Anda di halaman 1dari 23

STASIUN GILINGAN

Stasiun gilingan berfungsi untuk memerah nira dari tebu semaksimal mungkin
dan mencegah kehilangan nira seminimal mungkin baik secara chemist,
misalnya kerusakan nira/inverse karena bakteri Leuconostoc sp. dan fisis,
misalnya nira terbawa oleh ampas.
Sebelum tebu masuk ke gilingan,
tebu mendapat proses pendahuluan, yaitu CC I dan CC II (Cane Cutter I &
II),yang berfungsi untuk memotong tebu menjadi potongan-potongan kecil dan
ada juga Unigrator yang berfungsi untuk menghancurkan, menyayat tebu,
sehingga membentuk serabut dan mudah untuk diperah, selain itu juga
digunakan untuk membuka sel batang tebu. Sehingga alat pemerah ini dapat
memisahkan nira semaksimal mungkin.
Peralatan di Stasiun Gilingan dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :
1.)

Pesawat angkat/ angkat tebu

Contoh
2.)

Pesawat pengerjaan pendahuluan

Contoh
3.)

: Cane Cutter I & II dan Unigrator

Pesawat pemeras/gilingan

Contoh
4.)

: Lori, truk dan traktor

: Gilingan I-IV

Pesawat penggerak

Contoh
Unigrator

: Mesin yang menggerakkan alat gilingan, Cane Cutter dan

Alat penggerak pada stasiun gilingan ada 2 bagian, yaitu :


a.)
Alat penggerak dari tenaga uap yang berasal dari ketel, yang digunakan
pada Gilingan II & III
b.)
Alat penggerak dari tenaga listrik/Elektromotor, yang digunakan pada
Gilingan I & IV
v Spesifikasi alat pada pendahuluan :
1.)

Lier tebu (Penarik lori)

Fungsi

: Menarik lori tebu ke landasan meja tebu

Mesin Penggerak
Cara Kerja
a.)

: Elektromotor
:

Alat ini dapat berputar 2 arah, yaitu maju dan mundur

b.)
Alat ini digunakan untuk menggerakkan tromol, menggulung kabel agar lori
tebu ditarik
2.)

Hoist Crane

Fungsi
Mesin Penggerak

: Mengangkat tebu dari lori atau truk ke meja tebu


: Elektromotor

Cara Kerja

a.)

Tebu yang berada dalam lori ditarik kemudian dipindahkan ke meja tebu

b.)

Kapasitas 15 ton

Mempunyai 2 macam gerakan, yaitu :


a.)

Gerakan Vertical

Untuk mengangkat tebu dari lori keatas meja tebu


b.)

Gerakan Horizontal

Untuk memindahkan tebu dengan ketinggian tertentu terhadap meja tebu


3.)

Meja Tebu

Fungsi
a.)

:
Mengatur umpan tebu ke Cane Preparation agar rata dan stabil

b.)
Menampung tebu dari Hoist Crane dan masuk ke Cane Carrier dan
dipotong di Cane Cutter
Mesin Penggerak

: Elektromotor

Cara Kerja

Tebu yang berada diatas meja tebu digerakkan oleh elektromotor menuju Cane
Cutter melalui Cane Carrier.
Pada meja tebu terdapat Pos PMT (Premi Mutu Tebu) yang digunakan untuk
mengawasi tebu apakah sudah bersih atau masih kotor.
4.)

Cane Carier

Fungsi

: Alat pembawa tebu ke alat pencacah (Cane Cutter dan

Unigrator)
Cara Kerja
Cane

: Tebu yang jatuh dari meja tebu dibawa Cane Carier ke

Cutter
5.)

Cane Cutter I & II

Fungsi
kecil
Mesin Penggerak
Cara Kerja
dipotong,

: Untuk memotong tebu menjadi potongan-potongan


: Elektromotor
: Tebu dari Cane Carier masuk ke Cane Cutter untuk

sehingga proses pemerasan menjadi mudah


6.)

Unigrator

Fungsi
serabut

: Menghancurkan, menyayat tebu sehingga membentuk

dan mudah untuk diperah, proses ini tanpa merusak struktur


sel tebu
Mesin Penggerak

: Elektromotor

Cara Kerja
: Tebu dari Cane Carier masuk dalam keadaan mendatar
dan bersinggungan dengan hama. Alat Unigrator berputar berlawanan dengan
putaran Cane Carier. Tebu dilemparkan keatas terus menerus oleh hammer
kemudian diparut oleh landasan, hal ini dilakukan terus menerus sampai tebu
menjadi serabut.

v Peralatan/ Mesin pada Stasiun Gilingan :


a.)

Feeding Roll

Feeding Roll (Roll Pengumpan) yang terletak diatas Roll depan, roll tersebut
digerakkan oleh mesin uap dengan gigi-gigi roll, sehingga 1 unit gilingan akan
berputar semua. Fungsinya untuk mengatur umpan ke roll gilingan.
b.)

Gilingan

Berfungsi untuk memeras tebu, untuk menghasilkan nira semaksimal mungkin.


Dalam 1 unit gilingan terdiri atas :
1.)

Roll atas

Bergerak naik turun setelah adanya tekanan hidrolik, sehingga dapat


memeras nira.
2.)
3.)
4.)
-

5.)

Roll depan
Bersama dengan roll atas memeras nira yang masuk ke gilingan.
Roll belakang
Bersama dengan roll atas memeras nira.
Roll pengumpan/Feeding Roll
Mengumpan ampas pada celah antara roll atas dan roll depan.

Plat ampas

Tempat ampas halus dari proses pemerasan nira pertama ke proses


pemerasan nira kedua.
6.)
7.)
-

Penahan plat ampas


Tempat untuk penyetelan plat ampas.
Bed Plat
Tempat penampungan nira.

