Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Culex sp
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese
enchepalitis, St Louis encephalitis.[8]
Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 10 mm (0,16 0,4 inci). Dan
dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala,
dada, dan perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia
yaitu jenis Culex quinquefasciatus.

B. Klasifikasi
Klasifikasi Culex adalah sebagai berikut :[9] Kingdom : Animalia,
Phylum : Arthropoda, Class : Insecta, Ordo : Diptera, Family : Culicidae,
Genus : Culex

C. Siklus Hidup
1. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur.
Setiap spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda.
Nyamuk Culex sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara
bergelombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung.[10]
2. Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3
hari. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor
temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator. [11]
Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan
sampai dewasa kurang lebih 5 hari.[10]

3. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di
dalam air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi
pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong
memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. [11] Pada fase ini
nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase
ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi
nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air.[8]
4. Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin
dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu
24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk
mematangkan telur.[8] Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan
waktu sekitar 10 sampai 12 hari.

D. Bionomik Nyamuk Culex sp


Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur,
berbeda dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah
tetapi hanya menghisap sari bunga.[8] Setiap nyamuk mempunyai waktu
menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak
yang berbeda-beda satu dengan yang lain.
1. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat
misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka
dan empang ikan.[12]
2. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama
pada malam hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang
peliharaan, unggas, kambing, kerbau dan sapi. Menurut penelitian yang
lalu kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar rumah nyamuk
Culex sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan kepadatan

menggigit di dalam rumah (47,14%), namun ternyata angka dominasi


menggigit umpan nyamuk manusia di dalam rumah lebih tinggi
(0,64643) dari nyamuk menggigit umpan orang di luar rumah
(0,60135).[13]
3. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan
beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai
kesukaan beristirahat yang berbeda-beda.
Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering
berada dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan. [12]
4. Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama
pada malam hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit beberapa
jam setelah matahari terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan
puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.[8]

E. Habitat
Nyamuk

dewasa

merupakan

ukuran

memprediksi potensi penularan arbovirus.

[14]

paling

tepat

untuk

Larva dapat di temukan

dalam air yang mengandung tinggi pencemaran organik dan dekat dengan
tempat tinggal manusia. Betina siap memasuki rumah-rumah di malam
hari dan menggigit manusia dalam preferensi untuk mamalia lain.[15]

F. Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Nyamuk Culex sp


1. Suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu
yang

tinggi

akan

meningkatkan

aktivitas

nyamuk

dan

perkembangannya bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila suhu di atas


350C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk
pertumbuhan nyamuk berkisar antara 200C 300C. Suhu udara
mempengaruhi perkembangan virus dalam tubuh nyamuk.[8]

2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung
dalam udara yang dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap air
yang besar maka daya penguapannya juga besar. Sistem pernafasan
nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada
dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar
tanpa ada mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah
menyebabkan penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan
keringnya cairan tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan,
kelembaban mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan
berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain.[8]
3. Pencahayaan
Pencahayaan ialah jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan
per unit luas. Merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang
diserap. Begitu juga dengan kepancaran berkilau yaitu intensitas cahaya
per unit luas yang dipancarkan dari pada suatu permukaan. Dalam unit
terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit lux (lx)
atau lumen per meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas
cahaya terhadap suhu dan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh.
Semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke
permukaan maka keadaan suhu lingkungan juga akan semakin tinggi.
Begitu juga dengan kelembaban, semakin tinggi atau besar intensitas
cahaya yang dipancarkan ke suatu permukaan maka kelembaban di
suatu lingkungan tersebut akan menjadi lebih rendah[17].

G. Pengendalian
Pengendalian nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Pengendalian secara mekanik
Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau
tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan dan
membersihkan lingkungan yang berpotensial di jadikan sebagai sarang

nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian


mekanis lain yang dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan
pemasangan perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya lampu dan
raket pemukul.[11]
2. Pengendalian secara biologi
Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa,
parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa
larva misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan mujaer dan nila di bak
dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan
bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan
merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan. Keuntungan
dari tindakan pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya
kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan.[8] Selain dengan penggunaan
organisme pemangsa dan pemakan larva nyamuk pengendalian dapat di
lakukan dengan pembersihan tanaman air dan rawa-rawa yang
merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau
mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan
membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan dengan adanya
ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan
nyamuk pada manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh dari
rumah.[10]
3. Pengendalian secara kimia.
Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi dengue harus dihindarkan. Selama periode sedikit
atau tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber larva
secara rutin, pada lingkungan dapat dipadukan dengan penggunaan
larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau
ditangani dengan cara lain.[12]

H. Insektisida
Insektisida adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
memberantas serangga. Berdasarkan stadium serangga yang dibunuhnya
maka insektisida di bagi menjadi imagosida yang ditujukan kepada
serangga serta ovisida yang ditujukan untuk membunuh telurnya. [16]

