Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberi kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan ini ditandai
oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus
dan pengecilan lapangan pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi
mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa
ekstravasasi (penggaungan/cupping) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat
berakhir dengan kebutaan.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak.
Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan
penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan,
tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Di Indonesia, glaukoma
diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah
berusia lanjut. Pada usia diatas 40 tahun, tingkat resiko menderita glaukoma meningkat
sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka
menderita penyakit tersebut.
Glaukoma tidak hanya disebabkan oleh tekanan yang tinggi di dalam mata.
Sembilan puluh persen (90%) penderita dengan tekanan yang tinggi tidak menderita
glaukoma, sedangkan sepertiga dari penderita glaukoma memiliki tekanan normal.
Glaukoma dibagi menjadi Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronis),
Glaukoma primer sudut tertutup (sempit / akut), Glaukoma sekunder, dan glaukoma
kongenital (Glaukoma pada bayi).
Glaukoma akut didefenisikan sebagai peningkatan tekanan intraorbita secara
mendadak dan sangat tinggi, akibat hambatan mendadak pada anyaman trabekulum.
Glaukoma akut ini merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena
dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan tetapi resiko kebutaan dapat
dicegah dengan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana efektivitas Rho kinase (ROCK) inhibitor pada pengobatan glaukoma
?
1.3 Tujuan
Mengetahui efektivitas Rho kinase (ROCK) inhibitor pada pengobatan
glaukoma.
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai obat glaukoma.
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

BAB II
ISI JURNAL
2.1 Latar Belakang Penelitian
Glaukoma adalah kelainan neuropati optik paling sedikitnya mengenai satu mata
akibat kematian sel ganglion yang cepat ditandai berupa lesi dari saraf optik dengan
penipisan progresif lapisan jaringan retina serat saraf dan berikutnya hilang sesuai
bidang visual. Merupakan penyebab utama kebutaan irreversible di seluruh dunia,
penyakit ini mempengaruhi lebih dari 60,5 juta orang pada tahun 2010, perkiraan akan
mencapai 79.600.000 pada tahun 2020.
Berdasarkan histori, tekanan intraokuler (IOP) diakui sebagai faktor risiko primer
yang dapat dimodifikasi. Tujuan terapi kontemporer adalah untuk mengurangi TIO.
Pada saat ini fokus pengobatan glaukoma adalah memperlambat laju perkembangan
glaukoma dengan menurunkan IOP, terapi lain seperti pelindung saraf masih dalam
percobaan klinis. TIO dapat diturunkan dengan mempengaruhi inflow dan outflow
melalui agen farmakologis (lima kelas saat ini meliputi analog prostaglandin, betablocker, inhibitor karbonat anhidrase, simpatomimetik, dan miotics), trabeculoplasty
laser, dan bedah insisional, yang dapat dibagi menjadi operasi filtrasi standar atau
berbagai prosedur yang baru. Penelitian lain juga mencari dengan meminimalisir
indakan invasif yaitu dengan memproteksi atau meregenerasi saraf mata dengan target
penuruna inflow atau meningkatkan outflow yang termasuk RNA, agen sitoskleton,
nitric oxide/ carbon moxida system modulator dan hydroxysteroid dehydrogenase
inhibitors.
2.2 Bahan dan Metode Penelitian
Bahan
K 115

Metode dan Hasil


-

Fase I uji, 50 sukarelawan sehat diobati dengan plasebo atau K-115


dalam konsentrasi 0,05%, 0,1%, 0,2%, 0,4%, dan 0,8% secara bertahap,
diberikan diulang dua kali sehari selama 7 pengurangan days, setelah 12 jam pemberian TIO menurun hingga 4,3 mmHg.

Fase 2 , 210 pasien dengan glaukoma sudut terbuka primer

menghasilkan pengurangan TIO rata-rata 4,5 mmHg untuk 0,4% K-115


setelah 2 jam.

AR-13324

Tanihara et al untuk merekomendasikan pemberian dua kali sehari dari

0,4% K-115 sebagai dosis optimal untuk mengontrol IOP


Fase I , Pada kelinci, sekali sehari dengan 0,04% AR-13324
pengurangan TIO hingga 7,1 mmHg (27%) pada 4 jam setelah
pemberian dosis. Pada monyet, konsentrasi 0,04% AR-13324 rata-rata
TIO berkurang setelah 3 hari pengobatan sebesar 7,5 mmHg (37%), 7,2
mmHg (36%), dan 7,5 mmHg (37%), masing-masing, pada 4, 8, dan 24
jam setelah dosing.

PG 324

Fase II, Pada pasien glaucoma menunjukkan pemberian sekali sehar


dapat menurunkani TIO secara signifikan 5,7 - 6,2 mmHg.

