DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Stephanie Marcelina
2012.07.0.0003
Ardin Christian
2012.07.0.0009
2012.07.0.0022
Melinda Tanadi
2012.07.0.0027
Tiaranita Ramadhani
2012.07.0.0041
Dyah Maulidarahman
2012.07.0.0045
2012.07.0.0046
2012.07.0.0055
2012.07.0.0056
M Bagus Fadila
2012.07.0.0061
2012.07.0.0070
BAB 1
PENDAHULUAN
Anamnesis
(Lidah kemerahan dan sangat nyeri)
Candida Albicans
Eritematous
Pemeriksaan Klinis
DD: Thrush
Prognosis
Interpretasi hasil PP
Diagnosa akhir
(Acute Atropic Candidiasis)
Penatalaksanaan
Terapi
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pertanyaan Pada Pasien (Anamnesis)
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu
dengan berpedoman pada empat pokok pikiran dan tujuh butir mutiara anamnesis.
Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan
cara mencari data :
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan
adalah identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan
pekerjaan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang, Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis
lanjutan. Setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis
dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :
a. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
b. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
c. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
d. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
e. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
f. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
g. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.
2. Riwayat Penyakit Dahulu.Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa
sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi
obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang
dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama,
rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk
wanita).
3. Riwayat Penyakit Keluarga. Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada
tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus,
hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.
4. Riwayat sosial dan ekonomi. Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien,
yang meliputi pendidikan, pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering
dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obat-obatan, aktivitas
seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).
Berikut merupakan daftar pertanyaan yang harus diketahui saat Anamnesis pada
kasus pemicu kali ini, antara lain :
a. Identitas pasien
b. Apakah ada rasa sakit ?
c. Sejak kapan timbulnya lesi ? Sejak kapan mulai dirasakan adanya rasa sakit ?
d. Apakah ada lesi serupa di bagian tubuh lain ?
e. Terapi apa saja yang telah dijalani ?
f. Riwayat keluarga
g. Berapa lama telah meminum obat ?
Pemeriksaan klinis
Secara klinis permukaan mukosa terlihat merah dan licin, adanya rasa
sakit dan terbakar serta rasa kecap yang berkurang. Kandidiasis tipe ini
pd umumnya di temukan pada penderita yang mengkonsumsi antibiotic
jangka panjang.
Prosedur diagnosis
1. Deteksi dan pemeriksaan dari keadaan abnormal
Mendeteksi dan memeriksa lesi, nyeri atau ketidaknormalan. Kondisi yang
di kemukakan pasien sebagai keluhan adalah area yang harus menjadi
perhatian dokter.
2. Latar belakang dan pemeriksaan pasien
Merupakan sumber utama informasi meskipun latar belakang tidak
dikemukakan dalam kondisi ilmiah.
3. Pemeriksaan ulang
Merupakan langkah awal dari serangkaian proses analisis data dibentuk
dengan mengevaluasi semua informasi dan informasi baru yang diletakkan
dalam perspektif yang benar.
4. Klasifikasi dari keadaan tidak normal
Dibuat berdasarkan tampakan keadaan tidak normal.
5. List of possible diagnose
Tahapan yang bergantung dari pengetahuan dokter gigi dan hasilnya
adalah daftar acak dari diagnosis yang memungkinkan.
6. Menemukan perbedaan dari diagnose
List of possible diagnose disusun kembali dengan memperhatikan
beberapa criteria. Tahapan ini memungkinkan eliminasi beberapa
diagnosis.
7. Development of working diagnose
1 atau 2 dari kemungkinan diagnosis yang tersisa adalah working
diagnose, lalu setelah itu menetukan pilihan terapi yang tepat, pemeriksaan
penunjang dibutuhkan untuk lebih menentukan perbedaan antar diagnosis
yang memungkinkan.
8. Final diagnose
Dapat diperoleh melalui pemeriksaan laboraturium klinis untuk
mengeliminasi kemungkinan lain.
