Daftar isi
Daftar isi ................................................................................................................................. i
Prakata ................................................................................................................................. iv
Pendahuluan ......................................................................................................................... v
1
Ketentuan ........................................................................................................................ 6
4.1
5.3
Lampiran G (informatif):
Padanan klasifikasi jenis kendaraan .............................................................................. 59
6
Bibliography ................................................................................................................... 60
Gambar 1 -
Simpang prioritas wajib henti (gambar kiri) dan Simpang prioritas yang harus
mendahulukan kendaraan dari arah lain (gambar kanan). ............................. 7
Gambar 2 -
Gambar 3 -
Gambar 4 -
Gambar 5 -
Gambar 6 -
Tabel 2 -
Tabel 3 -
Tabel 4 -
Tabel 5 -
Faktor koreksi rasio arus jalan minor (Fmi) dalam bentuk persamaan .......... 12
Tabel 6 -
Tabel 7 -
Tabel 8 -
Tabel 9 -
Klasifikasi ukuran kota dan Faktor koreksi Ukuran Kota (FUK) ..................... 21
Tabel 10 -
Tabel 11 -
Tabel 12 -
FHS sebagai fungsi dari tipe lingkungan jalan, HS, dan RKTB ........................ 22
Tabel A.1 -
Tabel A.2 -
Tabel A.3 -
Tabel A.4 -
Kondisi arus lalu lintas masuk Simpang dan ukuran kota sebagai masukan
untuk pemilihan tipe Simpangyang paling ekonomis ................................... 26
Tabel A.5 -
Angka kecelakaan lalu lintas (laka) pada Jenis dan tipe Simpang tertentu
sebagai pertimbangan keselamatan dalam pemilihan tipe Simpang ............ 27
Tabel A.6 -
Detail Teknis yang harus menjadi pertimbangan dalam desain teknis rinci . 27
iii
Prakata
Pedoman kapasitas Simpang ini merupakan bagian dari penyusunan pedoman kapasitas
jalan Indonesia 2014 (PKJI'14), dalam upaya memutakhirkan MKJI97 diharapkan dapat
memandu dan menjadi acuan teknis bagi para penye- lenggara jalan, penyelenggara lalu
lintas dan angkutan jalan, pengajar, praktisi baik di tingkat pusat maupun di daerah dalam
melakukan perencanaan dan evaluasi kapasitas Simpang,. Istilah kapasitas Simpang yang
dipakai dalam pedoman ini sebelumnya disebut Simpang tak bersinyal.
Pedoman ini dipersiapkan oleh panitia teknis 91-01 Bahan Konstruksi dan Rekayasa Sipil
pada Subpanitia Teknis Rekayasa (subpantek) Jalan dan Jembatan 91-01/S2 melalui Gugus
Kerja Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 08:2007 dan
dibahas dalam forum rapat teknis yang diselenggarakan pada tanggal 7 Oktober 2013 di
Bandung, oleh subpantek Jalan dan Jembatan yang melibatkan para narasumber, pakar,
dan lembaga terkait.
iv
Pendahuluan
Pedoman ini disusun dalam upaya memutakhirkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
(MKJI'97) yang telah digunakan lebih dari 12 tahun sejak diterbitkan. Beberapa pertimbangan yang disimpulkan dari pendapat dan masukan para pakar rekayasa lalu lintas dan
transportasi, serta workshop permasalahan MKJI'97 pada tahun 2009 adalah:
1) sejak MKJI97 diterbitkan sampai saat ini, banyak perubahan dalam kondisi perlalu
lintasan dan jalan, diantaranya adalah populasi kendaraan, komposisi kendaraan,
teknologi kendaraan, panjang jalan, dan regulasi tentang lalu lintas, sehingga perlu dikaji
dampaknya terhadap kapasitas jalan; +perilaku lalu lintas+hirarki manajemen simpang
2) khususnya sepeda motor, terjadinya kenaikan porsinya dalam arus lalu lintas yang
signifikan;
3) terdapat indikasi ketidak akuratan estimasi MKJI 1997 terhadap kenyataannya,
4) MKJI97 telah menjadi acuan baik dalam penyelenggaraan jalan maupun dalam
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sehingga perlu untuk secara periodik
dimutakhirkan dan ditingkatkan akurasinya;
Indonesia tidak memakai langsung manual-manual kapasitas jalan yang telah ada seperti
dari United Kingdom, United State of America, Australia, Jepang, sebagaimana diungkapkan
dalam Laporan MKJI phase I, tahun 1993. Hal ini disebabkan terutama oleh:
1) komposisi lalu lintas di Indonesia memiliki porsi sepeda motor yang tinggi dan dewasa ini
semakin meningkat,
2) aturan right of way di Simpang dan titik-titik konflik yang lain tidak jelas sekalipun
Indonesia memiliki regulasi prioritas.
Pedoman ini merupakan pemutakhiran Simpang tak bersinyal dari MKJI'97. Selanjutnya,
pedoman ini disebut Pedoman Simpang sebagai bagian dari Pedoman Kapasitas Jalan
Indonesia 2014 (PKJI'14). PKJI14 keseluruhan melingkupi:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Pendahuluan
Kapasitas jalan luar kota
Kapasitas jalan perkotaan
Kapasitas jalan bebas hambatan
Kapasitas Simpang APILL
Kapasitas Simpang
Kapasitas jalinan dan bundaran
Perangkat lunak kapasitas jalan
Kapasitas Simpang
Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan ketentuan perhitungan kapasitas untuk keperluan perencanaan dan
evaluasi kinerja Simpang, meliputi kapasitas Simpang (C) dan kinerja lalu lintas Simpang yang
diukur oleh derajat kejenuhan (DJ), tundaan (T), dan peluang antrian (PA), untuk Simpang-3 dan
Simpang-4 yang berada di wilayah perkotaan atau semi perkotaan
Acuan normatif
Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk
melaksanakan pedoman ini, yaitu:
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.19 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan. Di prakata
PDT
PP55/2012 ttg kendaraan
3
Untuk tujuan penggunaan dalam Pedoman ini, istilah dan definisi berikut ini digunakan:
3.1
arus lalu lintas belok kanan (qBKa)
jumlah kendaraan-kendaraan yang membelok ke kanan dari suatu pendekat, dalam satuan
kendaraan per jam (kend/jam) atau satuan kendaraan ringan per jam (skr/jam)
3.2
arus lalu lintas belok kiri (qBKi)
jumlah kendaraan-kendaraan yang membelok ke kiri dari suatu pendekat, dalam satuan
kend/jam atau skr/jam
3.3
arus lalu lintas jam desain (qJD) Simpang
arus lalu lintas selama satu jam yang ditetapkan sebagai dasar desain, biasanya diperoleh dari
perkalian LHRT dengan faktor-k, dinyatakan dalam satuan skr/jam
3.4
arus lalu lintas total jalan mayor (qma)
jumlah kendaraan-kendaraan yang masuk Simpang dari semua arah jalan mayor, dalam satuan
kend/jam atau skr/jam
3.5
arus lalu lintas total jalan minor (qmi)
jumlah kendaraan-kendaraan yang masuk Simpang dari semua arah jalan minor, dalam satuan
kend/jam atau skr/jam
3.6
biaya siklus hidup (BSH)
adalah biaya pembangunan dan pengoperasian suatu Persimpangan selama kurun waktu
tertentu untuk melayani (menyalurkan) arus lalu lintas yang dapat dinyatakan dalam bentuk
1 dari 60
diagram hubungan antara BSH terhadap arus lalu lintas yang dilayani, bisa dinyatakan dengan
nilai uang
3.7
derajat kejenuhan (DJ)
rasio antara arus lalu lintas (q) terhadap kapasitas (C)
3.8
ekivalen kendaraan ringan (ekr)
faktor konversi untuk jenis kendaran sedang, kendaraan berat, dan sepeda motor dibandingkan
terhadap kendaraan ringan sehubungan dengan dampaknya terhadap kapasitas jalan. Nilai ekr
kendaraan ringan adalah satu
3.9
faktor-k atau K
faktor arus lalu lintas jam desain, dipakai untuk menghitung arus lalu lintas jam desain (qJD).
Nilainya berkisar antara 7% s.d. 12%. Nilai yang rendah digunakan untuk arus lalu lintas yang
padat dan nilai yang besar untuk arus lalu lintas yang lengang
3.10
faktor koreksi lebar pendekat rata-rata (FLP)
faktor koreksi nilai kapasitas dasar sehubungan dengan ketidak-bakuan lebar rata-rata pendekat-pendekat Simpang
3.11
faktor koreksi tipe median pada jalan mayor (FM)
faktor koreksi nilai kapasitas dasar sehubungan dengan ada atau tidaknya serta tipe median
jalan pada jalan mayor
3.12
faktor koreksi ukuran kota (FUK)
faktor koreksi nilai kapasitas dasar sehubungan dengan ukuran kota. Semakin besar ukuran kota
semakin banyak populasinya semakin padat lalu lintasnya, dan semakin agresif para
pengemudinya. Dalam konteks perkotaan, agresifitas pengemudi dilingkungan kota dan semi
perkotaan dianggap sama sehingga faktor koreksinya sama
3.13
faktor koreksi hambatan samping (FHS)
faktor koreksi nilai kapasitas dasar akibat tipe lingkungan jalan, hambatan samping, dan arus
kendaraan tak bermotor
3.14
faktor koreksi belok kiri (FBKi)
faktor koreksi nilai kapasitas dasar akibat arus lalu lintas belok kiri
3.15
faktor koreksi belok kanan (FBKa)
faktor koreksi nilai kapasitas dasar akibat arus lalu lintas belok kanan
3.16
faktor koreksi rasio arus jalan minor (FRmi)
faktor koreksi nilai kapasitas dasar akibat rasio arus lalu lintas dari jalan minor
3.17
hambatan samping (HS)
2 dari 60
interaksi antara arus kendaraan-kendaraan dan kegiatan samping Simpang jalan yang
menyebabkan menurunnya kapasitas jalan pada pendekat yang bersangkutan
3.18
jalan mayor dan jalan minor
jalan mayor adalah jalan yang tingkat kepentingannya tertinggi pada suatu Simpang, misalnya
dalam hal klasifikasi jalan. Pada Simpang-3, jalan yang menerus selalu ditentukan sebagai jalan
mayor dan jalan minor adalah jalan dengan tingkat kepentingan lebih rendah
3.19
jumlah lajur
banyaknya lajur jalan untuk satu arah arus lalu lintas, ditentukan oleh lebar rata-rata pendekat.