Kombinasi AR-13324 dengan obat yang biasa digunakan pada


glaucoma yaitu latanoprost

fase II, bertujuan untuk menjadi tetes mata glaukoma pertama, dosis
sekali sehari, menggunakan tiga mekanisme yang berbeda untuk
menurunkan IOP. Ujia fase II PG324 akan dilakukan pada sekitar 300

AMA0076

Y-39983,

RKI-983,

pasien, penelitian akan dilakukan pertengahan tahun 2014.


fase I uji, digunakan sebagai obat tetes mata, bekerja di luar aqueous
humor, obat ini cepat dikonversi menjadi bentuk tidak aktif yang
kemudian dapat dieliminasi dari tubuh, berpotensi mengurangi aktivitas
off-target dan efek samping seperti hiperemia, terdapat pengurangan
TIO rata-rata 3,7 mmHg dengan sedikit atau tanpa pengamatan
hiperemia konjungtiva.
Penelitian dihentikan karena ketidakmampuan untuk mempertahankan
penurunan TIO yang signifikan dari waktu ke waktu.

SNJ-1656,
AR-12286
INS117548 -

Dihentikan pada fase I , kemungkinan besar karena masalah keamanan

INS-15644
DE-104
ATS907
-

dan tolerabilitas pada pasien manusia


Dihentikan pada fase II karena memenuhi endpoint
Fase I, awalnya menguntungkan karena indeks terapeutik yang luas dan
konversi cepat dalam mata.

Fase II, gagal tes.

BAB III

PEMBAHASAN
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa ROCK dan Rho GTPase inhibitor
dapat meningkatkan drainase humor aquous dalam jaringan TM yang dapat menurunkan
TIO. Inhibitor ROCK bekerja dengan modifikasi reversibel morfologi sel dan interaksi
sel mata yang memfasilitasi arus keluar lebih besar dari humor aqueous yang pada
akhirnya menghasilkan TIO yang lebih rendah.
Dalam model hewan lain, seperti yang ditunjukkan oleh Lu et al 2008, dari tujuh
mata sapi dengan Y-27632 menghasilkan peningkatan outflow

rata-rata 58%

dibandinkan dengan kelompok kontrol yang diukur dengan mikrosfer fluorescent.


Selain itu, setelah pengobatan dengan inhibitor, daerah jaringan ikat juxtacanalicular
tampaknya menjadi lebih umum, mendukung gagasan bahwa TM dan sel
juxtacanalicular bertanggung jawab atas peningkatan aliran humor aquous. Penelitian
ini dikuatkan oleh penelitian lain yang dilakukan pada mata tikus dan monyet yang
mengamati penurunan TIO dengan ROCK inhibitor Y-39.983,55-57.
Menurut studi yang dilakukan oleh

Rao et al menggunakan mata babi

enucleated, inhibitor Y-27632 meningkat humor outflow aqueous melalui sel-sel dari
TM hingga 80%. Dibandingkan dengan spesimen kontrol yang kerjanya dengan
melebarkan ruang ekstraseluler dan jaringan juxtacanalicular, yang mengakibatkan
penampilan mata membesar. Pada tipe ini kerjanya dengan penurunan myosin rantai
ringan fosforilasi , menunjukkan bahwa perubahan morfologi sel dan aliran outflow
dipengaruhi oleh actomyosin cytoskeletal organization.
Selain dapat menurunkan TIO dari sistem kerjanya, diduga ROCK memiliki
efek lain dalam manajemen glaukoma. Penelitian pada hewan telah menunjukkan
peningkatan aliran darah okular juga sebagai potensi efek saraf, dan inhibitor ROCK
juga mungkin memiliki potensi untuk mengurangi jaringan parut pasca operasi
glaukoma. Untuk masing-masing hewan-hewan ini, aliran darah di pusat saraf optik
secara signifikan membaik setelah pengobatan, diduga melalui relaksasi endotel
vaskular muscle. Fungsi ROCK yang memiliki potensi untuk mengurangi jaringan parut
pasca operasi glaukoma dikuatkan oleh penelitian Meyer-ter-Vehn et al pada 2006,60
aktivitas dengan Rock Y-27632.
5

Efek lain yang diduga dimiliki oleh ROCK ialah mempengaruhi kelangsungan
hidup neuron dan regenerasi akson regenerasi. Pada tahun 2004, studi yang dilakukan
oleh Kitaoka et al62 yang di uji coba pada mata tikus yang dipapar excitotoxicityglutamat lalu di injeksi intravitreal dengan 10 - 5 M Fasudil (Asahi Kasei Corporation),
didapatkan retina dan sel-sel yang lebih baik diawetkan, begitu juga dengan yang
dipapar N-methyl-D-aspartate.
Dari uji klinis yang sedang berlangsung, terlihat bahwa efek samping utama dari
inhibitor ROCK adalah hiperemia okular, kemungkinan besar karena agen ini sebagai
vasodilators. Mengingat kondisi hiperemia yang hanya berlangsung dalam beberapa
jam, salah satu jalan keluarnya ialah diberikan pada waktu tidur untuk mengurangi
penampilan yang buruk. Efek samping ROCK yang lain berkaitan dengan level kinase
serin / treonin yang tinggi dapat mempengaruhi protein kinase lain dalam tubuh,
termasuk protein kinase A, protein kinase C, dan myosin rantai ringan kinase.
Penggunaan ROCK dengan obat lainnya perlu diperhatikan interkasinya, pada
penelitian Arnold et al pada 2013,73 mengamati bahwa pada pemberian bersamaan
ROCK dengan timolol dapat mengurangi penetrasi intraokular dari beta-blocker timolol
maleat, diduga karena peningkatan eliminasi sistemik melalui vasculature.

