Anda di halaman 1dari 120

(SPESIFIKASI TEKNIS)

BAB I

DATA PROYEK

Pasal 1

: Nama proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :


Pembangunan Mess Sabang di Banda Aceh

Pasal 2

: Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :
Banda Aceh

Pasal 3

: Item-Iten Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Kontraktor


Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam :
Kontrak Kerja dan Bill of Quantity

Pasal 4

: Sumber Dana Proyek berasal dari :


APBK SABANG TAHUN ANGGARAN 2015 (OTSUS)

BAB II

KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

Pasal 1

: Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia
Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek
seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti
yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya
sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.
3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan
dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa
Pelaksana Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali
ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana
lapangan proyek kepada Owner yang didalamnya tercantum beberapa
tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan posisi minimal seperti berikut
atau sesuai yang diajukan:
1. Project manager
2. Site Manager
3. Quality Engineer
4. Quantity Engineer
5. Arsitek
6. Supervisor Lapangan
7. Surveyor
8. Draftman
1

(SPESIFIKASI TEKNIS)

9. Administrasi Proyek
10. Operator Computer
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan
bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Owner.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi
lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada
dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.
7. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan
diketahui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi serta Konsultan
Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka
waktu lebih dari 3 hari.
9. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner dan Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk pengantian tenaga ahli Kontraktor
Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai
menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan
baik.
10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor
Pelaksana harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan
administratif di lokasi pekerjaan.
Pasal 2

: Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor


1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanyalah dapat
dilakukan dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi serta mendapat persetujuan dari Owner.
2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua
persyaratan di dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target
prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap pekerjaan, maka Konsultan
Supervisi berhak menginstruksikan kepada Kontraktor Pelaksana untuk
menganti Sub Pelaksana pekerjaan tersebut dengan yang lain, dan yang
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Kontraktor
Pelaksana harus menjalankan instruksi tersebut.

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan untuk meninggalkan


kewajibannya dengan cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian atau
seluruhnya kepada pihak lain (Sub Pelaksana Pekerjaan) tanpa seijin atau
persetujuan Owner.
4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor
Pelaksana tidak dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian pekerjaan yang
menjadi kewajibanya tanpa persetujuan Owner dan Konsultan
Manajemen Konstruksi.
5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan
Manajemen Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung
jawab penuh atas segala kelalaian dan kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan dan kelalaian tersebut
merupakan kesalahan dan kelalaian Kontraktor Pelaksana sendiri.
6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak Kerja
langsung dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam menyediakan dan
mengerjakan bagian-bagian pekerjaan khusus sesuai dengan keahliannya.
7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil
pekerjaan Sub Kontraktor.
Pasal 3

: Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )


1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Pelaksanaan
(Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya,
terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang Gambar Detailnya tidak
dijelaskan dalam Gambar Bestek.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh
Konsultan Supervisi dalam masa konstruksi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum
Shop Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh Konsultan
Supervisi.
4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek kecuali atas
persetujuan Konsultan Perencana.
5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan memperkecil
kuantitas maupun kualitas pekerjaan.

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 4

: Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek
/Gambar Revisi dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara), satu set
Shop Drawing, satu set Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity
dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan.
2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan
Bill of Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan
yang rapi.

Pasal 5

: Buku Instruksi dan Buku Tamu


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan
Buku Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan
ditempatkan pada tempat yang baik.
2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang
dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi dan Owner untuk dilaksanakan
oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi,
nama dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang
memberi instruksi.
4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku
Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana
minimal Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor
lapangan yang diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang
berkunjung ke lokasi pekerjaan harus terdata dan mengisi buku tamu ang
telah disediakan oleh Kontraktor Pelaksana.

Pasal 4

: Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )


1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil
Pelaksanaan (Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan
pekerjaan dilapangan sebelum serah terima tahap pertama dilakukan.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah
pekerjaan Mekanikal, Elektrikal, Site Plan, Landscaping dan pekerjaan
pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
4

(SPESIFIKASI TEKNIS)

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing


yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner dan Konsultan
Perencana kepada Owner.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat
yang baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.
Pasal 5

: Rencana Waktu Pelaksanaan


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian
pekerjaan (time schedule) keseluruhan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai dengan
rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner kecuali ditentukan
lain dalam Kontrak Kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian
pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Owner kepada Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan diketahui oleh Konsultan
Supervisi.
5. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk tidak menyetujui
rencana penyelesaian pekerjaan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara teknis.
6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan
karena kesalahan dalam menyusun waktu pemnyelesaian pekerjaan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan
karena factor cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan
dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui
oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan untuk penambahan waktu
pelaksanaan pekerjaan.

(SPESIFIKASI TEKNIS)

8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan


karena factor-factor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui
oleh Konsultan Supervisi seperti permasalahan dengan tanah/lahan
pekerjaan sehingga Kontraktor pelaksanan tidak bisa memasuki dan
memulai pekerjaan, ganguan keamanan dari masyarakat setempat harus
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan
karena permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis,
Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada
keputusan yang pasti dari Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan
yang disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam point
6, point 7 dan point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan
waktu pelaksanaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan
persetujuan Konsultan Manajemen dan Owner.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang
diberikan kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang
disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.
Pasal 6

: Request Material Dan Request Pekerjaan


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan
semua material bangunan (request material) sebelum material bangunan
tersebut dipakai dan dimasukan kelokasi pekerjaan.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai
dengan contoh material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Owner.
3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan
Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set
contoh material yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.
5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material
bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
6

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request


pekerjaan) untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa
Request Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 7

: Metode Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap
pekerjaan Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat Lantai, Pembesian
Poor, Pengecoran Poor, ( Beton Bertulang lainnya ) Konstruksi KudaKuda serta pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode
Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 8

: Rencana Material Dan Peralatan


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan
mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap
minggu kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan
peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan
peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis.

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 9

: Rencana Tenaga Kerja


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja
mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap
minggu kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan
tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis.

Pasal 10

: Pekerjaan Diluar Jam Kerja


1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian
pekerjaan harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.
2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi
untuk pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan
oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas
pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

Pasal 11

: Laporan Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan,
dan laporan bulanan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan
diketahui serta diperiksa oleh Konsultan Supervisi tentang kemajuan
pelaksanaan pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang
dibuat oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung
kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam
rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan.
Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan dan bulanan harus
8

(SPESIFIKASI TEKNIS)

diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan


Supervisi dan Owner.
Pasal 12

: Surat Menyurat Dan Komunikasi


1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif
harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi
juga diketahui oleh Konsultan Supervisi serta Owner.
2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus
melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi juga diketahui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi serta Owner.
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di
luar proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan informasi
tentang hal tersebut kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.

Pasal 13

: Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)


1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili
minimal oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.
3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana
kecuali ditentukan lain oleh Owner.
4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1
(satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili
minimal oleh Supervisor lapangan.
6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana
kecuali ditentukan lain oleh Owner.