8.)
-

Saluran nira (Talang Nira)


Tempat pengaliran nira menuju bak penampung nira.
Proses pada Stasiun Gilingan :

1.)
Tebu diangkut dan dinaikkan diatas lori, lalu diangkat oleh Hoist Crane
untuk diletakkan di meja tebu.
2.)
Tebu diangkut dan masuk ke Cane Carier I untuk dipotong di Cane Cutter I,
kemudian dipotong lagi di Cane Cutter II.
3.)
Tebu yang telah terpotong menjadi bagian yang lebih kecil tersebut
dihaluskan lagi oleh Unigrator, tujuannya untuk membuka sel-sel nira dalam
tebu.
4.)
Hasil ampas yang keluar kemudian jatuh ke Cane Carier II dan masuk ke
Gilingan I. Dalam Gilingan I ada proses pemerasan yang mengasilkan NPP (Nira
Perasan Pertama) yang mengalir ke talang getar dan NPP ini masih murni.
5.)
Hasil ampas perasan Gilingan I dilanjutkan ke Gilingan II oleh IMC I (Inter
Mediete Carier I). Nira hasil perasan Gilingan II mengalir menuju ke talang getar
(Vibrating Screen) yang bertujuan untuk memisahkan nira dari ampasnya,
sedangkan ampasnya masuk ke IMC II untuk diperah di Gilingan III.
6.)
Nira hasil perasan Gilingan III diimbibisikan ke Gilingan II, sedangkan
ampasnya masuk ke IMC III untuk diperas di Gilingan IV dengan penambahan
imbibisi yang bersumber dari air kondens yaitu air hasil dari penguapan stasiun
Proses, nira hasil dari Gilingan IV diimbibisikan ke Gilingan III dan ampasnya
untuk bahan bakar di ketel.
Ampas dibedakan menjadi 2, yaitu :
a.)

Ampas halus

Digunakan pada stasiun pemurnian sebagai campuran untuk memisahkan


blotong
b.)

Ampas kasar

Digunakan sebagai persediaan bahan bakar pada ketel.


Ditalang gilingan I-IV ditetesi Desinfektan yang bertujuan untuk menghilangkan
bakteri yang merugikan dalam proses pembuatan gula, yaitu bakteri
Leuconostoc Sp.

v Pada bak penampung yaitu NPP dan NPL ditambahkan susu kapur dan asam
phospat.
- Fungsi dari susu kapur yaitu:
1.) Menyeimbangkan pH dalam nira mentah
2.) Membantu menyempurnakan proses reaksi selanjutnya
3.) Mengendapkan kotoran dalam nira

- Fungsi dari asam phospat yaitu:


1.) Sebagai inti endapan
Ca(OH) 2 + H3PO4 Ca3 (PO4) 2 + H2O
2.) Memperbaiki struktur endapan
3.) Menyerap koloid/zat melayang dan warna.

STASIUN PEMURNIAN
Proses pemurnian bertujuan untuk mengasingkan bukan gula semaksimal
mungkin dengan menjaga kehilangan gula seminimal mungkin.
Cara pemurnian di stasiun pemurnian di bagi menjadi 3 yaitu:
1.
Cara Defikasi, yaitu pemurnian nira dengan cara menambahkan susu
kapur (Ca(OH)2)
2.
Cara Sulfitasi, yaitu pemurnian nira dengan cara menambahkan susu
kapur (Ca(OH)2) di netralkan dengan sulfur oksida (SO2).
3.
Cara karbonatasi yaitu pemurnian nira dengan cara penambahan Ca(OH)2
dan gas CO2
Di PG. Watoetoelis menggunakan proses sulfitasi.
Bahan-bahan yang ditambahkan pada proses pemurnian:
1.

Susu kapur (Ca(OH)2)

2.

Gas belerang (SO2)

3.

Flokulant

Proses pemurnian:
Nira mentah hasil perahan dari stasiun gilingan di alirkan menuju Boulogne
untuk ditimbang. Kemudian nira mentah tersebut ditampung dalam peti
tampung nira mentah tertimbang yang ada di bawah Boulogne.
Dari peti tampung nira mentah tertimbang di pompa menuju pemanas
pendahuluan 1 (PP1). Disini nira mentah dipanaskan pada suhu 75oc- 80oc yang
bertujuan untuk :
1.

Mempercepat reaksi selanjutnya

2.

Membunuh jasad renik

3.

Menggumpalkan koloid

Selanjutnya nira masuk ke defecator 1 dan diberi susu kapur dengan tujuan:
1.

Menetralkan pH pada nira mentah (pH netral 7,0- 7,2)

2.

Membantu menyempurnakan reaksi selanjutnya

3.

Mengendapkan kotoran dalam nira

Reaksi yang terjadi:


CaO+ H2O

Ca(OH)2+ E

Ca(OH)2+ H3PO4

Ca3(PO4)2+ H2O

Dari defecator 1 campuran nira dan susu kapur masuk ke defecator 2 dan
ditambahkan susu kapur hingga pHnya mencapai 8,2- 8,0. Luapan campuran nira
dengan susu kapur dari defecator 2 masuk ke bejana sulfitasi.
Fungsi proses sulfitasi untuk menetralkan kelebihan susu kapur dengan
penambahan gas SO2 hingga pHnya mencapai 7,2.shingga membentuk inti
endapan (CaSO3) yang bersifat menyerap kotoran lain.

Reaksi yang terjadi:


SO2+ H2O
H2SO3
Ca2+ + SO33-

H2SO3
2H + SO3
CaSO3

Setelah itu, nira dialirkan ke pemanas pendahuluan II (PP II) untuk dipanaskan
lagi dengan suhu 100-105C yang bertujuan untuk :
1.

Menyempurnakan reaksi gas belerang

2.

Mempercepat proses reaksi selanjutnnya

3.
Menurunkan viscositas dan densitas nira sehingga mempercepat pross
pengendapan.
Kemudian nira melewati flash tank yang berfungsi untuk melepaskan
gas- gas yang masih terlarut agar tidak mengganggu proses endapan. Dari flash
tank nira masuk ke snow boolling untuk diberi larutan flokulant yang berfungsi
untuk mempercepat proses pengendapan dengan mengikat flok- flok pada
endapan nira.
Selanjutnya nira masuk ke door clarifer (DC) dan terjadi proses
pengendapan sehingga diperoleh nira jernih dan nira kotor. Nira jernih akan
dialirkan menuju ke peti tampung nira jernih sedangkan nira kotor dialirkan ke
rotary vacuum filter (RVF).
Sebelum nira kotor masuk ke rotary vacuum filter, nira dialirkan ke
mixer bagasilo untuk dicampurkan dengan bagasilo (ampas halus) yang
berfungsi untuk membantu penapisan. Setelah itu nira kotor masuk ke rotary
vacuum filter, disini dipisahkan antara nira tapis dan blotong. Nira tapis
dikembalikan ke peti tampung nira mentah tertimbang sedangkan blotong
dibuang ke luar pabrik untuk diolah sebagai bahan kompos.