BAB IV
TELAAH JURNAL
1. JUDUL
Syarat-syarat judul yang baik :
a) Spesifik

b) Efektif, judul tidak boleh lebih dari 12 kata untuk Bahasa Indonesia dan 10 kata
untuk Bahasa Inggris.
c) Singkat, Menurut Day (1993), judul yang baik adalah yang menggunakan katakata sesedikit mungkin tetapi cukup menjelaskan isi paper. Namun, judul tidak
boleh terlalu pendek sehingga menimbulkan cakupan penelitian yang terlalu luas
yang menyebabkan pembaca bingung.
d) Menarik
e) Pembaca dapat langsung menangkap makna yang disampaikan dalam jurnal
dalam sekali baca.
Judul jurnal ini adalah :
An emerging treatment option for glaucoma: Rho kinase inhibitors
Tinjauan terhadap jurnal tersebut :
1) Spesifik dan menarik, karena pembaca dapat langsung menangkap makna
yang disampaikan dalam jurnal melalui judul tersebut.
2) Dari segi keefektifannya, judul jurnal diatas efektif karena mengandung
tidak lebih dari 10 kata.
2. NAMA PENULIS
Syarat-syarat penulisan nama penulis jurnal :
a. Tanpa gelar akademik/ professional
b. Jika > 3 orang yang dicantumkan boleh hanya penulis utama, dilengkapi dengan
dkk; nama penulis lain dimuat di catatan kaki atau catatan akhir
c. Ditulis alamat dari penulis berupa email dari peneliti
d. Tercantum nama lembaga tempat peneliti bekerja
e. Jika penulisan paper dalam tim, penulisan nama diurutkan sesuai kontibusi
penulis. Penulis utama: penggagas, pencetus ide, perencana dan penanggung
jawab utama kegiatan. Penulis kedua: kontributor kedua, dst.

Penulis jurnal ini adalah :


Sean K Wang1 ,Robert T Chang2,1Stanford University, Stanford, CA, USA; 2Stanford
University School of Medicine, Stanford, CA, USA. Email viroptic@gmail.com
Tinjauan terhadap penulisan penulis jurnal :
1) Penulisan nama tepat, karena dalam jurnal ini jumlah penulis ada 2 orang
dan telah sesuai dengan ketentuan.
2) Ada alamat dari penulis yang berupa email.
3) Untuk penulisan nama lembaga dan tempat peneliti bekerja serta tidak
dicantumkannya gelar akademik atau profesional sudah benar

3. ABSTRAK
Abstrak merupakan ringkasan suatu paper yang mengandung semua informasi
yang diperlukan pembaca untuk menyimpulkan apa tujuan dari penelitian yang
dilakukan, bagaimana metode/pelaksanaan penelitian yang dilakukan, apa hasilhasil yang diperoleh dan apa signifikansi/nilai manfaat serta kesimpulan dari
penelitian tersebut.
Abstrak yang baik harus mencakup tentang permasalahan, objek penelitian,
tujuan dan lingkup penelitian, pemecahan masalah, metode penelitian, hasil
utama, serta kesimpulan yang dicapai.
Selain judul, umumnya pembaca jurnal-jurnal ilmiah hanya membaca abstrak
saja dari paper-paper yang dipublikasi dan hanya membaca secara utuh paper-paper
yang paling menarik bagi mereka. Berdasarkan penelitian abstrak dibaca 10 sampai
500 kali lebih sering daripada papernya sendiri.

Cara penulisannya :
Tersusun tidak lebih dari 200 250 kata. Namun ada pula yang membatasi
abstraknya tidak boleh lebih dari 300 kata. Karena itu untuk penulisan abstrak
cermati ketentuan yang diminta redaksi.
Ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Diawali bahasa Inggris jika
penulisan keseluruhan tubuh paper dalam bahasa Inggris, diawali bahasa
Indonesia jika penulisan keseluruhan tubuh paper dalam bahasa Indonesia.
Berdiri sendiri satu alinea (ada yang menentukan lebih dari satu alinea).
Untuk jenis paper hasil penelitian: Penulisan abtraknya tanpa tabel, tanpa rumus,
tanpa gambar, dan tanpa acuan pustaka. Jadi tidak boleh mengutip pendapat
orang lain, harus menggunakan data-data dan hasil penelitian serta argumen
yang didapat dari penelitian sendiri.
Untuk jenis paper hasil review: Penulisan abstrak boleh mengutip hasil
penelitian orang lain dari acuan pustaka atau sumber yang diacu.
Di bawah abstrak ditulis kata kunci, paling sedikit terdiri dari tiga kata yang
relevan dan paling mewakili isi karya tulis. Demikian juga di bawah abstract
ditulis paling sedikit tiga key words yang sesuai dengan kata kunci pada abstrak
(Bahasa Indonesia). Kata kunci, tidak selalu terdiri 3 kata, ada juga yang
menentukan kata kunci ditulis dalam 4-6 kata (tergantung redaksi, jadi
perhatikan ketentuan yang diminta).

