehat Pada Keluarga Binaan di RT 02 RW 04 Kampung Sukasari Desa Pangkalan
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 13 Oktober
sampai dengan 24 Oktober 2015.
5.1.2

Penyebab Masalah
Berdasarkan analisis dari data kuesioner, didapatkan adanya pengetahuan yang masih

rendah tentang pola makan sehat. Dari hasil fish bone didapatkan berbagai macam penyebab
kurangnya pengetahuan tentang pola makan sehat antara lain :
a. Tidak semua responden pernah membaca tentang pola makan sehat
b. Kurangnya minat baca para responden mengenai pola makan sehat
c. Rendahnya tingkat pendidikan pada sebagian besar keluarga binaan
d. Lebih memilih untuk bekerja dibandingkan sekolah
e. Responden tidak pernah memiliki kegiatan yang membahas tentang pola makan sehat
f. Kurang menariknya pembahasan tentang pola makan sehat
g. Penghasilan per bulan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan dengan menu
h.
i.
j.
k.
l.

sederhana
Penghasilan rendah dan tidak tetap
Sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pola makan sehat
Kurangnya penyuluhan oleh petugas kesehatan mengenai pola makan sehat
Kurangnya partisipasi masyarakat untuk mengikuti penyuluhan tentang pola makan
sehat

5.1.3 Akar Penyebab Masalah


a. Keterbatasan media yang dimiliki responden dan kurang menariknya media yang
memaparkan pola mkana sehat
b. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya pendidikan dan program wajib belajar
12 tahun
c. Kurangnya kepedulian tentang pola makan sehat

103

d. Tidak tersedianya ekonomi yang cukup sehingga menyebabkan rendahnya tingkat


pendidikan
e. Tenaga kesehatan lebih memprioritaskan masalah kesehatan lain.
5.1.4 Intervensi
Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi memalui penyuluhan tentang pola makan sehat dengan
menggunakan poster dan leaflet yang menarik agar lebih mudah dipahami oleh
masyarakat.
b. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan wajib 12 tahun kepada
masyarakat terutama para orangtua.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat Desa Pangkalan
a. Hendaknya mengajak masyarakat sekitar bersamasama untuk meningkatkan pola
makan sehat dengan cara meningkatkan rasa kepedulian masyarakat akan pentingnya
manfaat pola makan sehat.
b. Diharapkan kepada keluarga binaan untuk menerapkan hasil dari penyuluhan yang
telah didapat dan mengajarkannya kepada seluruh anggota keluarga di lingkungan
sekitar tempat tinggalnya.
5.2.2 Bagi Puskesmas Tegal Angus dan Pemerintah
a. Meningkatkan kerja sama dengan pemegang program ataupun bidan dan kader-kader
untuk meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya manfaat pola makan sehat.
b. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat di kampung pangkalan dan
pemerintah setempat. Diharapkan dengan pendekatan ke tokoh masyarakat dan
pemerintah setempat, program peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pola
makan sehat sehingga kesehatan masyarakat baik.
c. Perangkat desa atau kader setempat untuk memberikan pelatihan mengenal huruf dan
membaca kepada masyarakat yang masih tidak dapat membaca. Serta mengajarkan
masyarakat cara mudah mengakses media cetak atau elektronik yang menyajikan
materi pola makan sehat.
d. Pemerintah dan kader setempat untuk mengadakan kursus gratis, berupa kursus yang
mengajarkan beberapa skill sederhana kepada IRT ataupun kepada masyarakat dengan
usia produktif.
e. Petugas kesehatan sebaiknya mengadakan diskusi interaktif dengan Kader tentang
pola makan sehat agar terjadi komunikasi dua arah yang dapat menunjukkan kepada
masalah-masalah ataupun kendala yang dialami oleh kader dalam menggalakan pola
makan sehat hingga ditemukan solusinya serta memberikan pengetahuan baru kepada
kader akan pola makan sehat.
104

105

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Amelia, Sri. 2014. Pedoman Gizi Seimbang 2014 oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Tersedia di http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2. Diakses pada tanggal 4
November 2015.
Bandiklat Provinsi Banten. 2015. Keputusan Gubernur Banten Nomor : 561/Kep.506Huk/2014 Tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
Tahun

2015.