Pasal 14

: Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi Pekerjaan


1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk
memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lain
dimana Kontraktor Pelaksana melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh


Sub Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan,
maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya
Owner dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki
bengkel kerja dan tempat-tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana
pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi
langsung dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan
Supervisi untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam proses
pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan
Supervisi secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sementara waktu
jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan
keselamatan Owner dan para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.
Pasal 15

: Progress Payment
1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan
Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress Payment.
Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana dibayar berdasarkan Progress
Realisasi Pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan.
2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi dan diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan
dilapangannya oleh Konsultan Supervisi.
3. Konsultan Manajemen Konstruksi dapat menunda atau membatalkan
Progress Payment Kontraktor Pelaksana jika berdasarkan pengamatan
sendiri atau laporan/rekomendasi Konsultan Supervisi tentang adanya
pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis
dan Bill of Quantity.
4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner
jika telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

Pasal 16

: Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat


1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua
kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan
10

(SPESIFIKASI TEKNIS)

maupun pada saat sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan
pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan
bersama antara Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner
sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan
selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh
Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam sebuah
Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga pihak tersebut.
4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil
Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana,
Konsultan Supervisi dan Owner.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar
Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
memperbaikinya dengan biaya sendiri.
6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan
kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
karena lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan
bukan atas dasar perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab
lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam
masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat
pada masa pelaksanaan.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 17

: Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan ( Operation Hand-Book )


1. Kontraktor Pelaksana bersama dengan Konsultan Perencana harus
membuat Buku Petunjuk Penggunaan atau system operasi (Operation
Hand-Biook) sebelum masa Serah Terima Pertama untuk semua
peralatan yang ada dalam bangunan seperti :
a. Instalasi Listrik;
b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor; dan
c. Instalasi Pemadam Kebakaran (jika ada).
2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan pengguna
bangunan dengan memberikan penjelasan yang diperlukan.
3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada
tempat yang ditentukan oleh Owner atau pengguna bangunan.

Pasal 18

: Petunjuk Bangunan Dan Nama Ruangan


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan
Perencana,
Konsultan
Supervisi,
Owner
dan
Pemilik
Bangunan/Pengguna Bangunan harus membuat petunjuk dan Nama
semua ruangan berdasarkan fungsinya masing-masing sebelum masa
Serah Terima Pertama (PHO).
2. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner juga harus membuat
Petunjuk Pintu Masuk Utama dan Pintu Keluar Utama untuk semua
bangunan dari material yang dapat dilihat dengan mudah pada siang hari
maupun malam hari.
3. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner harus membuat Duplikat
Denah Bangunan ukuran 40 x 50 cm untuk masing-masing lantai dan
ditempatkan pada daerah sekitar tangga atau ruang tunggu.

Pasal 19

: Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan


1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress 100%
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi dan Owner ,
maka pihak Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama menandatangani Berita
Acara Serah Terima Pertama ( PHO ) kecuali ditentukan lain oleh Owner.
2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani berdasarkan
klaim progress 100% yang diajukan Kontraktor Pelaksana, maka
12

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama


melakukan Pemeriksaan Lapangan.
3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai kualitas
maupun kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan yang ditemukan
dalam Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi kewajiban Kontraktor
Pelaksana memperbaikinya sebelum Serah Terima Pertama
ditandatangani dan hal ini harus dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan Cacat.
4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing dan
Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui
oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum
Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani.
5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan
realisasi perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat dan
Asbuilt Drawing yang telah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk keperluan penandatanganan Berita Acara Serah Terima
Pertama (PHO).
6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikanperbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan Supervisi akan
mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai selesainya pekerjaan dan
perbaikan yang berarti Serah Terima Kedua ( FHO ) kedua dari pihak
Kontraktor Pelaksana kepada Owner.
Pasal 20

: Pemamfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan


1. Pemafaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan hanya
boleh dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara Owner
(Pemberi Tugas) dengan Pemilik/Bangunan ditanda tangani.
2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan bangunan dan
memamfaatkan semua fasilitas yang ada dalam bangunan selama
bangunan masih dalam proses Serah Terima antara Kontraktor Pelaksana
dengan Owner.
3. Pemamfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara
Owner dan Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan persetujuan
Owner dan Kontraktor Pelaksana.
4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan
dengan biaya sendiri semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat
13

(SPESIFIKASI TEKNIS)

penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan yang telah disetujuinya


bersama dengan Owner.
Pasal 21

: Penanggung Jawab Pengawasan


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia
Jasa Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang
disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang
disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan
dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa
Pengawas Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali
ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan
lapangan proyek kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner
dimana didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi
dengan posisi minimal seperti berikut atau seperti yang diajukan :
1. Site Enggineer/Leader;
2. Chief Inspector;
3. Inspector;
4. Tenaga Administrasi; dan
5. Operator Computer.
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi
pengawasan lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi
harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.
5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan
lapangan proyek yang telah disetujui oleh KOnsultan Manajemen
Konstruksi dan Owner kepada Kontraktor Pelaksana.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi dan Owner.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi jika hendak meninggalkan lokasi
pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Owner untuk pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi
yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai
14

(SPESIFIKASI TEKNIS)

menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan


baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan
Supervisi harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di
lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan
bulanan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan diketahui oleh
Owner atas segala hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh
Kontraktor pelaksana.
11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan
hasil diskusi dan konsultasi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi
dan Owner.
Pasal 22

: Instruksi Konsultan Supervisi


1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi
atau perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam
bentuk tulisan.
3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus
diikuti oleh Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang
jelas dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti
disebutkan dibawah ini :
a) Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga
membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang
baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan
Gambar Bestek.
b) Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak
sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
c) Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor
Pelaksana yang dianggap kurang mampu.
d) Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan
untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
15

(SPESIFIKASI TEKNIS)

e) Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode


pelaksanaan Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat
sehingga dapat mengurangi kualitas dan memperlambat proses
penyelesaian pekerjaan.
Pasal 23

: Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan


1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi serta Owner berhak mengadakan
perubahan-perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill
of Quantity yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan
perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity
tanpa persetujuan Konsultan Supervisi atau Konsultan Perencana.
3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus
disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana untuk
dilaksanakan.
4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang
dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner
secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak
tertulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak
boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari
biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner.
6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan
Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan
Perencana diketahui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan disetujui
oleh Owner.
7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume
pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.
8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian antara
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan
Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak tetapi
harus melaporkannya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
tindakan selanjutnya.
16

(SPESIFIKASI TEKNIS)

9. Konsultan Manajemen Konstruksi dengan persetujuan Konsultan


Perencana dan Owner berhak menentukan acuan mana yang harus
dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis, dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi, jika terjadi perbedaan antara Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan yang harus
dipegang ditentukan seperti berikut :
a) Kontrak Kerja;
b) Bill of Quantity;
c) Gambar Bestek dan Gambar Revisi; dan
d) Spesifikasi Teknis.
Pasal 24

: Struktur Organisasi Proyek


1. Struktur Organisasi Proyek dibuat
Konstruksi dengan persetujuan Owner.

oleh

Konsultan

Manajemen

2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum


hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.
3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus
diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.
4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus segera
diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam
proyek.
5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan
pada posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet ( Kantor
Konsultan Supervisi ) dan Kantor Kontraktor Pelaksana.
Pasal 25

: Ketentuan Lain
1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Kontraktor
Pelaksana dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi
dan dilaksanakan.
2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis
harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana walaupun hal
tersebut tidak disebutkan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi dengan Persetujuan Owner.

