Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DAN PENYULUHAN DENGAN

STATUS GIZI BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS


PASAR KEPAHIANG TAHUN 2013
Yulia
Dosen Prodi D3 Keperawatan Jl. Merapi Raya No. 42 Bengkulu,
email: email: yulia.baak@yahoo.com
(S.PardosiS.Kp, M.PSi, Ade Vera Morina)
PMT sebagai makanan tambahan bagi seseorang terhadap makanan sehari-hari (supplementation)
untuk mengurangi kebutuhan gizinya. Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan zat gizi dan
kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk keperluan proses biologis. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan dari
berbagai kegiatan yang berdasarkan prinsip belajar untuk mencapai keadaan dimana individu, keluarga dan
masyarakat ingin hidup sehat, tahu caranya, meaksanakan apa yang bisa mereka kerjakan dan bila perlu
mereka mencari pertolongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan
tambahan dan penyuluhan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kepahiang tahun
2013
Penelitian ini bersifat kuantitatif, menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional,
populasi penelitian adalah balita yang berkunjung ke posyandu wilayah kerja Puskesmas Pasar Kepahiang
dengan sampel pada saat penelitian berusia 06-24 bulan berjumlah 86 orang. Analisis data mengunakan
analisis bivariat dan univariat
Hasil penelitian adalah Sebagian besar responden yang memberikan makanan tambahan pada
balitanya pada umur 6 bulan adalah 24,4%, yang mendapatkan penyuluhan dengan frekuensi < 6 kali
setahun adalah 47,7%, balita dengan status gizi kurang adalah 60,5%, Ada hubungan antara pemberian
makanan tambahan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kepahiang tahun 2013 serta
ada hubungan antara pemberian penyuluhan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar
Kepahiang tahun 2013.
Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Pasar Kepahiang supaya lebih memantau status gizi balita
sehingga dapat melakukan perencanaan program peningkatan gizi di wilayah kerja Puskesmas Pasar
Kepahiang.
Key Word : Pemberian Makanan Tambahan,Penyuluhan, Status Gizi Balita.

PENDAHULUAN

beracun. Keadaan ini berpengaruh pada

Data WHO menunjukkan tinggi anak

masih tingginya angka kematian bayi.

tertinggal

Menurut WHO lebih dari 50% kematian

dibandingkan tinggi anak dari negara-negara

bayi dan anak berkaitan dengan gizi kurang

lain. Menurut WHO 2,2 juta orang pertahun

dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi

meninggal yang diakibatkan oleh penyakit

perlu ditangani secara tepat dan cepat.

Indonesia

masih

jauh

bersumber dari makanan, terutama makanan


yang

mengandung

zat

berbahaya

dan

Sebagai
Indonesia

masih

negara

berkembang

menghadapi

berbagai

masalah kesehatan. Salah satu dari masalah

terkena penyakit infeksi, akibatnya anak

kesehatan tersebut adalah masalah kurang

tersebut

gizi. Kurang gizi biasanya terjadi secara

berkembang secara optimal dimana anak

tersembunyi

dan

dari

tampak kurus dan pendek terutama pada

pengamatan

biasa.

masalah

masa usia dibawah lima tahun (Balita)

kurang gizi pada anak dipengaruhi oleh

banyak yang menderita Kurang Energi dan

status gizi ibunya, bila ibu hamil kurang gizi

Protein (KEP). Kekurangan Energi Protein

akan

dalam

(KEP) sampai saat ini merupakan salah satu

kandungannya dan kemungkinan bayinya

masalah gizi utama di Indonesia. Anak

akan lahir dengan berat badan lahir rendah

disebut KEP bila berat badan anak dibawah

(BBLR) kondisi ini akan mempengaruhi

normal jika dibandingkan rujukan (WHO-

status gizi anak sampai pada usia dewasa.

