Anda di halaman 1dari 8

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

BUKU MENGENAL TANAH LONGSOR


SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BENCANA SEJAK DINI
Yukni Arifianti
yukni.a@gmail.com

Sari
Bencana tanah longsor telah menyebabkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.
Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat hampir setiap tahunnya terutama saat memasuki musim
penghujan. Berdasarkan statistik, dalam kurun waktu tahun 2005 2011 tercatat kejadian tanah longsor
sebanyak 809 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2484
orang tewas.
Walaupun rawan terhadap bencana tanah longsor, pengetahuan masyarakat di Indonesia mengenai bencana ini
cukup rendah. Ini dikarenakan langkanya bahan pendidikan atau media pembelajaran yang menarik di
masyarakat mengenai bencana dan mitigasinya. Dalam hal ini Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) membuat media pembelajaran melalui penerbitan buku tentang tanah
longsor untuk tingkat TK sampai SMA. Pemahaman tentang bencana sejak usia dini diprediksi akan lebih
memberi kesadaran bukan hanya tentang bencana itu sendiri namun juga tentang bagaimana menjaga kelestarian
alam untuk mengurangi efek mematikan dari bencana seperti ini.
Media pembelajaran melalui buku ilmiah populer ini akan mengenalkan kepada anak-anak tentang; 1)
Bagaimana bencana datang dan ciri-ciri daerah rentan bencana itu; 2) Apa tindakan yang harus dilakukan saat
melihat/ merasakan tanda-tanda akan terjadinya bencana; 3) Apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan
bencana di kemudian hari.
Kedua buku ini disampaikan secara sederhana, menarik dan informatif yang disesuaikan dengan minat anakanak usia TK SMA dalam bentuk komik dan buku yang berwarna serta penuh gambar.
Kata Kunci: Longsor, Buku, Media, Pembelajaran, Bencana

Pendahuluan
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng
dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik,
dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan
saling menumbuk. Konsekuensi dari tubrukan
tersebut adalah terbentuknya jalur gunungapi di
Indonesia. Keberadaan jalur gunungapi ini
menyebabkan pada
beberapa wilayah
Indonesia terbentuk pegunungan dan perbukitan
dengan kemiringan lereng landai hingga terjal.
Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia
memiliki potensi bencana tanah longsor yang
dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian harta
benda, dan kerusakan lingkungan.
Bencana tanah longsor bersifat lokal, namun
banyak tersebar di seluruh daerah di Indonesia.
Dalam jangka waktu lama, bencana tanah
longsor menyebabkan lebih banyak kerugian
dibandingkan bencana lain. Jumlah kejadian
tanah longsor semakin meningkat memasuki
musim penghujan terutama di daerah-daerah
perbukitan terjal. Berdasarkan statistik, dalam

kurun waktu tahun 2005 2011 tercatat


kejadian tanah longsor pada 809 lokasi yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan
mengakibatkan korban jiwa mencapai 2484
orang tewas (Gambar 1) (PVMBG, 2012).
Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan
untuk mengurangi risiko bencana.
Terkait hal tersebut pemerintah melaksanakan
penyelenggaraan Pengurangan Risiko Bencana
(PRB) dengan landasan hukum UU RI no. 24
tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Keberadaan UU RI no. 24 tahun 2007 ini telah
mengubah pola pikir penanganan bencana
menjadi penanggulangan bencana yang lebih
menitikberatkan pada upaya-upaya sebelum
terjadinya
bencana
(Gambar
2).
Penanggulangan
bencana
tidak
hanya
berorientasi pada saat tanggap darurat,
melainkan dilakukan sebelum (pra bencana),
pada saat terjadi bencana dan setelah (pasca
bencana).

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 17-24

Hal :17

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Kerangka Aksi Hyogo 2005-2015 menyatakan


salah satu prioritas dalam upaya Pengurangan
Risiko Bencana (PRB) adalah pentingnya
menggunakan pengetahuan, inovasi dan
pendidikan untuk membangun sebuah budaya
keselamatan dan ketangguhan di semua tingkat
(Astuti, dkk., 2010). Di sini peran sekolah
sebagai institusi pendidikan sangatlah strategis,
terkait pengembangan pengetahuan yang
diperlukan dalam upaya mitigasi. Hal ini pun
sesuai dengan tema yang diangkat United

Nations International Strategy for Disaster


Reduction (UN ISDR) dalam hari pengurangan
risiko
bencana
sedunia
2007
yaitu
Institutionalizing Integrated Disaster Risk
Management At School. Tema ini terlahir dari
harapan untuk mengurangi risiko bencana
melalui pengenalan sejak dini tentang risikorisiko bencana kepada siswa-siswa sekolah dan
bagaimana membangun kesiapsiagaan bencana
(Akbar, 2010).

