TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Beton
Beton merupakan suatu elemen struktur yang terdiri dari partikel-partikel
agregat yang dilekatkan oleh pasta yang terbuat dari semen portland dan air. Pasta
itu mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel agregat dan setelah
beton segar dicorkan, ia akan mengeras sebagai akibat dari reaksi-reaksi kimia
eksotermis antara semen dan air sehingga membentuk suatu bahan struktur yang
padat dan dapat tahan lama, (Ferguson, 1991, dalam Muhammad Ikhsan
Saifuddin, 2012).
Mulyono (2004), mengungkapkan bahwa beton merupakan fungsi dari
bahan penyusunannya yang terdiri dari bahan semen hidrolik, agregat kasar,
agregat halus, air dan bahan tambah. Sedangkan Sagel, dkk, (1994), menguraikan
bahwa beton adalah suatu komposit dari bahan batuan yang direkatkan oleh bahan
ikat. Mutu beton dipengaruhi oleh bahan pembentukannya serta cara
pengerjaannya. Semen mempengaruhi kecepatan pengerasan beton. Selanjutnya
kadar lumpur, atas pengerjaan yang mencakup cara penuangan, pemadatan, dan
perawatan, yang pada akhirnya mempengaruhi kekuatan beton.
Menurut Mulyono (2004) secara umum beton dibedakan kedalam 2
kelompok, yaitu :
1.
sedangkan
terhadap
kekuatan
tekan
tidak
disyaratkan
Mutu
bk
bm
(kg/cm2)
(kg/cm2)
terhadap mutu
Tujuan
kekuatan agregat
tekan
Non
Ringan
Tanpa
Struktural
Sedang
Tanpa
200
Struktural
Ketat
Kontinu
175
250
Struktural
Ketat
Kontinu
K 225
225
200
Struktural
Ketat
Kontinu
K > 225
> 225
> 300
Struktural
Ketat
Kontinu
B0
B1
K 125
125
K 175
Struktural
II
III
2.
b. Beton normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai
agregat halus dan split sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat
jenis beton antara 2200 kg/m3 2400 kg/m3 dengan kuat tekan sekitar 15
40 Mpa.
c. Beton berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki
berat isi lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3. Untuk
menghasilkan beton berat digunakan agregat yang mempunyai berat jenis
yang besar.
e. Ferro-Cement
Ferro-Cement adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara
memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai
pemberi kekuatan tarik dan daktil pada mortar semen.
2.
2.2
Kelebihan :
-
Kekurangan :
-
Berat
Beton Ringan
Beton ringan didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan
kasar yaitu pasir, batu kerikil (batu apung) atau bahan semacam lainnya, dengan
menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu,
guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton
berlangsung. Agregat halus dan kasar disebut sebagai bahan susun dasar
campuran merupakan komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan
(durability) beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai
banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran,
pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya. Nilai
kuat tariknya hanya berkisar 9%-15% saja dari kuat tekannya (Dipohusodo
Istimawan, 1994). Menurut SNI.T-08-1991-03 kuat tekan beton ringan minimal
adalah 17,24 MPa.
Menurut SK SNI T-03-3449-2002 atau SNI 03-3449-2002 yaitu Tata Cara
Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan Agregat Ringan,
bahwasanya beton ringan struktural adalah beton yang memiliki agregat ringan
atau campuran agregat kasar ringan dan pasir alam sebagai pengganti agregat
halus ringan dengan ketentuan tidak boleh melampaui berat isi maksimum beton
1850 kg/m3 dan harus memenuhi ketentuan kuat tekanan dan kuat tarik belah
beton untuk tujuan struktural.
Berdasarkan tujuan konstruksinya, telah dijelaskan jenis agregat ringan yang
dapat dipilih dan kuat tekan minimum serta maksimum dari beton ringan yang
disyaratkan seperti dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Jenis agregat ringan yang dipilih berdasarkan tujuan konstruksi
Beton ringan merupakan beton yang memiliki bobot ringan. Beton ringan
sendiri dalam dunia konstruksi, memiliki sejarah yang sudah dikenal dunia dalam
beberapa produk. Produk beton sangat ringan yang sudah banyak dikenal dalam
dunia konstruksi yaitu Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular
Lightweight Concrete (CLC). Keduanya didasarkan pada gagasan yang sama yaitu
menambahkan gelembung udara ke dalam mortar akan mengurangi berat beton
yang dihasilkan secara drastis. Perbedaan beton ringan AAC dengan CLC dari
segi proses pengeringan yaitu AAC mengalami pengeringan dalam oven autoklaf
bertekanan tinggi sedangkan beton ringan jenis CLC yang mengalami proses
pengeringan alami. CLC sering disebut juga sebagai Non-Autoclaved Aerated
Concrete (NAAC).