Tersedia

di

http://bandiklat.bantenprov.go.id/upload/folder_ustman/SK_KEPGUB.BANTEN_UMK.pdf. Diakses pada tanggal 5 November 2015.

Harahap,

EY.

2012.

Teori

Dasar

Pengetahuan.

Tersedia

di

http://eprints.uny.ac.id/8964/3/bab%202%20-08404244032.pdf . Diakses pada

tanggal 24 Oktober 2015.


Kartikawatie T, Yusnita, & Yanto D. 2014. Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2014. Tangerang: Puskesmas
Tegal Angus.
Kodyat, B. 1995. Gizi Seimbang untuk Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit.
Departemen Kesehatan. Jakarta.
Wulan, Witta. 2011. Teori Pengetahuan dan Perilaku Menurut Para Ahli. Tersedia di
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/102/jtptunimus-gdl-wittawulan-5072-2bab2.pdf. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015.

106

LAMPIRAN I
KUESIONER PRE SURVEY PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU
KELUARGA BINAAN TENTANG POLA MAKAN SEHAT DI DESA PANGKALAN
Identitas Responden
1. Nama Responden

: ____________________________

2. Jenis Kelamin

4. Umur

: ___ tahun

1. Laki-laki

2. Perempuan

5. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak/belum sekolah


2. Belum/tidak tamat SD

5. SMA
6. D3/S1 ke atas

3. SD
4. SMP
6. Pekerjaan

: 1.Tidak bekerja

4. Petani

2. Pedagang

5. PNS/ABRI

3. Buruh

6. Lainnya, sebutkan: _________

7. Jumlah total anggota keluarga yang tinggal di rumah ini: ___ orang
8. Jumlah pendapatan per bulan: ___________________________________________
Silanglah (X) salah satu jawaban yang menurut anda benar
PENGETAHUAN
1. Apakah Anda mengetahui tentang Pola Makan Sehat?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui pentingnya pola makan sehat untuk kesehatan?
a. Ya
b. Tidak
3. Makanan apakah dibawah ini yang menurut Bapak/Ibu banyak mengandung
karbohidrat/zat tenaga?
a. Jagung dan nasi
b. Kacang-kacangan
4. Makanan apakah dibawah ini yang menurut Bapak/Ibu banyak mengandung
protein hewani/ zat pembangun?
a. Ikan dan telur
b. Bayam dan kangkung
SIKAP
5. Saya setuju bahwa Pola Makan Sehat itu penting.
a. Ya

b. Ragu-ragu

107

c. Tidak

6. Saya setuju bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat itu


penting pada setiap kali makan.
a. Ya
b. Ragu-ragu
c. Tidak
7. Saya setuju bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung protein itu
penting pada setiap kali makan
a. Ya

b. Ragu-ragu

c. Tidak

8. Menurut saya pola makan sehat itu mudah diterapkan.


a. Ya

b. Ragu-ragu

c. Tidak

9. Menurut saya menu makanan yang saya konsumsi setiap hari sudah memenuhi
syarat pola makan sehat.
a. Ya

b. Ragu-ragu

c. Tida

PERILAKU
10. Berapa kali anda mengkomsumsi makanan dalam sehari (tidak termasuk makanan
ringan)?
a. 3x
b. 2x
c. 1x
11. Apakah setiap hari anda sarapan ?
a. Selalu
b. Jarang
c. Tidak pernah
12. Terdiri dari jenis makanan apa saja yang biasanya anda konsumsi setiap hari ?
a. Nasi, lauk pauk (tahu/tempe/telur/daging/ayam/ikan),sayur
b. Nasi, sayur
c. Nasi, lauk pauk (tahu/tempe/telur/daging/ayam/ikan)
13. Berapa banyak anda mengkomsumsi air putih dalam sehari?
a. 7-8 gelas perhari
b. 4-5 gelas perhari
c. 1-2 gelas perhari
14. Berapa kali dalam seminggu anda mengkonsumsi susu (susu sapi/susu kedelai) ?
a.