NCHS). KEP dikelompokkan menjadi dua

Masa tumbuh kembang otak yang cepat

yaitu Gizi kurang (jika berat badan menurut

sebagian besar (80%) terjadi pada periode 0-

umur dibawah -2SD) dan gizi buruk jika

2 tahun yang disebut juga dengan periode

berat badan menurut umur dibawah -3 SD,

emas (golden period). Kekurangan gizi pada

(Kementerian

periode

sering

Timbulnya

mempengaruhi

ini

akan

luput

janin

tidak

dapat

tumbuh

Kesehatan

dan

Republik

berdampak

pada

Indonesia,2011, Pedoman Pelayanan Anak

perkembangan

anak

Gizi Buruk).

pertumbuhan

dan

selanjutnya

(Direktorat

Masyarakat

2006,

Bina

Modul

Gizi

Pembangunan dibidang kesehatan

Pelatihan

sebagai bagian dari pembangunan nasional

Tatalaksana Anak Gizi Buruk).

yang

ditata

dalam

Sistem

Kesehatan

Pada anak yang kurang gizi daya

Nasional diarahkan untuk mencapai derajat

tahan tubuhnya rendah sehingga anak sering

kesehatan yang optimal dan produktif

sebagai perwujudan
umum

seperti

yang

dari kesejahteraan
dimaksud

dala

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

menyusui dan makanan pendamping ASI


serta pemberian makanan tambahan (PMT)
pada balita gizi kurang.

dan Undang-Undang nomor 36 tahun 2009

Anak merupakan generasi penerus

tentang kesehatan. Untuk mencapai derajat

suatu bangsa, dimana jika anak-anak sehat

kesehatan

yang

penduduk,

pelayanan

optimal

bagi

setiap

maka bangsa pun akan kuat dan sejahtera.

kesehatan

harus

Oleh karena itu, kita semua menaruh

dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu

harapan agar anak-anak dapat tumbuh

dalam pelayanan kesehatan perorangan,

kembang sebaik-baiknya, sehingga menjadi

pelayanan

maupun

orang dewasa yang sehat fisik, mental dan

pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes

sosial. Dengan demikian dapat mencapai

RI, 2006).

produktifitas sesuai dengan kemampuannya

kesehatan

keluarga

Salah satu sasaran dari 4 sasaran

dan berguna bagi nusa dan bangsa. Untuk

pembangunan kesehatan dalam Rencana

menciptakan anak yang sehat tersebut maka

Pembangunan Jangka Menengah Nasional

diperlukan upaya pemenuhan gizi yang

(RPJMN) 2010-2014 adalah menurunkan

seimbang. Pemberian makanan tambahan

prevalensi gizi kurang menjadi 15 % dan

pada bayi merupakan salah satu upaya

menurunkan prevalensi pendek menjadi

pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga

32%. Pendekatan yang dilakukan untuk

bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang

mencapai sasaran tersebut adalah mealui

optimal. Menurut Husaini (2003) makanan

upaya penanggulangan gizi kurang yaitu

tambahan adalah makanan untuk bayi selain

pemantauan

di

ASI atau susu botol, sebagai penambah

konseling

kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI).

posyandu,

pertumbuhan
penyuluhan

dan

balita

Pemberian makanan tambahan pada bayi

posyandu, ataupun minimal dilakukan du

usia kurang dari enam bulan terutama

bulan sekali dengan kata lain enam kali

makanan padat justru menyebabkan banyak

dalam satu tahun (Djuhaeni, 2011)