Jika lebar-rata-rata pendekat 5,5m, maka pendekat tersebut dikategorikan satu lajur untuk
arah masuk tersebut atau dua lajur untuk dua arah. Jika lebar rata-rata pendekat >5,5m, maka
pendekat tersebut dikategorikan dua lajur untuk arah masuk atau empat lajur untuk dua arah
3.20
kapasitas (C)
arus lalu lintas total maksimum yang masuk ke Simpang yang dapat dipertahankan selama
waktu paling sedikit satu jam dalam kondisi cuaca dan geometrik yang ada pada saat itu
(eksisting), dalam satuan kend/jam atau skr/jam
3.21
kapasitas dasar (Co)
arus lalu lintas total maksimum yang masuk ke Simpang yang dapat dipertahankan selama
waktu paling sedikit satu jam dalam kondisi cuaca dan geometrik yang baku, dalam satuan
kend/jam atau skr/jam
3.22
kendaraan berat (KB)
kendaraan bermotor dengan dua sumbu atau lebih, beroda 6 atau lebih, panjang kendaraan
12,0m atau lebih dengan lebar sampai dengan 2,5m, meliputi Bus besar, truk besar 2 atau 3
sumbu (tandem), truk tempelan, dan truk gandengan (lihat photo tipikal jenis KB dalam Lampiran
F). Arus KB dalam jaringan jalan kota sangat sedikit dan beroperasi pada jam-jam lengang
terutama tengah malam, sehingga dalam perhitungan kapasitas praktis tidak ada atau sekalipun
ada dikatagorikan sebagai kendaraan sedang
3.23
kendaraan ringan (KR)
kendaraan bermotor dengan dua gandar beroda empat, panjang kendaraan 5,5m dengan
lebar sampai dengan 2,1m, meliputi sedan, minibus (termasuk angkot), mikrobis (termasuk
mikrolet, oplet, metromini), pick-up, dan truk kecil (lihat photo tipikal jenis KR dalam Lampiran F)
3.24
kendaraan sedang (KS)
kendaraan bermotor dengan dua gandar beroda empat atau enam, dengan panjang kendaraan
>5,5m dan 9,0m, meliputi Bus sedang dan truk sedang (lihat photo tipikal jenis KS dalam
Lampiran F)
3.25
kendaraan tak bermotor (KTB)
kendaraan yang tidak menggunakan motor penggerak, bergerak ditarik oleh orang atau hewan,
termasuk sepeda, beca, kereta dorongan, dokar, andong, gerobak
3.26
3 dari 60
kelandaian (G)
kelandaian memanjang pendekat; jika menanjak ke arah Simpang maka diberi tanda positif; jika
menurun ke arah Simpang maka diberi tanda negatif, dinyatakan dalam satuan %
3.27
komersial (KOM)
lahan disekitar Simpang yang didominasi oleh kegiatan komersial (contoh: pertokoan, restoran,
perkantoran) dengan akses langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan
3.28
lebar pendekat (LP)
lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur di bagian tersempit atau diukur pada jarak
10m dari garis batas pertemuan dua lengan Simpang, yang digunakan oleh lalu lintas yang
bergerak masuk Simpang. Secara praktis, untuk lengan yang melayani dua arah arus lalu lintas,
LP adalah lebar lengan Simpang dibagi dua. Apabila pendekat tersebut sering digunakan untuk
parkir, maka LP yang ada harus dikurangi 2m
3.29
peluang antrian (PA)
peluang terjadinya antrian kendaraan yang mengantri di sepanjang pendekat, m
3.30
pendekat
jalur pada lengan Simpang untuk kendaraan mengantri sebelum masuk keSimpang melewati
garis henti. Bila gerakan lalu lintas ke kiri atau ke kanan dipisahkan dengan pulau lalu lintas,
lengan Simpang dapat mempunyai dua atau lebih pendekat. Pendekat jalan mayor disebut B
dan D, pendekat jalan minor disebut A dan C
3.31
permukiman (KIM)
lahan disekitar Simpang yang didominasi oleh tempat permukiman dengan akses langsung bagi
pejalan kaki dan kendaraan
3.32
Persimpangan
pertemuan dua atau lebih ruas jalan, dapat berupa Simpang atau Simpang APILL atau Bundaran
atau Simpang Tak Sebidang
3.33
rasio arus belok (RB)
perbandingan antara arus total belok dari semua lengan Simpang terhadap arus total Simpang
3.34
rasio kendaraan tak bermotor (RKTB)
perbandingan antara arus kendaraan tak bermotor terhadap jumlah arus kendaraan bermotor
dan kendaraan tak bermotor
3.35
rasio arus mayor terhadap arus minor (Rmami)
perbandingan antara arus lalu lintas total pada jalan mayor terhadap arus lalu lintas total pada
jalan minor
3.36
rasio arus jalan minor (Rmi)
4 dari 60
perbandingan antara arus lalu lintas total pada jalan minor terhadap arus lalu lintas total
Simpang
3.37
satuan kendaraan ringan (skr)
satuan arus lalu lintas, yaitu satuan arus dari berbagai tipe kendaraan yang diekivalenkan
terhadap kendaraan ringan, termasuk kendaraan sedang, kendaraan berat, dan sepeda motor,
dengan menggunakan nilai ekr
3.38
sepeda motor (SM)
kendaraan bermotor beroda dua dan tiga dengan panjang tidak lebih dari 2,5m dengan lebar
sampai dengan 1,2 meliputi motor, skuter, motor gede (moge), bemo, dan cator (lihat photo
tipikal jenis SM dalam Lampiran F)
3.39
Simpang
MKJI97 menamainya Simpang tak bersinyal, adalah salah satu jenis Persimpangan yang
merupakan pertemuan dua atau lebih ruas jalan sebidang yang tidak diatur oleh Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas (APILL).
3.40
Simpang APILL
Simpang sebidang yang dilengkapi Alat Pemberi Isyarat Lalu lintas (APILL) untuk pengaturan
lalu lintasnya. MKJI97 menamai Simpang bersinyal
3.41
Simpang perkotaan dan semi perkotaan
Adalah Simpang antara segmen-segmen jalan yang di sisi kiri dan atau kanannya terdapat
perkembangan lahan yang permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh
jalan, termasuk segmen jalan di atau dekat pusat perkotaan
3.42
tipe median jalan mayor
ada dua, yaitu tipe median sempit dan tipe median lebar. Tipe median lebar jika lebarnya cukup
untuk digunakan menyeberangi jalan mayor dalam dua tahap, lebarnya ditetapkan 3m.
3.43
tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2TT)
jalan yang jalur lalu lintasnya terdiri dari dua lajur, satu lajur untuk masing-masing arah lalu lintas
tanpa bangunan pemisah arah arus lalu lintas (median)
3.44
tipe jalan empat lajur dua arah tak terbagi (4/2TT)
jalan yang jalur lalu lintasnya terdiri dari empat lajur, dua lajur untuk masing-masing arah lalu
lintas tanpa median
3.45
tipe jalan empat lajur dua arah terbagi (4/2T)
jalan yang jalur lalu lintasnya terdiri dari empat lajur, dua lajur untuk masing-masing arah lalu
lintas dan dilengkapi median
3.46
tipe Simpang
5 dari 60
pengelompokan Simpang berdasarkan jumlah lengan Simpang, konfigurasi jumlah lajur jalan
minor, dan jumlah lajur jalan mayor. Tipe Simpang diberi kode tiga angka, angka pertama
menunjukkan jumlah lengan Simpang, angka kedua menunjukkan jumlah lajur pada pendekat
jalan minor, dan angka ketiga menunjukkan jumlah lajur pada pendekat jalan mayor. Kode
Simpang ada yang diberi tambahan huruf M pada angka ke 4, menunjukkan adanya median
pada jalan mayor. Contoh, 424 adalah Simpang-4 yang merupakan pertemuan antara jalan
minor tipe dua lajur dua arah, dan jalan mayor tipe 4 lajur 2 arah. Kode 424M menunjukkan
bahwa pada Simpang tersebut, jalan mayor memiliki median
3.47
tundaan (T)
waktu tempuh tambahan yang digunakan pengemudi untuk melalui suatu Simpang apabila
dibandingkan dengan lintasan tanpa Simpang. T terdiri dari Tundaan Lalu lintas (TLL) dan
Tundaan Geometrik (TG).TLL adalah waktu menunggu yang disebabkan oleh interaksi lalu lintas
dengan gerakan lalu lintas yang berlawanan. TG adalah waktu tambahan perjalanan yang
disebabkan oleh perlambatan dan percepatan kendaraan yang membelok di Simpang
3.48
ukuran kota (UK)
diukur dari jumlah penduduk dalam wilayah perkotaan tersebut, bukan ukuran luas wilayah
administratif
3.49
volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) Simpang
jumlah kendaraan yang memasuki Simpang dari semua lengannya selama beberapa hari (misal
7 hari) dibagi jumlah harinya, dinyatakan dalam satuan kend/hari atau skr/hari
3.50
volume lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) Simpang
jumlah kendaraan yang memasuki Simpang selama satu tahun dibagi jumlah hari dalam tahun
yang bersangkutan, dinyatakan dalam kend/hari atau skr/hari
3.51
volume lalu lintas total (Q)
jumlah kendaraan-kendaraan yang masuk Simpang dari semua arah, dinyatakan dalam
kend/hari atau skr/hari
4
4.1
Ketentuan
Ketentuan umum
4.1.1 Prinsip
1)
2)
Simpang dianggap berpotongan tegak lurus atau mendekati sudut perpotongan 90o,
berada pada alinemen datar, dan arus lalu lintas berada pada kondisi DJ lebih kecil atau
hingga 0,9.
6 dari 60
Gambar 1 - Simpang prioritas wajib henti (gambar kiri) dan Simpang prioritas yang harus
mendahulukan kendaraan dari arah lain (gambar kanan).
3)
Simpang dapat berupa Simpang-3 atau Simpang-4 yang dapat merupakan pertemuan
antara tipe jalan 2/2TT, atau tipe jalan 4/2T, atau kombinasi dari tipe-tipe jalan tersebut
(lihat tipe dan kode Simpang pada Lampiran A). Kriteria Simpang yang dipakai dalam
penetapan kapasitas dasar adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
4)
Kapasitas Simpang (C) ditetapkan dari jumlah arus lalu lintas yang memasuki Simpang
dari semua lengannya per satuan waktu, ditetapkan oleh perkalian antara kapasitas
dasar (C0) yaitu kapasitas dari suatu Simpang yang baku, yang dikoreksi oleh faktorfaktor yang merepresentasikan perbedaan geometrik, lingkungan, dan arus lalu lintas
eksisting terhadap kondisi Simpang yang baku.
5)
Perhitungan kapasitas didasarkan pada fakta empiris, sehingga hasil analisis harus
selalu diperiksa terhadap keberlakuan nilai empiris tersebut (Lihat Tabel A.1 pada
Lampiran A).
3)
pencapaian DJ0,85;
mempertimbangkan keselamatan lalu lintas.
Tabel A.5. pada Lampiran A dapat diguna-kan sebagai bahan pertimbangan), kelancaran
lalu lintas, dan lingkungan jalan, yang ke-seluruhannya diintegrasikan dalam desain
teknis rinci (detail engineering design, DED;
paling ekonomis, sesuai dengan kebutuhan dan kinerja lalu lintas yang diharapkan.