Gambar 1. Statistik jumlah kejadian tanah longsor dan jumlah korban jiwa akibat bencana tanah longsor dalam
kurun waktu 2005 2011 (PVMBG, 2012).

Gambar 2. Ilustrasi yang menggambarkan upaya penanggulangan bencana.

Tindakan PRB dapat dilakukan jika ada


penumbuhan pola pikir sadar terhadap ancaman
bencana bagi masyarakat sekitar lokasi rawan
bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan
berbagi cara dan salah satunya adalah melalui
Hal :18

kegiatan pendidikan mitigasi bencana kepada


para siswa di sekolah-sekolah. Pendidikan
mitigasi bencana ini tidak perlu masuk ke
dalam kurikulum tetapi bisa berupa kurikulum
lokal dalam bentuk suplemen buku, dalam hal

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 18-24

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

ini mengenai bencana tanah longsor. Buku ini


dibuat
untuk
memberikan
sosialisasi
pengetahuan tentang bencana tanah longsor
sedini mungki. Diharapkan media pembelajaran
ini bisa menjadi bekal yang cukup untuk
mempelajari dan memberdayakan budaya
mitigasi bencana baik sebelum, saat dan pasca
bencana secara optimal.
Pembelajaran Bencana Sejak Dini
Anak-anak adalah salah satu kelompok yang
paling berisiko terkena bencana. Selain
kondisinya yang memang sudah rentan,
tingginya risiko bencana terhadap anak-anak
salah satunya disebabkan oleh faktor
keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko
bencana yang berada di sekeliling mereka.
Pengetahuan dan pemahaman yang rendah
terhadap risiko bencana ini kemudian berakibat
tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana.
Penanggulangan bencana yang baik harus
terintegrasi ke dalam sektor pendidikan, karena
pendidikan menjadi salah satu faktor penentu
dalam kegiatan pengurangan risiko bencana.
Kegiatan pengintegrasian ini bisa dimulai sejak
dini dimulai yaitu anak-anak di jenjang TK-SD
sampai jenjang SMP-SMA.
Penanggulangan bencana sejak dini di Jepang
dapat menjadi contoh untuk mengkampanyekan
upaya meminimalisasi kerugian akibat bencana.
Dalam mempersiapkan diri guna menghadapi
bencana alam, Jepang menerapkan standar
keamanan yang sangat tinggi. Hampir semua
penduduk telah dilatih sejak usia dini dalam hal
mengatasi keadaan darurat. Hal ini bisa
diterapkan pula di Indonesia dengan
menjadikan
bencana
sebagai
materi
pembelajaran di sekolah untuk mengenalkan
bencana dan mitigasinya.
Ini
artinya
anak-anak
yang
terbiasa
bersinggungan dengan bencana dianggap
mampu membuat keputusan dan berperan aktif
ketika bencana terjadi, sehingga mereka
mengerti bagaimana cara menyelamatkan diri.
Anak-anak adalah pemain utama dalam
kegiatan pembelajaran sejak dini ini. Kegiatan
pembelajaran bencana ini bisa meliputi
bagaimana
menilai,
merencanakan,
mengimplementasikan,
memantau,
dan

