Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tuhan YME penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan benar sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu aktif
membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini. Karya
ilmiah yang berjudul Pentingnya Mempelajari Tanda Baca dalam Menulis Karya
Ilmiah ini membahas mengenai seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa
dengan huruf, kata dan tanda baca sebagai sarananya.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingganya kepada :
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah Swt kita kembalikan semua urusan dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
para pembaca pada umumnya, semoga Allah Swt meridhoi dan dicatat sebagai ibadah
disisi-Nya, amin.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakanng
Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi
disamping fungsinya sebagai saluran drainase, dan dengan adanya air yang mengalir
didalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa
eksistensinya dan terbentuk lembah sungai. Volume sedimen yang sangat besar yang
dihasilkan dari keruntuhan tebing. Tebing sungai di daerah pegunungan kemiringan sungainya
curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar. Tetapi setelah aliran sungai mencapi dataran,
maka gaya tariknya sangat menurun. Dengan demikian bebaN yang terdapat dalam arus
sungai berangsur-angsur diendapkan. Karena itu ukuran butir sedimen yang mengendap di
bagian hulu, sungai itu lebih besar dari pada di bagian hilir.
Dengan terjadinya perubahan kemiringan yang mendadak pada saat alur sungai keluar
dari daerahpegungan yang curam dan memasukidataran yang lebih landai, pada lokasi ini
terjadi pengendapan yang sangat intensif yang menyebabkan mudah berpindahnya alur sungai
dan terbentuk apa yang disebut kipas pengendapan. Pada lokasi tersebut sungai bertambah
lebar dan dangkal, erosi dasar sungai tidak lagi terjadi, bahkan sebaliknya terjadi
pengendapan yang sangat intensif. Dasar sungai secara terus- menerus naik, dan sedimen
yang hanyut terbawa arus banjir tersebut dan mengendap secara luas membentuk dataran.
Dalam keadaan tersebut apabila terjadi debit banjir yang besar dapat menimbulkan
luapan dan tergerusnya dinding bagian luar belokan sungai. Untuk mengatasi hal tersebut
dapat dibuat sudetan yaitu saluran barn yang bertujuan untuk melangsungkan aliran debit
banjir dari titik awal (hulu) ketitik akhir (hilir) meander. Sudetan dapat juga dibuat untuk
mengalihkan sebagian debit banjir ke sungai yang lain yang berdekatan.
Check dam adalah bangunan yang berfungsi menampung dan atau menahan sedimen
dalam jangka waktu sementara atau tetap, dan harns tetap melewatkan aliran air baik melalui
mercu maupun tubuh bangunan.
Check dam juga digunakan untuk mengatur kemiringan dasar saluran drainase
sehingga mencegah terjadinya penggerusan dasar yang membahayakan stabilitas saluran
drainase.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa dapat lebih mengenal sungai dan tahu bagaimana tindakan yang
harus dilakukan untuk menjaga fungsi dan kelestarian sungai.
2. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian tentang bangunan pengatur sungai Chek
Dam dan mengetahui kegunaan dan manfaat bangunan tersebut.
3. Agar mahasiswa dapat mengerti pentingnya menjaga kelestarian sungai dan tau
pengelolaan sungai untuk memanfaatkan potensi sungai, memelihara fungsi sungai
dan mencegah terjadinya bencana yang dapat ditimbulkan oleh sungai.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Check dam adalah bangunan yang berfungsi menampung dan atau menahan sedimen
dalam jangka waktu sementara atau tetap, dan harus tetap melewatkan aliran air baik melalui
mercu maupun tubuh bangunan.
Check dam juga digunakan untuk mengatur kemiringan dasar saluran drainase
sehingga mencegah terjadinya penggerusan dasar yang membahayakan stabilitas saluran
drainase.
Bendung-bendung penahan dibangun di sebelah hulu yang berfungsi memperlambat
gerakan dan berangsur-angsur mengurangi volume banjir lahar. Untuk menghadapi gaya-gaya
yang terdapat pada banjir lahar maka diperlukan bendung penahan yang cukup kuat. Selain itu
untuk menampung benturan batu-batu besar, maka mercu dan sayap bendung harus dibuat
dari beton atau pasangan yang cukup tebal dan dianjurkan sama dengan diameter maksimum
batu-batu yang diperkirakan akan melintasi. Sangat sering runtuhnya bendung penahan
disebabkan adanya kelemahan pada sambungan konstruksinya, oleh sebab ini sambungansambungan harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Walaupun terdapat sedikit perbedaan perilaku gerakan sedimen, tetapi metode pembuatan
desain untuk pengendaliannya hampir sama, kecuali perbedaan pada konstruksi sayap mercu
serta ukuran pelimpah dan bahan tubuh bendung. Untuk bendung pengendali gerakan sedimen
secara fluvial yang bahannya berbutir halus, mercunya dapat dibuat lebih tipis. Bahan untuk
tubuh beton selain beton dan pasangan batu dapat juga dari kayu, bronjong kawat, atau
tumpukan batu. Sedangkan untuk bendung penahan gerakan massa biasanya digunakan beton
dan pasangan batu. Tipe bendung yang dipakai adalah tipe gravitasi yang lebih rendah dari 15
m.

1.2 Pembuatan Rancangan Chek Dam


a. Persiapan

Contoh Penerapan Chek Dam. (Sumber Foto: BTP DAS Surakarta)


1. Pemilihan calon lokasi
Pemilihan calon lokasi dilakukan dengan cara investgasi terhadap beberapa calon
lokasi dam pengendali yang telah disusun, dengan kriteria sebagai berikut :
a) Lahan kritis dan potensial kritis
b) Sedimentasi dan erosi sangat tinggi
c) Struktur tanah stabil (badan bendung)
d) Luas DTA 100 -250 ha
e) Tinggi badan bendung 8 meter
f) Kemiringan rata-rata daerah tangkapan 15-35 %
g) Prioritas Pengamanan bangunan vital
2. Orientasi lapangan
Calon lokasi yang terpilih (memenuhi kriteria) kemudian dilakukan orientasi lapangan
untuk menentukan letak dan ukuran badan bendung, saluran pelimpah dan daerah
tangkapan air (DTA) serta daerah genangan air.
3. Konsultasi
Berdasarkan hasil orientasi lapangan dilakukan konsultasi dengan instansi terkait baik
secara formal (Dinas Kimpraswil/PU, Dinas Pertanian dsb.) maupun non formal
(kelompok tani, lembaga adat dsb)
untuk memperoleh masukan sebelum lokasi dan tipe dam pengendali ditetapkan.
4. Pengadaan bahan dan alat
Pengadaan bahan dan alat diprioritaskan terhadap bahan habis pakai, sedangkan peta
dasar dan peralatan lain seperti alat ukur/survey lapangan dapat memanfaatkan yang
sudah ada.
5. Administrasi
Persiapan administrasi meliputi :

a) Administrasi kegiatan
b) Surat menyurat (pemberitahuan, surat ijin, kesepakatan masyarakat dsb.)
b. Pengumpulan data dan informasi lapangan.
1. Data primer
Data primer diperoleh dengan cara survey dan pengukuran lapangan, meliputi sebagai
berikut :
a) Topografi lokasi bangunan
b) Penutupan lahan dan pola tanam
c) Tanah (jenis, tekstur, permeabilitas)
d) Luas DTA
e) Jumlah, kepadatan dan pendapatan penduduk dan tingkat harga/upah disekitar
lokasi
2. Data sekunder, meliputi :
Data sekunder dapat diperoleh dengan cara pengumpulan data yang telah ada/tersedia
baik di instansi pemerintah, swasta dsb.
a) Administrasi wilayah
b) Curah hujan (jumlah, intensitas dan hari hujan)
c) Erosi dan sedimentasi
d) Adat istiadat masyarakat disekitar lokasi
c. Pengolahan dan analisa data/informasi.
Dari hasil pengumpulan data dan informasi di lapangan dilakukan pengolahan dan analisa,
sebagai berikut :
1. Dari data tanah, erosi/sedimentasi, topografi, curah hujan dan luas DTA diolah dan
dianalisa menjadi:
a) Letak bangunan
b) Spesifikasi teknis bangunan utama dan pelengkap
c) Debit aliran air/debit banjir rencana
d) Daya tampung air
e) Umur teknis bangunan
2. Dari data jumlah penduduk, mata pencaharian, pendapatan serta adat istiadat diolah
dan dianalisa menjadi informasi:
a) Potensi ketersediaan tenaga kerja
b) Standar satuan biaya/upah yang berlaku.
d. Penyusunan rancangan teknis
Sesuai norma yang berlaku rancangan dam pengendali (DPi) berisi :
1. Tata letak bangunan
a) Administrasi
b) Geografis
2. Kata Pengantar

3. Lembar pengesahan
4. Rsalah/data umum lokasi
5. Spesifikasi teknis
a) Fisik
b) Hidrologi
c) Sosek dan budaya
6. Rencana anggaran biaya (RAB).
Rencana anggaran biaya disusun secara rinci didasarkan pada volume pekerjaan dan
satuan biaya (bahan, upah) yang berlaku.
7. Tata waktu pelaksanaan.
Rancangan harus memuat tata waktu pelaksanaan baik kegiatan fisik maupun
pemeliharaan.
Penyusunan rancangan sebaiknya dibuat pada T-1. Namun demikian pada kondisi
tertentu penyusunan rancangan dapat dibuat pada T-0 sebelum pelaksanaan pekerjaan.
8. Sosialisasi
Sebelum dilakukan pembuatan dam pengendali, agar dilakukan sosialisasi terlebih
dahulu kepada kelompok tani yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Disamping
itu pada saat pengukuran
dan penyusunan rancangan dam pengendali, kelompok tani tersebut dilibatkan
sehingga ada rasa memiliki dan ini akan meningkatkan kontinuitas atau kelestarian
kegiatan tersebut khususnya pasca proyek.
9. Gambar dan peta
Rancangan dam pengendali perlu dilampiri gambar dan peta yang meliputi
a) Gambar detail konstruksi dan spesifikasi teknis bangunan utama (badan bendung),
saluran pelengkap (saluran pelimpah, saluran pembagi) skala 1 : 50 s/d 1 : 100.
b) Peta situasi/administrasi, skala 1 : 50.000 atau 1 : 100.000.
c) Peta kontur site (lokasi) bangunan utama, pelengkap dan daerah tangkapan air serta
daerah genangan air, skala 1 : 1000 s/d 1 : 10.000.
10. Mekanisme Prosedur
Rancangan Dam Pengendali (DPi) disusun oleh Kepala Sub Dinas yang menangani
perencanaan pada Dinas Kabupaten/Kota, dan dikonsultasikan dengan Dinas
Kimpraswil/PU. Sebagai penilai adalah
BPDAS dan disahkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

Gambar 1. Dam Pengendali (Tipe busur)

Gambar 2. Dam Pengendali (tipe kedap air)

BAB III
KESIMPULAN
Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi
disamping fungsinya sebagai saluran drainase, dan dengan adanya air yang mengalir
didalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus menerus sepanjang masa
eksistensinya dan terbentuk lembah sungai.
Bangunan pengaturan sungai adalah suatu bangunan air yang dibangun pada sungai
dan berfungsi : mengatur aliran air agar tetap stabil dan sebagai pengendalian banjir.
Dan untuk menjaga kelestarian maka diperlukan pengelolaan sungai yaitu segala
usaha yang dilaksanakan untuk memanfaatkan potensi sungai, memelihara fungsi sungai dan
mencegah terjadinya bencana yang dapat ditimbulkan oleh sungai,misalnya dengan membuat
tanggul, bendungan atau bangunan sungai lainnya.
Check dam adalah bangunan yang berfungsi menampung dan atau menahan sedimen
dalam jangka waktu sementara atau tetap, Check dam juga digunakan untuk mengatur
kemiringan dasar saluran drainase sehingga mencegah terjadinya penggerusan dasar yang
membahayakan stabilitas saluran drainase.
Dalam merencanakan Chek Dam terdapat beberapa tahap yaitu :
1.

Persiapan
a. Pemilihan calon lokasi
b. Orientasi lapangan
c. Konsultasi

d. Pengadaan bahan dan alat


e. Persediaan Administrasi
2. Pengumpulan data dan informasi lapangan.
Data primer, seperti
a) Topografi lokasi bangunan
b) Penutupan lahan dan pola tanam
c) Tanah (jenis, tekstur, permeabilitas)
d) Luas DTA
e) Jumlah, kepadatan dan pendapatan penduduk dan tingkat harga/upah disekitar
lokasi
Data sekunder, meliputi :
Data sekunder dapat diperoleh dengan cara pengumpulan data yang telah ada/tersedia
baik di instansi pemerintah, swasta dsb.
a) Administrasi wilayah
b) dsb

Anda mungkin juga menyukai