Anda di halaman 1dari 21

4

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medik


1. Skizofrenia
a. Pengertian
Skizofrenia merupakan istilah diagnostik yang dipakai oleh ahli-ahli
kesehatan mental untuk menggambarkan suatu ketidakteraturan kejiwaan. Ia
biasanya menyerang kelompok remaja dan dewasa yang dicirikan dengan
gangguan-gangguan

dalam

pikiran

dan

persepsi

sensori

(misalnya:

halusinasi-halusinasi, delusi-delusi), kekecewaan-kekecewaan pikiran dan


oleh kemerosotan dalam fungsi-fungsi psikososial. (Keltner, 1999).
Menurut Athkinson (1993), skizofrenia merupakan nama yang diberikan pada
beberapa gangguan yang ditandai dengan parahnya kekacauan kepribadian,
distorsi realita, dan ketidak mampuan untuk berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Klasifikasi skizofrenia
Menurut APA (American Psychiatric Assosiation) Skizofrenia terbagi atas :
1) Tipe positif atau tipe I adalah tipe yang positif terhadap rasa, dimana
gejala-gejalanya bahwa pasien masih mempunyai kemampuan kognisi
dan persepsi yang baik. Gejala-gejala positif ini disebabkan oleh proses
dopminergik subkortikal, yakni kelebihan dopamine yang mempengaruhi
wilayah-wilayah kortis. Tipe positif dicirikan dengan adanya halusinasi,
delusi, ilusi, agresif.
2) Tipe negatif atau tipe II karena gejala-gejala secara esensial tidak
nampak;

yakni

sebagainya.

tidak

Tipe

II

adanya
ini

pengaruh,

kemungkinan

kehilangan
disebabkan

energi
oleh

dan

proses

hipodopaminergik dan juga oleh perubahan struktur kortis (misalnya


atropi cerebral). Patoanatomi dimengerti sebagai akibat dari turunnya

cerebral blood flow: CBF terutama di bagian-bagian depan, dan naiknya


ventricular brain ratios (VBRs). Tipe negatif dicirikan dengan perilaku
menarik diri
Sedangkan menurut Kriteria DSM-IV, klasifikasi skizofrenia terdiri dari:
1) Skizofrenia Paranoid
2) Skizofrenia Disorganized
3) Skizofrenia Katatonik
4) Skizofrenia Undifferentiated (Andiferensiasi):
5) Skizofrenia Residual
Skizofrenia Residual
Skizofrenia Residual merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala skizofrenia
yang tidak begitu menonjol (Hawari, 2001)
Menurut PPDGJ III, untuk mendiagnosis skizofrenia residual persyaratan
yang harus dipenuhi adalah:
1)

Adanya gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol


misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan tidak ada ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk
seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, moulasi suara, dan posisi
tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.

2)

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas


dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.

3)

Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun


dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan
halusinasi sangat berkurang dan telah timbul gejala negatif dari
skizofrenia

4)

Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak


organik lain, depresi kronis atau institusional yang dapat menjelaskan
disabilitas negatif tersebut.

2. Konsep Diri : Harga Diri Rendah


a. Pengertian
Konsep diri adalah

Semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu


tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Stuart & Sudden, 1998). Termasuk persepsi individu akan sifat
dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilainilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginan.

Cara individu memandang dirinya secara utuh meliputi fisik, emosional,


intelektual, sosial dan spiritual.

Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari melalui
kontak sosial, pengalaman berhubungan dengan orang terdekat, orang lain
dan dengan realitas dunia. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi
oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.
b. Rentang Respon Konsep Diri
Respon individu terhadap konsep diri, berfluktuasi sepanjang rentang respon
dari adaptif sampai maladaptif.
Respon

Respon

Adaptif

maladaptif

Konsep diri positif


Aktualisasi

Kekacauan identitas
Harga diri rendah

Gambar 1. Rentang respon terhadap konsep diri


Sumber : Dep Kes RI, 2000

Depersonalisasi

c. Konsep diri terbagi atas : (Stuart&Sudden,1998) :


1) Citra diri
Kumpulan dari sikap individu yang disadari atau tidak disadari terhadap
tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang

ukuran,

fungsi,

penampilan

dan

potensi.