mengevaluasi serta mempengaruhi teori dan


praktik (Benson and Bugge, 2006).
Buku Sebagai Media Pembelajaran
Pembelajaran sebagai suatu sistem merupakan
pengorganisasian berbagai komponen dalam
upaya mengubah siswa mencapai suatu kondisi
yang lebih meningkat secara positif. Untuk
mencapai sasaran pembelajaran dibutuhkan
banyak persyaratan menyangkut materi, dalam
hal ini materi yang meliputi bahan ajar atau
medianya (Sutjiono, 2005).
Lemahnya pemahaman anak tentang bencana
dan mitigasinya di sekolah formal lebih
disebabkan karena pesan yang disampaikan
oleh media pembelajaran yang ada tidak
menarik, monoton dan tidak mengasah aspek
keterampilan dan sikap anak. Padahal pesan
pembelajaran yang baik harus memenuhi
beberapa syarat. Syarat utama tentunya materi
bahasan
disesuaikan
dengan
tingkat
pemahaman anak yaitu dari tingkat TK sampai
SMA. Kemudian, pemilihan isi dan gaya
penyampaian
pesan
mempunyai
tujuan
memberikan motivasi kepada anak-anak. Selain
itu harus merangsang siswa memproses apa
yang dipelajari serta memberikan rangsangan
belajar baru. Terakhir, bisa mengaktifkan anak
dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan
juga mendorong anak-anak untuk melakukan
praktik-praktik dengan benar.
Agar media pembelajaran bermanfaat secara
optimal, maka dipilih media yang tepat,
cost/biaya,
pembaruan,
dukungan,
dan
teknologi. Buku merupakan media yang tepat
karena memenuhi unsur-unsur tersebut. Buku
mudah diakses oleh semua kalangan, tidak
memerlukan media lain untuk mengaksesnya
sehingga biaya pengadaannya menjadi lebih
murah dan dengan adanya dukungan pengadaan
dari pemerintah sebagai penyelenggara
pembelajaran maka masalah akses, biaya,
dukungan dan kebaruan bisa teratasi sekaligus.
Maka
Badan
Geologi
melalui
Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
menerbitkan dua buah buku tentang tanah
longsor untuk tingkat TK-SMA.
Teknologi dalam hal ini terkait dengan sifat
media buku tersebut. Buku merupakan media
visual. Seseorang akan belajar secara maksimal

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 19-24

Hal :19

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

jika berinteraksi dengan stimulus yang cocok


dengan gaya belajarnya. Materi atau media
yang bersifat visual antara lain dapat berbentuk
peta, foto, ilustrasi gambar, diagram, poster,
atau pun komik (Waluyanto, 2010). Buku yang
di dalamnya mengandung banyak materi visual
sebagai media pembelajaran dipandang efektif
untuk pembelajaran. Perpaduan gambar dan
tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita
membuat informasi lebih mudah diserap. Teks
membuatnya lebih dimengerti dan alurnya lebih
mudah untuk diikuti dan diingat. Buku sebagai
media pembelajaran, selain ringan juga mampu
menyampaikan informasi secara jelas, runtut,
dan menyenangkan.
Buku Mengenal Tanah Longsor
Buku mengenai bencana tanah longsor di
masyarakat umum, sebagai contoh di toko-toko
buku atau di lembaga-lembaga pendidikan tidak
mudah didapatkan. Kalau pun ada, buku-buku
tersebut (Gambar 3), baik dalam bentuk komik
ataupun tulisan yang dipadu dengan ilustrasiilustrasi gambar, bukan merupakan buku yang
bisa diakses dengan gratis. Adapun buku yang
bisa didapatkan dengan cuma-cuma, media
penyebarannya dalam bentuk e-book (buku
elektronik), artinya masyarakat harus mencetak
atau memperbanyak sendiri.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) mengupayakan suatu
kegiatan agar masyarakat mendapatkan akses
buku mengenai bencana tanah longsor secara
gratis tanpa harus memperbanyaknya sendiri.
Sebagai salah satu upaya meningkatkan
pemahaman
dan pengetahuan bencana,
PVMBG pada tahun 2010 menerbitkan dua
buah buku tentang tanah longsor untuk tingkat
TK-SMA. Edisi keduanya terbit pada tahun
2011. Buku tanah longsor untuk tingkat TK dan
SD berjudul Ayo Mengenal Lebih Dekat
Tanah Longsor, sedangkan untuk tingkat
SMP-SMA Mengenal Lebih Dekat Tanah
Longsor (Gambar 4).

Hal :20

Gambar 3. Beberapa contoh buku mengenai


bencana tanah longsor.

Gambar 4. Buku tanah longsor untuk tingkat TK


SD (Kiri); Buku tanah longsor untuk tingkat SMP
SMA (Kanan) (Yukni, 2011).