Surat rujukan :
Infiltrasi sel inflamasi kronis terlihat dengan jelas, baik di epitelium maupun di
lamina propria,
Faktor predisposisi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Gambaran klinisnya terlihat berupa lesi putih atau bercak kemerahan difus
pada mukosa yang kasar, atropi, sakit sekali, serta menetap dalam jangka
waktu yang lama. Pasien akan merasakan gejala seperti terbakar dan
perubahan rasa kecap. Lesi ini dapat terlihat pada mukosa mana saja, tetapi
lebih sering dijumpai di sepanjang dorsum lidah dan palatum, sering dijumpai
pada pasien dengan pengobatan steroid secara inhalasi. Pada lidah, lesi akan
terlihat sebagai permukaan yang tidak berpapila dan tidak berkeratin
dibandingkan dengan permukaan lidah lain yang mempunyai lapisan tebal.
2.11.1 Nystatin
Mekanisme :
Nystatin memiliki aktivitas antifungi (anti jamur), yaitu dengan mengikat sterol
(terutama ergosterol) dalam membran sel fungi. Nystatin tidak aktif melawan
organisme (contohnya: bakteri) yang tidak mempunyai sterol pada membran selnya.
Hasil dari ikatan ini membuat membran tidak dapat berfungsi lagi sebagai rintangan
yang selektif (selective barrier), dan kalium serta komponen sel yang lainnya akan
hilang. Aksi utama nystatin adalah melawan Candida (Monilia) spp.
Farmakokinetik :
Nystatin tidak dapat diserap oleh saluran cerna, kulit dan vagina.
Pada penggunaan PO, nystatin dieliminasi dalam bentuk untuh melalui feses.
Efek Samping :
Nystatin dapat ditolerir oleh semua umur, termasuk untuk pemakian jangka
lama.
2.11.2 Amfoterisin B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.
Mekanisme kerja :
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur
sehingga
membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan
menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.
Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan
kolesterol pada membran sel hewan dan manusia.
Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan
reseptor sterol pada membran sel.
Farmakokinetik :
Absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.
Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3% dari jumlah
yang diberikan.
Efek samping :
50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam
dan menggigil.
Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama
flusitosin.
2.11.3 Caspofungin
Caspofungin merupakan derivat semi sintetik dari pneumo-candin B yang merupakan
hasil fermentasi lipopeptid jamur Glarea lozoyensis.
Mekanisme Kerja :
Caspofungin menghambat sintesis protein (1,3)-D-glucan yang merupakan komponen
dinding sel jamur.
Farmakokinetik :
Dosis :
Pada pasien aspergillosis dosis yang dianjurkan 70 mg pada hari pertama dan 50
mg/hari untuk hari selanjutnya. Setiap dosis harus di infuskan dalam periode 1 jam.
Efek samping
Efek samping yang sering dijumpai yaitu demam, adanya ruam pada kulit, dan mual.
Secara umum caspofungin dapat ditoleransi lebih baik disbanding amphotericin B.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinis secara intra oral
dan ekstra oral, bahwa pasien di diagnosis mengalami Acute Atropic Candidiasis. Ini
disebabkan karena penggunaan antibiotic jangka panjang, sehingga pasien sebaiknya
menghentikan terapi antibiotic.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous, (online).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23362/3/Chapter%20II.pdf)
2. Brickel SL, Langbis RP dan Miller CS.2002.Oral Diagnose,Oral Medicine and
Treatment Planning, Second ed.. BCc Dekcker Lisn.,Hamilton London.
3. Greenberg, M; Glick, M; Burkets Oral Medicine Diagnosis & Treatment 10th;
BC Decker Inc; New jersey, 2003; p:547-550; 63-65
4. Herawati, Erna. 2008. Makalah: Kandidiasis Rongga Mulut Gambaran Klinis
dan Terapinya.(online)(available at : http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/kandidiasis_rongga_mulut_pdf).
5. Lewis MAO dan PJ Lamey.1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta:
Widya Medika, hlm 41
6. Redhono Dhani, Wachid Putranto, Veronika Ika Budiastuti. 2012. Komunikasi
III : Hostory Taking Anamnesis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta / RSUD dr Moewardi
Surakarta, Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta, (online) (available at :
http://fk.uns.ac.id/static/file/Manual_Semester_II-2012.pdf)
7. Setiabudy dan Bahry, 2007. Farmakologi dan terapi, Departemen Farmakologi
danTerapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
8. Simatupang, M M. 2009. Candida Albicans. (online).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1935/1/09E01452.pdf),
diakses 8 September 2014)