(Diagram pada Gambar A.2.A.3. atau Tabel A.4. dalam Lampiran A dapat digunakan
sebagai dasar pemilihan Tipe Simpang yang paling ekonomis. Sebagai contoh lihat
Gambar A.3., Simpang Tipe 422, paling ekonomis digunakan untuk melayani arus
7 dari 60
4)
5)
5)
6)
7)
4.2
berdasarkan nilai qJD yang dihitung menggunakan nilai faktor k yang berlaku.
Ketentuan teknis
adalah faktor K.
LHRT dapat diprediksi menggunakan data survei perhitungan lalu lintas selama beberapa hari
tertentu sesuai dengan pedoman survei perhitungan lalu lintas yang berlaku (DJBM, 1992).
Dalam survei perhitungan lalu lintas, kendaraan diklasifikasikan sesuai dengan Tabel 1. Jika
data yang tersedia dihimpun dengan klasifikasi yang lain, seperti cara DJBM (1992) baik yang
dirumuskan pada tahun 1992 maupun yang sesuai dengan klasifikasi Integrated Road
Management System (IRMS), maka data tersebut perlu disesuaikan dengan klasifikasi sesuai
8 dari 60
Tabel 1. Untuk tujuan praktis, Tabel padanan dalam Lampiran G, dapat digunakan untuk
mengkonversikan data lalu lintas dari klasifikasi IRMS atau DJBM (1992) menjadi data lalu lintas
dengan klasifikasi MKJI97 seperti pada Tabel 1. Klasifikasi MKJI97, dalam pedoman ini masih
juga digunakan. Dengan demikian, data yang dikumpulkan melalui prosedur survei yang
dilaksanakan sesuai klasifikasi IRMS maupun DJBM 1992, masih dapat juga digunakan untuk
perhitungan kapasitas sesuai dengan Pedoman ini.
Tabel 1 Klasifikasi jenis kendaraan
Kode
SM:
KR:
KS:
KB:
KTB:
Jenis kendaraan
Kendaraan bermotor roda 2 dengan
panjang tidak lebih dari 2,5m
Mobil penumpang, termasuk
kendaraan roda-3, dengan panjang
tidak lebih dari atau sama dengan
5,5m
Bus dan Truk 2 sumbu, dengan
panjang tidak lebih dari atau sama
dengan 12,0m
Truk dengan jumlah sumbu sama
dengan atau lebih dari 3 dengan
panjang lebih dari 12,0m
Kendaraan tak bermotor
Tipikal kendaraan
Sepeda motor, Scooter, Motor
gede (moge)
Sedan, Jeep, Station wagon,
Opelet, Minibus, Mikrobus,
Pickup,Truk Kecil,
Bus kota, Truk sedang
9 dari 60
C0, skr/jam
2700
3200
2900
3400
Jumlah lengan
Simpang
3
3
4
4
Jumlahlajur
jalan minor
2
2
2
2
Jumlah lajur
jalan mayor
2
4
2
4
10 dari 60
Jumlah lajur
(untuk kedua arah)
2
< 5,5m
LRP AC =
< 5,5m
LRP AC 5,5m
3)
4)
5)
6)
Tipe median
Faktor koreksi, FM
Tidak ada
1,00
Median sempit
1,05
Median lebar
1,20
8)
Untuk Simpang-3:
9)
keterangan:
RBKa adalah rasio belok kanan
4.2.2.10. Faktor koreksi rasio arus dari jalan minor
Fmi dapat ditentukan menggunakan persamaan-persamaan yang ditabelkan dalam Tabel 5 atau
diperoleh secara grafis menggunakan diagram dalam Gambar B.4. pada Lampiran B. Fmi
tergantung dari Rmi dan tipe Simpang. Agar diperhatikan ketentuan umum tentang keberlakuan
Rmi untuk analisis kepasitas (lihat Tabel A.3 dalam Lampiran A).
Tabel 5 - Faktor koreksi rasio arus jalan minor (Fmi) dalam bentuk persamaan
Tipe Simpang
422
424&444
322
324&344
Fmi
Rmi
1,19 x Rmi21,19xRmi+1,19
0,1-0,9
0,1-0,3
1,11xRmi21,11xRmi+1,11
0,3-0,9
1,19xRmi21,19xRmi+1,19
0,1-0,5
-0,595xRmi2+
0,5-0,9
0,595xRmi+0,74
16,6xRmi433,3xRmi3+25,3xRmi28,6xRmi+1,95
0,1-0,3
1,11xRmi21,11xRmi+1,11
0,3-0,5
-0,555xRmi2+0,555xRmi3+0,69
0,5-0,9
DJ
q
Fskr
ekrKR, ekrKS, ekrSM masing-masing adalah ekr untuk KR, KS, dan SM yang dapat
diperoleh dari Tabel A.1. dalam Lampiran A.
qKR, qKS, qSM masing-masing adalah q untuk KR, KS, dan SM
adalah kapasitas Simpang, skr/jam
4.2.4 Tundaan
Tundaan terjadi karena dua hal, yaitu tundaan lalu lintas (TLL) dan tundaan geometrik (TG). TLL
adalah tundaan yang disebabkan oleh interaksi antara kendaraan dalam arus lalu lintas.
Dibedakan TLL dari seluruh simpang, dari jalan mator saja, atau jalan minor saja. TG adalah
tundaan yang disebabkan oleh perlambatan dan percepatan yang terganggu saat kendaraankendaraan membelok pada suatu Simpang dan/atau terhenti. T dihitung menggunakan
persamaan 13.
13)
TLL adalah tundaan lalu lintas rata-rata untuk semua kendaraan bermotor yang masuk Simpang
dari semua arah, dapat dihitung menggunakan persamaan 14 dan 15 atau ditentukan
dari kurva empiris sebagai fungsi dari DJ (Gambar B.5 dalam Lampiran B).
(
Untuk DJ0,60:
Untuk DJ>0,60:
14)
15)
Tundaan lalu lintas untuk jalan mayor (TLLma) adalah tundaan lalu lintas rata-rata untuk semua
kendaraan bermotor yang masuk Simpang dari jalan mayor, dapat dihitung
menggunakan persamaan 16 dan 17 atau ditentukan dari kurva empiris sebagai fungsi
dari DJ (Gambar B.6. dalam Lampiran B).
(
Untuk DJ0,60:
Untuk DJ>0,60:
)
)
16)
17)
Tundaan lalu lintas untuk jalan minor (TLLmi) adalah tundaan lalu lintas rata-rata untuk semua
kendaraan bermotor yang masuk Simpang dari jalan minor, ditentukan dari TLL dan TLLma,
dihitung menggunakan persamaan 18.
18)
Keterangan:
qTOT adalah arus total yang masuk Simpang, skr/jam
qma
adalah arus yang masuk Simpang dari jalan mayor, skr/jam
TG adalah Tundaan geometrik rata-rata seluruh Simpang, dapat diperkirakan penggunakan
persamaan 19.
Untuk DJ<1:
) {
13 dari 60
, (detik/skr)
19)
20)
21)
Keterangan:
DJ
adalah derajat kejenuhan
Prosedur perhitungan kapasitas dan penentuan kinerja lalu lintas Simpang ditunjukkan dalam
bagan alir analisis Simpang pada Gambar 3. Terdapat tiga langkah utama, yaitu:
1)
2)
3)
Untuk desain Simpang baik desain baru maupun desain peningkatan yang lama dan evaluasi
kinerja lalu lintas Simpang, memiliki prosedur perhitungan yang secara umum sama.
Perbedaannya adalah dalam penyediaan data masukan. Untuk desain, perlu ditetapkan kriteria
desain (contoh, DJ maksimum yang harus diperuhi, T yang lebih kecil dari nilai tertentu) dan data
lalu lintas rencana. Untuk evaluasi kinerja, perlu data geometrik dan lalu lintas eksisting.
Sasaran utama dalam mendesain Simpang baru adalah menetapkan Tipe Simpang yang terbaik
untuk LHRT atau qJP masing-masing pergerakan baik dari jalan mayor maupun dari jalan minor
dengan kriteria desain tertentu. Data masukan utama pada langkah A adalah data arus lalu
lintas. Berdasarkan data lalu lintas tersebut, geometrik Simpang (Tipe Simpang) awal
diperkirakan dengan bantuan Tabel A.4. atau diagram-diagram dalam Gambar A.2-A.5.
Pemilihan Tipe Simpang awal, disesuaikan dengan kriteria desain yang ingin dicapai, misalnya
14 dari 60
DJ pada akhir tahun pelayanan harus 0,85. Langkah selanjutnya adalah menghitung Kapasitas
(Langkah B) dan menganalisis kinerja lalu lintas Tipe Simpang awal ini (Langkah C). Ikuti
prosedur perhitungan sebagaimana diuraikan dalam 5.2. dan 5.3.
Jika yang diperlukan hanya perhitungan kapasitas, maka hasil hitungan kapasitas adalah
luarannya. Jika yang diperlukan adalah evaluasi kinerja Simpang, maka lakukan langkah C dan
hasilnya adalah luaran langkah C. Jika yang diperlukan adalah perencanaan, setelah langkah C
lanjutkan dengan menguji kriteria desain, apakah telah dipenuhi atau belum. Jika terpenuhi,
maka Tipe Simpang awal adalah desain Simpang yang menjadi sasaran. Jika kriteria desain
belum terpenuhi, maka desain awal perlu dirubah, Lakukan langkah D, misal dengan
memperlebar pendekat atau meningkatkan Tipe Simpang. Hitung ulang kapasitas Simpang dan
kinerja lalu lintasnya untuk desain Simpang yang telah diubah ini sesuai dengan Langkah B dan
Langkah C. Hasilnya agar dievaluasi terhadap kriteria desain yang ditetapkan. Ulangi (iterasi)
langkah-langkah tersebut sampai kriteria desain Simpang tercapai.
Sasaran utama dalam melakukan evaluasi kinerja lalu lintas Simpang yang telah dioperasikan
adalah menghitung dan menilai DJ, T, dan PA yang menjadi dasar analisis kinerja lalu lintas
Simpang. Data utamanya adalah data geometrik, data lalu lintas, dan kondisi lingkungan
eksisting. Lakukan langkah B dan langkah C sesuai prosedur yang diuraikan dalam butir 5.2.
dan 5.3., kemudian buat deskripsi kinerja lalu lintas berdasarkan nilai DJ, T, dan PA yang
diperoleh.
Sasaran utama untuk peningkatan Simpang yang sudah ada adalah menetapkan Tipe Simpang
yang memenuhi kriteria desain Simpang yang ditetapkan. Data masukan untuk langkah A adalah
data geometrik eksisting, data arus lalu lintas per pergerakan baik dari jalan mayor maupun dari
jalan minor, dan umur rencana peningkatan untuk menghitung qJP dari masing-masing pendekat
pada akhir umur rencana. Langkah berikutnya adalah menghitung kapasitas dan kinerja lalu
lintas Simpang eksisting sesuai dengan langkan B dan langkah C. Bandingkan kinerja lalu lintas
eksisting dengan kriteria desain. Jika terpenuhi, maka Tipe Simpang terakhir adalah desain
Simpang yang menjadi sasaran. Jika kriteria desain belum terpenuhi, maka desain akhir tadi
perlu dirubah lagi, Lakukan langkah D. Perubahan desain ini misalnya dengan menerapkan
manajemen lalu lintas seperti pembatasan pergerakan belok kanan atau merubah Tipe Simpang.