Kedua buku ini mencantumkan sedikitnya


empat pokok pikiran: (1) Apa itu bencana, (2)
ciri-ciri daerah rentan bencana, gejala awal atau
tanda-tanda bencana akan terjadi, (3) tindakan
darurat yang dilakukan saat tanda-tanda akan
terjadinya bencana muncul dan (4) upaya
praktis sebelum, saat dan pasca bencana untuk
meminimalkan bencana.
Buku Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah
Longsor dibuat dalam bentuk komik (Gambar
5). Di sini dijelaskan apa, kapan dan bagaimana
bencana longsor itu terjadi dan jenis longsoran.
Selanjutnya dikenalkan penyebab terjadinya

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 20-24

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

longsoran dan tanda-tanda tanah longsor. Buku


disampaikan secara ringan, tidak bertele-tele
dan jumlah halamannya sedikit, terdiri dari 20

halaman. Ini memungkinkan siswa untuk bisa


lebih menyerap apa yang disampaikan dalam
buku tersebut.

Gambar 5. Buku tanah longsor dengan format komik (Yukni, 2011).

Buku Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor


dibuat dengan format tulisan dipadu ilustrasiilustrasi gambar dan foto (Gambar 6).
Penjelasan yang terdapat dalam buku sama
dengan
buku
untuk
tingkat
TK-SD.
Perbedaannya, penjelasan yang disampaikan
buku yang berjumlah 30 halaman ini lebih
detail. Walaupun detail, isinya tetap memakai
bahasa yang mudah dipahami dan gambar yang
menarik.

Gambar 6. Buku tanah longsor dengan format


tulisan dipadu ilustrasi gambar dan foto (Yukni,
2011).
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 21-24

Hal :21

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Buku untuk tingkat SMP SMA ini juga


memaparkan strategi mitigasi bencana tanah
longsor yang dilakukan pemerintah melalui
PVMBG (Gambar 7). Strategi mitigasi bencana
tanah longsor tersebut antara lain:
Pemetaan, menyajikan informasi visual
tentang tingkat kerawanan bencana alam di
suatu wilayah, sebagai masukan kepada
masyarakat
dan
atau
pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data
dasar untuk melakukan pembangunan
wilayah agar terhindar dari bencana.
Penyelidikan, mempelajari penyebab dan
dampak dari suatu bencana sehingga dapat
digunakan
dalam
perencanaan
penanggulangan bencana dan rencana
pengembangan wilayah.
Pemeriksaan, melakukan penyelidikan pada
saat dan setelah terjadi bencana, sehingga

dapat diketahui penyebab dan cara


penaggulangannya.
Pemantauan, dilakukan di daerah rawan
bencana, pada daerah strategis secara
ekonomidan jasa, agar diketahui secara dini
tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah
tersebut.
Sosialisasi, memberikan pemahaman kepada
Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
masyarakat umum, tentang bencana tanah
longsor dan akibat yang ditimbulkannya.
Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara
seperti menerbitkan buku tentang bencana,
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet
atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah.

Gambar 7. Strategi mitigasi tanah longsor di PVMBG yang dituangkan dalam buku tingkat SMP- SMA (Yukni,
2011).

Hal :22

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 22-24

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Buku ini disiapkan sebagai buku ilmiah populer


yang disampaikan secara sederhana. Daya
tariknya terletak pada pewarnaan yang bagus,
teks yang mudah dipahami, gambar yang
menarik dan ditunjang kertasnya yang cukup
berkualitas. Buku mengenal tanah longsor
dengan ukuran 24,3 cm x 17 cm ini dianggap
praktis sebagai buku-buku panduan. Dengan
kelebihan-kelebihan tersebut, buku ini mampu
berperan sebagai media pembelajaran yang baik
tentang konsep mitigasi bencana sejak usia dini.
Pemahaman tentang bencana sejak usia dini
diprediksi akan lebih memberi kesadaran bukan
hanya tentang bencana itu sendiri namun juga
tentang bagaimana menjaga kelestarian alam
untuk mengurangi efek mematikan dari bencana
seperti ini.
Buku-buku ini sebagai media pembelajaran
tentunya tidak hanya diperuntukkan untuk
anak-anak, namun bisa digunakan pihak
lainnya, seperti guru, orang tua dan pendidik
lainnya sebagai penyampai pesan. Pembelajaran
bersama antara anak dengan pihak pendidik
akan mengembangkan pembelajaran kualitatif.
Jika anak dapat memahami konsep maka akan
meningkatkan
peluangnya
dalam
menyelamatkan diri dari bencana, dapat
mengenali tanda-tanda peringatan, memahami
faktor dasar, mengetahui apa yang harus
dilakukan untuk mengurangi dampak sebelum
bencana terjadi dan juga bagaimana harus
bereaksi pada saat dan setelah bencana. Jika hal
ini dapat dicapai maka anak pun kemudian akan
mampu
dengan
sendirinya
menilai,
merencanakan, mengimplementasikan, dan
lain-lainnya.