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun
1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan.
Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman
pada tahun 1943. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun
1995, saat didirikannya Pabrikasi AAC di Karawang, Jawa Barat.
Beton ringan AAC adalah beton selular dimana gelembung udara yang ada
disebabkan oleh reaksi kimia, adonan AAC umumnya terdiri dari pasir kwarsa,
semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan
pengembang (pengisi udara secara kimiawi).
Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 78 jam. Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi
sebagai pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume
aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung
kepadatan yang diinginkan.
Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran. Adonan beton aerasi
yang masih mentah ini, kemudian dimasukkan ke autoclave chamber atau diberi
uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam autoclave chamber sekitar
183oC. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau pematangan.
Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, gypsum, air, dan alumunium
pasta, terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida
yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas
hidrogen ini membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton
tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali
lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan,
hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Ronggarongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi ringan.
Beton ringan CLC adalah beton selular yang mengalami proses curing
secara alami. CLC adalah beton konvensional yang mana agregat kasar (kerikil)
diganti dengan gelembung udara, dalam prosesnya mengunakan busa organik
yang sangat stabil dan tidak ada reaksi kimia ketika proses pencampuran adonan,
foam/busa berfungsi hanya sebagai media untuk membungkus udara.
Pabrikasi dan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan CLC juga
standard, sehingga produksi dengan mudah dapat pula diintegrasikan ke dalam
pabrikasi beton konvensional. Hanya pasir, semen, air dan foam yang digunakan
dan kepadatan yand didapatkan dapat disesuaikan mulai dari 350 kg/m sampai
1.800 kg/m dan kekuatan dapat juga dicapai dari serendah 1,5 sampai lebih 30
N/mm.
Pada CLC Gelembung udara di dalam beton benar-benar terpisah satu sama
lain, sehingga penyerapan air jauh lebih sedikit dan baja tidak perlu dilapisi
dengan lapisan anti korosi, beton dengan kepadatan diatas 1.200 kg/m3 juga tidak
memerlukan plaster, seperti pada AAC, hanya cukup di cat saja. Penyerapan air
lebih rendah daripada di AAC dan masih cukup baik dibandingkan dengan beton
konvensional. CLC sama halnya dengan beton konvensional kekuatan akan
bertambah seiring dengan waktu melalui kelembapan alamiah pada tekanan
atmosfir saja. Meskipun tidak seringan AAC, CLC tetap menawarkan penurunan
bobot isi yang cukup besar dibandingkan dengan beton konvensional dan isolasi
termal 500% lebih tinggi dan tahan api. Karena sangat praktis maka beton CLC
menawarkan banyak ruang lingkup pengaplikasian, mulai dari isolasi atap rumah
pada kepadatan serendah 350 kg/m sampai dengan produksi panel dan lantai
beton dengan kepadatan 1800 kg/m.
memiliki topik serupa yaitu penelitian mengenai kuat tekan terhadap beton dengan
pencampuran serbuk kayu. Berikut ini salah satu tabel hasil penelitian mengenai
pengaruh campuran serbuk kayu terhadap kuat tekan beton.
Tabel 2.3 Hasil penelitian serupa mengenai pengaruh pencampuran serbuk kayu
terhadap kuat tekan beton
2.3
Material
Dalam pembuatan beton ringan, komposisi material yang dibutuhkan
memiliki sifat yang sedikit berbeda dari beton normal. Jelas pada beton ringan ini,
harus menggunakan material yang tergolong ringan atau tidak memiliki bobot
yang besar sehingga tidak mengganggu bobot dari beton ringan yang akan
terbentuk ini.
Selama
ini
limbah
kayu
banyak
menimbulkan
masalah
dalam
kesemuannya
berdampak
negatif
terhadap
lingkungan
sehingga
rendah memperlihatkan batas elastisitas yang agak rendah, sedangkan kayu yang
berkadar lengas tinggi terdapat perubahan yang permanen pada pembebanan.
Berikut ini terdapat kadar lengas pada kayu yaitu (Felix Yap, 1964, dalam
Muhammad Ikhsan Saifuddin, 2012) :
a.
b.
c.
d.
tekan yaitu 2- 3 kali lebih besar. Bahan penambah yang dipakai pada penelitian ini
adalah serbuk kayu Akasia sisa pengergajian pabrik pengolahan kayu ataupun sisa
dari limbah konstruksi lainnya.