Untuk desain Simpang yang sudah dirubah ini, hitung ulang kapasitas dan analisis kinerja lalu
lintasnya, kemudian bandingkan hasilnya dengan kriteria desain. Jika kriteria desain telah
dipenuhi, maka Tipe Simpang peningkatan tersebut adalah desain Simpang yang menjadi
sasaran. Jika kriteria desain belum juga terpenuhi, maka desain peningkatan perlu ditingkatkan
lagi. Ulangi (iterasi) langkah-langkah tersebut sampai kriteria desain Simpang tercapai.
Disediakan dua Formulir kerja untuk memudahkan pelaksanaan perhitungan dan analisis yang
dilampirkan dalam Lampiran D, yaitu:
1) Formulir-SIM I untuk penyiapan data geometrik, arus lalu lintas, dan kondisi lingkungan.
2) Formulir-SIM II untuk melakukan analisis lebar rata-rata pendekat dan penetapan tipe
Simpang, menghitung Kapasitas Simpang, serta menghitung dan menganalisis Kinerja lalu
lintas Simpang.
15 dari 60
MULAI
Ya
Bukan
LANGKAH C: MENETAPKAN KINERJA LALU
LINTAS SIMPANG
Langkah
Langkah
Langkah
Langkah
Ya
C.1:
C.2:
C.3:
C.4:
Bukan
Tidak
Ya
LUARAN
Kapasitas Simpang
Untuk evaluasi kinerja lalu lintas
Simpang eksisting, luarannya adalah DJ,
T, PA, dan deskripsi kinerja.
Untuk desain Simpang baru atau
peningkatan, luarannya adalah Tipe
Simpang yang memenuhi kriteriia desain
SELESAI
5.1
Data masukan terdiri dari data geometrik Simpang (A-1), data lalu lintas (A-2), dan data kondisi
lingkungan Simpang (A-3).
1)
sketsa arus lalu lintas yang menggambarkan berbagai gerakan dari setiap pendekat dan
nilai arusnya yang dinyatakan dalam satuan kend/jam
2)
3)
qJD dapat diperoleh sebagai hasil pengukuran arus lalu lintas eksisting (untuk melakukan
evaluasi kinerja), atau sebagai hasil prediksi (untuk menetapkan Tipe Simpang baru atau
peningkatan). Jika data lalu lintas yang tersedia dalam bentuk LHRT, maka qJD dapat dihitung
dengan menggunakan nilai faktor-k yang sesuai, qJD= LHRTxk. Jika nilai faktor-k tidak tersedia,
maka gunakan nilai default faktor-k yang nilainya berkisar antara 7%-12%. Nilai yang kecil agar
digunakan untuk Simpang dengan lalu lintas yang lebih padat dan yang besar untuk lalu lintas
yang lebih lengang atau lihat Tabel 6.
18 dari 60
Lingkungan jalan
Jalan di wilayah komersial dan jalan arteri
0,070,08
0,080,10
0,080,09
0,090,12
KS
SM
>3,0
60,0
4,5
35,5
(%)
1,0
1,03,0
55,5
3,5
41,0
5,0
0,51,0
40,0
3,0
57,0
14,0
0,10,5
63,0
2,5
34,5
5,0
34,5
5,0
<0,1
63,0
2,5
Catatan: qKM = arus lalulintas kendaraan bermotor.
Tabel 8 - Nilai normal variabel lalu lintas umum
Faktor
Nilai normal
Rmi
0,25
RBKi
0,15
RBKa
0,15
Fskr
0,85
19 dari 60
5.1.2.2 Perhitungan Rasio Belok (RB) dan Rasio arus jalan minor (Rmi)
qT,BKi=qA,Bki+qB,Bki+qC,Bki+qD,Bki
23)
qT,LRS=qA,LRS+qB,LRS+qC,LRS+qD,LRS
24)
qT,BKa=qA,Bka+qB,Bka+qC,Bka+qD,Bka
25).
26).
27)
28)
29).
Hitung rasio antara arus kendaraan tak bermotor dengan kendaraan bermotor dinyatakan dalam
satuan kend/jam:
30).
20 dari 60
Tabel 9 - Klasifikasi ukuran kota dan Faktor koreksi Ukuran Kota (FUK)
Ukuran kota
Sangat kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat besar
FUK
< 0,1
0,1 0,5
0,5 1,0
1,0 3,0
> 3,0
0,82
0,88
0,94
1,00
1,05
Pengkategorian Tipe Lingkungan Jalan ditetapkan menjadi tiga, yaitu komersil, permukiman, dan
akses terbatas. Pengkategorian tersebut berdasarkan fungsi tata guna lahan dan aksesibilitas
jalan dari aktivitas yang ada disekitar Simpang. Kategori tersebut ditetapkan berdasarkan
penilaian teknis dengan kriteria sebagaimana diuraikan dalam Tabel 10.
Tabel 10 - Tipe lingkungan jalan
Tipe Lingkungan Jalan
Kriteria
Komersial
Permukiman
Akses terbatas
Pengkategorian hambatan samping ditetapkan menjadi tiga yaitu Tinggi, Sedang, dan Rendah.
Masing-masing menunjukkan pengaruh aktivitas samping jalan di daerah Simpang terhadap
arus lalu lintas yang berangkat dari pendekat, misalnya pejalan kaki berjalan atau menyeberangi
jalur, angkutan kota dan Bus berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang,
kendaraan masuk dan keluar halaman dan tempat parkir di luar jalur. Ketiga kategori tersebut
ditetapkan sebagaimana diuraikan dalam Tabel 11
Tabel 11 - Kriteria hambatan samping
Hambatan samping
Tinggi
Sedang
Rendah
Kriteria
21 dari 60
Ketiga kondisi lingkungan tersebut yaitu kondisi lingkungan Simpang, kondisi HS Simpang, dan
besarnya RKTB digabungkan menjadi satu faktor koreksi lingkungan terhadap kapasitas dasar
sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 12. Lampiran E menyajikan beberapa contoh penetapan
HS dan FHS.
Tabel 12 - FHS sebagai fungsi dari tipe lingkungan jalan, HS, dan RKTB
Tipe lingkungan
jalan
FHS
HS
RKTB:0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
Tinggi
0,93
0,88
0,84
0,79
0,74
0,70
Komersial
Sedang
0,94
0,89
0,85
0,80
0,75
0,70
Rendah
0,95
0,90
0,86
0,81
0,76
0,71
Tinggi
0,96
0,91
0,86
0,82
0,77
0,72
Permukiman
Sedang
0,97
0,92
0,87
0,82
0,77
0,73
Rendah
0,98
0,93
0,88
0,83
0,78
0,74
Tinggi/Sedang/
Akses terbatas
1,00
0,95
0,90
0,85
0,80
0,75
Rendah
Catatan: Nilai koreksi hambatan samping pada Tabel 12 disusun dengan anggapan bahwa
pengaruh KTB terhadap kapasitas dasar adalah sama dengan pengaruh kendaraan
ringan, sehingga ekrKTB=1,0. Persamaan 31 di bawah ini dapat digunakan untuk
menghitung FHS jika diyakini dengan cukup bukti bahwa nilai ekrKTB1,0 (misal untuk
KTB berupa sepeda).
31)
5.2
Gunakan persamaan 2) yang dijelaskan pada 4.2.1. untuk menghitung kapasitas Simpang
dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
Langkah B.1: Lebar pendekat dan tipe Simpang.
Tetapkan lebar pendekat Simpang mengikuti uraian pada 4.2.1. tentang penetapan lebar ratarata pendekat (Gambar 2) kemudian tetapkan Tipe Simpang menggunakan Tabel 2
Langkah B.2: Tetapkan Kapasitas dasar.
Tetapkan C0 menggunakan Tabel 1 berdasarkan tipe Simpang sebagai luaran dari langkah B.1.
Langkah B.3: Faktor koreksi lebar pendekat FLP.
Tetapkan FLP berdasarkan lebar pendakat rata-rata, menggunakan salah satu persamaan 3
sampai dengan persamaan 7 yang sesuai atau ditetapkan menggunakan diagram dalam
Gambar B.1. pada Lampiran B
Langkah B.4: Faktor koreksi median jalan mayot (FM)
Tetapkan FM jalan mayor menggunakan Tabel 3 berdasarkan data keberadaan median dan
lebarnya.
Langkah B.5: Faktor koreksi ukuran kota (FUK)
Tetapkan FUK menggunakan Tabel 9 berdasarkan ukuran populasi kota yang bersangkutan.
Langkah B.6: Faktor koreksi hambatan samping (FHS)
22 dari 60
Tetapkan kategori lingkungan jalan, kategori hambatan samping, dan RKTB menggunakan Tabel
10 dan Tabel 11, kemudian hasil pengkategorian tersebut digunakan untuk menetapkan FHS
menggunakan Tabel 12
Langkah B.7: Faktor koreksi arus belok kiri (FBKi)
Tetapkan FBKi menggunakan persamaan 8 atau diagram dalam Gambar B.2. dalam Lampiran B,
Langkah B.8: Faktor koreksi arus belok kanan (FBKa)
Tetapkan FBKa menggunakan persamaan 9 dan 10 atau diagram dalam Gambar B.3 pada
Lampiran B
Langkah B.9: Faktor koreksi rasio arus jalan minor (FRmi)
Tetapkan Rmi menggunakan persamaan-persamaan yang sesuai dalam Tabel 4 atau
menggunakan diagram pada Gambar B.4. dalam Lampiran B.
Langkah B.10: Kapasitas Simpang
Hitung Kapasitas Simpang menggunakan persamaan 2.
5.3
Langkah C meliputi penentuan kinerja lalu lintas Simpang berdasarkan tiga parameter kinerja,
yaitu: 1) DJ, 2) T, dan 3) PA. DJ dihitung menggunakan persamaan 10 sampai dengan persamaan 12. T dihitung menggunakan persamaan 14 sampai dengan persamaan 19 atau
ditetapkan secara grafis menggunakan diagram pada Gambar B.5.-B.6. dalam Lampiran B. PA
dihitung menggunakan persamaan 20 dan 21 atau ditetapkan secara grafis menggunakan
diagram pada Gambar B.7. dalam Lampiran B. Formulir kerja untuk langkah C adalah Formulir
SIM-II (lihat Lampiran D).