infeksi, kenaikan berat badan, alergi pada

Propinsi Bengkulu tahun2010 jumlah

salah satu zat gizi yang terdapat dalam

balita berdasarkan jumlah keseluruhan balita

makanan

Pesan

yang ada sebanyak 197.161 balita, balita

penyuluhan tidak saja mengenai pencegahan

yang ditimbang sebanyak 70.950 (36%),

dan penanggulangan masalah gizi kurang

balita gizi baik sebanyak 46,682 (65,80%),

tetapi juga menekankan pola makanan

balita gizi buruk sebanyak 134 (0,19%),

seiimbang

timbulnya

balita gizi kurang 2.712 (13,82%), gizi lebih

penyakit akibat gizi lebih, seperti penyakit

54%, balita gizi buruk mendapat perawatan

jantung, tekanan darah tinggi, kanker, dan

sebanyak 128 % (95%) ( data Dinas

sebagainya. Untuk itu disusun Pedoman

Kesehatan Propinsi Bengkulu tahun 2010).

(Pudjiadi,

untuk

2008).

mencegah

Umum Gizi Seimbang, makanan tambahan


yang

diberikan

pada

bayi

Di kota Bengkulu seluruh kecamatan

cenderung

termasuk kategori kecamatan rawan gizi

mengandung protein dan lemak tinggi

(100%) karena kecamatan rawan gizi adalah

sehingga konsekuensi pada usia kehidupan

kecamatan dengan prevalensi gizi kurang

bayi selanjutnya akan berhubungan dengan

dan gizi buruk pada balita < 15% sedangkan

kelebihan berat badan ataupun dengan

prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di

adanya kebiasaan makanan yang tidak sehat

wilayah kecamatan di kota Bengkulu >15%

(Boedihardjo, 2004). Kegiatan penyuluhan

kegiatan penimbangan (pemantauan status

yang baik adalah dilakukan secara rutin

gizi

setiap bulan yang bersamaan dengan waktu

Puskesmas dan posyandu. Di kota Bengkulu

balita)

dilaksanakan

di

seluruh

tahun 2009 jumlah balita yang ada 58,160

Sari 3 orang di Puskesmas Tebat Karai. Pada

orang, balita yang ditimbang sebanyak

tahun 2011 dari 14 Puskesmas yang ada gizi

20,056

yang

buruk sebanyak 14 orang yaitu 1 orang di

ditimbang yang berat badannya naik 16,883

Puskesmas Muara Langkap, 1 orang di

orang (84,18), jumlah balita BGM sebanyak

Puskesmas Keban Agung, 2 orang di

181 orang (0,90%) dan balita gizi buruk 69

Puskesmas

orang (0,63%) dengan rincian berdasarkan

Puskesmas Talang Babatan, 3 orang di

BB/TB berjumlah sebanyak 22 orang dan

Puskesmas Bukit Sari, 1 orang di Puskesmas

berdasarkan BB/U sebanyak 47 orang.

Durian depun, 1 orang di Puskesmas

Tahun 2010 jumlah balita yang ada 57,270

Kelobak, dan 2 orang di Puskesmas Pasar

orang, balita yang ditimbang sebanyak 8,126

Kepahiang.

orang

(34,48%),

balita

Tebat

Karai,

orang

di

(14,19%) balita yang berat badannya naik

Puskesmas Pasar Kepahiang pada

sebanyak 6.231 orang (76,68%), balita gizi

tahun 2010 didapat jumlah balita : 1.196

buruk 66 orang (0,81%), BGM 208 orang

orang yang ditimbang : 874 orang, yang

(2,56%). (Profil Dinask Kesehatan Kota

berstatus gizi baik 841 orang (70,3%), gizi

Bengkulu, 2010).

kurang 2 orang (0,2%) dan gizi buruk 0

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan

orang (0%). Tahun 2011 didapat jumlah

Kabupaten Kepahiang tahun 2010 dari 14

balita : 1.251 orang yang ditimbang : 883

Puskesmas yang ada jumlah gizi buruk

orang, yang berstatus gizi baik 853 orang

sebanyak 9 orang yaitu 1 orang di

(68,2%), gizi kurang 9 orang (0,7%) dan gizi

Puskesmas Ujan Mas, 2 orang di Puskesmas

buruk 2 orang (0,2%). Tahun 2012 didapat

Cugung lalang, 1 orang di Puskesmas

jumlah balita : 1.329 orang yang ditimbang :