3 kali

b.

< 3 kali

c.

Tidak pernah

15. Seberapa sering Anda mengkonsumsi makanan instan setiap minggu ?


a. Tidak
Pernah

b. Jarang
c. Selalu

16. Apakah anda mengkonsumsi buah-buahan setiap hari?


a.

Ya
108

b.

Tidak

17. Apakah setiap harinya di keluarga Anda memasak ?


a. Selalu

b. Jarang

c. Tidak pernah

18. Apakah Anda pernah mencari informasi mengenai pola makan sehat?
a. Selalu

b. Jarang

c. Tidak pernah

19. Apakah Anda pernah mengikuti penyuluhan kesehatan dari Puskesmas tentang
pola makan sehat ?
a. Selalu

b. Jarang

c. Tidak pernah

20. Apakah Bapak/Ibu pernah menerapkan isi dari kegiatan Penyuluhan mengenai
pola makan sehat di kehidupan sehari-hari?
a. Selalu

b. Jarang

109

c. Tidak pernah

LAMPIRAN II
PENILAIAN PRESURVEY
PENGETAHUAN
Nilai tertinggi 8
Hasil : 75% ( 6 poin) = Baik; 60% - 75% (5-6 poin) = Cukup; < 60% ( 6 poin ) =
Kurang
1.

Untuk pertanyaan no. 1 apabila menjawab :


a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
2. Untuk pertanyaan no. 2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
3. Untuk pertanyaan no. 3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
4. Untuk pertanyaan no. 4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
SIKAP
Nilai total tertinggi 15
Hasil : 75% ( 12 poin) = Baik; 60% - 75% (10 - 12 poin) = Cukup; 60% ( 10 poin)
= Kurang
5. Untuk pertanyaan no. 5 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
6. Untuk pertanyaan no. 6 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
7. Untuk pertanyaan no. 7 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
8. Untuk pertanyaan no. 8 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
9. Untuk pertanyaan no. 9 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
110

c. Mendapatkan poin 1
PERILAKU
Nilai total tertinggi 32
Hasil : 75% ( 25 poin) = Baik; 60% - 75% (20 - 25 poin) = Cukup; 60% ( 20 poin)
= Kurang
10. Untuk pertanyaan no. 10 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
11. Untuk pertanyaan no. 11 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
12. Untuk pertanyaan no. 12 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1

13. Untuk pertanyaan no. 13 apabila menjawab :


a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
14. Untuk pertanyaan no. 14 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
15. Untuk pertanyaan no. 15 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
16. Untuk pertanyaan no. 16 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
17. Untuk pertanyaan no. 17 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
18. Untuk pertanyaan no. 18 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
19. Untuk pertanyaan no. 19 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
111

b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
20. Untuk pertanyaan no. 20 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1

112

LAMPIRAN III
KUESIONER
PENGETAHUAN POLA MAKAN SEHAT KELUARGA BINAAN DI DESA
PANGKALAN, KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN
TANGERANG, PROVINSI BANTEN
KARAKTERISTIK RESPONDEN

I.

1. Nama

2. Umur

3. Alamat

4. Pekerjaan

NO.
RESPONDEN

ASPEK PENGETAHUAN
1.

Apakah anda mengetahui dalam sehari jumlah makan sebaiknya


berapa kali?
d.

3x

e.

2x

f.

1x

2. Apakah anda mengetahui makanan apa saja yang mengandung


karbohidrat?
a.

Ya, sebutkan.

b.

Tidak

3. Apakah anda mengetahui makanan apa saja yang mengandung


protein?
a.

Ya, sebutkan.

b.

Tidak

4. Apakah anda mengetahui makanan apa saja yang mengandung


lemak?

II.

a.

Ya, sebutkan.

b.

Tidak

ASPEK PENDIDIKAN

1. Apakah pendidikan terakhir anda?


a. SMA/SMK
b. SMP
c. SD
III.