23 dari 60
24 dari 60
Lampiran A (normatif):
Diagram-diagram dan tabel-tabel ketentuan umum
Jenis kendaraan
KR
KS
SM
QTOT<1000skr/jam
1,0
1,3
0,5
Tipe
Simpang
422
424
424M
444
444M
Pendekat jalan
mayor
Jumlah
lajur
1
2
2
2
2
Median
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Pendekat
jalan
minor
Jumlah
lajur
1
1
1
2
2
Tipe
Simpang
322
324
324M
344
344M
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Pendekat
jalan
minor
Jumlah
lajur
1
1
1
2
2
Simpang-4
Minimum
3,50
0,10
0,00
0,27
29
1
19
0,01
Maksimum
9,10
0,29
0,26
0,50
75
7
67
0,22
Pendekat jalan
mayor
Jumlah
lajur
1
2
2
2
2
Median
Rata-rata
4,90
0,26
0,29
0,29
56
5
32
0,07
Simpang-3
Minimum
3,50
0,06
0,09
0,15
34
1
15
0,01
Maksimum
7,00
0,50
0,51
0,41
78
10
54
0,25
25 dari 60
Rata-rata
5,40
0,17
0,13
0,38
56
3
33
0,08
Tabel A.4 - Kondisi arus lalu lintas masuk Simpang dan ukuran kota sebagai masukan
untuk pemilihan tipe Simpangyang paling ekonomis
Ukuran
Kota
1,0-3,0
juta
0,5-1,0
Juta
0,1-0,5
Juta
1,0-3,0
juta
0,5-1,0
Juta
0,1-0,5
Juta
Kondisi
Rasio
qma/qmi
(Rmami)
1/1
1,5/1
2/1
3/1
4/1
1/1
1,5/1
2/1
3/1
4/1
1/1
1/1
1/1
1/1
1/1
1,5/1
2/1
3/1
4/1
1/1
1,5/1
2/1
3/1
4/1
1/1
1/1
1/1
1/1
Rasio
qBKi/qBKa
10/10
25/25
10/10
25/25
10/10
25/25
10/10
25/25
10/10
25/25
10/10
25/25
424
424M
444
444M
<1600
<1600
<1650
<1750
<1750
<2000
<2000
<2050
<2150
<2200
<1650
<2050
<1350
<1650
1600
1600
1650
1750
1750
2000
2000
2050
2150
2200
1650
2050
1350
1650
1750
1750
1800
1900
2050
2150
2200
2200
2400
2600
1800
2300
1500
1800
2050-2400
2150-2400
2250-2450
2300-2600
2550-2850
2600-2950
2600-3000
2700-3100
2950-3250
3150-3550
2200-2450
2700-3100
1750-2000
2200-2450
322
<1600
<1650
<1650
<1750
<1750
<1600
<1650
<1750
<1750
<1800
<1650
<1650
<1350
<1350
324
1600
1650
1650
1750
1750
1600
1650
1750
1750
1800
1650
1650
1350
324M
1750
1900
2000
2200
2450
1750
1900
2050
2300
2550
-
26 dari 60
344
1750-1800
1750
1350
1450-1500
344M
2150-2300
2200-2450
2400-2600
2700-2950
2950-3150
2150-2300
2300-3450
2450-2600
2750-3000
3000-3250
1800-1900
1450-1500
-
Tabel A.5 - Angka kecelakaan lalu lintas (laka) pada Jenis dan tipe Simpang tertentu
sebagai pertimbangan keselamatan dalam pemilihan tipe Simpang
No.
1
2
3
4
5
6
7
Tipe/Jenis Persimpangan
Keterangan
0,60 laka/106kend.
0,43 laka/106kend.
0,30 laka/106kend.
40% lebih rendah
15-50% lebih tinggi
berkurang sedikit
lebih rendah dari 60%
Tabel A.6 - Detail Teknis yang harus menjadi pertimbangan dalam desain teknis rinci
No
Detail teknis
Fasilitas lajur untuk belok kiri sebaiknya disediakan agar gerakan belok kiri dapat
dilewatkan dengan konflik minimum terhadap gerakan kendaraan yang lain.
Lajur terdekat dengan kereb sebaiknya lebih lebar dari biasanya untuk memberikan
ruang bagi kendaraan tak-bermotor.
Lajur belok terpisah sebaiknya direncanakan diluar lajur utama lalu lintas, dan lajur
belok sebaiknya cukup panjang untuk mencegah antrian pada arus lalu lintas tinggi
yang panjang yang dapat menghambat lajur menerus. Lajur tambahan akan
memperlebar daerah Persimpangan yang berdampak negatif terhadap keselamatan.
Pulau lalu lintas di tengah sebaiknya digunakan jika lebar jalan lebih dari 10m untuk
memudahkan pejalan kaki menyeberang. Lajur belok kiri tambahan sebaiknya
mempunyai pulau untuk pejalan kaki.
Daerah konflik Simpang sebaiknya kecil dengan lintasan yang jelas untuk gerakan
yang konflik.
27 dari 60
422
424
322
424M
324
444
324M
344
444M
344M
Gambar A.2 - Panduan pemilihan tipe Simpang-3 yang paling ekonomis untuk ukuran kota
1-3 juta jiwa, qBKi dan qBKa masing-masing 10%
28 dari 60
Gambar A.3 - Panduan pemilihan tipe Simpang-4 yang paling ekonomis untuk ukuran kota
1-3 juta jiwa, qBKi dan qBKa masing-masing 10%
29 dari 60
22
Simpang - 4
Simpang - 4
L Satu Lajur Pendekat = 2,75m
UK 1-3 Juta Jiwa
Rm ami= 1/1 (R m i=0,5)
RBKi= 10%
RBKa= 10%
20
18
DJ=1,00
DJ=1,00
16
14
DJ=0,75
DJ=0,75
12
10
DJ=0,50
DJ=0,50
DJ=0,25
DJ=0,25
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
22
Simpang - 4
18
DJ=1,00
DJ=1,00
16
14
DJ=0,75
12
DJ=0,75
DJ=0,50
10
DJ=0,50
DJ=0,25
DJ=0,25
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
500
22
Simpang - 4
Simpang - 4
L Satu Lajur Pendekat = 2,75m
UK 1-3 Juta Jiwa
Rm ami=3/1 (Rm i=0,25)
RBKi= 10%
RBKa= 10%
20
18
DJ=1,00
DJ=1,00
16
14
DJ=0,75
DJ=0,75
12
DJ=0,50
DJ=0,50
10
8
DJ=0,25
DJ=0,25
30 dari 60
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
Simpang - 4
20
22
Simpang - 3
Simpang - 3
L Satu Lajur Pendekat = 2,75m
UK 1-3 Juta Jiwa
Rm ami= 1/1 (Rm i=0,5)
RBKi= 10%
RBKa= 10%
18
DJ=1,0
DJ=1,00
16
14
DJ=0,75
DJ=0,7
12
10
DJ=0,50
DJ=0,50
DJ=0,25
DJ=0,25
6
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
4
0
22
Simpang - 3
Simpang - 3
20
18
16
DJ=1,00
DJ=1,00
14
DJ=0,75
DJ=0,7
12
10
DJ=0,50
DJ=0,50
8
4000
3500
3000
2000
1500
1000
500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
2500
DJ=0,25
DJ=0,25
22
20
18
Simpang - 3
Simpang - 3
DJ=1,00
DJ=1,00
16
14
DJ=0,75
DJ=0,7
12
DJ=0,50
DJ=0,50
10
8
DJ=0,25
DJ=0,25
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
500
4
1000
20
Lampiran B (normatif):
Diagram-diagram dan tabel-tabel ketentuan teknis
32 dari 60
33 dari 60
34 dari 60
Gambar B.6 -Tundaan lalu lintas jalan mayor sebagai fungsi dari DJ
Gambar B.7 - Peluang antrian (PA, %) pada Simpang sebagai fungsi dari DJ.
35 dari 60
Lampiran C (informatif):
Contoh-contoh perhitungan kapasitas
Contoh 1: Simpang-4
Tugas:
a) Tentukan C, DJ, T, dan PA dengan denah geometrik Simpang dan data arus lalu
lintas seperti pada Gambar di bawah.
b) Bila DJ>0,85, usahakan untuk menurunkan nilai tersebut.
Simpang ini terletak di kota dengan populasi 2 juta jiwa, berada pada lingkungan
komersial dengan hambatan samping yang tinggi. Jalan BD merupakan jalan mayor.
Pendekat
BKi
C
LRS
BKa
9
0
4
2
73
3
32
41
9
0
4
5
BKi
D
LRS
BKa
37
2
15
2
705
26
289
0
7
1
4
42
BKi
A
LRS
BKa
102
3
68
40
80
3
53
31
60
2
41
24
BKi
C
LRS
BKa
78
1
45
7
925
14
539
10
111
2
65
78
Penyelesaian:
a) Gunakan Formulir SIM-I dan SIG-II untuk melaksanakan perhitungan C, DJ, T, dan PA.
Sebagai Langkah A, yaitu menetapkan data masukan, data lalu lintas per komposisi dan
arah, disusun dalam Formulir SIM-I pada bagian tabel yang diarsir. Kemudian konversikan ke dalam satuan skr/jam, jumlahkan per lengan Simpang sehingga diperoleh
jumlah arus lalu lintas yang masuk Simpang dari semua arah (qTOT, skr/jam).
36 dari 60
Selanjutnya, gunakan Formulir SIM-II dan isi data geometrik Simpang pada butir 1, di
bawah judul lebar pendekat dan tipe Simpang. Sebut pilihan 1 untuk kondisi eksisting
yang sedang dibahas. Masukan data geometrik Simpang pada tempat yang telah
ditentukan, yaitu jumlah lengan Simpang dan lebar pendekat pada masing-masing
lengan, dan tentukan Tipe Simpang.
Sebagai Langkah B, yaitu menghitung kapasitas, pada butir 2 di bawah judul Kapasitas,
berdasarkan Tipe Simpang, tentukan C0 dan faktor-faktor koreksi menggunakan tabel
dan diagram yang sesuai pada Lampiran A dan B, Kemudian hitung kapasitas, C
(skr/jam).
Sebagai Langkah C, yaitu menetapkan Kinerja, pada butir 3, di bawah judul kinerja lalu
lintas, hitung DJ dengan membandingkan qTOT dengan C. Selanjutnya hitung T dan PA
mengikuti rumus-rumus yang sesuai pada ketentuan teknis atau diagram-diagram yang
sesuai pada Lampiran B.
Hasil perhitungan memberikan:
C
= 2602skr/jam
DJ
= 1,1
TLL
= 20,9det/skr
Tmayor
= 13,8det/skr
Tminor
= 59,0det/skr
TG
= 4,0det/skr
T
= 24,9det/skr
PA berkisar antara 49%-97%
b)
Pada pilihan 1, DJ=1,1 >0,85, terlalu tinggi. Untuk menurunkan nilai ini, ada beberapa
pilihan yang dapat dilakukan. Pilihan 2 adalah dengan pemasangan rambu larangan
berhenti untuk menurunkan hambatan samping sehingga hambatan samping dianggap
menjadi rendah, maka kapasitas Simpang meningkat menjadi 2662skr/jam dengan
DJ=1,07 (perhitungan pada Formulir SIM-Ia dan SIG-II). Sekalipun demikian, pilihan 2 ini
belum memenuhi sasaran dan perlu upaya perbaikan.