I. Permetrhine
Merupakan senyawa insektisida piretroid generasi ketiga pertama
yang bersifat fotostabil, dan pada awalnya digunakan dalam pertanian.
Daya kontaknya cepat, dan daya residunya sedang hingga baik. Toksisitas
iritasi pada mamalia rendah, sehingga banyak diminati pada program
pengendalian hama pemukiman. Senyawa ini tidak menyebabkan iritasi
pada manusia sehingga tepat digunakan untuk pengendalian vektor
penyakit. Insektisida ini disebarluaskan dalam berbagai formulasi, baik
aerosol, oil spray, konsentrat space spray, dan pencelupan. Pencelupan
kelambu dan korden, serta seragam tentara biasanya menggunakan produkproduk berbahan aktif permethrine.[18]

J. Payung Perangkap Nyamuk (Impregnated Umbrella)


Payung perangkap adalah alat yang menyerupai payung, dengan
atap berupa kain berwarna hitam. Atap payung bagian dalam diberi sirip
atau kain yang digantungkan atau dijahit di sela-sela jeruji, dengan ukuran
40x40 cm. Kain ini sebagai tempat untuk hinggap dan bersembunyi bagi
nyamuk Culex sp. Atap payung dan sirip-siripnya merupakan satu kesatuan
bangunan payung yang dapat dilepas dari rangkanya untuk dicelup dengan
insektisida. Payung perangkap ini dilengkapi dengan tiang penyangga
setinggi 80 cm. Kain penutup dan sirip-sirip payung dicelup dengan
menggunakan insektisida.

Adapun gambar, Payung Perangkap Nyamuk (Impregnated


Umbrella) sebagai berikut:

kandang perangkap nyamuk

payung perangkap nyamuk

Gambar. 2.1. kandang dan payung perangkap nyamuk (Impregnated


Umbrella)

K. Cara membuat impregnated umbrella


Cara membuat impregnated umbrella dapat dilakukan dengan
Menggunting kain sesuai dengan pola payung. Melakukan uji daya serap
kain 4040 cm terhadap air dengan cara air 300 ml dimasukkan ke dalam
gelas ukur ukuran 1000 ml. Setelah itu kain berukuran 4040 cm di
masukkan ke dalam gelas ukur yang terisi air, seluruh kain harus terendam
air, kemudian kain yang terendam dikeluarkan dari gelas ukur sampai air
tidak menetes. Sisa air yang ada dalam gelas diukur. Selisih air awal (300
ml) dengan sisa air merupakan adanya daya serap kain (DS) terhadap air.
Dengan rumus :
DS (ml)= vol air awal (ml) - vol air akhir (ml)
Menghitung

kebutuhan

insektisida

yang

digunakan

adalah

permethrine dengan dosis 2 ml. Rumus : luas payung/10000 4 ml.


Mencampurkan insektisida permethrine 2 ml dengan air 88 ml
untuk kain jenis katun hitam, dan 2 ml dengan air 218 ml untuk kain hitam
kaos ke dalam kantong plastik. Memasukkan kain hitam berbahan kaos,
dan kain hitam berbahan katun, berdasarkan larutan insektisida yang telah

dibuat ditekan dan diremas sampai semua permukaan terlumuri oleh


suspensi insektisida. Setelah itu di rentangkan pada permukaan datar
dengan alas plastik di tempat teduh di bolak-balik sampai kering. Kontrol I
(negatif), kain kaos hitam, katun hitam hanya dicelup dengan air tanpa
insektisida. Kontrol II (positif), kain kaos hitam, katun hitam dicelup
dengan insektisida. Kemudian dibiarkan kering pada suhu kamar (tidak
terkena matahari) dengan cara di rentangkan pada permukaan datar dengan
alas plastik, kemudian memasang kain pada kerangka payung dan siripsiripnya.

L. Kerangka Teori
Berdasarkan teori di atas di susun kerangka teori sebagai berikut :

Pengendalian nyamuk

Biologi

Kimia

mekanik

Permethrine

Impregnated
umbrella

Kematian
nyamuk Culex sp

Penurunan
Densitas nyamuk
Culex sp

Gambar 2.2 kerangka Teori


Sumber:
Modifikasi (8,11,12,13,17dan 18)

Kebiasaan
hinggap

Tempat
perindukan

Faktor lingkungan fisik


- Suhu
- Kelembaban
- Pencahayaan

M. Kerangka Konsep

Variabel pengganggu
Kelembaban*

Suhu*

Variabel bebas

Variabel terikat
Kematian Nyamuk Culex
sp

Pencucian kain payung


berinsektisida permethrine
Kain hitam bahan kaos
Kain hitam bahan katun

Variabel terkendali
Pencahayaan

Keterangan :
* Diukur

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

N. Hipotesis
Ada pengaruh pencucian kain payung yang dicelup insektisida
permetrhine terhadap jumlah nyamuk yang mati.

Anda mungkin juga menyukai