Cara kerja rotary vacum filter

Nira kotor dari door clarifier (DC) dialirkan ke RVF dengan pompa,
sebelumnya nira kotor diaduk dimixer bagasilo untuk ditambahkan ampas halus
sehingga mempermudah pemisahan antara nira tapis dan blotong. Nira kotor
menempel pada permukaan RVF dan disiram dengan air untuk mengikat nira
tapis yang ada pada nira kotor. Kemudian nira tapis dipompa menggunakan
pompa filtrate menuju ke peti tampung nira mentah tertimbang. Pompa vacuum
menarik blotong sehingga menempel pada permukaan RVF yang kemudian
blotong dibuang ke luar pabrik.

STASIUN PENGUAPAN

A.

PENDAHULUAN

Proses penguapan adalah langkah proses pemisahan air dari nira encer dari hasil
proses pemurniaan yang masih mengandung air sekitar 85 % dari setiap
bagianya.
Fungsi stasiun penguapan :
Berguna untuk menguapkan sebagaian air yang masih terkandung dalam nira
encer (80-85% dan mencapai kekentalan brix 65%)
Di Pabrik Gula Watoetoelis proses penguapan dilakukan secara quadrupple effect
yaitu empat penguapan dihubungkan seri maupun paralel.

TINJAUAN PROSES PENGUAPAN:


Nira encer dari stasiun pemurnian masih mengandung air yang sangat tinggi,
untuk menjadi hasil gula/kristal, air yang terkandung dalam larutan harus
dipisahkan.
Proses pemisahan air dalam pabrik gula ada 2 tahap ;
1.

Stasiun penguapan : untuk menguapkan air

2.

Stasiun kristalisasi : menguapkan lanjut yang diikuti pembentukan kristal.

Syarat syarat didalam stasiun penguapan :


Waktu penguapan sangat pendek
Tidak terjadi kerusakan gula
Proses penguapan harus efektif dan efisien (dengan pemakaian biaya yang
paling rendah )

B.

SPESIFIKASI ALAT DI STASIUN PENGUAPAN :

1.

EVAPORATOR

Fungsi: menguapkan air yang terdapat dalam nira

Di PG Watoetoelis mempunyai evaporator sebanyak 6 buah yang terdiri dari:


1.

EVAPORATOR I A / BP I A

Tekanan uap bekas

: 0,5 cmHg

Suhu

: 110-120C

Luas pemanas
2.

: 1500 m

EVAPORATOR I B/BP IB

Tekanan uap nira

: 0,5 cmHg

Suhu pemanas

: 120-125C

Luas pemanas

: 900 m

3.

EVAPORATOR II / BP II

Tekanan uap
Suhu pemanas

: 0,2 cmHg
: 90C

Luas pemanas
4.

: 800 m

EVAPORATOR III / BP III

Vacum

: 30 35 cmHg

Suhu

: 60 70 C

Luas pemanas
5.

: 800 m

EVAPORATOR IV / BP IV

Vacum

: 60-62 cmHg

Suhu nira

: 50C

Luas pemanas
6.

EVAPORATOR V / BP V

Luas pemanas

2.

: 800 m

: 750 m

KONDENSOR EVAPORATOR

Fungsi: untuk mendinginkan uap nira dari badan akhir.


Ketinggian kondensor / kaki barometris dari permukaan tanah 10,5 11 m
3.

POMPA VACUM

Fungsi : untuk mengeluarkan udara yang tak mengembun, dampak


memperingan pembentukan vacum.
4.

POMPA INJEKSI

Fungsi: memompa air injeksi ke kondensor untuk mendinginkan uap nira.


5.

POMPA KONDENSAT

Fungsi: pengeluaran konden dari hasil heat transfer tiap badan.


6.

POMPA NIRA KENTAL

Fungsi: untuk mengeluarkan nira kental dari badan penguap akhir,


mengeluarkan nira dari kondisi vacum ke kondisi dengan tekanan atmosfer.
7.

KACA PENGLIHAT

Fungsi: untuk mengamati tinggi rendanya nira dalam evaporator.


8.

PIPA JIWA

Fungsi: mengalirkan nira yang telah mengalami pemanasan dan mengalir ke


badan penguapan dan selanjutnya dipanaskan lagi.
Terletak dibagian tengah dalam evaporator.
9.

KONDENS SPOT

Fungsi: untuk menarik air kondens dari evaporator secara otomatis dan bekerja
pada kondisi vacum.
10.

PETI NIRA KENTAL

Fungsi: menampung nira yang sudah mengalami proses penguapan.


11.

PETI NIRA KENTAL SULFITIUR

Fungsi: mereaksikan nira kental dengan SO

C.

PROSES DI STASIUN PENGUAPAN

Pertama nira dari gilingan dipompa ke PP I, kemudian dipompa melalui


sulfitasi ke PP II langsung masuk ke door clarifier, kemudian masuk ke badan I di
dalam badan I dipanaskan dengan uap bekas. Pada badan I tekanan masih
belum vacum tetapi dilengkapi dengan pipa ammonia yang berhubungan dengan
udara luas sedangkan gas-gas yang tidak berembun dapat dibuang langsung
tanpa melalui kondensor. Setelah dari badan I masuk ke badan II melalui pipa
didalam badan II di uapkan menggunakan uap dari badan I yang disebut uap
nira. Proses tersebut berjalan terus menerus sampai badan IV. Nira mengalir
karena adanya perbedaan tekanan pada setiap badan. Dan proses kerja didalam
badan II-IV menggunakan vacum. Semakin nira di badan akhir tekanan badannya
semakin rendah, sehingga titik didih nira semakin rendah. Titik didih yang
rendah diperlukan karena sukrosa tidak tahan pada suhu yang tinggi karena
dapat mengalami inveksi. Nira dari badan akhir dikeluarkan menggunakan alat
penggeluaran nira dan dialirkan ke peti nira kental, nira keluar dari badan akhir
mempunyai brix 60- 65% dan Be 30- 32. Dari setiap evaporator menghasilkan air
kondens/air embun yang akan ditampung di peti air kondens. Air kondens juga
dianalisis untuk mengetahui apakah dalam air mengandung kadar gula atau
tidak. Apabila didalam air kondens mengandung gula maka digunakan untuk air

siraman pada puteran dan gilingan. Jika tidak mengandung gula maka akan
dibawa ke ketel.
Di dalam badan penguapan terdiri dari:
1.