17

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi


Teknis dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan
adalah aturan yang terdapat dalam Kontrak Kerja.
4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen Konstruksi bersama
dengan Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner dalam proses
pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu ketentuan yang mengikat serta
wajib diikuti oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi tersebut harus tetap mengacu pada Kontrak Kerja yang telah
ada.
6. Konsultan Manajemen Konstruksi bersama Konsultan Perencana dengan
persetujuan Owner dapat mengubah sebagian besar atau sebagian kecil
aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan Kontraktor Pelaksana
wajib mengikuti aturan perubahan tersebut.

BAB III

PEKERJAAN PERSIAPAN

Pasal 1

: Papan Nama Proyek


1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang
memuat tentang identitas proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm
kecuali ditentukan lain oleh Owner.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas
terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan
proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm
atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan
material lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam,
kecuali untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana,
Instansi Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana
dan Konsultan Supervisi.
6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek,
waktu mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.
18

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 2

: Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat kantor
konsultan Supervisi (Direksi Keet) untuk keperluan operasional
supervisi.
2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan
Supervisi (Direksi Keet) harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
3. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 16 m2.
4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
5. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu
dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
7. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
8. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan
jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan
kelas II.
9. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga
dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
10. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
11. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
12. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja
: 3 Buah
b. Kursi Kerja
: 6 buah
c. Papan Tulis
: 1 Buah
d. Rak Arsip
: 1 Buah
e. Meja Rapat
: 1 Buah
f. Kursi Rapat
: 6 Buah
g. Air Minum
13. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh
19

(SPESIFIKASI TEKNIS)

berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang


dikerjakan.
Pasal 3

: Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor
Lapangan untuk keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 16 m2.
4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit
pintu dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran
1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
7. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung
maka lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.
8. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm
rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

dengan

9. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.


10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja
: 3 Buah
b. Kursi Kerja
: 6 buah
c. Papan Tulis
: 1 Buah
d. Rak Arsip
: 1 Buah
e. Meja Rapat
: 1 Buah
f. Kursi Rapat
: 6 Buah
g. Air Minum
20

(SPESIFIKASI TEKNIS)

12. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak
boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.
Pasal 4

: Toilet / WC Dan Kamar Mandi Lapangan


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar Mandi
dan WC untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan
Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.
2. Pemamfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang
telah ada dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Owner.
3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.
4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi harus
dibuat terpisah dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja.
5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan
campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus
dengan acian beton.
7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari pasangan
batu bata dan diplaster sedangkan bagia atasnya boleh dibuat dari
dinding papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10
cm dari kayu kelas II.
8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air,
bak tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan
WC juga harus dilengkapi dengan Septictank dan saluran resapan.
11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor
Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.
21

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 5

: Gudang Penyimpanan Material


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Gudang
penyimpanan material untuk melindungi material yang tidak segera
dipakai.
2. Pemamfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan Gudang
Penyimpanan Material harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi
dan Owner.
3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 50 m2.
4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil
bongkaran bangunan lama.
5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton
dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.
6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benarbenar terlindung dari rembesan air.
7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan
panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan
ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm
minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm
dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding
dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama
antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang
Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan
posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi
pekerjaan kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.

22

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 6

: Barak Pekerja
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja
untuk keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk
keperluan Barak Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan
Owner.
3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap
dilokasi pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.
4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan
kosumsi sehari-hari para pekerja.
5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.
8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga
dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.
12. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.

Pasal 7

: Bengkel Kerja / Pabrikasi


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel
Kerja atau tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan
dengan kayu dan baja profil dan baja tulangan.
23

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Pemamfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk


keperluan Bengkel Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi
dan Owner.
3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masing-masing
pekerjaan pabrikasi adalah 40 m2.
4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.
6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 8

: Mushalla Dan Tempat Whuduk Lapangan


1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Mushalla dan Tempat Whuduk
untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi,
dan para pekerjan dan buruh.
2. Mushalla dan Tempat Whuduk mempunyai ukuran minimal 16 m2.
3. Mushalla dan Tempat Whuduk tidak boleh dibuat dari material hasil
bongkaran bangunan lama.
4. Mushalla harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung dengan lantai
papan ukuran 2,5/25 cm yang diperkuat dengan balok lantai kayu ukuran
5/10 dengan jarak minimal 50 cm dari kayu kelas II.
5. Dinding Mushalla dari papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
6. Lantai Mushalla dan Tempat Whuduk dari perkerasan beton dengan
campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus
dengan acian beton.
7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan
diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
24

(SPESIFIKASI TEKNIS)

9. Tempat Wudhuk harus dilengkapi dengan kran air minimal 3 unit dan 1
unit saluran pembuangan air kotor.
10. Posisi dan letak Mushalla dan Tempat Whuduk ditentukan bersama
antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor
Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.
Pasal 9

: Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara


1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air
bersih dan Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa
pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan operasional dan keperluan
pekerjaan-pekerjaan konstruksi.
2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan Instalsi
Air Bersih dan Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan
tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 10

: Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja
untuk semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang
berkunjung kelokasi pekerjaan.
2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :
1. Helm Pelindung Kepala;
2. Sepatu untuk melindungi kaki;
3. Pemadam Kebakaran; dan
4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan
mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban.
4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban
kecelakaan dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab Kontraktor pelaksana adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
b. Personil Konsultan Manajemen Konstruksi;
c. Personil Konsultan Perencana;
d. Personil Konsultan Supervisi.;
e. Owner dan para wakilnya;
f. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
25

(SPESIFIKASI TEKNIS)

g. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan


sepengetahuan Kontraktor Pelaksana.
Pasal 11

: Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan
tempat/pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang
penjaga keamanan yang bekerja selama 24 jam.
2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan
dimensinya ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.
3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di
dalam lokasi pekerjaan.

BAB IV

PEKERJAAN AWAL

Pasal 1

: Pembersihan Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala
sesuatu yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan
lama, hasil bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak belukar, dan
tanah humus.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah
humus setebal minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah
muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan
tanah humus atau muka tanah timbun yang telah dipadatkan kecuali
diitentukan lain dalam Gambar Bestek.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak
boleh dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk
dipakai sebagai material bangunan.
5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan
lapisan humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang
sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat yang tidak
menggangu lingkungan hidup.
6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak
boleh berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.