ASPEK PAPARAN MEDIA INFORMASI


1. Apakah disekitar lingkungan anda pernah mendapatkan informasi
mengenai pola makan sehat melalui TV, radio, majalah ataupun
pamflet (selebaran)?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
2. Apakah anda pernah mendapatkan informasi mengenai manfaat
dan tujuan pola makan sehat?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
3. Apakah anda pernah mencari tahu tentang informasi pola makan
sehat dari internet, majalah, koran?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
4. Apakah anda merasa perlu diadakan penyuluhan mengenai
informasi tentang pola makan sehat?
a. Perlu
b. Tidak Perlu

IV.

ASPEK EKONOMI
1. Berapa pendapatan keluarga anda dalam sebulan?
a. > Rp. 2.730.000
b. < Rp. 2.730.000

V.

ASPEK HUBUNGAN SOSIAL

1. Apakah ada kegiatan atau perkumpulan warga sekitar tempat tinggal


anda yang membahas tentang pola makan sehat?
a.
Ya
b.
Tidak
2. Jika Ya, apakah ada ikut berpartisipasi?
a.
Ya
b.
Tidak
3. Setelah mengikuti kegiatan perkumpulan tersebut apakah ada
pengetahuan yang anda dapatkan?
a.
Ya
b.
Tidak
VI.

ASPEK PENGALAMAN
1. Apakah di sekitar tempat tinggal anda pernah mengikuti penyuluhan
tentang pola makan sehat yang diadakan oleh tenaga kesehatan
setempat ataupun kader pemberdayaan masyarakat desa?
a.
Ya
b.
Tidak
2. Jika Ya, apakah anda mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut?
a.
Ya
b.
Tidak
3. Jika pernah, siapakah yang memberikan penyuluhan tersebut?
a.
Dokter
b.
Bidan
c.
Kader
4. Apakah menurut anda kegiatan penyuluhan tersebut memberikan
manfaat?
a.
Ya
b.
Tidak

LAMPIRAN IV
LEMBAR SKORING

I.

ASPEK PENGETAHUAN
Nilai tertinggi 9
Hasil : 75% ( 7 poin) = Baik; 60% - 75% (6 - 7 poin) = Cukup; <
60% ( 6 poin ) = Kurang
1. Untuk pertanyaan no. 1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
2. Untuk pertanyaan no. 2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
3. Untuk pertanyaan no. 3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
4. Untuk pertanyaan no. 4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1

II.

ASPEK PENDIDIKAN
1. Untuk pertanyaan no. 1 apabila menjawab :
a. SMA berarti bernilai baik
b. SMP berarti bernilai cukup
c. SD berarti bernilai kurang

III.

ASPEK PAPARAN MEDIA INFORMASI


Nilai tertinggi 8

Hasil : 75% ( 6 poin) = Baik; 60% - 75% (5 - 6 poin) = Cukup; <


60% ( 6 poin ) = Kurang
1. Untuk pertanyaan no. 1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
2. Untuk pertanyaan no. 2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
3. Untuk pertanyaan no. 3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
4. Untuk pertanyaan no. 4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1

IV.

ASPEK EKONOMI
1. Untuk pertanyaaan no. 1 apabila menjawab :
a. > Rp. 2.730.000 berarti bernilai tinggi
b. < Rp. 2.730.000 berarti bernilai rendah

V.

ASPEK HUBUNGAN SOSIAL


Nilai tertinggi 6
Hasil : 75% ( 5 poin) = Baik; 60% - 75% (4 - 5 poin) = Cukup; <
60% ( 4 poin ) = Kurang
1. Untuk pertanyaan no. 1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
2. Untuk pertanyaan no. 2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
3. Untuk pertanyaan no. 3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1

V.