Yang

secara

berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang


baru.
2) Ideal diri (self ide)
Persepsi

individu

tentang

bagaimana

dia

seharusnya

berperilaku

berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.


3) Penampilan peran (role performance)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosila
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran
yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan.
Peran yang diterima adalah peran yang dipilih atau terpilih oleh individu.
Menurut Stuart and Sudden (1998) terdapat 5 faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri dengan peran :

Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran

Konsistensi orang yang berarti terhadap peran individu

Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan

Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran

Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran

4) Identitas personal (identity)


Penilaian individu terhadap dirinya sebagai suatu kesatuan utuh, berlanjut,
konsisten dan unik. Ini berarti individu tersebut otonom, berbeda dengan
orang lain termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin.
5) Harga diri (self esteem)

Penilaian tentang nilai individu dengan menganalisa kesesuaian perilaku


dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai seseorang
yang penting dan berharga. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri
sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adalah
perasaan diterima, dicintai, dihormati dan frekuensi dari kesuksesan.
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara :

Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus


dioperasi, kecelakaan, dicederai, putus hubungan kerja, perasaan
malu kerena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dipenjara).

Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien mempunyai cara berpikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini menyebabkan respon yang mal adaptif.

d. Perilaku dengan harga diri rendah :


Mengkritik diri sendiri atau orang lain
Produktifitas menurun
Destruktif pada orang lain
Gangguan berhubungan
Merasa diri lebih penting
Merasa tidak layak
Rasa bersalah
Mudah marah dan tersinggung
Perasaan negatif terhadap diri sendiri
Pandangan hidup yang pesimis
Pandangan hidup yang terpolarisasi

Mengingkari kemampuan diri sendiri


Mengejek diri sendiri
Mencederai diri sendiri
Isolasi sosial
Penyalahgunaan zat
Menarik diri dari realita
Ketegangan peran
Khawatir

3. Psikodinamika
a. Teori Biologis
Ahli biologi berpendapat bahwa skizofrenia disebabkan oleh keadaan
abnormal yang anatomis dan psikologis pada otak. Keadaan ini dapat
disebabkan akibat penggunaan obat psikotropika, terapi somatik, alkohol,
infrak cerebri. Teori biologi mencakup penjelasan mengenai teori biokimia,
neurostruktural, genetis, faktor-faktor risiko perinatal, dan teori-teori lainnya.
1) Teori Biokimia

Aktivitas dopaminergik yang berlebihan dalam wilayah kortis dapat


menyebabkan tipe positif (tipe I) dari symptom skizofrenia (yakni:
halusinasi, delusi, dan pikiran-pikiran yang tak beraturan). Dopamine
yang berlebihan dapat melipat gandakan kenaikan sintesis dopamine,
meningkatkan aktivitas dopamine atau membuat penyimpangan
aktivitas dopamine, atau juga menambah jumlah dan meningkatkan
aktivitas reseptor-reseptor dopamine.

Zat-zat kimia lain yang dapat menimbulkan skizofrenia yakni serotonin,


glutamat (glutamate), dan glisin (glycine).

2)

Teori Neurostruktural
Teori ini mengacu pada struktur syaraf dimana skizofrenia disebabkan
oleh kerusakan/gangguan pada struktur syaraf. Misalnya, skizofrenia
negatif (tipe II), diakibatkan oleh patoanatomi (pathoanatomy).

10

Tiga hal yang berpengaruh pada struktur syaraf bila terjadi parubahan
adalah naiknya VBRs (rasio otak ventrikular), atropi otak, dan
menurunnya aliran darah cerebral.
Pada skizofrenia ditemukan adanya struktur otak seperti :
Pembesaran ventrikel otak
Ukuran otak dan kranial kecil
Hipoplasia pada sistem limbik khususnya hipokampus.
3) Teori Genetik
Skizofrenia dapat terjadi bila orang tua (keluaraga) memiliki riwayat
skizofrenia atau kembar identik dengan gangguan skizofrenia.
4) Faktor-faktor resiko perinatal
Beberapa penelitian percaya bahwa skizofrenia dapat terjadi akibat
infeksi, malformasi perkembangan selama masa gestasi dan komplikasi
selama proses persalinan.
b. Teori Psikodinamika
1) Teori Psikoanalisa
Setiap manusia akan mengalami tahap tumbuh kembang dari janin
hingga dewasa. Masing-masing tahap akan menimbulkan respon
psikologis pada individu tersebut. Kondisi kegagalan melewati tiap
tahapan dalam tumbuh kembang dapat menimbulkan kecemasan dan
ketidaknyamanan psikologis sehingga individu menggunakan koping
mekanisme untuk mengendalikan kecemasannya. Kecemasan akan
menimbulkan disintegrasi id-ego-superego. Dominasi dari masing-masing
id-ego-superego akan menimbulkan perilaku maladaptif. Skizofrenia
merupakan kumpulan gejala psikosis yang timbul akibat ketidak
seimbangan antara id-ego dan superego.
2) Teori Sosial kultur
Kehidupan sosial budaya berpengaruh terhadap timbulnya gangguan
mental. Kondisi stress lingkungan sosial kultur (perceraian, kehilangan,