26

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 2

: Pembongkaran Konstruksi Bangunan Lama


1. Kontraktor Pelaksana harus membongkar Konstruksi Bangunan Lama
atau sisa bangunan lama sesuai dengan Gambar Bestek atau Bill of
Quantity seperti dinding , lantai, atap, plafond, perkerasan lama dan
pondasi yang ada didalam lokasi pekerjaan.
2. Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran Kontraktor Pelaksana
harus membuat permohonan tertulis kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi dan diketahui Konsultan Supervisi serta Owner.
3. Dalam melakukan pembongkran bangunan lama Kontraktor Pelaksana
harus menjamin untuk tidak merusak bangunan disekitar lokasi pekerjaan
dan bangunan-bangunan yang oleh Owner tidak diijinkan untuk
dibongkar.
4. Kerusakan-kerusakan bangunan lama dan bangunan disekitar lokasi
pekerjaan akibat aktifitas pembongkaran bangunan oleh Kontraktor
Pelaksana menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana apabila ada
tuntutan ganti rugi oleh pemilik bangunan.
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Owner atau pemilik
bangunan. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap
keamanan, kehilangan dan pemamfaatan hasil bongkaran bangunan lama
oleh pihak-pihak ketiga tanpa seizin Owner atau pemilik bangunan.
6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimamfaatkan kembali oleh
Kontraktor Pelaksana untuk material bangunan didalam lokasi maupun
diluar lokasi proyek tanpa seizin Konsultan Supervisi dan Owner.

Pasal 3

: Penentuan Letak Bangunan ( Setting Out )


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan Seetting Out atau pengukuran
kembali akan kebenaran posisi bangunan yang akan dibangun seperti
yang telah ada dalam Lay Out bangunan pada Gambar Bestek.
2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
diketahui dan didampinggi oleh Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana, Owner dan Pemilik Bangunan.
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus
menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas.
4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama
yang pasti akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan
bangunan dan batas-batas lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi
bangunan harus direalisasikan dilapangan dengan memasang patok-patok
27

(SPESIFIKASI TEKNIS)

sementara dari kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam minimal 30 cm dalam


tanah dan ujungnya ditandai dengan cat minyak.
5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out
bangunan yang ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasan-alasan
kondisi lahan existing yang berubah dan alasan-alasan teknis yang
disetujui oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
7. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan lahan
atau berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.
8. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out
dan disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.
Pasal 4

: Pagar Pelindungan Lokasi Pekerjaan


1. Kontraktor Pelaksana harus melindungi lokasi pekerjaan selama
berlangsungnya pekerjaan konstruksi dari ganguan luar.
2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20 mm
dengan rangka kayu setinggi 2 meter dari muka tanah dan dicat dengan
rapi.
3. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil
pekerjaan Setting Out disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana dan Owner.

Pasal 5

: Pemasangan Bouwplank
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank sebagai
acuan tetap pada semua bangunan yang akan dikerjakan termasuk
septictank dan Ground Resevoir.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan
dibangun minimal 1 m dan maksimal 2 m.
3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam
dalam tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang
adalah 2 meter. Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25
cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm.
4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap
bangunan yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan
elevasinya sebelum struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi
dan sloof selesai dikerjakan.
28

(SPESIFIKASI TEKNIS)

5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan


Seeting Out.
6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

BAB V

PEKERJAAN QUALITY KONTROL

Pasal 1

: Ruang Lingkup
1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua
percobaan-percobaan dan pengujian-pengujian terhadap material
bangunan serta pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil kerja Kontraktor
Pelaksana.
2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan
Kualitas dalam Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana berikut ini :
a. Pemeriksaan dan Pembuatan Job Mix Disain Beton;
b. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;
c. Pemeriksaan Mutu Beton;
d. Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan;
e. Pemeriksaan Kualitas Material Baja Profil;
f. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Las Listrik;
h. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Baut;
i. Pemeriksaan Kuat Tekan Batu Bata Ringan/Foam ;
j. Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Material Timbunan; dan
k. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh
Konsultan Perencana, Kosultan Supervisi dan Owner.
3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya
dengan biaya sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana serta Owner.

Pasal 2

: Biaya Quality Kontrol


1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol
seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi tanggungan dan
dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan
dalam Bill of Quantity.
29

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi,


Konsultan Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan
Quality Kontrol menjadi tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor
Pelaksana.

BAB VI

PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

Pasal 1

: Tanah Timbun
1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan tanah atau perbaikan tanah
Kontraktor Pelaksana harus memastikan pekerjaan galian tanah pondasi
telah selesai 100% dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak berbungkahbungkah, bukan tanah liat, bukan tanah sawah, bukan hasil bongkaran
bangunan lama, bukan pasir laut, bukan pasir urug dan bukan pasir beton.
3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.
4. Material Timbunan harus melalui proses pemeriksaan di Laboratorium
yang disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
5. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Request Material timbunan
tanah kepada Konsultan Supervisi sebelum material tersebut didatangkan
ke lokasi pekerjaan.
6. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan dengan
Alat Stamper. Tebal minimal tiap lapisan adalah 30 cm.
7. Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah harus mencapai 95% dari
standar proctor laboratorium pada kadar air optimum dengan
pemeriksaan kepadatan standar.
8. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan tanah
timbunan sebelum pekerjaan timbunan dan pemadatan tanah selesai
100% serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 2

: Pasir Urug
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan,
timbunan, pasir alas pondasi batu gunung serta alas pekerjaan lantai kerja
beton ( Line Concrete ) Pondasi Plat Lantai Beton.
30

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan
beton non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga
mencapai kepadatan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi atau jenuh
air sebelum dilakukan pekerjaan lain diatasnya.
7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 3

: Galian Pondasi Tapak / Poor


1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Tapak, Kontraktor
Pelaksana harus memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari
pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian pondasi Tapak harus tepat benar dengan posisi perletakan
bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi
yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian pondasi Tapak tidak boleh merusak struktur tanah
disekitar galian pondasi.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi plat lantai sesuai dengan
Gambar Bestek.
5. Kedalam galian pondasi harus sedemikian rupa sehingga Tapak Pondasi
masuk kedalam tanah minimal sesuai Gambar Bestek.
6. Pengalian pondasi plat lantai harus mempunyai lebar yang cukup untuk
membangun maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan
dan juga untuk mengadakan pembersihan.
7. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing
untuk pekerjaan galian pondasi plat lantai ini untuk kemudahan pekerjaan
dilapangan.