Kayu Akasia Mangium dimasa depan dapat digunakan untuk substitusi
kayu-kayu komersial. Bahan kayu Akasia Mangium diambil dari (HTI) berumur 7
tahun dengan kadar air kering udara 13,78-14,89 % ; kerapatan 0,60-0,62 gr/cm2 ;
berat jenis 0,59-0,61 ; kekuatan tekan sejajar serat 319,54-361,70 kg/cm2 ;
kekuatan tegak lurus serat 117,197 kg/cm2 ; kekuatan lentur (MOR) 509,25680,50 kg/cm2 ; keteguhan belah 80,25-110,90 kg/cm2 ; kekuatan tarik 98,27133,03 kg/cm2 ; kekuatan geser sejajar serat 93,53-149,43 kg/cm2 dan kekerasan
453-565 kg/cm2. (Effendi Arsad, 2011, sifat fisik dan kekuatan mekanik kayu
akasia mangium (Acacia mangium Willd) dari hutan tanaman industri Kalimantan
Selatan).
2.3.2 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami.
Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton
kira-kira mencapai 70 % - 75 % dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian
yang penting dalam pembuatan beton. Agregat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan.
Untuk menghasilkan beton dengan kepadatan yang baik, diperlukan gradasi
agregat yang baik pula. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran
agregat. Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20
mm, 30 mm, dan 40 mm untuk kerikil. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4
mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, dan 0,15 mm.
Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton berfungsi :
1.
2.
3.
4.
5.
(kerikil) maka akan terbentuk adukan yang biasa disebut beton. Semen bersama
air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif
yang berfungsi sebagi pengisi. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya semen
portland dibagi menjadi 5 (lima) tipe, yaitu :
Tipe I
Fungsi semen ialah bereaksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta semen
berfungsi untuk melekatkan butir-butir agregat agar menjadi suatu kesatuan massa
yang kompak/padat. Selain itu pasta semen mengisi rongga-rongga antara butirbutir agregat. Walaupun volume semen hanya kira-kira 10% saja dari volume
beton, namun karena merupakan bahan perekat yang aktif dan mempunyai harga
yang mahal dari pada bahan dasar beton yang lain perlu diperhatikan/dipelajari
secara baik. (Tjokoridimulyo, 2004, dalam Muhammad Ikhsan Saifuddin, 2012)
2.3.4 Air
Faktor air sangat mempengaruhi dalam pembuatan beton, karena air dapat
bereaksi dengan semen yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga
berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena kelebihan air akan menyebabkan
penurunan kekuatan beton itu sendiri. Selain itu, kelebihan air akan menurunkan
mutu dan mengakibatkan beton mengalami bleding, yaitu air akan bergerak ke
atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan
menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan mengakibatkan
beton menjadi lemah. Air pada campuran beton akan berpengaruh pada :
1.
Mutu beton.
2.
3.
4.
5.
penggunaan beton. Jumlah air yang digunakan tentu tergantung pada sifat material
yang digunakan. Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan
mengganggu proses pengerasan atau ketahanan beton. Pengaruh kotoran secara
umum dapat menyebabkan :
1.
2.
3.
4.
5.
yang tawar, tidak berbau, dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat
merusak beton, seperti minyak, asam, alkali, garam atau bahan-bahan organis
lainnya yang dapat merusak beton atau tulangannya. (Tata Cata Perhitungan
Standar Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002)
Selain untuk reaksi pengikatan, dapat juga untuk perawatan sesudah beton
dituang. Air untuk perawatan (curing) harus memiliki syarat-syarat yang lebih
tinggi dari air untuk pembuatan beton. Keasamannya tidak boleh PHnya > 6, juga
tidak dibolehkan terlalu sedikit mengandung kapur.
2.4
kayu. Campuran beton kemudian dicetak dan dirawat (curing) selama 28 hari.
Karakteristik beton yang diukur adalah kuat tekan (compressive strength) dan
bobot isi.
Selain itu, dalam pembuatan beton ringan ini juga melalui tahap
pemeriksaan atau pengujian material yaitu uji berat jenis dan penyerapan agregat,
uji kadar lumpur, uji analisa saringan, dan uji bobot isi atau berat isi dari agregat
baik gembur maupun padatnya, sedangkan untuk semen portlandnya langsung
diambil dari spesifikasi dalam semen portlandnya itu sendiri.
P=
F
A
Dengan : F
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (2.1)
Pada mesin uji tekan benda diletakkan dan diberikan beban sampai benda
runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja seperti gambar di bawah ini.
A l
p
BJ SSD =
A
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -(2.2)
(A C) - D
Dengan : BJ SSD
Untuk agregat kasar, kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70
mikron (0,074 mm) maksimum 1%. Sedangkan untuk agregat halus, kadar lumpur
atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm atau No.200) dalam
persen maksimum (SK-SNI-T -15-1990-03).
- Untuk beton yang mengalami abrasi sebesar 3%.
- Untuk AH sebesar 5%.
Pengujian ini dilakukan dengan rumus :
KL =
BA - BAK
x100 % - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -(2.3)
BA
Dengan : KL
BA
BAK
Makin besar nilai MHB suatu agregat semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar 1.50 3.8. Nilai ini juga
dipakai sebagai dasar untuk perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat
campuran nilai MHB yang biasa bisa dipakai sekitar 5.0 6.0.
Selain MHB ada pula dinamakan gradasi agregat. Gradasi dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapatkan campuran
beton yang baik kadang-kadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat.
Untuk itu pengetahuan mengenai gradasi inipun menjadi penting. Dalam
pekerjaan beton yang banyak dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang
harus memenuhi standar, namun untuk keperluan yang khusus sering dipakai
agregat ringan atau agregat berat.
II
III
IV
10
100
100
100
100
4.8
90-100
90-100
90-100
95-100
2.4
60-95
75-100
85-100
95-100
1.2
30-70
55-90
75-100
90-100
0.6
15-34
35-59
60-79
80-100
0.3
5-20
8-30
12-40
15-50
0.15
0-10
0-10
0-10
0-15
= Pasir Kasar
b.
- Gembur
- - - - - - - - - - - - (2.5)
- Padat
- - - - - - - - - - - - - - (2.7)
s=
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (2.8)
dimana :
s
= Standar deviasi
x1
dimana :
M
= Nilai tambah
Pengujian
Deviasi
Kurang dari 15
15
1,16
20
1,08
25
1,03
30 atau lebih
1,00
b.
c.
Nilai slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar
diperoleh beton yang mudah dituangkan, dipadatkan dan diratakan.
d.
e.
Tabel 2.7 Perkiraan kekuatan tekan beton (Mpa) Beton dengan FAS dan agregat
kasar yang biasa di pakai di Indonesia.
Kekuatan tekan (MPa)
Jenis semen
Semen Portland
28
29
17
23
33
40
Batu dipecahkan
19
27
37
45
Bentuk
Bentuk Uji
Silinder
Tipe I
20
28
40
48
Batu dipecahkan
25
32
45
54
21
28
38
44
Kubus
Tipe II, V
Silinder
Semen Portland
Tipe III
Batu dipecahkan
25
33
44
48
25
31
46
53
Kubus
Batu dipecahkan
30
40
53
60
f.
2.5
data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya
hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya
instrumen pengumpulan data. Pengujian instumen biasanya terdiri dari uji
validitas dan reliabilitas.
Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan.
Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk
mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen
yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Sedangkan Uji
reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini
kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang
sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas
instrumen mencirikan tingkat konsistensi.
2.5.1 Metode korelasi
Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan
kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih.Semakin nyata
hubungan linier (garis lurus), maka semakin kuat atau tinggi derajat hubungan garis
lurus antara kedua variabel atau lebih.Ukuran untuk derajat hubungan garis lurus ini
dinamakan koefisien korelasi.Korelasi menyatakan derajat hubungan antara dua
variabel tanpa memperhatikan variabel mana yang menjadi perubah. Karena itu
hubugan korelasi belum dapat dikatakan sebagai hubungan sebab akibat.Untuk
Interpretasi koefisien nilai r pada korelasi dan pengunaan teknik korelasi dapat
dilihat pada tabel 2.8 dan 2.9.
Keterangan :
- Hubungan positif menyatakan hubungan semakin besar nilai pada variabel X,
diikuti pula perubahan dengan semakin besar nilai pada variabel Y
- Hubungan negatif menyatakan hubungan semakin besar nilai pada variabel X,
diikuti pula perubahan dengan semakin kecil nilai pada variabel Y.
- r = 1,00 menyatakan hubungan yang sempurna kuat; r = 0,50 menyatakan
hubungan sedang; dan 0,00 menyatakan tidak ada hubungan sama sekali (dua
variabel tidak berhubungan).
Tingkat Hubungan
0,800 1,000
Sangat kuat
0,600 0,799
Kuat
0,400 0,599
Cukup kuat
0,200 0,399
Lemah
0,000 0,199
Sangat lemah
1.
Nominal
1.
Koefisien Kontingensi
2.
Ordinal
1.
Spearman Rank
2.
Kendal (tau)
1.
2.
Korelasi Ganda
3.
Korelasi Parsial
3.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (2.17)
dimana :
rxy
= Nilai Variabel X
= Nilai Variabel Y
Yi=bl+b2Xi+ui - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (2.19)
Tidak ada autokorelasi antar kesalahan (antara ui dan uj tidak ada korelasi)
atau secara matematis Cov (ui,uj/Xi,Xj)= 0;