Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aedes sp merupakan vektor dari beberapa penyakit yang menyerang
manusia seperti malaria, demam kuning (yellow fever), demam berdarah
dengue dan lain-lain.Walaupun sebagai vektor utama pembawa virus dengue,
namun tidak setiap gigitan nyamuk Aedes sp dapat mengakibatkan demam
berdarah. Hanya nyamuk yang mengandung virus dengue yang dapat
menimbulkan penyakit. (Genis .G, 2008)
Nyamuk Aedes sp merupakan masalah yang cukup besar menyangkut
kesehatan masyarakat di negara-negara dengan iklim tropis termasuk
Indonesia. DBD adalah salah satu masalah besar yang ditimbulkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. (Ndione .RD, 2007)
Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang mempunyai sifat yang
khas, menggigit pada waktu pagi dan sore hari, hinggap antara lain di
gantungan baju, dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih
seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung dan barang-barang bekas
yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan terisi air. Serupa dengan
Aedes aegypti, Aedes albopictus juga dikenal sebagai nyamuk harimau Asia,
berkembang pada jenis kontainer yang sama dan juga menularkan virus
dengue. (Soegeng .S, 2006)

Telur, larva, dan pupa nyamuk Aedes sp tumbuh dan berkembang di


dalam air. Genangan air yang disukai nyamuk Aedes sp sebagai tempat
perindukannya (breeding place) adalah genangan air yang terdapat di dalam
suatu wadah atau kontainer, bukan genangan air di tanah. Dengan demikian
nyamuk Aedes sp hanya akan hidup dan bertelur di genangan air bersih saja
dan tidak mungkin hidup pada genangan air yang kotor dan bersinggungan
dengan tanah. (Soegeng .S, 2006)
Menurut ahli entomologi kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor (IPB) Upik Kusumawati Hadi, perilaku nyamuk perantara
penularan (vektor) penyakit DBD mulai berubah. Jika sebelumnya nyamuk
Aedes sp hanya suka berada di air bersih, tapi sekarang nyamuk ini bisa
tinggal di air yang tercemar. Beberapa waktu yang lalu ditemukan, nyamuk
yang tubuhnya berwarna belang hitam putih itu bisa hidup pada air yang
mengandung deterjen, kaporit, kotoran hewan, dan air sabun. Sedangkan
nyamuk ini sebelumnya hanya berkembang biak di air yang tidak bersentuhan
langsung dengan tanah. Ditambahkannya lagi bahwa tidak hanya di air bersih
yang tergenang, saat ini penyebar demam berdarah dapat hidup di air
comberan sekalipun, sehingga muncullah sebuah teori baru yang menyatakan
bahwa nyamuk Aedes sp dapat hidup pada genangan air yang tercemar.
(Upik .K H, 2010).
Sebuah penelitian serupa telah dilakukan di Universitas Udayana, Bali.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemampuan menetas telur Aedes
aegypti bila kontak dengan kedua jenis air limbah yaitu air sabun dan air

detergent. Penelitian ini mendapatkan bahwa rata-rata telur yang menetas


menjadi larva pada hari ke-7 pada kelompok kontrol sebanyak 14,48%, pada
air sabun dalam konsentrasi 0,5 gram/liter sebanyak 58,9% dan pada air sabun
dalam konsentrasi 1 gram/liter sebanyak 42,77 % . Uji statistik mendapatkan
bahwa air sabun pada kedua konsentrasi mempercepat dan meningkatkan
jumlah larva yang terbentuk bila dibandingkan dengan kontrol. Pada air yang
mengandung detergen konsentrasi 1,75 gram/liter dan 3 gram/liter tidak
ditemukan telur Aedes aegypti yang menetas. (I Made .S, 2008)
Dari beberapa pendapat ini ditemukan masih adanya fenomena silang
pendapat perihal kemampuan Aedes sp berkembang biak di air yang
bersinggungan dengan tanah, sehingga perlu diadakannya pembuktian ilmiah.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dibuktikan

perihal

ketahanan hidup Aedes sp pada media air yang bersinggungan dengan tanah.

C. Tujuan Penelitian
1. Umum
Menguji ketahanan hidup Aedes sp pada media air yang
bersinggungan dengan tanah.
2. Khusus
a) Menguji ketahanan hidup Aedes sp pada air dalam bejana.

b) Menguji ketahanan hidup Aedes sp pada air di bejana yang


bersinggungan dengan tanah.
c) Menghitung frekuensi Aedes sp yang mampu berkembang biak pada
air dalam bejana dan air yang bersinggungan dengan tanah.
d) Membandingkan kemampuan berkembang biak Aedes sp pada air
dalam bejana dan air yang yang bersinggungan dengan tanah.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu Dinas Kesehatan dalam
perencanaan penyusunan kebijakan untuk menanggulangi penyakitpenyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes sp.

2. Bagi Juru Pemantau Jentik


Penelitian ini diharapkan dapat membantu Jumantik (Juru Pemantau
Jentik) untuk mengubah strategi dalam penanggulangan jentik nyamuk
Aedes sp, salah satu caranya yakni dengan melakukan survei tidak hanya
pada kontainer tapi juga pada tempat-tempat lain yang terlihat kotor.

3. Bagi Masyarakat
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

meningkatkan

kewaspadaan

masyarakat untuk tidak hanya memperhatikan genangan air yang bersih,


tapi juga genangan air yang tercemar.

Anda mungkin juga menyukai