11

kegagalan) menimbulkan rasa terisolasi dan akumulasi stress sosial


kultur menyebabkan psikosis disoders.
3) Teori Interpersonal
Menurut

Sulivan

Peplou

dalam

teori

model

interpersonal

mengemukakan bahwa gangguan jiwa muncul akibat ansietas yang


timbul dan dialami dalam hubungan interpersonal. Ketakutan manusia
adalah takut ditolak oleh orang lain karena manusia membutuhkan rasa
aman dan kepuasan dari hubungan interpersonal yang memuaskan.
Teori ini berhubungan erat dengan teori sosial kultur bahwa stress
lingkungan yang menjadi predisposisi masalah harga diri rendah
dalam skizofrenia akibat kegagalan dalam hubungan interpersonal
baik dalam masyarakat maupun keluarga.
Menurut teori interpersonal, perawat berperan sebagai fasilitator yang
membantu klien agar dapat membagi ansietas dan perasaannya
sehingga klien dapat mengendalikan perilakunya.
4. Teori lain yang mendukung
a. Teori Belajar (Operan Conditioning)
Menurut B.F Skinner (1953), operan conditioning diperlukan dalam hubungan
antara perilaku sehari-hari dengan lingkungan karena perilaku sangat
dikontrol oleh lingkungan.
Operan conditioning berisikan reinforcement baik positif maupun negatif yang
dapat diberikan pada perilaku seseorang dalam berhubungan dengan
lingkungan. Reinforcement merupakan hal penting dalam berhubungan
dengan orang lain. Kurangnya reinforcement positif pada interaksi seseorang
dengan lingkungan menyebabkan seseorang mudah depresi dan mengalami
harga diri rendah. Kunci asumsi pada teori ini adalah semakin sedikit
reinforcement positif yang diterima seseorang, maka semakin banyak
kemungkinan terkena skizofrenia yang diwujudkan dalam pemikiran negatif
terhadap diri dan harga diri rendah.
Berdasarkan teori ini, ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan agar tidak
terjadi perilaku negatif seperti harga diri rendah :
a.

Pengalaman positif dalam seksualitas

12

b.

Reward terhadap interaksi sosial

c.

Kemampuan mengungkapkan perasaan

Oleh karena itu perawatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan


kuantitas interaksi reinforcement positif dan menurunkan interaksi yang tidak
sehat.

b. Teori Eksistensial
Model ini menyatakan bahwa kehidupan akan penuh arti bila manusia dapat
menerima diri secara diri sepenuhnya. Penerimaan diri dapat dicapai melalui
hubungan dengan orang lain.
5. Psikopathologi
Teori Psikoanalisa
Kegagalan dalam tahap tumbuh kembang
Usia 0-1 thn : kegagalan fase oral, bounding attactment, pengalaman perpisahan
Usia 1-3 thn : kegagalan fase anal (toilet training), pengalaman perpisahan
Usia 3-6 thn : kegagalan fase falik (identifikasi jenis kelamin)
Usia 6-12 thn : kegagalan fase laten
Usia 12-20 thn : kegagalan fase genital (gagal berhubungan dengan lawan jenis)
Peristiwa psikotrauma : pelecehan seksual, bencana alam, kejadian luar biasa
Merasa ditolak, disakiti dan kehilangan cinta orang tua

Terpecahnya struktur kepribadian id-ego-superego


Fiksasi pada masa kanak-kanak terbawa sampai dewasa
(Basic Anxietas)
Pertahanan ego tidak mampu mengendalikan kecemasan
Self esteem , kepuasan diri
Presipitasi : kegagalan, perpisahan dan kehilangan

13

Kegagalan mengontrol kecemasan


Pertahanan ego kurang adekuat
Koping mekanisme maladaptif
(regresi, proyeksi,menghindari, masalah)

Symptom negatif

Symptom positif

Kognitif Afektif

Perilaku

Perhatian Depresi

Fisik

Kognitif

Afektif
Hostility

Perilaku

Fisik

Menarik diri Pergerakan

Banyak

Agitasi

Katatona

Murung

Inisiatif

Nafsu

ide

Streotip

Tremor

Daya

Sedih

Avolition

makan

Insomnia

Bizare

Pikir

Hopeless

Alogia

Anhedonia

Energi

Halusinasi
Delusi

Tdk puas HDR

Ilusi

Teori Interpersonal
Kegagalan dalam tahap tumbuh kembang
Usia 0-1 thn (trust><midtrust) : kegagalan untuk membina rasa percaya kepada orang lain.
Usia 1-3 thn (autonomy><shame) : merasa malu-malu dan ragu-ragu.
Usia 3-6 thn (initiative>< guility): selalu merasa bersalah dan kurang inisiatif
Usia 6-12 thn (industry><inferiority) : kegagalan bersosialisasi sehingga rendah diri.
Usia 12-18 thn (identity><role diffusion) : kekaburan peran dan identitas.
Usia 18-30 thn (intimacy><Isolation) : kegagalan dalam komitmen, rasa tidak puas
terhadap pasangan.
Usia 30-65 thn (productive><self absorption) : kegagalan dalam karier
Usia . 65 thn (integrity><despair) : rasa putus asa, hampa, hilang harapan
Konflik intrapersonal
Kegagalan, kehilangan
Rasa tidak nyaman dan tidak puas
Kepuasan diri
Self esteem
Basic Anxietas

14

Presipitasi : kegagalan atau kehilangan


Kecemasan
Koping maladaptif
(Regresi, menarik diri, isolasi, mengindar, marah)

Symptom negatif

Symptom positif

Kognitif Afektif

Perilaku

Fisik

Perhatian Depresi

Menarik diri Pergerakan

Kognitif

Afektif

Banyak

Hostility

Perilaku
Agitasi

Katatona
Tremor

Murung

Inisiatif

Nafsu

ide

Streotip

Daya

Sedih

Avolition

makan

Insomnia

Bizare

Pikir

Hopeless

Alogia

Anhedonia

Energi

Halusinasi
Delusi

Tidk puas HDR

Ilusi

Teori Sosiokultural
Stres lingkungan :
Sosial ekonomi rendah

Penyakit Kronik

Perbedaan Budaya

Kecacatan

Keluarga tidak harmonis

Penuaan

Perasaan terasing, takut, tidak berdaya, malu


Ansietas
Perubahan perilaku
Hubungan sosial
PRESIPITASI
Kerusakan komunikasi keluarga
Support sistem keluarga kurang
Perceraian, perpisahan, kegagalan
Ansietas bertambah

Fisik

15

Mekanisme Koping maladptif

Regresi

Proyeksi

Menarik diri

Menghindar

Symptom negatif

Marah

Symptom positif

Kognitif Afektif

Perilaku

Perhatian Depresi

Menarik diri Pergerakan

Fisik

Kognitif

Afektif

Banyak

Hostility

Perilaku

Katatona
Tremor

Murung

Inisiatif

Nafsu

ide

Streotip

Daya

Sedih

Avolition

makan

Insomnia

Bizare

Pikir

Hopeless

Alogia

HDR

Energi

Fisik

Agitasi

Delusi
Halusinasi

Tidak puas
Ilusi

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri: harga
diri rendah adalah :
Penolakan orang tua
Harapan orang tua yang tidak realistis
Kegagalan yang berulang kali
Kurang mempunyai tanggungjawab personal
Ketergantungan pada orang lain
Ideal diri tidak realistik
b. Faktor Presipitasi
Presipitasi terjadinya gangguan konsep diri: harga diri rendah dapat
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal :
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan
kehidupan tang mengancam kehidupan

16

Ketegangan peran dalam stres yang berhubungan dengan frustasi yang


dialami individu dalam peran dan posisi yang diharapkan.

Ancaman fisik seperti kelelahan, gangguan penggunaan obat, alkohol dan


zat, ketidakseimbangan bio-kimia.
c. Dalam pengkajian perlu adanya pengamatan perilaku harga diri rendah
seperti :
Data subjektif
Perubahan proses pikir
Ide yang meloncat-loncat
Retardasi
Blocking
Autisme
Bingung (ambivalen)
Kehilangan assosiasi
Perubahan Kesadaran
Bingung
Bicara inkoheren
Perubahan affek
Afek labil
Apatis
Ambivalen
Anhedonia
Data Objektif
Perubahan relasi personal
Penurunan perhatian
Komunikasi tidak adekuat/tidak nyambung
Hostility
Menarik diri
Perubahan aktivitas

17

Agitasi
Katatonik
Pengulangan pergerakan
Streotype
2. Diagnosa Keperawatan
a.

Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan


mekanisme koping tidak efektif.

b.

c.

Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurang motivasi.

3. Rencana Keperawatan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping
mekanisme tidak efektif.
Data Subjektif
Pengungkapan diri yang negatif
Membesarkan umpan balik negatif mengenai dirinya
Data Objektif
Ekspresi rasa bersalah/malu
Ragu untuk mencoba hal-hal/situasi baru.
Penampilan tubuh buruk
Tidak asertif/pasif
Ragu-ragu
Tujuan
Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain secara optimal.
Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

18

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
f.

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

g. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.


Kriteria Evaluasi
a. Ekspresi wajah bersahabat, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
menyebutkan nama, menjawab salam, klien mau duduk berdampingan
dengan perawat, dan mau mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki, aspek positif
keluarga, aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.
c. Klien menilai kemampuan yang dimiliki.
d. Klien membuat rencana kegiatan harian.
e. Klien

malakukan

kegiatan

sesuai

dengan

kondisi

sakit

dan

kemampuannya.
f.

Kilen mengungkapkan kondisi klien dan tindakan yang dilakukan pada


klien.

g. Klien mampu menggunakan obat dan mengetahui manfaat obat.


Rencana Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
R/

saling

percaya

merupakan

awal

hubungan

agar

mengungkapkan perasaannya.
b. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
R/ agar klien menyadari kemampuan positif pada dirinya.
c. Berikan pujian atas kemampuan klien.
R/ pujian menguatkan perilaku klien.
d. Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan.
R/ agar klien merasa dirinya berarti.

klien

mau

19

e. Bimbing klien melaksanakan tugas harian/ kegiatan harian.


R/ rencana kegiatan membantu mengarahkan kegiatan klien.
f.

Beri contoh pelaksanan kegiatan yang boleh dilakukan


R/ contoh memberikan model pelaksanaan kegiatan yang benar dan sesuai
kemampuan klien.

g. Beri kesempatan klien untuk mencoba melakukan kegiatan sesuai rencana


R/ meningkatkan penilaian diri klien
h. Berikan pujian terhadap tindakan yang dapat dilakukan klien
R/ pujian menguatkan perilaku klien
i.

Berikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga cara merawat klien harga


diri rendah.
R/ keluarga merupakan tempat yang akan mengurus klien setelah masa
perawatan di RS.

j.

Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada klien.


R/dukungan orang terdekat menimbulkan rasa aman bagi klien.

k. Bantu dan anjurkan pada keluarga untuk menyiapkan lingkungan untuk


menerima klien kembali.
R/ lingkungan yang tidak nyaman dapat menimbulkan respon kecemasan
dan menjadi presipitasi psikologis bagi klien.
l.

Jelaskan tentang pengobatan pada klien.


R/ keteraturan pemakaian obat menentukan onset relaps suatu penyakit.

Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah


Data subjektif
Mengekspresikan perasaan kesepian, penolakan
Keinginan terhadap kontak lebih banyak dengan orang
Melaporkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial
Perasaan tidak berguna
Data Objektif
Larut dalam pikiran sendiri
Kontak mata kurang/susah
Tidak komunikatif

20

Menarik diri
Sedih, afek dangkal
Tampak depresi, cemas dan marah
Kurang aktivitas
Kegelisahan
Perasaan penolakan
Keraguan tentang kemampuan untuk melangsungkan kehidupan
Ketidakmampuan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
Tujuan
Tujuan Umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubugan dengan orang lain.
d. Klien dapat melaksanaan hubungan sosial secara bertahap
e. Klien dapat mengungkapkan persaaannya setelah berhubungan dengan
orang lain.
f.

Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.

Kriteria Evaluasi
a. Ekspresi wajah bersahabat, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
menyebutkan nama, menjawab salam, klien mau duduk berdampingan
dengan perawat, dan mau mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
atau kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

dengan orang lain

21

d. Klien mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara klienperawat, klien-perawat-perawat lain, klien-perawat-perawat lain-klien lain,
klien-keluarga.
e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
f.

Keluarga

mampu

menjelaskan

perasaannya,

berpartisipasi

dalam

perawatan klien.
Rencana Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
R/ hubungan saling percaya merupakan dasar interaksi, sehingga klien
mau mengungkapkan perasaannya.
b. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
R/ mengetaui sejauhmana pengetahuan klien tentang menarik diri.
c.Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau tidak mau bergaul.
R/ mengetahui alasan klien menarik diri.
d. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
R/ reinforcement positif meningkatkan harga diri klen.
e. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang
lain serta kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
R/ mengetahui tingkat pengetahuan klien.
f. Diskusikan tentang keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
R/ meningkatkan pengetahuan klien tentang keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
g. Berikan reinforcement positif terhadap kemampun klien mengungkapkan
perasaannya
R/ meningkatkan harga diri klien.
h. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
R/ mengetahui pengetahuan klien dalam membina hubungan dengan
orang lain.
i. Bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

22

R/ kemampuan berhubungan dengan orang lain menandakan penurunan


perilaku menarik diri.
j. Dorong klien mengungkapkan perasaan bila berhubungan dengan orang lain.
k.R/ perasaan senang dapat menstimulus seseorang melakukan hubungan
dengan orang lain.
l. Jelaskan pada keluarga tentang perilaku klien
R/ agar keluarga kooperatif
m. Anjurkan keluarga mendukung klien agar mau berhubungan dengan
oranglain
R/ dukungan orang terdekat meningkatkan rasa aman.
n. Anjurkan keluarga menjenguk secara bergantian setiap minggu
R/ perhatian pada klien meningkatkan rasa aman bagi klien.
o. Berikan pujian atas keputusan dan keterlibatan keluarga
R/ pujian meningkatkan fungsi keluarga.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurang motivasi.
Data Subjektif
Klien mengungkapkan malas untuk membersihkan tubuhnya
Data Objektif
Kurang motivasi mandi, mencuci rambut, mengosok gigi dan perawatan kulit.
Tidak ada keinginan untuk mandi.
Ketidak mampuan untuk menerima kebutuhan atau teknik kebersihan.
Tujuan
Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan minat atau motivasinya dan mempertahankan
kebersihan diri.
Tujuan khusus
a. Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
b. Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.

23

c. Klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri.


d. Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
e. Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria Evaluasi
a. Klien dapat menyebutkan kebersihan diri, kebersihan untuk kesehatan dan
menjelaskan cara merawat diri.
b. Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri.
c. Klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin.
d. Klien selalu tampak bersih dan rapi.
e. Keluarga

selalu

mengingatkan

hal-hal

yang

berhubungan

dengan

kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam


menjaga kebersihan diri dan keluarga membantu dan membimbing klien
dalam menjaga kebersihan diri.

Rencana Tindakan
a. Dorong klien untuk melakukan aktivitas perawatan diri.
R/ memotivasi klien agar merawat diri.
b. Berikan perlengkapan perawatan diri.
R/ memfasilitasi agar klien mau merawat diri.
c. Buat jadwal kegiatan perawatan diri secara konsisten.
R/ memacu kegiatan perawatan diri.
d. Berikan bantuan dalam perawatan diri.
R/ kelemahan fisik membatasi kemampuan klien untuk merawat diri.
e. Berikan kesempatan klien untuk merawat diri sesuai kemampuan.
R/ meningkatkan harga diri klien/ kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
f.

Berikan pujian atas kemampuan klien dalam kegiatan perawatan diri.


R/ pujian akan menguatkan perilaku.

g. Libatkan orang terdekat dalam memotivasi klien untuk perawatan diri.


R/ dorongan orang terdekat membantu meningkatkan motivasi klien untuk
merawat diri.

24

Anda mungkin juga menyukai