31

(SPESIFIKASI TEKNIS)

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman


yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali
dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan
alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut
Konsultan Supervisi.
10. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puingpuing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta
diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman
yang diperlukan.
11. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi
harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali
kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi
pondasi.
12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah
sebelum pekerjaan konstruksi pondasi Tapak selesai dikerjakan.
13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara
jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh
sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.
14. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 3

: Galian Pondasi Batu Gunung


1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Kontraktor Pelaksana harus
memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak
belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan
bangunan menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi
yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar
Bestek.
4. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman
yang diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali
dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

32

(SPESIFIKASI TEKNIS)

5. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan
alat pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut
Konsultan Supervisi.
6. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puingpuing bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta
diurug kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman
yang diperlukan.
7. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi
harus ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali
kedalam lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi
pondasi.
8. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah
sebelum pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.
9. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara
jika tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh
sehingga membahayakan pekerjaan pengalian.
10. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 4

: Urugan Galian Pondasi


1. Urugan galian pondasi dikerjakan setelah pekerjaan konstruksi pondasi
selesai dikerjakan 100%.
2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau
material lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.
3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil galian
pondasi maka tanah tersebut harus melalui proses pemeriksaan di
Laboratorium Tanah sebelum dipakai sebagai material urugan pondasi
dan hal ini harus diketahui serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan material tanah dan
proses pemeriksaan di Laboratorium Tanah dibebankan kepada
Kontraktor Pelaksana.
4. Tanah Humus atau tanah hasil pembersihan lapangan setebal 30 cm dari
muka tanah dasar tidak boleh digunakan sebagai urugan pondasi.
5. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper
atau alat lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.

33

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6. Pemadatan dilakukan lapis berlapis dengan ketebalan minimal setiap


lapisanya adalah 30 cm.
7. Hasil pekerjaan urugan pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 5

: Galian Pipa Air Dan Instalasi Listrik


1. Yang dimaksud dengan galian pipa adalah semua pekerjaan yang
berhubungan dengan Instalasi Air Kotor, Instalasi Air Bersih, Instalasi
Limbah Kimia dan Instalasi Listrik Bawah Tanah.
2. Bentuk dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek atau
menurut petunjuk Konsultan Supervisi.
3. Kedalaman galian pipa minimal 50 cm dari muka tanah dasar atau muka
tanah timbun kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek dan Bill of
Quantity. Khusus untuk galian Instalasi Listrik harus dibuat minimal 80
cm dari muka tanah dasar atau muka tanah timbun.
4. Galian pipa tidak boleh menggangu struktur dan konstruksi bangunan
lain yang ada disekitarnya.

BAB VII

PEKERJAAN PONDASI

Pasal 1

: Pasir Pasang / Pasir Halus


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak
digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan
Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata Ringan/Foam, Pasangan
Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.

34

(SPESIFIKASI TEKNIS)

7. Jika untuk menghilangkan kadar lumpur pasir harus dicuci maka


Kontraktor Pelaksana harus megajukan Metode Pencucian yang disetujui
oleh Konsultan Supervisi atau mengikuti Metode Pencucian yang
disarankan oleh Konsultan Perencana.
Pasal 2

: Pondasi Batu Gunung / Batu Kali


1. Batu Gunung/Batu Kali yang dipergunakan harus berkualitas baik dari
jenis yang keras, tidak berlubang dan forius.
2. Batu Gunung/Batu Kali harus bersih dan tidak boleh mengadung atau
menempel tanah dan lumut pada permukaannya.
3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu
kosong, pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung/batu kali adalah
25 cm.
5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal
batu gunung/batu kali adalah 7 cm.
6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal
Batu Gunung/Batu kali adalah 7 cm.
7. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk keperluan pondasi,
pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
8. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar
Bestek dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
9. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
10. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu
harus diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan
langsung tanpa spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai
dengan besarnya serta spesi secukupnya.
11. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Kali/Batu Gunung harus rata
(Water Pass), diberi spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada
tempat-tempat yang akan dipasang kolom praktis harus diberi stick besi
beton.

35

(SPESIFIKASI TEKNIS)

BAB VIII
Pasal 1

PEKERJAAN BETON
: Pasir Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir
beton adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat
merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Pasir Beton harus dicuci
untuk menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan
Perencana.
10. Metode Pencucian Pasir Beton yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus menjamin bahwa kadar lumpur dalam Pasir Beton akan berkurang
setelah pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.
11. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis
ini.

Pasal 2

: Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila
lebih dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
36

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan


penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 31 mm dan ukuran minimal pasir
beton adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
7. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Jika Dalam Job Mix Disain disebutkan bahwa Kerikil harus dicuci untuk
menghilangkan kadar lumpur maka Kontraktor Pelaksana harus
mengajukan Metode Pencucian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
atau mengikuti Metode Pencucian yang disarankan oleh Konsultan
Perencana.
10. Metode Pencucian Kerikil yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus menjamin bahwa kadar lumpur dalam Kerikil akan berkurang
setelah pencucian sampai dibawah toleransi yang diijinkan.
11. Pengunaan batu pecah sebagai penganti kerikil beton diperbolehkan
dengan syarat ukuran butiran batu pecah adalah antara 30 mm sampai 10
mm.
12. Persyaratan yang berlaku pada kerikil beton juga berlaku pada material
batu pecah.
13. Jumlah batuan pipih dalam setiap meter kubik batu pecah tidak boleh
lebih dari 5%.
14. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton
dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi
Teknis ini.
Pasal 4

: Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.

37

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua


pekerjaan beton struktural maupun beton non struktural.
3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pasal 5

: Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak
berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang
dapat merusak beton.
2. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan
dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

Pasal 6

: Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang
dapat dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.

Pasal 7

: Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
38

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Baja tulangan diatas diameter 10 mm adalah Baja Ulir.


3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Baja Tulangan Deform ( ulir ) adalah dari jenis BJTD 30 dengan Kuat
Tarik minimal 3000 kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Baja Tulangan Polos adalah dari jenis BJTP 30 dengan Kuat Tarik
minimal 3000 kg/cm2 atau 300 Mpa dan hanya dipakai untuk Begel atau
Sengkang dengan diameter minimal 8 mm dan maksimal 8 mm.
6. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan
dengan percobaan Uji Tarik pada Laboratorium Beton dengan minimal 3
sampel tulangan untuk masing-masing diameter.
7. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan
yang dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi
dalam arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan
gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pasal 8

: Selimut Beton
1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantiti
dan Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti
berikut ini :

Komponen
Struktur

Lantai

Beton yang Tidak


Langsung Berhubungan
Dengan Tanah Atau
Cuaca

Beton yang Berhubungan


Dengan Tanah Atau
Cuaca

D 36 Dan Lebih Kecil :


20 mm

D 16 Dan Lebih Kecil :


40 mm

39

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Lantai

> D 36
40 mm

Dinding

D 36 Dan Lebih Kecil :


20 mm

D 16 Dan Lebih Kecil :


40 mm

Dinding

> D 36
40 mm

> D 36
50

Balok

Seluruh Diameter
40 mm

D 16 Dan Lebih Kecil :


40 mm

Balok

Kolom

Kolom

> D 36
50

> D 16
50 mm

Seluruh Diameter
40 mm

D 16 Dan Lebih Kecil :


40 mm

> D 16
50 mm

2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal
yang umum sebesar 70 mm.
Pasal 9

: Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain)


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan
mutu K-200 sampai mutu K-250 Kontraktor Pelaksana harus membuat
Rancangan Campuran Beton (Job Mix Disain).
2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik
yang diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal
dengan 20 benda uji.
3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur kecuali ditentukan
lain dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity adalah seperti berikut :
2. Kolom Parktis K-300;
40