Durian Depun, 2 orang di Puskesmas Bukit

890 orang, yang berstatus gizi baik 865

orang (65,1%), gizi kurang 5 orang (0,3%)

berlangsung (Notoatmodjo 2010). Penelitian

dan gizi buruk 2 orang (0,2%), (Dinas

telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Kesehatan Kabupaten Kepahiang Tahun

Pasar Kepahiang, pada bulan Mei sampai

2010,2011,2012).

dengan Juli 2013. Populasi di wilayah kerja

Berdasarkan hasil tersebut, maka

Puskesmas pasar kepahiang yang berusia

peneliti tertarik ingin mengetahui Hubungan

06-24 bulan, dengan prediksi tahun 2013

Pemberian

berjumlah 630 orang. sampel sebanyak 86

Makanan

Tambahan

Dan

Penyuluhan Dengan Status Gizi Balita Di

orang, pengambilan sampel ini dilakukan

Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kepahiang

secara simple random samplingyaitu

Tahun 2013.

pengambilan sampel secara acak sederhana.

BAHAN DAN CARA KERJA

Metode penelitian ini bersifat


kuantitatif, menggunakan desain analitik
dengan pendekatan cross sectional, yaitu
penelitian analitik yang memberikan
informasi mengenai situasi yang ada dimana
observasi atau pengamatan antara variabel
bebas dan variabel terikat dilakukan pada
waktu yang bersamaan. Subjek yang diamati
saja dalam suatu waktu selama penelitian

HASIL
Analisis univariat
Analisis univariat pada penelitian ini
untuk melihat untuk melihat distribusi
frekuensi variabel penelitian yaitu variabel
independen pemberian makanan tambahan
dan penyuluhan dan variabel dependen yaitu
status gizi bayi. Selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Dalam Wilayah
Puskesmas Pasar Kepahiang
Tahun 2013
No

Pemberian Makanan

Frekuensi(n)

Persentase

65
21
86

75,6%
24,4%
100%

Tambahan
1
2

Sesuai usia 6 bulan


Tidak sesuai 6 bulan
JUMLAH

Berdasarkan
menunjukkan
responden

tabel

5.1

bahwa
(24,4%)

diatas

Puskesmas

sebagian

Pasar

Kepahiang

memberikan PMT usia 6 bulan.

diwilayah

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pemberian Penyuluhan Dalam Wilayah Puskesmas Pasar
Kepahiang
Tahun 2013
No
1
2

Pemberian Penyuluhan
Sering 6 bulan
Jarang < 6 bulan
JUMLAH

Berdasarkan
menunjukkan
responden

tabel
bahwa
(47,7%)

5.3

diatas
sebagian

diwilayah

Frekuensi(n)

Persentase

45
41
86

52,3%
47,7%
100%
Puskesmas

Pasar

mendapat penyuluhan
kali/tahun.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Dalam Wilayah
Puskesmas Pasar Kepahiang

Kepahiang

Tahun 2013
No

Status Gizi Balita

Frekuensi(n)

Persentase

1
2

Baik - 2 SD s/d +2 SD
Kurang - 2 SD s/d +2

32
52

37,2%
60,5%

SD
Buruk - 3 SD
JUMLAH

2
86

2,3%
100%

Berdasarkan tabel 2.5 diatas menunjukkan

diwilayah Puskesmas Pasar Kepahiang

bahwa sebagian besar responden (60,5%)

berstatus gizi kurang.

Analisis Bivariat

menggunakan bantuan SPSS dengan uji

Hubungan Pemberian Makanan

statistik chi-square dengan derajat

Tambahan Dengan Status Gizi Balita Di

kepercayaan 95%. Adapun hasil ujinya dapat

Wilayah Kerja Puskesmas Pasar

dilihat pada tabel berikut ini:

Kepahiang tahun 2013.