Pilihan 3 adalah dengan memperlebar pendekat jalan mayor dari 3,9m-4,0m menjadi
6,0m. Kapasitas Simpang meningkat menjadi 3103skr/jam dan DJ=0,92 (perhitungan
pada Formulir SIM-Ia dan SIG-II). Pilihan 3 pun masih belum memenuhi sasaran.
Pilihan 4 adalah dengan menggabungkan Pilihan 2 dan Pilihan 3 yaitu menghilangkan
hambatan samping dan melakukan pelebaran pendekat jalan mayor. Pilihan 4 ini
menghasilkan Kapasitas sebesar 3176skr/jam dan DJ=0,9 (perhitungan pada Formulir
SIM-Ia dan SIG-II). Pilihan ini lebih baik dari sebelumnya tetapi belum memenuhi
sasaran.
Pilihan yang ke 5 melingkupi upaya-upaya yang meliputi :
- pelebaran pendekat jalan mayor menjadi 6,0m dan jalan minor menjadi 3,5m
- menghilangkan hambatan samping
- mengatur jalan minor C menjadi jalan searah (Pendekat C hanya merupakan jalan
keluar, dan arus lurus dari Pendekat A berubah menjadi belok ke kiri).
Pilihan yang ke 5 ini memberikan Kapasitas sebesar 3453skr/jam dengan DJ=0,83
(perhitungan pada Formulir SIM-Ib dan SIG-II). Pilihan 5 ini memenuhi sasaran yaitu
untuk menurunkan DJ menjadi <0,85 diperlukan upaya-upaya pada pilihan 5 ini.
37 dari 60
Formulir SIM-Ia
Tanggal:
SIMPANG
Ditangani oleh:
Kota:
Provinsi:
Jalan Mayor:
Jalan B - D
Jalan Minor:
Jalan A - C
Periode:
A
136
103
173
178
54
1478
124
1020
12
13
13
108
C
Median pada Jalan utama: Tidak ada
Sempit
Lebar
0
KR=
KS=
Faktor skr:
SM=
Faktor k:
qKTB
qKB Total
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
RB
kend/jam
102
102
68
34
173
140
0,42
40
80
80
53
27
136
111
qBKa
60
60
41
21
103
84
qTotal
242
242
11
162
82
412
335
qBKi
13
11
73
73
32
16
108
93
13
11
31
0,25
24
95
0,10
2
41
0,10
91
91
40
20
134
115
48
333
333
11
15
202
102
546
450
143
qBKi
78
78
45
23
124
102
925
925
14
18
539
270
1478
1213
111
111
65
33
178
147
qTotal
1114
1114
17
22
649
326
1780
1462
qBKi
37
37
15
54
48
705
705
26
34
289
145
1020
884
12
10
749
749
29
38
308
155
1086
942
44
1863
1863
46
60
957
481
2866
2404
139
qTotal
Minor+Mayor
qT,BKi
226
226
132
67
364
301
qT,LRS
1783
1783
46
60
913
458
2742
2301
qT,BKa
0,07
7
10
0,10
78
95
0,05
0,01
42
0,11
51
82
187
187
114
58
306
252
0,09
149
2196
2196
57
75
1159
583
3412
2854
0,20
282
Catatan:
Data arus lalu lintas per arah per komposisi ditandai dengan arsir
38 dari 60
Rmi = qmi/qTOT =
0,158
RKTB = qKTB/qKB =
0,083
Formulir SIM-Ib
Tanggal:
SIMPANG
Ditangani oleh:
Kota:
Provinsi:
Jalan Mayor:
Jalan B - D
Jalan Minor:
Jalan A - C
Periode:
A
103
309
54
178
1032
1602
13
13
108
Median pada Jalan utama: Tidak ada
Sempit
Lebar
Pilihan ke 5: Mengevaluasi pilihan 1 s.d. 4 yang memberikan nilai D J yang tinggi, maka perlu perubahan pengaturan arus lalu lintas
sebagai berikut, lihat sketsa arus lalu lintas di atas. Pendekat C menjadi satu arah sehingga L C=7,00m, arus lurus dari arah A dirubah
menjadi belok kiri, arus belok kiri dari B dirubah menjadi lurus, arus belok kanan dari D dirubah menjadi lurus. Sehingga arus berubah
menjadi sbb.:
KR, ekr = 1,0
qKTB
qKB Total
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
RB
kend/jam
182
182
121
61
309
251
0,75
71
0,25
24
60
41
21
103
84
qTotal
242
242
11
162
82
412
335
qBKi
13
11
73
73
32
16
108
93
13
11
2
41
0,10
91
40
20
134
115
48
333
11
15
202
102
546
450
143
1003
15
20
584
292
1602
1315
qBKa
111
111
65
33
178
147
qTotal
1114
1114
17
23
649
325
1780
1462
qBKi
37
37
15
54
48
712
712
27
35
293
147
1032
894
95
0,10
91
333
1003
qBKi
0,00
0
17
0,10
78
95
0,05
2
42
0,00
749
749
29
38
308
155
1086
942
44
1863
1863
46
61
957
480
2866
2404
139
qT,BKi
228
228
11
140
71
376
310
qT,LRS
1788
1788
45
59
909
455
2742
2302
qT,BKa
180
180
110
56
294
242
0,08
107
2196
2196
57
76
1159
582
3412
2854
0,19
282
qTotal
Minor+Mayor
skr/jam
60
Pendekat B
kend/jam
39 dari 60
Rmi = qmi/qTOT =
0,158
RKTB = qKTB/qKB =
0,083
0,11
75
100
FORMULIR SIM-II
SIMPANG
LANGKAH B: MENGHITUNG KAPASITAS
LANGKAH C: MENETAPKAN KINERJA
Tanggal:
Ditangani oleh:
Kota:
Provinsi:
Jalan Mayor:
Lingkungan Simpang:
Jalan Minor:
Hambatan Samping:
Periode:
Pilihan
Jumlah
Lengan
Simpang
Lebar Pendekat, m
Jalan Minor
Jumlah Lajur
Jalan Mayor
LBD
LP rata-rata
Jalan
Minor
Jalan
Mayor
Tipe
Simpang
LA
LC
LAC
LB
LD
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
3,00
3,00
3,00
3,90
4,00
3,95
3,48
422
3,00
3,00
3,00
3,90
4,00
3,95
3,48
422
3,00
3,00
3,00
6,00
6,00
6,00
4,50
424
3,00
3,00
3,00
6,00
6,00
6,00
4,50
424
3,50
7,00
5,25
6,00
6,00
6,00
5,63
424
Kapasitas
Dasar
C0
Lebar
pendekat
rata-rata
Median
Ukuran Kota
Jalan Mayor
Hambatan
samping
Belok Kiri
Belok
Kanan
Catatan
FP Rata-rata
FM
FUK
FHS
FBKi
FBKa
FRmi
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
2900
1,001
1,000
1,000
0,854
1,017
1,000
1,032
2602
Kondisi eksisting
2900
1,001
1,000
1,000
0,874
1,017
1,000
1,032
2662
HS menjadi rendah
3400
0,953
1,000
1,000
0,854
1,017
1,000
1,103
3103
LBD dilebarkan
3400
0,953
1,000
1,000
0,874
1,017
1,000
1,103
3176
3400
1,036
1,000
1,000
0,874
1,017
1,000
1,103
3453
Kisaran
Peluang
Antrian
skr/jam
skr/jam
Pilihan
Arus lalu
lintas
total
qTOT
Tundaan
Lalu lintas
Simpang
Tundaan
lalu lintas
jalan mayor
Tundaan
lalu lintas
jalan minor
Tundaan
Geometri
Simpang
Tundaan
Simpang
TLL
TLLma
TLLmi
TG
(det/skr)
(det/skr)
(det/skr)
(det/skr)
(det/skr)
Sasaran
Catatan
skr/jam
DJ
PA (%)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
2854
1,10
20,9
13,8
59,0
24,9
49 -97
2854
1,07
19,0
12,8
52,3
23,0
46 -92
2854
0,92
12,2
8,8
30,3
4,0
16,1
34 -67
2854
0,90
11,6
8,4
28,6
4,0
15,5
32 -64
2854
0,83
9,9
7,3
23,9
3,9
13,9
27 -54
(29)
40 dari 60
Contoh 2: Simpang-4
Tugas: Pada Simpang-4 Jalan BD dan Jalan AC, tentukan kapasitas, tundaan total rata-rata
dan peluang antrian antara jalan BD dan jalan AC dengan denah geometrik dan data
arus lalu lintas seperti pada Gambar di bawah ini. Simpang terletak di kota Z dengan
populasi sekitar 2,5 juta jiwa, terletak di daerah komersial dengan hambatan samping
yang tinggi. Jalan BD merupakan jalan mayor.
Pendekat
BKi
A
LRS
BKa
125
13
71
17
90
9
51
12
160
16
91
21
BKi
B
LRS
BKa
107
11
61
14
200
20
114
27
133
13
75
18
BKi
C
LRS
BKa
113
11
64
14
104
10
59
14
109
11
62
14
BKi
D
LRS
BKa
107
11
61
14
228
23
129
30
92
9
32
12
Penyelesaian:
Gunakan Formulir SIM-I dan SIG-II untuk melaksanakan perhitungan C, T, dan PA.
Sebagai Langkah A, yaitu menetapkan data masukan, data lalu lintas per komposisi
dan arah, disusun dalam Formulir SIM-I. Kemudian konversikan ke dalam satuan
skr/jam, jumlahkan per lengan Simpang sehingga diperoleh jumlah arus lalu lintas
yang masuk Simpang dari semua arah (qTOT, skr/jam).
Selanjutnya, gunakan Formulir SIM-II dan isi data geometrik Simpang pada butir 1, di
bawah judul lebar pendekat dan tipe Simpang. Sebut pilihan 1 untuk kondisi eksisting
yang sedang dibahas. Masukan data geometrik Simpang pada tempat yang telah
41 dari 60
ditentukan, yaitu jumlah lengan Simpang dan lebar pendekat pada masing-masing
lengan, dan tentukan Tipe Simpang.
Sebagai Langkah B yaitu menghitung kapasitas, pada butir 2 di bawah judul
Kapasitas, berdasarkan Tipe Simpang, tentukan C0 dan faktor-faktor koreksi
menggunakan tabel dan diagram yang sesuai pada Lampiran A dan B, Kemudian
hitung kapasitas, C (skr/jam).
Sebagai Langkah C yaitu menetapkan Kinerja, pada butir 3, di bawah judul kinerja
lalu lintas, hitung DJ dengan membandingkan qTOT dengan C. Selanjutnya hitung T
dan PA mengikuti rumus-rumus yang sesuai pada ketentuan teknis atau diagramdiagram yang sesuai pada Lampiran B.