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Kolom K-300;
4. Balok K-300;
5. Ring Balok K-300;
6. Plat Lantai Pondasi K-300;
7. Plat Septictank K-300;
8. Pondasi Tapak K-300;
9. Plat Bak Kontrol K-300; dan
10. Plat Meja K-300.
4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium
Beton yang diakui oleh Pemerintah.
5. Material Pasir dan Kerikil Beton yang dipakai untuk Job Mix Disain
haruslah material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan
dilapangan dan material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup
dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.
6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
5. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan
Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.
6. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan :
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Kerikil Beton;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Kerikil Beton;.
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.
7. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan.
8. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui
oleh Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana.
Pasal 10

: Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)


41

(SPESIFIKASI TEKNIS)

1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan


Supervisi, Kontraktor Pelaksana membuat Rencana Campuran Lapangan
(Job Mix Formula) beton struktural dengan mutu K-250 sampai mutu K300.
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama
dari segi komposisi material beton.
3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari
kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi
material berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
5. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar
dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan
komposisi material beton yang ada dalam Job Mix Disain.
6. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan
dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.
Pasal 11

: Perakitan Tulangan
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja
oleh Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus
dilakukan langsung lokasi konstruksi.
3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan
harus sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing atau standar yang
ada dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI).
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar
bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada
bengkel kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan
tulangan.
9. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak
boleh besentuhan langsung dengan tanah.

42

(SPESIFIKASI TEKNIS)

10. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting
yang telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain
dengan alat ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
Pasal 12

: Sambungan Antar Tulangan


1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang
penyaluran tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban
tekan, jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
2. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh
dibuat pada posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling
atau zig-zag antara batang yang disambung dengan batang yang tidak
disambung.
3. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar
Bestek, Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03
harus diambil minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
4. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama.
Tidak dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra
(tulangan tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan
tulangan utama lain kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
5. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika
tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan
SK SNI T-15-1991-03.
6. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada
komponen balok, plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus
dibuat kait (hook) kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton
Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
43

(SPESIFIKASI TEKNIS)

8. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi diluar Sendi


Plastis atau pada posisi tengah bentang kolom, balok serta plat lantai.
Penyambungan pada posisi selain pada posisi tersebut dengan alasan
apapun tidak dibenarkan.
9. Sambungan-sambungan lewatan tidak boleh berada pada daerah Sendi
Plastis atau pada daerah 2 kali tinggi efektif balok dari muka kolom
untuk balok serta pada daerah 2 kali tinggi efektif kolom dari muka
sloof/plat lantai.
10. Semua sambungan lewatan harus diperhitungkan menerima beban tarik
sehingga ujung-ujungnya harus diberi kait (hook).
Pasal 13

: Support Dan Beton Tahu


1. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak dalam arah
vertikal antara jaring atas dan jaring bawah pada pembesian plat lantai
dan plat dack hingga sesuai dengan Gambar Bestek maka pada setiap 1
m2 luas plat lantai harus diberikan support/dukungan dari besi tulangan
ulir dengan diameter 13 mm atau minimal sebesar diameter tulangan plat
lantai /plat dack.
2.

Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas diameter luas plat lantai atau


plat dack adalah 5 buah.

3.

Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau Shop


Drawing yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4.

Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat


mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan ketika dibebani oleh
beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja pengecoran.

5.

Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai


dengan yang disyaratkan maka harus diberi penyangga dari beton atau
Beton Tahu antara tulangan dengan bekisting.

6.

Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan


selimut beton pada masing-masing komponen struktur.

7.

Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4


cm dan dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan
tinggi kolom.

44

(SPESIFIKASI TEKNIS)

8.

Pasal 14

Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x
4 x 5 cm dan dipasang minimal 5 buah setiap jarak 1 m2 plat lantai atau
plat dack.

: Acuan / Bekisting
1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh
balok-balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan
pada point 1 harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk
konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta
konstruksi lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu
atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada
bekisting waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan
beton yang rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan
campuran beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi
,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan
alat Theodolit dan Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak
dibenarkan.
10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi
sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat
mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang
dapat dipertanggung jawabkan .
45

(SPESIFIKASI TEKNIS)

12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika
hal ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan
pekerjaan acian beton.
13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan
bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 15

: Lantai Kerja Beton ( Line Concrete )


1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan
tanah atau pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja
Beton ( Line Concrete ) dengan tebal minimal 7 cm.
2. Lantai Kerja Beton dibuat dari Campuran 1 Semen Portland : 3 Pasir
Beton : 6 Kerikil Beton.
3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasal 16

: Pengecoran Beton ( Casting Concrete )


1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus
memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Pengecoran beton struktural mutu K-250 sampai K-300 hanya boleh
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix
Formula, Perakitan Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal
lain yang diperlukan dan berhubungan dengan pekerjaan pengecoran
sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap
bagian konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan
beton.
4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali
Kontraktor Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran
tidak berhubungan langsung dengan air hujan.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Ready Mix dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau
nonstruktural.
46

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan
kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.
7. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
8. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
9. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak
boleh menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi
tententu pada saat bekisting dibuka.
10. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki
bagian itu dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu
untuk sambungan (joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
11. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang
beton sesuai dengan yang direncanakan.
12. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi
yang sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
13. Hasil pekerjaan pengecoran dengan Ready Mix sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
Pasal 17

: Pemadatan Beton
1. Beton Segar yang telah berada dalam Acuan/Bekisting harus dipadatkan
dengan cara mekanik menggunkan alat Concrete Vibrator.
2. Pemadatan harus dilakukan dengan sehati-hati mungkin sehingga ujung
Conctere Vibrator tidak bersentuhan dengan besi tulangan dan
acuan/bekisting.
3. Pemadatan harus dilakukan secara merata untuk semua beton segar yang
ada dalam acuan/bekisting sampai mencapai kepadatan optimum.
4. Cukup tidaknya dan lamanya pemadatan dengan Concrete Voibrator
adalah bedasarkan petunjuk Konsultan Supervisi.
47

(SPESIFIKASI TEKNIS)

5. Pemadatan tidak boleh dilakukan secara berlebihan karena akan berakibat


terjadinya Bleeding (pendarahan) dimana air semen akan naik
kepermukaan beton.

48

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 18

: Perawatan Beton ( Curing )


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan
terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni
kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton
berumur 28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 19

: Quality Control
a. Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton
dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan
beton pada setiap mutu beton.
2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test
dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump
rencana yang ada pada Job Mix Disain.
b. Benda Uji Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk
kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 15 x 15 cm dan ukuran
silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu
beton yang berbeda.
3. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai
berumur 28 hari.
4. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,
dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
c. Kuat Tekan Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan
beton yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan
pengecoran melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.
2. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan
minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
3. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor
Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat
49

(SPESIFIKASI TEKNIS)

tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya


dianggap tidak sah.
4. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan
beton ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
5. Hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus menghasilkan kuat tekan beton
karakteristik yang sesuai dengan yang direncanakan dalam Job Mix
Disain.
7. Kuat tekan beton yang kurang dari 95% dari kuat tekan beton rencana
dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan harus
dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana dengan
disertakan Rekomendasi Ahli beton.
8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan
pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan
kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika
dalam pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor
Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh kesalahan dalam
perencanaan campuran dan bukan karena kesalahan pada tahap
pelaksanaan.
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium
beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Laporan hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain
1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton
hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton
dengan uji langsung pada konstruksi beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika
tidak ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan
dengan salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
50

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan


dipakai untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi
beton.
4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur
ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana,
maka harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen
struktur dan masing-masing mutu beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana
untk memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke
konstruksi beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan
Perencana, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.
Pasal 20

: Instalasi Dalam Konstruksi Beton


1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain
dalam Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.
2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam
konstruksi beton untuk alasan apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya
tidak boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam
dalam komponen balok beton.
5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton
untuk keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi
listrik tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain
oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan
Rekomendasi Ahli Beton.

51

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 21

: Sambungan Antar Beton


1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru
sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar
kolom tiap lantai.
2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus
dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi
80 cm dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada
posisi tumpuan kedua (lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus
dibuat sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan
menumpu pada beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.

Pasal 22

: Plat Lantai Beton


1. Hasil pekerjaan Plat Lantai Beton bagian atas harus benar-benar elevasi
dan hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
2. Pada posisi-posisi selasar permukaan Plat Lantai Beton harus
dimiringkan sebesar 1 % dari lebar terkecil selasar.
3. Permukaan samping Plat Lantai Beton harus benar-benar rata dan hal ini
harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

5. Permukaan samping Plat lantai Beton yang tidak rata harus


diperhalus/finishing dengan pekerjaan acian beton.
6. Permukaan-permukaan komponen beton lain yang rusak akibat
pembongkaran bekisting juga harus diperbaiki dengan pekerjaan acian
beton.

52

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 23

: Bongkaran Konstruksi Beton Bertulang Lama


1. Pembongkaran konstruksi beton lama tidak boleh menggangu atau
merusak konstruksi beton lain yang berhubungan atau bersambung secara
monolit dengannya.
2. Kontraktor Pelaksana harus memastikan secara teknis bahwa pekerjaan
pembongkaran yang dilakukan tidak akan merusak dan menyebabkan
kegagalan struktur secara keseluruhan.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kegagalan
struktur konstruksi secara sebagian atau secara keseluruhan yang
diakibatkan pembongkaran konstruksi beton lama.
4. Pekerjaan pembongkaran konstruksi beton lama tidak boleh dilakukan
bersamaan dengan pekerjaan konstruksi lain.
5. Pembongkaran beton lama tidak boleh dilakukan langsung didaerah
sekitar joint antara balok dan kolom tetapi harus dimulai didaerah tengahtengah bentang konstruksi.
6. Hasil pembongkaran tidak boleh menghilangkan penjangkaranpenjangkaran tulangan balok dan kolom.
7. Penggunaan perancah kerja pembongkaran sebagai perkuatan pada
bagian joint dan tumpuan balok dan kolom diharuskan untuk keamanan
pekerjaan pembongkaran.
8. Penggunaan perancah kerja pembongkaran dan peralatan pembongkaran
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi baik dari segi material dan
struktur konstruksinya.
9. Penggunaan zat-zat kimia untuk tujuan memperlemah struktur yang akan
dibongkar harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
10. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus merapikan cacat-cacat
pada permukaan beton yang diakibatkan oleh pekerjaan pembongkaran.

Pasal 24

: Perbaikan Dan Perkuatan Konstruksi Beton Lama


1. Perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi beton lama harus
menngunakan teknologi dan cara perbaikan yang sudah lazim dan sering
dilakukan pada konstruksi beton dan harus disetujui oleh Konsultan
Perencana.
2. Perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi beton harus menggunakan
produk-produk, zat-zat additive dan cara perbaikan yang dikeluarkan
53

(SPESIFIKASI TEKNIS)

oleh SIKA atau produk perusahaan Kimia Konstruksi lain yang setara
denganya.
3. Pelaksanaan perbaikan kerusakan dan perkuatan konstruksi yang
menggunkanan zat additive harus dilaksanakan oleh Perusahaan atau Jasa
Konstruksi yang mempunyai lisensi dari Perusahaan Kimia Konstruksi
SIKA atau Perusahaan Kimia Konstruksi lain yang setara denganya.
4. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab penuh akan hasil
pekerjaan perbaikan dan perkuatan konstruksi beton yang dilaksanakan
oleh Perusahaan atau Jasa Konstruksi lain yang dipergunakannya dalam
penyelesaian pekerjaan perbaikan dan perkuatan konstruksi beton.
5. Kontraktor Pelaksana dan Jasa Konstruksi yang melaksanakan perbaikan
beton harus memberikan jaminan teknis dan garansi bahwa hasil
pekerjaan tersebut dapat mengembalikan kekuatan konstruksi seperti
semula atau mnimal 95% dari kekuatan awalnya sebelum mengalami
kerusakan.
Pasal 25

: Lain - Lain
1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 25
berlaku untuk semua item pekerjaan beton yang ada dalam Proyek ini.
2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam
proses pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan
Perencana bersama dengan Konsultan Supervisi dalam proses
pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.
3. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang
mengikat dan wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

BAB IX PEKERJAAN LANTAI


Pasal 1

: Pasir Urug Bawah Lantai.


1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam
ruangan harus sudah selesai 100%.
2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal
minimal 15 cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran
yang seragam.

54

(SPESIFIKASI TEKNIS)

4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang


diinginkan dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak
dibenarkan melakukan pemadatan secara manual.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal
ini harus dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
Pasal 2

: Pasir Pasang / Pasir Halus


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak
digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan
Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata Ringan/Foam, Pasangan
Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 2

: Beton Cor Bawah Lantai


1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 Semen
Portland : 3 Pasir Beton : 3 Kerikil Beton dengan ketebalan minimal 7
cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal
ini harus dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.
3. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

Pasal 3

: Keramik Lantai Ruangan Toilet Dan Kamar Mandi


1. Keramik lantai Ruangan, Teras 80 x 80 cm dengan permukaan Polished,
Toilet dan Kamar Mandi adalah ukuran 30 x 30 cm dengan permukaan
motif Kulit Jeruk dari Merk Roman atau merk lain yang setara
dengannya dari segi harga dan kualitas.
55

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ,


ukuran dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda
kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.
3. Warna Keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi adalah ditentukan lain
oleh Konsultan Perencana dan Owner dalam masa pelaksanaan
konstruksi.
4. Keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi dipasang langsung diatas beton
cor bawah lantai dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal
minimal 2,5 cm.
5. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
6. Pemasangan Keramik Toilet dan Kamar Mandi harus mengikuti Gambar
Pola Lantai yang ada dalam Gambar Bestek.
7. Warna Kearamik lantai Toilet dan Kamar Mandi dapat diganti oleh
Konsultan Perencana dalam tahap pelaksanaan dengan alasan warna yang
telah ditentukan dalam Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit
didapatkan dan tidak dikeluarkan lagi oleh pabrik.
8. Warna keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi harus seragam untuk
setiap jenis warna yang sama.
9. Keramik lantai harus mempuntyai tebal minimal 5 mm.
10. Bentuk dan dimensi keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi harus benarbenar siku dan standar untuk semua ukuran yang sama.
11. Potongan-potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti
pola lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang
memerlukan potongan. Potongan-potongan tersebut harus sama dengan
dimensi pada gambar pola lantai.
12. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito
dan sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya
adalah maksimal 3 mm.
13. Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar
ruang dan harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.