Untuk melihat hubungan antara

Analisis bivariat dilakukan untuk


mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan

pemberian makanan tambahan dengan


status gizi balita dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Tabel 5.4Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Dengan Status Gizi Balita Di


Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kepahiang
Tahun 2013
Pemberian

STATUS GIZI

JUMLAH

p value

Makanan

Baik
n %

Tambahan
Sesuai Usia 26 40%

Kurang
N %

Buruk
n %

39 60%

65

100%

0%

6 bulan
Tidak

sesuai 6

28,6% 13 61,9% 2

9,6% 21

100% 0,034

32 37,2% 52 60,2% 2

2,3% 86

100%

6 bulan
TOTAL

Berdasarkan tabel 5.4 diatas

pemberian makanan tambahan dengan status

menunjukkan bahwa dari 65 orang

gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar

responden yang sesuai usia untuk pemberian

Kepahiang tahun 2013.

makanan tambahan 6 bulan terdapat 30

Hubungan Penyuluhan Tambahan

orang (60%) yang berstatus gizi kurang,

Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah

sedangkan dari 21 orang responden yang

Kerja Puskesmas Pasar Kepahiang tahun

tidak sesuai usia pemberian makanan

2013

tambahan < 6 bulan terdapat 13 orang


(61,9%) yang berstatus gizi kurang.
Hasil analisa Chi-Square diperoleh
nilai p = 0,034 dan nilai 0,05 sehingga

Untuk Melihat hubungan antara


pemberian penyuluhan dengan status gizi
balita di wilayah kerja Puskesmas Pasar
Kepahiang Tahun 2013

dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang


artinya ada hubungan yang bermakna antara

Tabel 5.5
Hubungan Penyuluhan Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasar Kepahiang
Tahun 2013

Pemberian

STATUS GIZI
Baik
Kurang
n %
n %

Buruk
n %

JUMLAH
n

45

100%

p -value
N

Penyuluhan
Sering 6 kali 24 53,3% 21 46,7% 0

setahun
Kurang 6 8

19,5% 31 75,6% 2

4,9% 41

100% 0,003

32 37,2% 52 60,5% 2

2,3% 86

100%

kali setahun
TOTAL

Berdasarkan tabel 5.5 diatas

Pembahasan

menunjukkan bahwa dari 45 orang

Pemberian makanan tambahan di wilayah

responden yang mendapatkan

kerja Puskesmas Pasar Kepahiang tahun

penyuluhan sering 6 kali/tahun

2013.

ada 24 orang (53,3%) berstatus gizi

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan

baik sedangkan dari 41 orang

sebagian kecil responden (24,4%) yang

responden yang mendapat

memberikan PMT usia 6 bulan. Hasil

penyuluhan kurang 6 kali/tahun

pengamatan selama penelitian hal yang

ada 31 orang (75,6%) berstatus gizi

menyebabkan responden memberikan PMT

kurang.

pada balitanya < usia 6 bulan adalah karena

Hasil analisa Chi-Square diperoleh

banyak faktor antara lain responden

nilai p = 0,003 dan = 0,05 sehingga

menganggap bahwa ASI yang dikeluarkan

dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang

tidak mencukupi kebutuhan makanan balita

artinya ada hubungan yang bermakna antara

sehingga si ibu mulai memberikan makanan

penyuluhan dengan status gizi balita di

tambahan kepada balita seperti: pisang,

wilayah kerja Puskesmas Pasar Kepahiang

bubur promina, air tajin, bubur beras, madu

tahun 2013.