DAM LEDENG

Fungsi: untuk mengeluarkan uap nira atau masuknya uap bekas.


2.

PIPA PEMANAS

Fungsi: tempat keluanya nira yang digunakan untuk mempercepat proses


penguapan atau memanaskan nira.

D.

PEMBERSIHAN KERAK

Sebelum membersihkan kerak, evaporator BP di nonaktifkan terlebih dahulu.


Kerak disebabkan dengan adanya pengendapan dan penempelan larutan yang
apabila hasil kaitannya terlampau. Penempelan kerak pada dinding pemanas
dapat mempengaruhi trensfer panas dan kapasitas penguapan, maka dari itu
perlu diperhatikan pada kerja BP agar memperoleh hasil yang efektif :
1.

Tekanan uap nira harus sesuai.

2.

Pengeluaran embun, gas ammonia, dan udara harus lancar.

3.

Pembersihan evaporator dilakukan dengan benar.


Kekerasan struktur kerak digolongkan sebagai berikut :

1.

LUNAK / SOFT

Kerak ini terdapat pada badan I yang terdiri dari komponen organik dan phospat
dan kerak ini mudah dihilangkan / dibersihkan.
2.

COMPACT COHERING SCALE

Kerak ini mudah untuk dilepaskan, dan terdapat pada BP I yang mengandung
kerak karbonat.
3.

KOMPAK

Kerak ini sukar untuk di sekrat karena terdiri dari asam silikat.
4.

KRISTALIN

Kerak ini sukar di sekrat karena terdiri CaSO4 sehingga bentuk kerak ini sangat
keras.
Pelaksanaan pembersihan kerak
Kerak bersifat isolator terhadap panas sehingga perlu dilakukan
pembersihan agar fungsi dari alat dapat dijalankan sesuai apa yang diinginkan.
Langkah pembersihan dibagi menjadi 2 yaitu :
1.

Pembersihan secara kimia

Yaitu pembersihan dengan memberikan bahan kimia seperti soda api dan soda
abu (NaOH), agar kerak menjadi lunak sehingga mudah untuk dibersihkan.
2.

Pembersihan secara mekanis

Dilakukan dengan menggunakan alat alat sekrap terlebih dahulu, kemudian di


lakukan pembersihan dengan air.

Cara penyekrapan :
1.
Memasukkan voltabio 2219 dan soda padat ke dalam bp dan ditambahkan
dengan air untuk badan penguapan I dan II terdiri dari 30 kg soda api sedangkan
badan penguapan no III dan IV terdiri dari 40-50 kg soda api.
2.
Membuka afsluiter pembuangan gas dan uap air kemudian dipanasi
dengan uap baru selama 2 jam.
3.
Setelah soda masak afsluiter uap ditutup larutan soda di tap / dibuang
sampai bersih sedangkan sisanya dibersihkan dengan air dingin.
4.
Setelah itu dibiarkan sampai dingin dan dilakukan penyekrapan hingga
pipa pipa bersih dari kerak.
5.
Untuk mengontrol bersih tidaknya pipa dilakukan penerangan lampu yang
di sorotkan dari bawah tromol, apabila telah bersih pipa tersebut dapat
memantulkan cahaya.

E.

PEMBUATAN VACUM

Alat vacum terdiri dari :


1.

Kondensor

2.

Pompa air injeksi untuk memompa air pendingin kedalam kondensor

3.
Pompa vacum untuk menarik udara dalam kondensor untuk membentuk
kondisi vacum dalam evaporator.
Cara membuat vacum :
Vacum di buat didalam kondensor sebelum itu uap nira dari badan penguapan
agar dapat mengalir ke kondensor diperlukan adanya perbedaan tekanan,
sebelum badan penguapan dijalankan terlebih dahulu harus dibuat vacum
dengan cara menghisapkan udara yang terdapat di badan penguapan dengan
menggunakan pompa vacum karena tekanan pada badan penguapan lebih besar
dari pada kondensor uap nira pada badan terakhir akan masuk kedalam
kondensor untuk mengalami pengembunan yang akan terjadi penurunan
tekanan uap (vacum).

STASIUN MASAKAN

Stasiun Masakan adalah stasiun yang beroperasi untuk memperoleh gula dengan
cara kristalisasi. Kristalisasi dapat diartikan sebagai proses pembentukan kristal
padat dari suatu larutan nira kental.
Tujuan Stasiun Masakan :
Mengambil kristal gula dari nira kental sebanyak-banyaknya agar
diperoleh tetes dengan kadar gula rendah.
-

Menguapkan sisa air yang tidak menguap di penguapan.

Bahan-bahan yang digunakan di Stasiun Masakan :


-

Masakan A

HK Masakan A
-

: Nira kental, klare SHS dan leburan gula D


: 80 83

Masakan D

HK Masakan D

: Klare D, Stroop A dan fondan


: 59 60

Peralatan yang digunakan di Stasiun Masakan :


1.

Vacuum Pan (VP)

Fungsi : Untuk memasak nira kental sehingga menjadi kristal


2.

Palung Pendingin

Fungsi : Untuk mendinginkan hasil masakan A dan D agar terjadi proses


pengkristalan berlanjut
3.