ASPEK PENGALAMAN
Nilai tertinggi 9
Hasil : 75% ( 7 poin) = Baik; 60% - 75% (6 - 7 poin) = Cukup; <
60% ( 6 poin ) = Kurang
1. Untuk pertanyaan no. 1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
2. Untuk pertanyaan no. 2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
3. Untuk pertanyaan no. 3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 3
b. Mendapatkan poin 2
c. Mendapatkan poin 1
4. Untuk pertanyaan no. 4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1

LAMPIRAN V
FOTO KEGIATAN

LAMPIRAN VI
LEAFLET

Tampak depan

Tampak belakang

Anda mungkin juga menyukai

  • Anestesi GA
    Anestesi GA
    Dokumen33 halaman
    Anestesi GA
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Tiroiditis Hashimoto
    Tiroiditis Hashimoto
    Dokumen11 halaman
    Tiroiditis Hashimoto
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Pengetahuan Ibu Balita Tenatang Vit A
    Pengetahuan Ibu Balita Tenatang Vit A
    Dokumen65 halaman
    Pengetahuan Ibu Balita Tenatang Vit A
    M Zumrodin
    Belum ada peringkat
  • Referat Jiwa
    Referat Jiwa
    Dokumen19 halaman
    Referat Jiwa
    Mulia Tahir
    Belum ada peringkat
  • Aiha
    Aiha
    Dokumen29 halaman
    Aiha
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Aritmia
    Aritmia
    Dokumen27 halaman
    Aritmia
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • COVER Skizo
    COVER Skizo
    Dokumen1 halaman
    COVER Skizo
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Referat Promkes
    Referat Promkes
    Dokumen18 halaman
    Referat Promkes
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen31 halaman
    Case
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Methode TBR
    Methode TBR
    Dokumen1 halaman
    Methode TBR
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • MDDvsMDE
    MDDvsMDE
    Dokumen13 halaman
    MDDvsMDE
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ekg
    Tugas Ekg
    Dokumen7 halaman
    Tugas Ekg
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Isi Depresi
    Isi Depresi
    Dokumen12 halaman
    Isi Depresi
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • KP Fraktur
    KP Fraktur
    Dokumen2 halaman
    KP Fraktur
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Patologi Anatomi
    Patologi Anatomi
    Dokumen10 halaman
    Patologi Anatomi
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • FLUOR ALBUS
    FLUOR ALBUS
    Dokumen20 halaman
    FLUOR ALBUS
    PrissilmaTania
    Belum ada peringkat
  • FLUOR ALBUS
    FLUOR ALBUS
    Dokumen20 halaman
    FLUOR ALBUS
    PrissilmaTania
    Belum ada peringkat
  • Laporan Jaga 1
    Laporan Jaga 1
    Dokumen9 halaman
    Laporan Jaga 1
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Cover Hipertiroid
    Cover Hipertiroid
    Dokumen1 halaman
    Cover Hipertiroid
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut Pada Anak (Sari Pediatri) PDF
    Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut Pada Anak (Sari Pediatri) PDF
    Dokumen10 halaman
    Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut Pada Anak (Sari Pediatri) PDF
    Yukianesa
    Belum ada peringkat
  • HIPERTIROIDISME
    HIPERTIROIDISME
    Dokumen31 halaman
    HIPERTIROIDISME
    Mahar Matul Hilma
    100% (1)
  • Hipertiroid PDF
    Hipertiroid PDF
    Dokumen10 halaman
    Hipertiroid PDF
    Sari Eka Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka Diare
    Tinjauan Pustaka Diare
    Dokumen13 halaman
    Tinjauan Pustaka Diare
    Aep Dera Sayefoodin
    Belum ada peringkat
  • Preskas Neuro
    Preskas Neuro
    Dokumen33 halaman
    Preskas Neuro
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Preskas DBD
    Preskas DBD
    Dokumen17 halaman
    Preskas DBD
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Rheumatoid Arthritis, Osteoarthritis Dan Gout
    Rheumatoid Arthritis, Osteoarthritis Dan Gout
    Dokumen22 halaman
    Rheumatoid Arthritis, Osteoarthritis Dan Gout
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Sarpus Ebola
    Sarpus Ebola
    Dokumen18 halaman
    Sarpus Ebola
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Sarpus SN
    Sarpus SN
    Dokumen28 halaman
    Sarpus SN
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat
  • Skenario4 PBL
    Skenario4 PBL
    Dokumen28 halaman
    Skenario4 PBL
    Mahar Matul Hilma
    Belum ada peringkat