Pada jurnal ini abstraknya adalah :

Abstract: Rho kinase (ROCK) inhibitors are a novel potential class of glaucoma
therapeutics with multiple compounds currently in phase II and III US Food and Drug
Administration trials in the United States. These selective agents work by relaxing the
trabecular meshwork through inhibition of the actin cytoskeleton contractile tone of

smooth muscle. This results in increased aqueous outflow directly through the
trabecular meshwork, achieving lower intraocular pressures in a range similar to
prostaglandins. There are also animal studies indicating that ROCK inhibitors may
improve blood flow to the optic nerve, increase ganglion cell survival, and reduce bleb
scarring in glaucoma surgery. Given the multiple beneficial effects for glaucoma
patients, ROCK inhibitors are certainly a highly anticipated emerging treatment option
for glaucoma.
Keywords: ROCK inhibitors, actin cytoskeleton, aqueous dynamics review

Tinjauan terhadap penulisan abstrak jurnal :


Cara penulisan :
a. Tersusun kurang dari 300 kata
b. Tidak berdiri sendiri dalam satu alinea
c. Penulisan abstraknya tanpa tabel, tanpa rumus, tanpa gambar, dan tanpa
acuan pustaka. Tidak mengutip pendapat orang lain, menggunakan data
data dan hasil penelitian serta argumen yang didapat dari penelitian
sendiri.
d. Mencantumkan keyword / kata kunci

Isi Abstrak :
a. Secara garis besar, isi abstrak masih belum baik, karena penulis belum
mencantumkan latar belakang permasalahan dilakukannya penelitian
serta desain penelitian itu sendiri.
b. Pada penulisan hasil penelitian juga belum benar, karena penulis
mencantumkan data yang seharusnya berada pada bagian material dan
metode penelitian
c. Tidak disebutkan analisis statistik apa yang digunakan serta tingkat
signifikansinya hasil penelitian tersebut.

10

d. Tidak ditulis secara spesifik pendahuluan, bahan dan metode penelitian,


hasil, pembahasan dan kesimpulan.

4. PENDAHULUAN
Bagian ini mengandung isi sebagai pengantar yang berisi justifikasi penelitian,
hipotesis dan tujuan penelitian. Jika artikel berupa tinjauan pustaka, maka
pendahuluan berisi latar belakang yang memuat tentang pentingnya permasalahan
tersebut diangkat, hipotesis (jika ada) dan tujuan penulisan artikel. Pada bagian ini
pustaka hanya dibatasi pada hal-hal yang paling penting. Perlu diperhatikan metode
penulisan pustaka rujukan sesuai dengan contoh artikel atau ketentuan dalam
Instruction for authors. Jumlah kata dalam bagian ini juga kadang dibatasi jumlah
katanya. Ada juga jurnal yang membatasi jumlah referensi yang dapat disitir pada
pendahuluan, tidak lebih dari tiga pustaka. Tidak dibenarkan membahas secara luas
pustaka yang relevan pada pendahuluan.

Pada jurnal ini introduksinya adalah :

Introduction
Glaucoma is an optic neuropathy in which at least one eye has accelerated ganglion
cell death characterized by excavated cupping appearance of the optic nerve with
progressive thinning of retinal nerve fiber layer tissue and corresponding subsequent
visual field loss. As the leading cause of irreversible blindness worldwide, the disease
affected more than 60.5 million individuals in 2010, an estimate extrapolated from
multiple population-based surveys, and is projected to reach 79.6 million by the year
2020.1,2 Because of its initial asymptomatic nature, especially in the early stages,
glaucoma may remain undiagnosed in up to half of total cases in developed nations and
even more in regions of the developing world, where the incidence may be higher at
older age and with certain ethnicities.3,4 Historically, intraocular pressure (IOP) has
been recognized as the primary modifiable risk factor. It is now accepted as a continuous, fluctuating variable. The goal of contemporary therapy is to reduce IOP to a range
that preserves structural and functional testing results.57 Present strategies to slow the
rate of glaucomatous progression all focus on lowering IOP, as other strategies such as
neuroprotection have not met their clinical trial endpoints. At this time, IOP can be

11

lowered by affecting inflow and outflow via pharmacologic agents (five current classes
include prostaglandin analogs, beta-blockers, carbonic anhydrase inhibitors,
sympathomimetics, and miotics), laser trabeculoplasty, and incisional surgery, which
can be divided into standard filtration surgery or various newer minimally invasive
procedures.811 Current research is also looking beyond lowering IOP, with a focus on
protecting or regenerating the optic nerve as well as novel targets to decrease inflow or
increase outflow including small interfering RNA, cytoskeleton agents, cannabinoids,
adenosine/serotonin/dopamine receptor ligands, nitric oxide/carbon monoxide system
modulators, and hydroxysteroid dehydrogenase inhibitors.12
Tinjauan terhadap introduksi pada jurnal ini :
Pada penulisan pendahuluan jurnal ini, penulis sudah mencoba untuk
menjelaskan tentang definisi glaucoma, faktor penyebab dan pengobatan
glaucoma

prostaglandin,

beta-blocker,

inhibitor

karbonat

anhidrase,

simpatomimetik, dan miotics), trabeculoplasty laser, dan bedah insisional .


Kekambuhan glaucoma serta komplikasi akibat kekambuhan tersebut juga telah
dicantumkan oleh penulis, dalam pendahuluan jurnal ini penulis belum
mencantumkan secara jelas apa yang menjadi alasan dan tujuannya dalam
melakukan penelitian ini.

5. MATERIAL DAN METODE


Tinjauan terhadap material dan metode penelitian pada jurnal ini :
Pada bab material dan metode jurnal ini masih cukup banyak kekurangannya, antara
lain tidak dicantumkannya :
1.
Desain dan metode penelitian
2. Dasar dan cara pengelompokan sampel
3. Pengukuran signifikansi data untuk analisa statistik
4. Tahapan dan prosedur penelitian

6. HASIL
Tinjauan terhadap hasil pada jurnal ini :
1. Hasil penelitian tidak disajikan dalam bentuk tabel atau grafik, penulis tidak
mencantumkan jenis analisa statistik serta hasil perhitungannya yang digunakan,
sehingga kemaknaan dari penelitian ini belum dapat digunakan sebagai acuan.
2. Pada bab hasil penelitian, penulis belum fokus dalam merumuskan hasil
penelitian.

12

7. DISKUSI
Tinjauan terhadap diskusi jurnal ini :
Diskusi pada jurnal ini tidak menampilkan keterbatasan keterbatasan dan
kesulitan kesulitan dalam jalannya penelitian.
Penulis sudah mencantumkan hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan
oleh orang lain sebagai pembanding.

8. REFERENCES
Pada jurnal ini, referensinya adalah :
References
1. Varma R, Lee PP, Goldberg I, Kotak S. An assessment of the health and
economic burdens of glaucoma. Am J Ophthalmol. 2011;152(4):515522.
2. Quigley HA, Broman AT. The number of people with glaucoma worldwide
in 2010 and 2020. Br J Ophthalmol. 2006;90(3):262267.
3. Quigley HA. Glaucoma. Lancet. 2011;377(9774):13671377.
4. Budenz DL, Barton K, Whiteside-de Vos J, et al; Tema Eye Survey Study
Group. Prevalence of glaucoma in an urban West African population: the
Tema Eye Survey. JAMA Ophthalmol. 2013;131(5):651658.
5. Kass MA, Heuer DK, Higginbotham EJ, et al. The Ocular Hypertension
Treatment Study: a randomized trial determines that topical ocular
hypotensive medication delays or prevents the onset of primary openangle glaucoma. Arch Ophthalmol. 2002;120(6):701713.
6. Crawley L, Zamir SM, Cordeiro MF, Guo L. Clinical options for the reduction of elevated intraocular pressure. Ophthalmol Eye Dis. 2012;4:4364.
7. Musch DC, Gillespie BW, Niziol LM, Lichter PR, Varma R; CIGTS Study
Group. Intraocular pressure control and long-term visual field loss in the
Collaborative Initial Glaucoma Treatment Study. Ophthalmology.
2011;118(9):17661773.
8. Marquis RE, Whitson JT. Management of glaucoma: focus on pharmacological therapy. Drugs Aging. 2005;22(1):121.
9. Samples JR, Singh K, Lin SC, et al. Laser trabeculoplasty for open-angle
glaucoma: a report by the american academy of ophthalmology.
Ophthalmology. 2011;118(11):22962302.
10. Gedde SJ, Schiffman JC, Feuer WJ, Herndon LW, Brandt JD, Budenz DL;
Tube versus Trabeculectomy Study Group. Treatment outcomes in the
Tube Versus Trabeculectomy (TVT) study after five years of follow-up. Am
J Ophthalmol. 2012;153(5):789803.
11. Francis BA, Singh K, Lin SC, et al. Novel glaucoma procedures: a report
by the American Academy of Ophthalmology. Ophthalmology.
2011;118(7):14661480.

13

12. Bucolo C, Salomone S, Drago F, Reibaldi M, Longo A, Uva MG. Pharmacological management of ocular hypertension: current approaches and
future prospective. Curr Opin Pharmacol. 2013;13(1):5055.
13. Goel M, Picciani RG, Lee RK, Bhattacharya SK. Aqueous humor dynamics:
a review. Open Ophthalmol J. 2010;4:5259.
14. Nau CB, Malihi M, McLaren JW, Hodge DO, Sit AJ. Circadian Variation of
Aqueous Humor Dynamics in Older Healthy Adults. Invest Ophthalmol Vis
Sci. Epub 2013 Sep 26.
15. Zhou EH, Krishnan R, Stamer WD, et al. Mechanical responsiveness of
the endothelial cell of Schlemms canal: scope, variability and its potential
role in controlling aqueous humour outflow. J R Soc Interface.
2012;9(71):11441155.
16. Keller KE, Acott TS. The Juxtacanalicular Region of Ocular Trabecular
Meshwork: A Tissue with a Unique Extracellular Matrix and Specialized
Function. J Ocul Biol. 2013;1(1):3.
17. Tam AL, Gupta N, Zhang Z, Ycel YH. Latanoprost Stimulates Ocular
Lymphatic Drainage: An In Vivo Nanotracer Study. Transl Vis Sci Technol.
2013;2(5):3.
18. Li P, Shen TT, Johnstone M, Wang RK. Pulsatile motion of the trabecular meshwork in healthy human subjects quantified by phase-sensitive
optical coherence tomography. Biomed Opt Express. 2013;4(10): 2051
2065.
19. Johnstone M, Martin E, Jamil A. Pulsatile flow into the aqueous veins:
manifestations in normal and glaucomatous eyes. Exp Eye Res.
2011;92(5):318327.
20. Epstein DL, Rowlette LL, Roberts BC. Acto-myosin drug effects and aqueous outflow function. Invest Ophthalmol Vis Sci. 1999;40(1):7481.
21. Rao PV, Deng P, Maddala R, Epstein DL, Li CY, Shimokawa H. Expression
of dominant negative Rho-binding domain of Rho-kinase in organ cultured
human eye anterior segments increases aqueous humor outflow. Mol Vis.
2005;11:288297.
22. Gabelt BT, Kaufman PL. Changes in aqueous humor dynamics with age
and glaucoma. Prog Retin Eye Res. 2005;24(5):612637.
2
3. Rosenthal R, Choritz L, Schlott S, et al. Effects of ML-7 and Y-27632
on carbachol- and endothelin-1-induced contraction of bovine trabecular
meshwork. Exp Eye Res. 2005;80(6):837845.
24. Johnson M. What controls aqueous humour outflow resistance?. Exp
Eye Res. 2006;82(4):545557.
25. Wecker T, Han H, Brner J, Grehn F, Schlunck G. Effects of TGF-2 on
cadherins and -catenin in human trabecular meshwork cells. Invest
Ophthalmol Vis Sci. 2013;54(10):64566462.
26. De Groef L, Van Hove I, Dekeyster E, Stalmans I, Moons L. MMPs in the
trabecular meshwork: promising targets for future glaucoma therapies?
Invest Ophthalmol Vis Sci. 2013;54(12):77567763.
27. Zhang M, Maddala R, Rao PV. Novel molecular insights into RhoA
GTPase-induced resistance to aqueous humor outflow through the trabecular
meshwork. Am J Physiol Cell Physiol. 2008;295(5):C1057C1070.
28. Tian B, Geiger B, Epstein DL, Kaufman PL. Cytoskeletal involvement in
the regulation of aqueous humor outflow. Invest Ophthalmol Vis Sci.
2000;41(3):619623.
29. Riento K, Ridley AJ. Rocks: multifunctional kinases in cell behaviour. Nat
Rev Mol Cell Biol. 2003;4(6):446456.

14

30. Liao JK, Seto M, Noma K. Rho kinase (ROCK) inhibitors. J Cardiovasc
Pharmacol. 2007;50(1):1724.
31. Wettschureck N, Offermanns S. Rho/Rho-kinase mediated signaling in
physiology and pathophysiology. J Mol Med (Berl). 2002;80(10): 629638.
32. Fukata Y, Amano M, Kaibuchi K. Rho-Rho-kinase pathway in smooth
muscle contraction and cytoskeletal reorganization of non-muscle cells.
Trends Pharmacol Sci. 2001;22(1):3239.
33. Honjo M, Tanihara H, Inatani M, et al. Effects of rho-associated protein
kinase inhibitor Y-27632 on intraocular pressure and outflow facility. Invest
Ophthalmol Vis Sci. 2001;42(1):137144.
34. Goldhagen B, Proia AD, Epstein DL, Rao PV. Elevated levels of RhoA in
the optic nerve head of human eyes with glaucoma. J Glaucoma.
2012;21(8):530538.
35. Rao VP, Epstein DL. Rho GTPase/Rho kinase inhibition as a novel target
for the treatment of glaucoma. Bio Drugs. 2007;21(3):167177.
36. Ishizaki T, Maekawa M, Fujisawa K, et al. The small GTP-binding protein
Rho binds to and activates a 160 kDa Ser/Thr protein kinase homologous to
myotonic dystrophy kinase. EMBO J. 1996;15(8):18851893.
37. Leung T, Chen XQ, Manser E, Lim L. The p160 RhoA-binding kinase ROK
alpha is a member of a kinase family and is involved in the reorganization of
the cytoskeleton. Mol Cell Biol. 1996;16(10):53135327.
38. Nakagawa O, Fujisawa K, Ishizaki T, Saito Y, Nakao K, Narumiya S. ROCKI and ROCK-II, two isoforms of Rho-associated coiled-coil forming protein
serine/threonine kinase in mice. FEBS Lett. 1996; 392(2):189193.
39. Leung T, Manser E, Tan L, Lim L. A novel serine/threonine kinase binding
the Ras-related RhoA GTPase which translocates the kinase to peripheral
membranes. J Biol Chem. 1995;270(49):2905129054.
40. Amano M, Chihara K, Nakamura N, Kaneko T, Matsuura Y, Kaibuchi K.
The COOH terminus of Rho-kinase negatively regulates rho-kinase
activity. J Biol Chem. 1999;274(45):3241832424.
41. Feng J, Ito M, Kureishi Y, et al. Rho-associated kinase of chicken gizzard
smooth muscle. J Biol Chem. 1999;274(6):37443752.
42. Uehata M, Ishizaki T, Satoh H, et al. Calcium sensitization of smooth
muscle mediated by a Rho-associated protein kinase in hypertension.
Nature. 1997;389(6654):990994.
43. Bourguignon LY, Zhu H, Shao L, Zhu D, Chen YW. Rho-kinase (ROK)
promotes CD44v(3,810)-ankyrin interaction and tumor cell migration in
metastatic breast cancer cells. Cell Motil Cytoskeleton. 1999;43(4):269
287.
44. Yoshioka K, Nakamori S, Itoh K. Overexpression of small GTP-binding
protein RhoA promotes invasion of tumor cells. Cancer Res.
1999;59(8):20042010.
45. Liu X, Hu Y, Filla MS, et al. The effect of C3 transgene expression on actin
and cellular adhesions in cultured human trabecular meshwork cells and
on outflow facility in organ cultured monkey eyes. Mol Vis. 2005;11:1112
1121.
46. Song J, Deng PF, Stinnett SS, Epstein DL, Rao PV. Effects of cholesterollowering statins on the aqueous humor outflow pathway. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2005;46(7):24242432.
47. Rao PV, Deng PF, Kumar J, Epstein DL. Modulation of aqueous humor
outflow facility by the Rho kinase-specific inhibitor Y-27632. Invest
Ophthalmol Vis Sci. 2001;42(5):10291037.

15

48. Sugiyama T, Shibata M, Kajiura S, et al. Effects of fasudil, a Rhoassociated protein kinase inhibitor, on optic nerve head blood flow in
rabbits. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2011;52(1):6469.
49. Waki M, Yoshida Y, Oka T, Azuma M. Reduction of intraocular pressure by
topical administration of an inhibitor of the Rho-associated protein kinase.
Curr Eye Res. 2001;22(6):470474.
50. Tamura M, Nakao H, Yoshizaki H, et al. Development of specific Rhokinase inhibitors and their clinical application. Biochim Biophys Acta.
2005;1754(12):245252.
51. Nishio M, Fukunaga T, Sugimoto M, et al. The effect of the H-1152P, a
potent Rho-associated coiled coil-formed protein kinase inhibitor, in rabbit
normal and ocular hypertensive eyes. Curr Eye Res. 2009;34(4):282286.
52. Fukunaga T, Ikesugi K, Nishio M, et al. The effect of the Rho-associated
protein kinase inhibitor, HA-1077, in the rabbit ocular hypertension model
induced by water loading. Curr Eye Res. 2009;34(1):4247.
53. Gupta SK, Agarwal R, Galpalli ND, Srivastava S, Agrawal SS, Saxena R.
Comparative efficacy of pilocarpine, timolol and latanoprost in
experimental models of glaucoma. Methods Find Exp Clin Pharmacol.
2007;29(10):665671.
54. Lu Z, Overby DR, Scott PA, Freddo TF, Gong H. The mechanism of
increasing outflow facility by rho-kinase inhibition with Y-27632 in bovine
eyes. Exp Eye Res. 2008;86(2):271281.
55. Hahmann C, Schroeter T. Rho-kinase inhibitors as therapeutics: from pan
inhibition to isoform selectivity. Cell Mol Life Sci. 2010;67(2): 171177.
56. Tokushige H, Inatani M, Nemoto S, et al. Effects of topical administration
of y-39983, a selective rho-associated protein kinase inhibitor, on ocular
tissues in rabbits and monkeys. Invest Ophthalmol Vis Sci.
2007;48(7):32163222.
57. Whitlock NA, Harrison B, Mixon T, et al. Decreased intraocular pressure
in mice following either pharmacological or genetic inhibition of ROCK. J
Ocul Pharmacol Ther. 2009;25(3):187194.
58. Tokushige H, Waki M, Takayama Y, Tanihara H. Effects of Y-39983, a
selective Rho-associated protein kinase inhibitor, on blood flow in optic
nerve head in rabbits and axonal regeneration of retinal ganglion cells in
rats. Curr Eye Res. 2011;36(10):964970.
59. Flammer J, Orgl S, Costa VP, et al. The impact of ocular blood flow in
glaucoma. Prog Retin Eye Res. 2002;21(4):359393.
60. Meyer-ter-Vehn T, Sieprath S, Katzenberger B, Gebhardt S, Grehn F,
Schlunck G. Contractility as a prerequisite for TGF-beta-induced
myofibroblast transdifferentiation in human tenon fibroblasts. Invest
Ophthalmol Vis Sci. 2006;47(11):48954904.
61. Honjo M, Tanihara H, Kameda T, Kawaji T, Yoshimura N, Araie M. Potential role of Rho-associated protein kinase inhibitor Y-27632 in glaucoma
filtration surgery. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2007;48(12):55495557.
62. Kitaoka Y, Kitaoka Y, Kumai T, et al. Involvement of RhoA and possible
neuroprotective effect of fasudil, a Rho kinase inhibitor, in NMDA-induced
neurotoxicity in the rat retina. Brain Res. 2004;1018(1):111118.
63. Sagawa H, Terasaki H, Nakamura M, et al. A novel ROCK inhibitor, Y39983, promotes regeneration of crushed axons of retinal ganglion cells into
the optic nerve of adult cats. Exp Neurol. 2007;205(1):230240.
64. Chen YT, Bannister TD, Weiser A, et al. Chroman-3-amides as potent Rho
kinase inhibitors. Bioorg Med Chem Lett. 2008;18(24):64066409.

16

65. Stavenger RA, Cui H, Dowdell SE, et al. Discovery of aminofurazanazabenzimidazoles as inhibitors of Rho-kinase with high kinase selectivity
and antihypertensive activity. J Med Chem. 2007;50(1):25.
66. Tanihara H, Inoue T, Yamamoto T, Kuwayama Y, Abe H, Araie M; K-115
Clinical Study Group. Phase 1 clinical trials of a selective Rho kinase
inhibitor, K-115. JAMA Ophthalmol. 2013;131(10):12881295.
67. Tanihara H, Inoue T, Yamamoto T, Kuwayama Y, Abe H, Araie M; K-115
Clinical Study Group. Phase 2 randomized clinical study of a Rho kinase
inhibitor, K-115, in primary open-angle glaucoma and ocular hypertension.
Am J Ophthalmol. 2013;156(4):731736.
68. Kopczynski C, Lin C-W, deLong M, et al. IOP-lowering efficacy and
tolerability of ar-13324, a dual mechanism kinase inhibitor for the treatment
of glaucoma. Presented at: Association for Research in Vision and
Ophthalmology (ARVO) 2012 Annual Meeting; May 9; 2012; Fort Lauderdale,
FL.
69. Zhang K, Zhang L, Weinreb RN. Ophthalmic drug discovery: novel targets
and mechanisms for retinal diseases and glaucoma. Nat Rev Drug Discov.
2012;11(7):541559.
70. Tanihara H, Inatani M, Honjo M, Tokushige H, Azuma J, Araie M.
Intraocular pressure-lowering effects and safety of topical administration of
a selective ROCK inhibitor, SNJ-1656, in healthy volunteers. Arch
Ophthalmol. 2008;126(3):309315.
71. Chen J, Runyan SA, Robinson MR. Novel ocular antihypertensive
compounds in clinical trials. Clin Ophthalmol. 2011:667677.
72. Kengatharan M, Wirostko B, Umeno H, Hsu H. Pharmaceutical profile of a
novel rho kinase (rock) inhibitor ats907 for reduction of iop in glaucoma.
Presented at: Association for Research in Vision and Ophthalmology (ARVO)
2011 Annual Meeting; May 3; 2012; Fort Lauderdale, FL.
73. Arnold JJ, Hansen MS, Gorman GS, et al. The effect of Rho-associated
kinase inhibition on the ocular penetration of timolol maleate. Invest
Ophthalmol Vis Sci. 2013;54(2):11181126.

Kritik terhadap diskusi pada jurnal ini :


1. Literatur yang digunakan sudah baik. Semua bahan acuan dalam bentuk jurnal,
buku ataupun naskah ilmiah yang digunakan sebagai referensi / acuan ditulis
pada bagian ini. Reference yang dirujuk haruslah yang benar-benar mempunyai
kontribusi nyata dalam penelitian tersebut.
2. Untuk cara penulisan, sebaiknya dilakukan pengurutan berdasarkan abjad (AZ)

17

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sebagai agen farmakologis untuk memperlambat perkembangan glaukoma,
inhibitor ROCK setidaknya memiliki empat fungsi dalam memanajemen glaukoma,
yaitu efek penurun TIOk yang signifikan, peningkatan aliran darah okular,
penghambatan jaringan parut pasca operasi, dan efek pada kelangsungan hidup sel
ganglion retina dan akson regenerasi. Berbeda dengan berbagai obat glaukoma secara

18

umum yang mengurangi TIO dengan menekan produksi humor aqueous, inhibitor
ROCK bekerja dengan meningkatkan aliran air yang lebih besar dengan mediasi
perngaturan actomyosin, sehingga akhirnya menurunkan TIO. Selama dekade terakhir,
sejumlah calon ROCK inhibitor telah gagal selama uji klinis, tersering karena tidak
mampu menurunkan TIO secara signifikan atau efek samping tak terduga seperti
hiperemia. Meskipun demikian, empat ROCK berbasis inhibitor (K-115, AR-13324,
PG324, AMA0076) terus menunjukkan hasil yang baik sebagai terapi glaukoma masa
depan. Uji klinis yang sedang berlangsung untuk masing-masing senyawa ini sangat
penting untuk pengembangan terapi penurun TIO dan dapat memulai kemajuan besar
berikutnya dalam pengobatan glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA
Sean K Wang, Robert T Chang. Review : An Emerging Treatment Option for
Glaucoma:Rho Kinase Inhibitor. DovePress Clinical Ophthalmology 2014:8 883-890

19

Anda mungkin juga menyukai