Kondensor

Fungsi : Untuk mendiginkan


Proses pada Stasiun Masakan :
Masakan A :
Tarik larutan nira kental 100 hl, kemudian tuangkan di pan A4 sampai
membentuk benangan, kemudian tarik leburan gula D. Setelah itu dilanjutkan
dengan pemberian klare SHS sampai volume maksimal 200 hl. Panaskan
dengan suhu 105 - 110 C sampai membentuk kristal kristal kecil yang
berukuran 0,5 0,6 ml. Kemudian masakan A4 dipecah menjadi A2 da A2 yang
masing-masing volumenya 100 hl. Lalu A2 ditambahkan lagi dengan nira kental
sampai volume maksimal 200 hl dan dipanaskan sampai membentuk kristalkristal gula yang berukuran 0,8 0,9 ml. A2 dipecah lagi menjadi A1 dan
ditambahkan dengan nira kental hingga mencapai volume maksimal 200 hl, lalu
A1 akan membentuk kristal-kristal gula yang berukuran 1 1,1 ml dan siap
diturunkan ke palung pendingin. Untuk masakan A tidak perlu dilakukan
pendinginan hingga 4 jam, masakan A dapat langsung diputar HGF. Masakan A
yang diputar di HGF menghasilkan gula A dan stroop A, lalu diputar di SHS yang
menghasilkan gula SHS dan klare SHS.

Masakan D :
Tarik stroop A 60 hl dan tarik klare D 40 hl, kemudian tuangkan sampai
membentuk benangan lalu masukkan fondan. Sistem ini dinamakan dengan
system Bombay, yaitu memasukkan atau menarik larutan kemudian diberi
bibitan (fondan). Tarik stroop A lagi sampai volume maksimal 180 hl dan
dipanaskan dengan suhu 105 110 C sampai membentuk kristal-kristal kecil
yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Setelah membentuk
kristal-kristal kecil lalu dituangkan dan turun ke palung pendingin. Kemudian
didinginkan dengan suhu 55 - 60 C. Tujuan pendinginan sebelum diputar
adalah agar proses kristalisasi lebih sempurna. Proses pendinginan ini dilakukan
minimal 24 jam. Setelah didinginkan, lalu diputar di LGF. Masakan D yang diputar
diputeran LGF menghasilkan gula D1 dan tetes, lalu diputar lagi pada mixer dan
menghasilkan gula D2 dan klare D.
Hal-hal penting dalam proses masakan :
-

Bahan yang akan dimasak

Vacuum masakan

Uap

Suhu uap : 105 110 C

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan krisalisasi :


-

Uap pemanas (0,5 kg/cm2)

Vacuum (Diatas 60 cmHg)

Kualitas bahan yang akan dimasak

Cara menurunkan masakan :


-

Tutup vacuum

Tutup uap pemanas

Buka manhole bawah, lalu gula akan turun

Syarat-syarat masakan yang akan diturunkan :


-

Masakan sudah tua dan kristal rapat

Lapisan stroop tipis

Tidak ada kristal palsu

Kristal palsu dapat dihilangkan dengan cara dicuci dengan nira kental sebelum
kristal rapat. Apabila kristal sudah rapat, maka cukup dengan cara dicuci dengan
air
-

Volume maksimal

Kesulitan dalam proses pemasakan :


-

Kondisi bahan kurang bagus

Vacuum kurang bagus (Dibawah 60 cmHg)

Uap bekas kurang bagus (Dibawah 0,5 kg/cm2)

STASIUN PUTARAN

Fungsi stasiun puteran adalah untuk memisahkan Kristal gula dengan larutan
induknya yang masih ada dalam Kristal gula hasil dari proses stasiun masakan.
Pemisahannya dengan alat pemutar yang didalamnya dilengkapi dengan
saringan. Di stasiun puteran dibagi menjadi 2 macam puteran yaitu:

Puteran discontinue (High Grade Fugal)


Di PG. Watoetoelis uteran HGF dibagi menjadi 2 bagian, yaitu puteran AB dan
puteran SHS.

cara kerja puteran AB


Puteran AB digunakan untuk memutar masakan A dari pan 4-8. Masakan A
dipindahkan dari palung menuju puteran AB dengan menggunakan pompa. Pada
puteran AB bertujuan untuk memutar masakan A dan menghasilkan gula A dan
stroop A. gula A ditambahkan air secukupnya untuk mempermudah
pengangkutan ke puteran SHS. Sedangkan stroop A turun ke penampungan dan
dipompa ke stasiun masakan.
cara kerja puteran SHS
Puteran SHS merupakan puteran yang menghasilkan gula SHS dan klare SHS.
gula dari puteran AB dipompa ke puteran SHS. Gula A ditampung di tromol untuk
diputar menjadi gula SHS yang kemudian turun ke talang getar yang dilengkapi
dengan saringan dan blower. Gula yang sudah mengering merupakan gula
produksi yang akan dilakukan pengepakan pada stasiun penyelesaian. Talang
getar berfungsi untuk mempercepat proses pengeringan gula dan membantu
gula bergerak ke talang getar selanjutnya untuk dilakukan proses pengemasan
atau packing.
Antara puteran AB dan puteran SHS memiliki perbedaan pada bagian proses
yaitu, dalam puteran SHS ada waktu tertentu untuk dilakukan penyeteaman
sebelum gula turun, penyeteaman dilakukan dengan uap. Sedangkan puteran AB
tidak dilakukan proses penyeteaman melainkan gula masuk diputeran dengan
RPM terntentu dan mencapai RPM maximal kemudian gula turun dan diskrap.

Puteran continue (Low Grade Fugal)


Puteran continue (puteran LGF) yang digunakan untuk memisahkan gula D1
dengan tetes dan gula D2 dengan klare D.
cara kerja di puteran LGF
Proses puteran masakan D:

Masakan D yang akan diputar berasal dari palung pendingin yang kemudian
dipompa menuju feed mixer. Masakan D diputar diputeran D1 untuk memisahkan
gula D1 dengan tetes. Gula D1 keluar ke talang dan ditampung dalam magma
mingler D1 untuk diputar lagi pada puteran D2, sedangkan tetes keluar melalui
saringan dan masuk ke penampungan tetes.
Diputeran D2 gula turun ke mixer dan ditambahkan dengan air lalu diputar
sehingga menghasilkan gula D2 dan klare D. Gula D2 turun ke peti
penampungan dan dipompa ke stasiun masakan, yang ditampung dipan 4-8
untuk dimasak menjadi bahan gula A. Sedangkan klare D dialirkan kembali
menuju pan 1-3 di stasiun masakan.

STASIUN PENYELESAIAN

Pada stasiun penyelesaian dilakukan:


Pengeringan
Proses ini bertujuan untuk mengeringkan gula yang keluar dari puteran SHS
untuk mengurangi kadar air dalam gula agar lebih tahan lama. Pengeringan
dilakukan dengan menambah steam sehingga suhu akan naik dan air akan
menguap, karena gula SHS yang jatuh ketalang getar masih dalam kondisi
basah. Talang getar yang dilengkapi dengan blower yang berguna untuk
menghembuskan udara kering dengan suhu 80oc.

Penyaringan
Proses ini bertujuan untuk memisahkan antara gula produksi (gula halus dan
gula krikilan) dengan melewati saringan yang dipasang pada talang getar. Gula
hasil saringan di talang getar 4 dibawa ke tangga Jacob untuk menaikkan gula ke
talang getar atas. Sedangkan gula krikilan (gumpalan) tertahan pada saringan di
talang getar 4. Di talang getar atas gula disaring lagi untuk mendapatkan hasil
gula produksi yang bagus (kering). Kemudian masuk ke sugar bin dan dikemas
dalam sak innerbag dengan kapasitas 50kg.

Penimbangan
Penimbangan dilakukan dengan alat timbang yang kapasitasnya 50kg kemudian
gula disimpan dalam gudang.

LIMBAH DAN PENGOLAHANNYA

1.

LIMBAH PADAT

Limbah yang dihasilkan dalam bentuk padatan.

BLOTONG

Blotong berasal dari hasil penapisan nira kotor pada RVF (Rotary Vacuum Filter),
selain blotong hasil penapisan tersebut juga diperoleh nira tapis untuk diproses
kembali.
Pengolahan blotong
Dari RVF ( Rotary Vacuum Filter ) blotong langsung ditampung truk dan
selanjutnya diangkat ke pengolahan pupuk organik yang terletak Sidayu, Gresik
dan emplacement belakang PG.Watoetoelis.
Pengolahan blotong di PG.Watoetoelis
Blotong dicampur dengan abu, dengan perbandingan 3:1 dibiarkan dilahan
terbuka selama 1-2 minggu hingga keluar jamur, setelah keluar jamur blotong
ditata rapi dalam lahan yang terlindung dari sinar matahari untuk dikasih Bio
Starter yang berfungsi mematikan bakteri merugikan yang ada dalam blotong,
setelah dikasih Bio Starter lalu dipadatkan dan dicampur dengan menggunakan
LOTARY dan dimasukkan dalam karung, di dalam karung terdapat proses
pembentukan bakteri lalu ditata didalam gudang untuk penyimpanan sampai
ada yang membutuhkan.

LIMBAH ABU

Abu berasal dari sisa pembakaran ketel yang terbawa ke gas cerobong dan
ditangkap oleh DUST COLL ECTOR agar tidak terjadi polusi.
Cara kerja alat :
Abu ditangkap dan disemprotkan menggunakan air kemudian jatuh di bak
pengendap abu yang secara periodik dibersihkan abunya. Sedangkan air ex abu
dialirkan ke IPAL.

SDB (Sludge Drying Bed)

Berfungsi untuk mengeringkan (secara alami) abu yang dari bak pengendap.
Cara kerja :
Abu yang sudah kering (kadar air berkurang) dibersihkan ditampung dalam truck
melewati conveyor dan diangkut ke penampungan.
2. LIMBAH CAIR

1.
Ex
-

Limbah cair berasal dari : Limbah proses / pabrik + limbah air abu
: - Air eks pendingin metal gilingan
Air buangan dust collector

Air buangan sekrap di evaporator , JH

Air buangan pendingin palung masakan

2.

Air jatuhan kondensor

Ex: air pendinginan kondensor RVF, BP dan masakan

Proses pengolahan limbah cair :

a. Limbah air abu


Proses pengolahan limbah air abu :
* Bak penangkap abu 1/ parasendimentasi 1 / abu IPAL
Fungsinya: untuk mengendapkan abu dari ketel.
Ex: air abu/dust collecter masuk kedalam bak penangkap abu 1 IPAL melalui
saluran. Juga terdapat filter yang berfungsi untuk menyaring partikel abu halus
yang terlarut. Kemdian air mengalir ke bak penangkap abu 2.
* Bak penangkap abu 2 / prasedimentasi II
menangkap abu yang lolos dari penagkap abu I.
*Sludge IPAL / SDB (Sludge Drying Bed )
Abu yang sudah kering (kadar air berkurang) dibersihkan, kemudian diangkut
dengan conveyor ke penampungan.
sebelum air dipompa ke colling tower air dinetralkan terlebih dahulu dengan Di
dalam kolam netralisasidengan menggunakani tawas dan kapur.
* Colling tower
Yang terbuat drai sesek dan di susun secara zig-zag untuk mendinginkan air
limbah (secara alami) sebelum masuk ke kolam aerasi. Dari colling tower air
dipompa masuk ke kolam aerasi.

* Kolam aerasi
Fungsi : sebagai kolam proses degradasi material organik air limbah yang
dilakukan oleh bakteri aerobik yang membutuhkan suplay O dari udara bebas
untuk menjaga agar tumbuh dan aktif untuk mengurai limbah. suplay udara
bebas diinjeksi melalui unit ROOT blower melewati 100 bh diffluser yang ada di
dasar kolam. Fungsi ari microorganisme : menguraikan organik terlarut dalam air
limbah
* Kolam Penampung Awal
menampung air limbah dari kolam buffer dan sebelum dibuang ke sungai kolam
ini air limbah kembali didinginkan dengan bantuan spray suhu air 30C dan pH
7,4.

Didalam bak penampung diperlukan indikator untuk mengetahui baik buruknya


limbah sebagai indikatornya adalah berbagai jenis ikan.
* EFFLUENT IPAL / titik pelpasan
Yang didalamnya terdapat flowmeter / watermer untuk mengukur debit air yang
keluar dari IPAL air limbah diharapkan memiliki ambang batas

3.

Penanganan limbah air jatuhan kondensor di unit SPRAY POND

Limbah air jatuhan berasal dari pendingin kondensor


Evaporator vacuum pan
RVF ( Rotary Vacuum Filter )

Proses pengolahan limbah cair


* Bak penampung air jatuhan kondensor
Fungsi

: untuk menampung air jatuhan sebelum dipompa ke SPRAY POND

* SPRAY POND I
Fungsi : untuk menurunkan suhu air jatuhan dengan bantuan nozzle spray untuk
memperluas bidang kontak air jatuhan kondensor dengan udara
* Filter
Fungsi

: menyaring padatan larutan dalam air jatuhan kondensor

* Buffer
Fungsi : menampung air jatuhan kondensor setelah dipisahkan dari padatan
terlarut sebelum dipompa ke spray pond 2.
* SPRAY POND II
Fungsi
: untuk menurunkan suhu air jatuhan dari SPRAY POND I dan
menurunkan kandungan bahan organik terlarut. Pada SPRAY POND II ini
dilengkapi dengan bio ball sebagai tempat perkembangbiakan bakteri yang di
masukkan kedalam keramba.
3. LIMBAH UDARA
Macam-macam limbah udara:
1. Sisa pembakaran ketel
2. Sisa penetralan dipeti sulfitir

Pengolahan limbah udara:


1.
Udara buang dari ketel dilewatkan unit penangkap abu sebelum
dikeluarkan melalui cerobong pengoperasian DUST COLLECTOR yang dilengkapi

dengan sprayer air dengan demikian abu dapat ditangkap, lalu abu diendapkan
di bak pengendap, setengah itu airnya akan mengalir ke IPAL.
2.
Diupayakan sedikit mungkin gas SO2 yang terbuang dan sebanyak
mungkin gas SO2 terserap oleh nira.
4. LIMBAH B-3(Bahan Berbahaya dan Beracun)
Jenis-jenis Limbah B-3:
-

Oli bekas

Cara pengolahan : Dimanfaatkan sebagai pelumasan mesin, losi dll. akan tetapi
harus mendapatkan izin pemanfaatkan oli bekas dari Kementerian Lingkungan
Hidup.

ACCU Bekas

Cara pengolahan : Biasanya dimanfaatkan oleh pihak ke-3 yang mempunyai izin
dari menteri Lingkungan Hidup, misalnya: IMLI yang ada di Pasuruan.

Lampu TL bekas.

Cara pengolahan : Dikumpulkan di TPS, karena sampai saat ini masih mencari
solusi terbaik untuk memanfaatkannya, dan meminta izin dari mentri Lingkungan
Hidup.

Ketiga jenis Limbah B-3 tersebut diatas disimpan sementara dalam TPS (Tempat
Penyimpanan Sementara). Limbah B-3 yang berizin dari KLH Jakarta sebelum
dimanfaatkan atau diolah pihak III sendiri di Pabrik Gula.

UTILITY

KETEL
Ketel (boiler) merupakan suatu pesawat uap yang menghasilkan uap untuk
menggerakkan mesin uap digilingan, menggerakkan turbin alternator dan untuk
proses distasiun tengah.
Jenis- jenis ketel yaitu:
1.

Ketel Tekanan Rendah (KTR)

KTR memiliki kapasitas kurang dari 10ton/ jam.


Macam- macam KTR yaitu:
a. KTR no 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
b. WS 1, 2

2.

Ketel Tekanan Tinggi (KTT)

KTT memiliki kapasitas lebih dari 20ton/ jam.


Macam- macam KTT yaitu:

a.

Ketel Stork

Berkapasitas 20ton/ jam dengan tekanan 20kg/cm. Untuk menaikkan


tekanannya menggunakan angin, sehingga menghasilkan uap kering yang
digunakan untuk menjalankan mesin uap di stasiu tengah. Ketel stork
merupakan jenis ketel pipa air (airnya terletak didalam pipa). Temperatur dapur
stork yaitu 750oc, sedangkan temperatur pembakaran ampas(kasar) yaitu diatas
300oc. pembakaran ampas dilakukan didrum atas dan uap yang dihasilkan
dialirkan ke pipa- pipa (pipa uap).
Air yang digunakan adalah air kondens yang dipompa dari stasiun tengah,
dengan level air50- 70% dan dapat dipantau dari drum level.
Temperatur uap baru kurang lebih 325oc jika terlalu tinggi uap dispray sebelum
dialirkan ke stasiun gilingan sehingga mencapai suhu 170oc dan stasiun tengah
mencapai suhu 125- 120oc.
Alat- alat yang terdapat diketel stork yaitu:
1.
IDF untuk menghisap asap yang berada didalam dapur lalu keluar melalui
cerobong ketel
2.
FDF untuk menghembuskan udara didalam dapur ketel maupun dari
bawah atau samping.
3.

Pompa pengisi air

4.

Pompa turbin yaitu pengisi air drum di ketel

5.
Appendages yaitu alat pengaman di stasiun ketel. Yang terdiri dari felheg,
manometer, gelas penduga, steam flow dan water flow.
b.

Ketel Cheng chen

Berkapasitas 30ton/ jamdengan tekanan 30kg/cm2. Untuk menaikkan


tekanannya dengan udara terbuka sehingga menghasilkan uap kering yang
digunakan untuk menggerakkan turbin. Ketel Chengchen merupakan jenis ketel
pipa air, temperatur dapur ketel Chengchen yaitu 625oc. pembakaran ampas
dilakukan di ruang bakar dan uap yang dihasilkan dialirkan ke pipa superhidder.
Dengan temperatur uap baru 340- 370oc
Alat- alat yang terdapat diketel Chengchen yaitu:
1.
IDF untuk menghisap asap yang berada didalam dapur lalu keluar melalui
cerobong ketel.
2.
FDF untuk menghembuskan udara didalam dapur ketel maupun dari
bawah atau samping.
3.

Offan untuk menghamburkan asap dari umpan/ bagas feeder.

Cara kerja ketel

1.

Persiapan air

Air yang digunakan pada saat awal ketel beroperasi adalah air sumur yang
melalui proses penyaringan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengurangi
TDS (Total Disolved Solid). Air sumur ini juga digunakan untuk memenuhi
kekurangan kebutuhan air kondens. Setelah ketel, gilingan dan mesin-mesin di
stasiun tengah beroperasi secara normal maka air sumur digantikan dengan air
kondens yang berasal dari stasiun tengah.
Air kondens yaitu air yang dihasilkan dari stasiun penguapan atau masakan
dengan suhu 90- 110oC. air kondens memiliki kualitas yang lebih baik daripada
air softener, karena air softener mengandung resin dan kation.
Jenis- jenis air kondens:
a.