Kesimpulan
Jika anak-anak diajarkan kesiapsiagaan
menghadapi bencana, mereka akan membawa
perubahan yang signifikan di masyarakat
karena mereka adalah masa depan. Pendidikan
melalui salah satu medianya yaitu buku
merupakan sumber daya untuk menyiapkan
anak-anak dalam pembelajaran bencana sejak
dini. Buku ini hanya salah satu media, ada
banyak media inovatif lainnya yang bisa
dikembangkan untuk melengkapi kegiatan
pembelajaran bencana. Dengan mengacu pada

buku ini, media pembelajaran lainnya bisa


diciptakan misalnya film video, permainan
(puzzle, ular tangga, monopoli), dan alat
peraga.
Bencana tentunya sesuatu yang tidak kita
harapkan. Walaupun rawan terhadap bencana
alam, kesadaran mengenai bencana seperti ini
cukup rendah di Indonesia. Ini ditunjukkan oleh
langkanya media pembelajaran mengenai
bencana alam dan mitigasinya yang tersedia
bagi masyarakat. Keberadaan buku ini sebagai
bagian
dari
pendidikan
kebencanaan.
Pembuatan media pembelajaran untuk kesiapan
dan mitigasi terhadap bencana alam akan
memainkan bagian penting untuk membangun
budaya masyarakat sadar, waspada, dan siap
menghadapi/ mengantisipasi bencana.

Daftar Pustaka
Akbar, Setiawan. 2010. Pengembangan Model
Sekolah Siaga Bencana melalui Integrasi
Pengurangan Risiko Bencana dalam
Kurikulum. Jakarta. Konferensi Nasional
Sekolah Aman.
Astuti, dan Sudaryono. 2010. Peran Sekolah
dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana.
Jakarta. Jurnal Dialog Penanggulangan
Bencana, Volume 1 Nomor 1.
Bambang R., dan Bambang S. 2008. Mengenal
Bencana Alam: Tanah Longsor. Yogyakarta.
Penerbit Kanisius.
Benson, and Bugge. 2006. Child-led Disaster
Risk Reduction: A Practical Guide. Jakarta.
Save The Children Foundation.
Shone, Rob. Komik Pendidikan: Bencana Alam
Salju dan Tanah Longsor. Jakarta. Elex
Media Komputindo.
Sutjiono, Thomas. 2005. Pendayagunaan
Media Pembelajaran. Jakarta. Jurnal
Pendidikan Penabur, No. 04/Th. IV/Juli
2005. Hal 76-84.
Tessa, dan Wardhani. 2007. Seri Bencana Alam
di Indonesia: Banjir dan Tanah Longsor.
Jakarta. Penerbit Erlangga.
Tim Paket Pedoman Umum Penanggulangan
Bencana
untuk
Masyarakat
Umum
(PUPBM). 2007. Tanah Longsor: Kisah
tentang Peran Masyarakat Desa Saat

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 23-24

Hal :23

Buku Mengenal Tanah Longsor Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini (Yukni Arifianti)

Terjadi Bencana Tanah Longsor. Jakarta.


Yayasan IDEP.
Tim Penyusun Seri Komik Bencana Alam.
2008. Mari Belajar tentang Tanah Longsor.
Yogyakarta. Penerbit Postmo.
UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for
Education, 2007. Kesiapan dan Pendidikan
Bencana Alam untuk Pembangunan
Berkesinambungan. Bangkok. UNESCO.

Hal :24

Waluyanto, Heru Dwi. 2010. Komik sebagai


Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta.
http://dgi-indonesia.com/komik-sebagaimedia-komunikasi-pembelajaran.
diakses
tahun 2012.
Yukni, Arifianti. 2011. Ayo Mengenal Lebih
Dekat Tanah Longsor. Bandung. Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Yukni, Arifianti. 2011. Mengenal Lebih Dekat
Tanah
Longsor.
Bandung.
Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 3,Desember 2011 : 24-24

Anda mungkin juga menyukai