atau susu kedelai. Faktor lain yang

menyebabkan para ibu-ibu balita

d. Dapat

menimbulkan

gangguan

memberikan makanan tambahan pada

pencernaan pada bayi karena belum

sebelum usia 6 bulan karena mereka

matangnya sistem kekebalan dari usus

menganggap cepat anaknya diberikan

bayi

makanan tambahan maka anaknya akan

Hasil penelitian ini di dukung oleh

cepat besar. Selain itu faktor yang

Ariani (2008) bahwa hendaknya pemberian

mempengaruhinya antara lain juga ibu-ibu

makanan tambahan pada balita diberikan

balita kurang mendaparkan pengetahuan

mulai umum 6 bulan, jika diberikan PMT

tentang pentingnya pemberian makanan

pada balita usia kurang dari 6 bulan maka

tambahan hal ini dikarenakan karena

akan banyak memberikan resiko atau efek

kurangnya akses akan informasi tentang

samping.

PMT.

1. Penyuluhan
Pemberian makanan tambahan pada

di

wilayah

kerja

Puskesmas Pasar Kepahiang tahun

balita usia 6 bulan mempunyai banyak

2013.

resiko bagi balita antara lain:

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan

a. Resiko diare karena makanan tambahan

bahwa

sebagian

besar

responden

tidak sebersih ASI


b. Tingkat kekebalan tubuh bayi terhadap

(47,7%) 6 kali/tahun mendapatkan


penyuluhan.

infeksi lebih tinggi dari pada bayi yang


Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

mendapatkan makanan tambahan 6


bahwa
bulan
c. Dapat
terhadap
diberikan

menimbulkan
makanan

reaksi
tambahan

alergi
yang

sebagian

mendapatkan

besar

responden

penyuluhan

kali/tahun, hal ini disebabkan antara


lain jarangnya ibu pergi ke posyandu,

adanya anggapan penyuluhan tidak


penting

untuk

Penyuluhan

kurangnya

pengetahuan

karena

orang tua tentang pentingnya

banyak

waktu.

nutrisi seimbang bagi balitanya


c. Masih menganut budaya/ciri khas

diharapkan

dapat

menghabiskan

diikuti

b. Masih

yang bisa mempengaruhi tingkah


mewujudkan tercapainya perubahan
pol a prilaku individu, keluarga dan
masyarakat

dalam

membina

dan

memelihara prilaku hidup sehat serta


berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal yang
salah

satu

indikatornya

adalah

meningkatkan status gizi balita.

laku dan kebiasaan


d. Kondisi fisik anak yang sering
sakit sakitan.
Dalam upaya mengatasi gizi kurang
pada balita pemerintah menetapkan
kebijakan yang konprehensif meliputi
pencegahan,

promosi/edukasi

dan

penanggulangan balita gizi kurang.

2. Status gizi di wilayah kerja Puskesmas

Upaya

ini

dilakukan

melalui

Pasar Kepahiang tahun 2013.


Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan

pemantauan

bahwa

responden

posyandu, penanggulangan balita gizi

(60,5%) diwilayah kerja Puskesmas

kurang dilakukan dengan pemberian

Pasar Kepahiang mempunyai balita

makanan tambahan (PMT).

sebagian

besar

dengan status gizi kurang, hal ini


disebabkan karena :
a. Taraf ekonomi keluarga yang
masih

rendah

yang

ada

hubungannya dengan daya beli


yang dimiliki keluarga tersebut

3. Hubungan
tambahan
wilayah

pertumbuhan

Pemberian
dengan
kerja

di

makanan

status

Puskesmas

gizi

di

Pasar

Kepahiang tahun 2013.


Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan
bahwa dari 65 orang responden yang

sesuai

usia

pemberian

makanan

karena dipengaruhi oleh pengetahuan

tambahan usia 6 bulan terdapat 26

yang cukup baik oleh ibu-ibu tentang

orang (40%) yang berstatus gizi baik

waktu yang tepat dalam pemberian

sedangkan dari 21 orang responden

makanan tambahan bagi balitanya.

yang tidak sesuai usia pemberian


makanan tambahan < 6 bulan terdapat
13 orang (61,9%) yang berstatus gizi
kurang, tetapi ada juga responden
(28,6%) yang membrikan makanan
tambahan tidak sesuai usia 6 bulan
berstatus gizi anak baik.

ada hubungan yang bermakna antara


pemberian makanan tambahan dengan
status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Kepahiang tahun
(p=0,034).

pengamatan

Berdasarkan

penelitian

ini

menunjukkan bahwa penerapan dalam


pemberian makanan tambahan pada
usia 6 bulan sudah cukup baik yang
dilakukan

oleh

para

pendapat dari Notoatmodjo (2010)


yang mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi status gizi balita salah
satunya adalah pengetahuan dan sikap
ibu balita tentang kesehatan yang
berpengaruh

Hasil uji statistik didapatkan bahwa

2013

Hasil penelitian ini sejalan dengan

ibu

yang

mempunyai balita diatas usia 6 bulan,

terhadap

prilaku/kebiasaan sang ibu terhadap


balitanya.
4. Hubungan penyuluhan dengan status
gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Pasar Kepahiang tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan
bahwa dari 45 orang responden yang
mendapatkan penyuluhan sering 6
kali/tahun ada 24 orang (53,3%)
berstatus gizi baik, sedangkan dari 41
orang responden yang mendapatkan
penyuluhan kurang dari 6 kali/tahun

ada 31 orang (75,6%) berstatus gizi

tahun. Sangat dianjurkan bagi ibu-ibu

kurang.

yang mempunyai balita dibawah usia 5

Berdasarkan hal tersebut


menunjukan bahwa masih kurangnya
kasadaran para ibu-ibu balita untuk
rutin ke posyandu sekedar
mendengarkan penyuluhan dari tenaga
kesehatan dan masih kurangnya
kepedulian mereka untuk menambah
atau pengetahuan tentang yeng
berhubungan kesehatan balita mereka.
Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan yang bermakna
antara penyuluhan dengan status gizi
balita di wilayah kerja Puskesmas
Pasar Kepahiang ( p = 0,03%). Hasil
penelitian ini didukung oleh Djuhaeni
(2005) menyatakan kegiatan
penyuluhan yang baik dilakukan

tahun untuk dapat dengan rutin hadir


dalam penyampaian penyuluhan.
Melalui penyuluhan masyarakat
diharapkan mendapatkan pengetahuan,
pembelajaran secara langsung ataupun
melalui tukar pendapat antara ibu-ibu
yang berkunjung ke posyandu.
Kesimpulan. Dari hasil penelitian tentang
hubungan pemberian makanan tambahan
dan penyuluhan terhadap status gizi balita
dalam wilayah Puskesmas Pasar Kepahiang
Tahun 2013 dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Sebagian

responden

yang

memberikan makanan tambahan


pada balitanya pada umur 6 bulan
adalah 24,4%
2. Sebagian
responden

yang

secara rutin setiap bulan yang

mendapatkan penyuluhan dengan

bersamaan dengan posyandu ataupun

frekuensi < 6 kali setahun adalah

minimal dilakuakn dua bulan sekali

47,7%

dengan kata lain enam kali dalam satu

3. Sebagian besar responden memiliki

peningkatan gizi di wilayah kerja

balita dengan status gizi kurang

Puskesmas pasar Kepahiang.


2. Bagi objek penelitian
Perlu upaya lebih lanjut untuk

adalah 60,5%
4. Ada hubungan yang bermakna

meningkatkan motivasi para ibu-ibu


antara

pemberian

makanan
yang mempunyai balita supaya rutin

tambahan dengan status gizi balita


memantau

pertumbuhan

dan

di wilayah kerja Puskesmas Pasar


perkembangan balitanya.
Kepahiang tahun 2013.
5. Ada hubungan yang bermakna
antara

pemberian

penyuluhan

dengan status gizi balita di wilayah


kerja Puskesmas Pasar Kepahiang

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Ariani, 2008, Pedoman pemberian makanan
tambahan, Jakarta : Salemba Medika
Boediharjo 2004, Pemeliharaan Gizi Bayi dan Belita.
Jakarta : Penrbit Bhrata Karya
Aksara.