Air kondens negatif (tidak mengandung gula)=> digunakan untuk ketel

b.
Air kondens positif (mengandung gula)=> digunakan untuk penyiraman di
gilingan
2.

Dapur api atau pemanasan awal

Pemanasan penggunaan bahan bakar berfungsi sebagai umpan untuk


menghasilkan uap dan jika tekanan ketel sudah normal maka uap akan dialirkan
kehidder yang berfungsi untuk menampung uap sementara kemudian uap baru
dialirkan ke sentrla listrik (TA) yang berfungsi untuk menjalankan generator
turbin.
Generator turbin menghasilkan listrik yang berfungsi untuk electromotor,
temperatur dan uap baru yang suhunya kurang lebih 325- 350oC. listrik bisa
dialirkan ke beberapa pesawat lainnya jika uap sudah normal yang berfungsi
untuk mengurangi suhu panas. Dan apabila terjadi uap terlalu panas digunakan
spray desuperheater.

Syarat- syarat pendukung ketel:


a.
Level air kurang lebih 50-70% dari gelas penduga, air pengisi ketel harus
90oC
b.

Pipa ketel bersih, tidak terhambat atau tersumbat oleh kerak dari air

c.

Setiap 5 hari sekali pipa dibersihkan memakai blazer (uap)

Faktor- faktor yang menghambat proses kerja ketel


a.

Bahan bakar basah

b.

Kedudukan air terlalu tinggi

c.

Air pengisi dingin atau suhu dibawah 90oC

d.

Air dalam ketel terlalu kotor

AIR
Air merupakan bagian terpenting dari utility di pabrik. Selai digunakan
sebagai pelancar jalannya proses, juga digunakan untuk kebutuhan karyawan
yang tinggal di dekat pabrik.
v Air di PG. Watoetoelis yang digunakan sebagai pelancar proses dikenal dengan
4 macam :
I.

- Air proses

Digunakan untuk keperluan sehari-hari sebagai air imbibisi pada gilingan sebagai
air siraman pada puteran, pencucian gula pada pan masakan, membantu
pembuatan susu kapur, pencucian pada proses penapisan juga pendinginan
untuk bejana pengembunan dan mesin-mesin.
-

Air imbibisi

Kegunaan dari air imbibisi ini yaitu untuk membantu proses ekstraksi nira dari
tebu pada stasiun gilingan dan dapat diperoleh dari air kondensat yang suhunya
60-70C.
Pendinginan ini digunakan untuk mendinginkan mesin-mesin dan peralatan lai
misal : bantalan proses turbin gilinga, turbin pompa, palung pendingin, dll. Air
pendingin ini juga dapat diperoleh dari air sungai tersaring yang disimpan dalam
bak penampung, kelebihan air ini juga dipakai sebagai air injeksi kondensor.
-

Air ketel

Digunakan untuk air pengisi ketel pada permulaan operasi giling yang disambil
dari sungai tersaring dan dilakukan water treatment, selanjutnya diperoleh dari
air kondensat yang ditampung dalam pure water tank, jika kurang di tambahkan
air dari unit water treatment.
-

Air sanitasi

Digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Air-air yang digunakan tersebut berasal dari

a.

Air permukaan (air sungai)

Di peroleh dari sungai-sungai di sekitar pabrik. Yang diproses terlebih dahulu


dengan 2 cara :
Filtrasi : Yaitu penyaringan awal dengan kertas saring dan menyaring
lumpur dengan pasir sebagai saringannya
b.

Sedimentasi : Yaitu proses dengan mengendapka lumpur yang terikat.


Air tanah :

Air tanah ini diperoleh dari pengeboran tanah yang ada disekitar pabrik.
c.

Air kondent bebas gula

Air kondent bebas gula dihasilkan dari kondentsasi yang berasal dari steam.
Selain denga air sungai juga menggunakan air kondens, dimana air kondent ini
terutama di dapat pada stasiun penguapan. Steam dipakai untuk pemanas

pendahuluan (voor warmer), evaporator, dan pan masakan. Air kondent bebas
gula ini juga digunakan untuk campuran air pengisi ketel dan air imbibisi.
d.

Air kondent bergula

Air kondent ini digunakan dari uap nira pada evaporator dengan cara
kondentsasi pada evaporator akhir. Agar larutan nira lebih pekat dari evaporator
pertama.

II.

Persyaratan Air

Didalam persyaratan air ada 2 macam :


1.

Air proses

Air proses ini bergantung pada PH, alkanitas, kadar kalsium, magnesium,
karbondioksida, oksigen, kekeruhan, warna dan logam lainnya.

Hal yang diperhatikan untuk persyaratan air sebagai pendingin :

Hardness yang memberikan efek pada pembentukan kerak.

Besi yang menyebabkan korosi sekunder.

Silika yang memyebabkan korosi pada lapisan inhibitor.

2.

Air pengisi ketel

Air pengisi ketel ini berasal dari air sumur dan air kondent.
-

Air sumur

Air ini yang sudah di regenerasi yang punya kesadahan tinggi ( + 5D ), maka
perlu dilunakkan hingga ( + 0,1D ) dengan meggunakan Natrium Zeolit (resin)
yang mencegah adanya kesadahan yang disebabkan oleh ion (Ca2+ dan Mg2+)
selain pelunakan air sumur juga ditapis dengan menambahkan sibon yang
berfungsi untuk membersihkan kotoran.
-

Air kondent

Dengan persyaratan sebagai berikut :


1.

Nilai kesadahan : 0,1

2.

PH : 7,6 7,8

Pembangkit Uap (Steam)


Merupakan suatu bagian dari instalasi listrik untuk prosukdi uap yang digunakan
sebagai tenaga penggerak dalam pembuatan gula yang ada di PG. Watoetoelis.
Steam ini juga digunakan sebagai pemanas pada stasiun pemurnian, penguapan
dan masakan.

Anda mungkin juga menyukai