Hasil perhitungan memberikan:
C
= 4096skr/jam dan kinerja lalu lintas sbb.:
T
= 10,5det/skr
PA berkisar antara 12%-27%
Lihat Formulir SIM-I dan SIM-II yang telah digunakan dalam analisis ini dihalaman
berikut.
42 dari 60
Formulir SIM-I
Tanggal:
SIMPANG
Ditangani oleh:
Kota:
Provinsi:
Jalan Mayor:
Jalan BD
Jalan Minor:
Jalan AC
Periode:
Jam 7 - 8, pagi
A
150
267
209
153
179
334
380
179
153
182
188
173
C
Median pada Jalan utama:
Sempit
KR=
Lebar
KS=
Faktor skr:
SM=
Faktor k:
qKTB
qKB Total
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
RB
kend/jam
125
125
13
17
71
36
209
178
0,33
17
90
90
12
51
26
150
128
qBKa
160
160
16
21
91
46
267
227
qTotal
375
375
38
50
213
108
626
533
qBKi
113
113
11
14
64
32
188
159
104
104
10
13
59
30
173
147
qBKa
109
109
11
14
62
31
182
154
qTotal
326
326
32
41
185
93
543
460
43
701
701
70
91
398
201
1169
993
93
qBKi
107
107
11
14
61
31
179
152
200
200
20
26
114
57
334
283
92
92
12
52
26
153
130
qTotal
399
399
40
52
227
114
666
565
qBKi
107
107
11
14
61
31
179
152
228
228
23
30
129
65
380
323
92
92
12
52
26
153
130
427
427
43
56
242
122
712
605
56
826
826
83
108
469
236
1378
1170
115
qT,BKi
452
452
46
59
257
130
755
641
qT,LRS
622
622
62
81
353
178
1037
881
qT,BKa
453
453
45
59
257
129
755
641
0,30
59
1527
1527
153
199
867
437
2547
2163
0,60
208
qBKi
Pendekat C
qTotal
Minor+Mayor
43 dari 60
Rmi = qmi/qTOT =
0,459
RKTB = qKTB/qKB =
0,082
12
0,43
21
50
0,35
15
14
0,33
0,27
14
14
33
0,23
12
59
0,25
14
30
0,21
0,30
12
60
89
Formulir SIM-II
FORMULIR SIM-II
SIMPANG
LANGKAH B: MENGHITUNG KAPASITAS
LANGKAH C: MENETAPKAN KINERJA
Tanggal:
Ditangani oleh:
Kota: Z
Provinsi:
Jalan Mayor:
Lingkungan Simpang:
Jalan Minor:
Hambatan Samping:
Periode:
Pilihan
Jumlah
Lengan
Simpang
Lebar Pendekat, m
Jalan Minor
Jumlah Lajur
Jalan Mayor
LBD
LRP
Jalan
Minor
Jalan
Mayor
Tipe
Simpang
LA
LC
LAC
LB
LD
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
7,00
4,00
5,50
6,00
7,00
6,50
6,00
444
Belok
Kanan
Catatan
FLP
FM
FUK
FHS
FBKi
FBKa
FRmi
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
3400
1,064
1,200
1,000
0,855
1,323
1,000
0,834
4096
skr/jam
Belok Kiri
skr/jam
Kondisi eksisting
Pilihan
Arus lalu
lintas
total
qTOT
Tundaan
Lalu lintas
Simpang
Tundaan
lalu lintas
jalan mayor
Tundaan
lalu lintas
jalan minor
Tundaan
Geometri
Simpang
Tundaan
Simpang
Kisaran
Peluang
Antrian
TLL
TLLma
TLLmi
TG
PA
skr/jam
DJ
(det/skr)
(det/skr)
(det/skr)
(det/skr)
(det/skr)
(%)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
2163
0,53
6,1
4,6
7,8
4,4
10,5
12 -27
44 dari 60
Sasaran
Catatan
(29)
Contoh 3: Simpang-3
Tugas: Hitung kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian untuk Simpang
antara Jalan M dan J dengan denah dan lalu lintas seperti pada Gambar di bawah.
Simpang ini terletak di kota S dengan populasi sekitar 3 juta jiwa pada daerah
komersial dengan hambatan samping tinggi.
Rencanakan Simpang ini untuk memenuhi sasaran DJ<0,8.
BKi
63
47
243
59
C
LRS
BKa
72
53
273
51
Pendekat
D
BKi LRS BKa
61
121
233
183
34
68
131
81
BKi
B
LRS
79
27
116
81
249
87
369
80
BKa
Penyelesaian:
Dari Formulir SIM-Ia dan SIM-II yang digunakan dalam perhitungan pada halaman
berikut, diperoleh hasil sebagai berikut:
C = 1836skr/jam
DJ = 0,962
TLL= 13,43det/skr
TLL jalan utama = 9,54det/skr
TLL jalan minor
= 22,65det/skr
TG= 4,02det/skr
T = 17,45det/skr
PA= 37%-73%
45 dari 60
Untuk mendapatkan DJ0,8 perlu dibuat perbaikan pada pengaturan lalu lintasnya.
Salah satu perbaikan yang sederhana tetapi merubah arah lalu lintas adalah dengan
melarang arus belok kanan dari arah jalan minor. Seluruh arus dari jalan minor (dari
arah jembatan) hanya membelok ke kiri. Jika ini dipilih, maka C menjadi 2555skr/jam
dengan DJ=0,69 (untuk pilihan ini, data lalu lintas berubah, lihat FormulirSIM-Ib).
46 dari 60
Formulir SIM-Ia
Tanggal:
SIMPANG - 3
Ditangani oleh:
Kota:
Provinsi:
Jalan Mayor:
Jalan BD
Jalan Minor:
Jalan AC
Periode:
Jam 7 - 8, pagi
qLRS
qBKi
qLRS
qBKa
qBKi
qBKa
C
Sempit
KR=
Lebar
KS=
Faktor skr:
SM=
Faktor k:
qKTB
qKB Total
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
RB
kend/jam
63
63
47
61
243
122
353
246
0,47
59
qBKa
72
72
53
69
273
137
398
278
0,53
51
qTotal
135
135
100
130
516
259
751
524
110
135
135
100
130
516
259
751
524
110
qBKi
79
79
27
35
116
58
222
172
249
249
87
113
369
185
705
547
80
328
328
114
148
485
243
927
719
202
61
61
121
157
233
117
415
335
34
34
68
88
131
66
233
188
qBKi
qLRS
qTotal
0,24
122
qBKi
183
0,36
81
95
95
189
245
364
183
648
523
264
423
423
303
393
849
426
1575
1242
466
qT,BKi
142
142
74
96
359
180
575
418
qT,LRS
310
310
208
270
602
302
1120
882
qT,BKa
106
106
121
157
404
203
631
466
0,26
132
558
558
403
523
1365
685
2326
1766
0,50
576
qTotal
Minor+Mayor
47 dari 60
Rmi = qmi/qTOT =
0,297
RKTB = qKTB/qKB =
0,248
0,24
181
263
Formuli SIM-Ib
Tanggal:
SIMPANG - 3
Ditangani oleh:
Kota:
Provinsi:
Jalan Mayor:
Jalan BD
Jalan Minor:
Jalan C
Periode:
Jam 7 - 8, pagi
qLRS
qBKi
qLRS
qBKa
qBKi
qBKa
Sempit
KR=
Lebar
KS=
Faktor skr:
SM=
Faktor k:
qKTB
qKB Total
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
RB
kend/jam
135
135
100
130
516
258
751
523
1,00
110
qBKa
0,00
qTotal
135
135
100
130
516
258
751
523
110
135
135
100
130
516
258
751
523
110
qBKi
79
79
27
35
116
58
222
172
249
249
87
113
369
185
705
547
80
328
328
114
148
485
243
927
719
202
61
61
121
157
233
117
415
335
183
34
34
68
88
131
66
233
188
qBKi
qLRS
qTotal
0,24
122
qBKi
81
95
95
189
245
364
183
648
523
264
423
423
303
393
849
426
1575
1242
466
qT,BKi
214
214
127
165
632
316
973
695
qT,LRS
310
310
208
270
602
302
1120
882
qT,BKa
34
34
68
88
131
66
233
188
0,11
81
558
558
403
523
1365
684
2326
1765
0,50
576
qTotal
Minor+Mayor
0,36
48 dari 60
Rmi = qmi/qTOT =
0,296
RKTB = qKTB/qKB =
0,248
0,39
232
263
FORMULIR SIM-II
SIMPANG
LANGKAH B: MENGHITUNG KAPASITAS
LANGKAH C: MENETAPKAN KINERJA
Tanggal:
Ditangani oleh:
Kota:
Provinsi:
Jalan Mayor:
Lingkungan Simpang:
Jalan Minor:
Hambatan Samping:
Periode:
Pilihan
Jumlah
Lengan
Simpang
(1)
Lebar Pendekat, m
Jalan Minor
(2)
(3)
Jumlah Lajur
Jalan Mayor
LRP
Jalan
Minor
Jalan
Mayor
Tipe
Simpang
LC
LB
LD
LBD
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
3,35
3,40
3,40
3,40
3,38
322
3,35
3,40
3,40
3,40
3,38
322
Kapasitas
Dasar
C0
Lebar
pendekat
rata-rata
Median
Ukuran Kota
Jalan Mayor
Hambatan
samping
Belok Kiri
Belok
Kanan
Catatan
FLP
FM
FUK
FHS
FBKi
FBKa
FRmi
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
2700
0,987
1,000
1,000
0,702
1,226
0,850
0,942
1836
Kondisi eksisting
2700
0,987
1,000
1,000
0,702
1,468
0,989
0,942
2555
Kisaran
Peluang
Antrian
skr/jam
skr/jam
Pilihan
Arus lalu
lintas
total
qTOT
Tundaan
Lalu lintas
Simpang
Tundaan
lalu lintas
jalan mayor
Tundaan
lalu lintas
jalan minor
Tundaan
Geometri
Simpang
Tundaan
Simpang
TLL
TLLma
TLLmi
TG
(det/skr)
(det/skr)
(det/skr)
(det/skr)
(det/skr)
Sasaran
Catatan
skr/jam
DJ
PA (%)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
1766
0,96
13,5
9,6
22,8
4,0
17,5
37 -73
DJ > 0,80
1766
0,69
7,8
5,8
12,4
4,2
12,0
20 -40
49 dari 60
50 dari 60
SIMPANG SUSUN
SIMPANG APILL
SIMPANG
BUNDARAN
Arus lalu lintas total masuk Simpang (qTOT) pada tahun ke satu, kend/jam
Gambar C.4 - Perbandingan BSH beberapa Persimpangan sebagai fungsi dari arus lalu lintas
51 dari 60
Lampiran D (normatif):
Formulir perhitungan kapasitas Simpang
FORMULIR SIM-I
SIMPANG
LANGKAH A: MENETAPKAN DATA MASUKAN
A.1. DATA GEOMETRIK
A.2. DATA ARUS LALU LINTAS
Tanggal:
Ditangani oleh:
Kota:
Provinsi:
Jalan Mayor:
Jalan Minor:
Periode:
Sempit
KR=
Lebar
KS=
Faktor skr:
SM=
Faktor k:
qKTB
qKB Total
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
kend/jam
skr/jam
RB
qBKi
qT,BKi
qT,LRS
qT,BKa
qTOT = qmi+qma =
Rmi = qmi/qTOT =
RKTB = qKTB/qKB =
52 dari 60
kend/jam
FORMULIR SIM-II
SIMPANG
LANGKAH B: MENGHITUNG KAPASITAS
LANGKAH C: MENETAPKAN KINERJA
Tanggal:
Ditangani oleh:
Kota:
Provinsi:
Jalan Mayor:
Lingkungan Simpang:
Jalan Minor:
Hambatan Samping:
Periode:
Pilihan
Jumlah
Lengan
Simpang
(1)
Lebar Pendekat, m
Jalan Minor
Jumlah Lajur
Jalan Mayor
LA
LC
LAC
LB
LD
LBD
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
LRP
Jalan
Minor
Jalan
Minor
(8)
(9)
(10)
Pilihan
skr/jam
(12)
Ukuran
Kota
Hambatan
samping
Belok
Kiri
Belok
Kanan
FLP
FM
FUK
FHS
FBKi
FBKa
FRmi
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
Tundaan
Simpang
Peluang
Antrian
Sasaran
skr/jam
Pilihan
Arus lalu
lintas
total
qTOT
Derajat
kejenuh
an
Tundaan Tundaan
Tundaan
Tundaan
lalu lintas lalu lintas
Lalu lintas
Geometri
jalan
jalan
Simpang
Simpang
mayor
minor
skr/jam
DJ
TLL
TLLma
TLLmi
TG
T=TLL+TG
PA
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
53 dari 60
(29)
Tipe
Simpang
(11)
Lampiran E (informatif):
Contoh tipikal penetapan Hambatan Samping pada Simpang
Gambar E.1 - Simpang Tipe 422, Jalan A. Mangerang - Jalan Mappaoddang, Makassar.
Simpang dalam Gambar E.1. berlokasi di lingkungan permukiman, dengan jalan masuk langsung dari setiap persil rumah tinggal. Arus lalu lintas yang masuk ke Simpang maupun ke luar
Simpang hampir tidak terganggu oleh kendaraan keluar masuk persil. Tidak ada kendaraan
parkir. Dengan demikian, hambatan samping pada Simpang ini dikategorikan Rendah. Jika
RKTB<5%, maka FHS=0,90.
Gambar E.2 - Simpang Tipe 422 Jalan Palasari - Jalan Lodaya, Bandung.
Simpang dalam GambarE.2. berlokasi di lingkungan komersial, dengan jalan masuk langsung
dari setiap persil komersial. Arus lalu lintas yang masuk ke Simpang maupun ke luar Simpang
sedikit terganggu oleh penyeberang, kendaraan keluar masuk persil, dan aktivitas komersial
pada kios-kios di trotoar. Dengan demikian, hambatan samping pada Simpang ini dikategorikan
Sedang. Jika RKTB<5%, maka FHS=0,89.
54 dari 60
Gambar E.3 - Simpang Tipe 422, Jalan Godean - Jalan Tambak, Yogyakarta.
Simpang dalam Gambar E.3 berlokasi di lingkungan komersial, dengan jalan masuk langsung
dari setiap persil komersial. Arus lalu lintas yang masuk ke Simpang maupun ke luar dari
Simpang cukup terganggu khususnya oleh kendaraan keluar masuk persil, dan aktivitas
komersial pada kios-kios di trotoar. Dengan demikian, hambatan samping pada Simpang ini
dikategorikan Sedang. Tidak ada kendaraan fisik melintasi Simpang ini, sehingga RKTB=0%,
maka FHS=0,94.
Gambar E.4 - Simpang Tipe 422, Jalan Sompok - Jalan Belimbing Raya, Semarang.
Simpang dalam Gambar E.4 berlokasi di lingkungan komersial perkantoran dan permukiman.
Setiap persil memiliki jalan masuk langsung ke lengan Simpang. Ada beca yang parkir tepat di
belokan Simpang dan juga kendaraan yang parkir di mulut Simpang yang cukup mengganggu
arus lalu lintas yang masuk ke Simpang maupun ke luar dari Simpang. Di samping itu, aktivitas
di trotoar cukup mengganggu sehingga mempengaruhi arus yang akan masuk maupun keluar
Simpang. Dengan demikian, hambatan samping pada Simpang ini dikategorikan Tinggi. Banyak
kendaraan fisik melintasi Simpang ini, sehingga RKTB=10%, maka FHS=0,84.
55 dari 60
Lampiran F (informatif):
Tipikal kendaraan-kendaraan berdasarkan klasifikasi jenis kendaraan
SM
KR
Matic
Sedan
Vespa
Jeep
Yamaha
Kombi
Honda Supra
Angkot
Tiger
Minibus
Minibox
Pickup
56 dari 60
KS
KB
Bus Kecil
Truk 3 Sumbu
Bus
Truk Gandengan
Truk 2 Sumbu
Truk Tempelan
Truk Kecil
Truk Box
Mikrobus
57 dari 60
KTB
Sepeda
Beca
Dokar
Andong
58 dari 60
Lampiran G (informatif):
Padanan klasifikasi jenis kendaraan
BM PDT 19/2004
1.
1.
2.
2.
3.
4.
5a.
5b.
6.
7a.
7b.
7c.
8.
Bus Besar
Truk 2 sumbu
Truk 3 sumbu..ada 5
klp..
Truk Gandengan
Truk Tempelan (Semi
trailer) ...dst
KTB:
Sepeda, Beca, Dokar,
Keretek, Andong.
3.
4.
5.
DJBM (1992)
(8 kelas)
Sepeda motor, Skuter,
Sepeda kumbang, dan
Sepeda roda tiga
Sedan, Jeep, Station
wagon
Opelet, Pickup-opelet,
Suburban, Kombi, dan
Minibus
Pikup, Mikro-truk, dan
Mobil hantaran
Bus
6.
7.
Truk 2 sumbu
Truk 3 sumbu atau lebih
dan Gandengan
8.
KTB:
Sepeda, Beca, Dokar,
Keretek, Andong.
59 dari 60
1.
2.
3.
4.
5.
MKJI97
(5 kelas)
SM: Kendaraan bermotor
roda 2 dan 3 dengan
panjang tidak lebih dari
2,5m
KR:Mobil penumpang
(Sedan, Jeep, Station
wagon,Opelet, Minibus,
Mikrobus),Pickup,Truk
Kecil, dengan panjang
tidak lebih dari atau sama
dengan 5,5m
KS: Bus dan Truk 2
sumbu, dengan panjang
tidak lebih dari atau sama
dengan 12,0m
KB: Truk 3 sumbu
danTruk kombinasi (Truk
Gandengan dan Truk
Tempelan), dengan
panjang lebih dari 12,0m.
KTB: Sepeda, Beca,
Dokar, Keretek, Andong.
Bibliography
Bang, K-L. Bergh, T. Marler, N.W., 1993. Indonesian Highway Capacity Manual Project, Final
Technical Report Phase 1: Urban Traffic Facilities. Jakarta.
Bang, K-L, Lindberg, G. Schandersson, R., 1996.Indonesian Highway Capacity Manual
Project. Final Technical Report Phase 3 Part A: Development of Capacity Analysis
Software and Traffic Engineering Guidelines. Directorate General of Highways, Jakarta.
Bang, K-L. Harahap, G. Lindberg, G. 1997. Development of Life Cycle Cost Based Guidelines
Replacing theLevel of Service Concept in Capacity Analysis. Paper submitted for
presentation at the annual meeting of Transportation Research Board, Washington D.C.
Bergh, T. Dardak, H. 1994.Capacity of Unsignalised Intersections and Weaving Areas in
Indonesia. Proceedings of the Second International Symposium on Highway Capacity,
Australian Road Research Board in cooperation with Transportation Research Board
U.S.A. Committee A3A10, Sydney.
Brilon, W. (ed), 1988.Intersections without Traffic Signals. Springer Verlag.
Brilon, W. (ed), 1991. Intersections without Traffic Signals II, Springer Verlag.
Dewanti, 1992.Crossing behaviour and gap acceptance at an unsignalised intersectionin
Bandung.Thesis, Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM), 1992: Standar Spesifikasi Perencanaan Geome-trik
untuk Jalan Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
DJBM, 1992: Panduan Survai Perhitngan Lalu-lintas (Cara Manual).
DJBM, 1993. MKJI: Simpang tak bersinyal. Jakarta.
DJBM, 1997.Manual Kapasitas Jalan Indonesia. DJBM, Jakarta.
Hoff & Overgaard, PT Multi Phi Beta, 1992. Road User Cost Model. Directorate General of
Highways, Jakarta.
Iskandar H., 2013. Pengkinian nilai ekivalen kendaraan ringan dan kapasitas dasar Simpang
APILL. Naskah Ilmiah pengkinian MKJI1997, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Jasin,
some
uncontrolled
T-junctions.Thesis,
Institut
Kimber & Coombe, 1980.The traffic capacity of major/minor priority junctions. TRRL Report SR
582. TRRL, Crowthorne.
Kimber & Hollis, 1979.Traffic queues and delays at road junctions. TRRL Laboratory Report
909.TRRL, Crowthorne.
May, A.D. Gedizlioglu, E. Tai, L, 1983. Comparative Analysis of Signalize Intersection
Capacity Methods. Transportation Research Record 905; Washington D.C.
National Swedish Road Administration, 1978. Capacity Manual and introduction. Statens
Vagverk (The National Swedish Road Administration) Intern rapport 24.
Pemerintah Republik Indonesia (PRI), 2004. Undang-undang Republik Indonesia No.38
Tahun 2004 tentang Jalan. Lembaran Negara RI No.132. Jakarta.
60 dari 60
PRI, 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.34 Tahun 2006 tentang Jalan.
Lembaran Negara RI No.132 Tahun 2006. Jakarta.
PRI, 2009. Undang-undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan.Lembaran Negara RI No.96 Tahun 2009.Jakarta.
PRI, 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.32 Tahun 2011 tentang Manajemen
dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Menejemen Kebutuhan Lalu lintas.Lembaran
Negara RI No.45 Tahun 2011. Jakarta.
Transportation Research Board (TRB), 1985. Highway Capacity Manual. The 3rd edition of
HCM, National Research Council, Special Report 209. Washington D.C.
TRB, 1991. HCM: Unsignalised intersection Interim materials on unsignalised intersection
capacity. Subcommittee Transportation Research Circular 373.Washington D.C.
TRB, 2000.Highway Capacity Manual.The 4thedition of HCM. National Research Council;
Washington D.C..
TRB, 2010: Highway Capacity Manual 2010.The 5thedition of HCM.National Research Council,
Washington D.C.
61 dari 60
7
1)
Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kementrian Pekerjaan Umum.
2)
Penyusun
Nama
Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc., Ph.D.
Lembaga
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan
dan Jembatan