tahun 2013.
Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan penulis memberikan

Beck 2000, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta :


Gramedia
Depkes RI, 2006. Buku belajar sendiri keluarga
mandiri sadar gizi.
Jakarta.Direktorat Gizi Masyarakat.

beberapa saran yaitu:


1. Bagi Puskesmas Pasar Kepahiang
Hasil penelitian ini
dapat

Depkes RI, 2002. Buku Panduan Pengelola Program


Perbaikan Gizi
Kabupaten/Kota. Jakarta :
Direktorat Gizi Masyarakat.

memberikan masukan bagi tenaga

Depkes RI, 2002.Manajemen Penderita Gizi buruk


di Rumah Tangga. Jakarta :
Direktorat Gizi Masyarakat

kesehatan

di

Puskesmas

Pasar

Kepahiang supaya lebih memantau


status gizi balita sehingga dapat
melakukan

perencanaan

program

Depkes RI, 2002. Analisis situasi gizi dan kesehatan


masyakat. Jakarta :
Direktorat
Gizi Masyarakat
Depkes RI, 2002. Modul pelatihan tatalaksana gizi
buruk. Jakarta :
Direktorat
Gizi Masyarakat
Depkes RI, 2005.Klasifikasi Gizi Anak Bawah Lima
Tahun (BALITA). Jakarta :
Direktorat Gizi Masyarakat

Djuhaeni, 2005, Konsep dasar penyuluhan,Jakarta :


PT. Renita Cipta
Depkes RI, 2006.Standar Pertumbuhan Balita.
Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Depkes RI, 2006. Modul Pelatihan Tatalaksana Gizi
Buruk . Direktorat Bina Gizi
Masyarakat
Depkes RI, 2008.Pedoman Respon Cepat
Penanggulangan Gizi Buruk.
Jakarta :
Direktorat Gizi
Masyarakat
Depkes RI,2008. Pedoman Pemantauan Status Gizi
(PSG) dan Kadarsi.Depkes
RI :
Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Depkes RI, 2010. Standar Pemantauan Status Gizi
Balita. Jakarta : Direktorat Bina
Gizi Masyarakat
Depkes RI, 2010.Riset Kesehatan Dasar. Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, 2010. Profil Dinas
Kesehatan Kota Bengkulu
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang, 2011. Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten
Kepahiang
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang, 2011. Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten
Kepahiang
Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang, 2012. Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten
Kepahiang
Graha 2003, Gizi Masyarakat. Bogor : IPB
Husaini 2003, Peranan ASI dan Berbagai Formula
Makanan Pendamping Guna

Meningkatkan Gizi Bayi dan Balita.


Majalah Kedokteran Indonesia
Kemenkes RI, 2011.Buku Panduan Penyelenggaraan
Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan Bagi Balita
Gizi Kurang- Ditjen Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak,
Kemenkes RI
Kemenkes RI, 2011.Pedoman Pelayanan Anak gizi
Buruk
Nursalam 2010, Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan,
Pedoman Skripsi, Tesis dan
Instrumen Penelitian
Keperawatan, Jakarta : Salemba
Medika
Pudjiadi 2008, Menyiapkan makanan pendamping
ASI. Jakarta : Puspa Swara
Purnomowati 2004, Aspek Kesehatan dan Gizi Anak
Balita. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
Rosidah,2004, Tata Cara Pemberian Makanan
Tambahan
Supriasa, Bakri dan Fajar. 2002. Penilaian status gizi.
EGC, Buku Kedokteran Jakarta
Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian
Kesehatan, 2010.
Suliha, 2003, Analisa status gizi, Jakarta : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai