bisnis dan profesi merupakan salah satu aspek fundamental dalam upaya pencegahan
tindakan korupsi. Upaya tersebut perlu diikuti dengan penguatan law enforcement dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pencegahan, pendeteksian serta
investigasi atas tindakan fraud.
Pendidikan akuntansi dapat memegang peran sentral dalam proses institusionalisasi
kompetensi untuk melawan tindakan fraud, oleh karena cukup banyak subjek (matakuliah)
yang bersinggungan dengan hal itu baik itu aspek akuntansi, auditing, maupun sistem
informasi. Meskipun demikian penguatan subjek tertentu yang secara khusus dipersiapkan
untuk memberikan bekal pemahaman dalam pencegahan, pendeteksian dan investigasi
terhadap fraud masih diperlukan. Matakuliah ini dirintis melalui kerjasama dan dukungan
materi (buku dan DVD) dari ACFE (Association of Certified Fraud Examiners) yang memiliki
visi Together, reducing fraud worldwide--. Materi berupa buku juga diperoleh dari KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi).
Mendorong tumbuhnya kesadaran akan bahaya fraud dalam arti luas serta
memberikan kesempatan untuk memiliki kemampuan dalam pencegahan, pendeteksian,
dan investigasi atas beragam bentuk fraud merupakan salah satu sasaran yang dicitakan
dalam subjek ini.1
2. Deskripsi Matakuliah dan Tujuan
Matakuliah ini dirancang untuk membuka jendela pemahaman mahasiswa
tentang fraud, fraud examination dan forensic accounting2 serta untuk memfasilitasi
peningkatan kemampuan dan atau kompetensi mahasiswa dalam pencegahan,
pendeteksian, dan investigasi tentang fraud. Walaupun demikian, kombinasi nama Forensic
Accounting dan Fraud Examination dipilih untuk memberikan ruang yang lebih luas dalam
kajian terkait dengan Fraud, disamping untuk pengembangan dari matakuliah Fraud
Examination yang merupakan embrio dari matakuliah ini. Keunikan dari matakuliah ini
dibanding dengan matakuliah lain adalah tentang cakupan materi yang merupakan
integrasi/perpaduan dari (dan pemanfaatan) disiplin akuntansi, sistem informasi, auditing,
etika dan hukum.
Setelah menempuh matakuliah ini, mahasiswa diharapkan (setidaknya) memiliki
kemampuan dalam:
1. Mendiskripsikan makna Fraud dan implikasinya
2. Menjelaskan tentang bentuk dan jenis-jenis Fraud
3. Menjelaskan tentang makna dan ruang lingkup lingkup kajian tentang Fraud
Examination, Forensic Accounting, dan Audit Investigasi
Rintisan untuk sampai kepada penawaran matakuliah Fraud Examination sebagai matakuliah pilihan di Jurusan Akuntansi FE
Universitas Brawijaya telah penulis lakukan sejak berada di Australia pada November/Desember 2005, disela revisi
disertasi/thesis S-3 di University of Wollongong (UOW). Pada saat itu, penjajagan informal untuk membuka program dual
degree --kerjasama FE Unibraw dan Faculty of Commerce, UOW, penulis lakukan. Tertarik dengan program Master of Forensic
Accounting (MFA) di UOW, penulis berdiskusi intensif dengan Direktur Program MFA, Dr. Kathy Cooper, dan dengan salah satu
staf pengajar MFA, Dr. Annamaria Kurtovic, serta dengan Manager Hubungan Internasional dari Faculty of Commerce UOW.
Berdasar diskusi tersebut, penulis menangkap kemungkinan kesulitan terutama dari aspek birokrasi dan keuangan jika
langsung membuka progam dual degree. Dua buah buku yang diberikan oleh Dr. Kathy Cooper pada penulis akhirnya
memberikan inspirasi untuk menempuh jalan bertahap dan paling memungkinkan untuk menuju cita-cita terwujudnya program
dual degree, dan penawaran matakuliah ini merupakan jembantan menuju kesana.
2
Pada matakuliah ini istilah fraud examination dan forensic accounting digunakan secara bergantian (interchangeably) senada dengan
yang dinyatakan oleh Albrecht (2003), walaupun elaborasi didalamnya menunjukkan adanya penekanan aspek tertentu yang
membedakan kedua terminologi tersebut, yang secara detail akan menjadi bahasan dalam matakuliah ini.
1
Gugus Irianto, Forensic Acct. aud Fraud Examination, RPKPS, Revised 1/1/2016, 6:37:34 AM, p. 2 of 7
4.
5.
6.
7.
Gugus Irianto, Forensic Acct. aud Fraud Examination, RPKPS, Revised 1/1/2016, 6:37:34 AM, p. 3 of 7
Browne, M.N. dan Keeley, S.M. (1994), Asking the Right Questions: A Guide to Critical Thinking,
Fourth Edition, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Coderre, D.G. (1999), Fraud Detection: Using Data Analysis Techniques to Detect Fraud, Global
Audit Publications. [CDG]
Golden, T.W. et al. (2000), A Guide to Forensic Accounting Investigation, John Wiley & Sons, Inc.
[GTW]
Hunton, J.E. et al. (2004), Core Concepts of Information Technology Auditing, John Wiley & Sons,
Inc. [HJE]
Setiyono (2005), Kejahatan Korporasi: Analisis Viktimologis dan Pertanggungjawaban Korporasi
dalam Hukum Pidana Indonesia, Bayumedia Publishing.
Silverstone, H. dan Sheetz, M. (2004), Forensic Accounting and Fraud Investigation for NonExperts, John Wiley and Sons, Inc. [SS]
------------ (2006), Memahami untuk Membasmi: Buku Saku untuk Memahami Tindak Pidana
Korupsi, Cetakan Kedua, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Verhezen, P. (n.d), Gifts and Bribes: An Essay on the Limits of Reciprocity
www.acfe.com
www.bpk.go.id
5. Rencana Kuliah
Sesi
Materi
1
Pengantar: penjelasan latar belakang,
proses, materi, dan ekspektasi
keseluruhan proses belajar mengajar
+ pemutaran film pembelajaran
2
Forensic Accounting, Fraud, dan
Fraud Examination
Skandal Korporasi dan
Akuntan
3
Who commits Fraud and Why?
4
Fighting Fraud: An Overview
Fraud Prevention
Preventing Fraud
5
Fraud Detection
Recognizing the symptoms of
Fraud
Proactive approaches to detecting
Fraud (topik ini ditunjang dengan
praktikum di Lab. Komputasi)
Fraud Investigation
6
Investigating thefts acts and
concealment
7
Conversion Investigation Methods
UTS
8
9
Management Fraud:
Financial Statement Fraud
Acuan Utama
Course
outline, CBL,
dll.
Kasus*)
AWS Ch. 4
C4-1, C4-5
AWS Ch. 5
AWS Ch. 6
C6-1, C6-2 CD
AWS Ch. 7
AWS Ch. 8
AWS Ch. 10
Gugus Irianto, Forensic Acct. aud Fraud Examination, RPKPS, Revised 1/1/2016, 6:37:34 AM, p. 4 of 7
10
11
AWS Ch. 9
TT, Bab . 19
TT, Bab 4
diingat bahwa bekal untuk hidup di tengah masyarakat tidaklah cukup hanya dengan
kecerdasan otak semata, namun juga perlu ditopang oleh kekuatan moral dan kebesaran
hati.
Telepon genggam (HP) harus dimatikan ketika memasuki kelas. Berdasar
pengalaman sebelumnya, sering terjadi di kelas tidak berkonsentrasi dengan baik, tidak bisa
memberikan kontribusi yang berarti karena sibuk dengan HP.
Gugus Irianto, Forensic Acct. aud Fraud Examination, RPKPS, Revised 1/1/2016, 6:37:34 AM, p. 7 of 7