56

(SPESIFIKASI TEKNIS)

14. Elevasi hasil pemasangan keramik lantai Toilet dan Kamar Mandi harus
lebih rendah dari lantai ruang lain kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek.
15. Hasil pemasangan keramik lantai harus benar-benar rata, tidak
bergelombang, dan tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik
hasil pemasangan harus diperiksa kedatarannya dengan pekerjaan
waterpassing.

57

(SPESIFIKASI TEKNIS)

BAB

Pasal 1

PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN


: Batu Bata
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20
cm, dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan
Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu
bata dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika
diangkut dan diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya
benar-benar rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena
mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus
disetujui oleh Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.
Batu bata Ringan/Foam
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 20 cm, panjang 60
cm, dan tebal 8-10 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan
Bangunan.
3. Batu bata ringan/Foam adalah dari hasil pembuatan mesin, Bata ini
cukup ringan, halus dan memilki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan
meringankan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi,
mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang
terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung.
4. Batu bata ringan/foam bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan
permukaanya benar-benar rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
58

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata ringan/foam


karena mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu
harus disetujui oleh Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.
Pasal 2

: Pasir Pasang / Pasir Halus


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan
tidak lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak
digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan
Pasangan Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan
Plasteran Dinding.
2. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat
kering, apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
5. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.

Pasal 3

: Keramik Dinding Toilet Dan Kamar Mandi


1. Keramik yang dipakai adalah dari merk Roman atau merk lain yang
setara dengannya baik harga maupun kualitas.
2. Ukuran Keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah 30 x 60
cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
3. Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah
polished (permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek.
4. Warna keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah
disesuaikan kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
5. Warna Keramik dinding dapat diganti oleh Konsultan Perencana dalam
tahap pelaksanaan dengan alasan warna yang telah ditentukan dalam
Gambar Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak
dikeluarkan lagi oleh pabrik.
59

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6. Tebal keramik dinding minimal 5 mm.


7. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, ukuran
dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada
Konsultan Supervisi untuk disetujui.
8. Keramik dipasang langsung pada dinding pasangan bata atau tembok
yang belum diplaster atau dihaluskan permukaannya dengan perekat
spesi beton 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1 cm.
9. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
10. Celah-celah antar keramik/Nat yang timbul akibat pemasangan dan untuk
keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.
11. Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus
ditumpulkan dengan memakai bobon keramik dengan panjang dan warna
sesuai dengan panjang serta warna keramik bak air.
12. Hasil pemasangan keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang,
dan tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan keramik harus
diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.

Pasal 4

: Pasangan Dinding Batu Bata Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps


1. Pasangan batu bata ringan bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya
pada dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti
dinding Toilet dan Kamar Mandi serta bak air.
2.Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata ringan harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum
dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.
6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan
batu bata ringan bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.
60

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu
bata ringan bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.
7. Pasangan batu bata ringan bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus
kedap air (trasram).
8. Pasangan batu bata ringan tidak boleh melengkung dalam arah vertikal
dan dalam arah horizontal.
9. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata ringan harus disediakan benangbenang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
10. Hasil pemasangan batu bata ringan bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 5

: Pasangan Dinding Batu Bata Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps


1. Pasangan batu bata ringan bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada
semua dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan
dengan air.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata ringan harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum
dipasang.
5. Batu bata ringan harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata ringan tidak boleh melengkung dalam arah vertikal
dan dalam arah horizontal.
7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata ringan harus disediakan benangbenang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
8. Hasil pemasangan batu bata ringan bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 6

: Pasangan Dinding Batu Bata Ringan 1 Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps


1. Pasangan batu bata ringan 1 bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya
pada dinding-dinding Septictank, Bak Tampungan Air bawah Tanah dan
Bak Tampungan Limbah Kimia atau sesuai Gambar Bestek.
61

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan


ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata ringan harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum
dipasang.
5. Batu bata ringan harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling
bersilangan dan tidak satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata ringan 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus
kedap air (trasram).
8. Pasangan batu bata ringan tidak boleh melengkung dalam arah vertikal
dan dalam arah horizontal.
9. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata ringan harus disediakan benangbenang untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
10. Hasil pemasangan batu bata ringan 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps
harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

Pasal 7

: Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan
pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

hasil

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .


3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
5. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata
dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara
plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
62

(SPESIFIKASI TEKNIS)

8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari
satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya
sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan
bekas.
10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.
Pasal 8

: Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan
pemasangan bata harus disiram dengan air dengan merata.

hasil

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .


3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
5. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata
dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara
plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari
satu hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya
sehingga ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan
bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

BAB XI
I.

PEKERJAAN ALUMUNIUM DAN KACA

Referensi
1. America Architectural Manufacturers Association ( AAMA ).
a. AAMA 501
=
Method of test for Metal Curtain Wall
b. AAMA 101
=
Voluntary specification for aluminium and Polly
(vinyl chloride) (PVC) Prime Window and glass
door.
63

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. American Society for Testing and Materials (ASTM)


a. ASTM E 330
= Test Method for Structural Performance of Exterior
Windows, Curtain Wall, and Doors by Uniform
Static Air Pressure Difference.
b. ASTM E 283
= Test Method for rate of Air Leakage Through
Exterior Windows, Curtain Walls, and Doors.
c. ASTM E 331
= Test Method for Water Penetration of Exterior
Windows, Curtain Wall, and Doors by Uniform
Static Air Pressure Difference.
d. ASTM E 1233
= Standard Test Method for Structural Performance
of Exterior Windows, Curtain Walls and
Doors by Cyclic Static air Pressure Differensial.
e. ASTM E 547
= Standar Test Method for Water Penetration of
Exterior Window, Curtain Walls and Doors by
Cylclic Static Air Pressure.
3. Japanese Industrial Standard (JIS)
a. JIS H4100
= Aluminium and Aluminium Alloy Extruded Shape
b. JIS H8602
= Combined Coating of Anodic Oxide and Organic
Coatings on Aluminium and Aluminium alloys.
c. JASS 14
= Japanese Architectural Standard Spescification for
Curtain Wall
d. JIS A.4706
= Japanese Industrial Standard for Aluminium and
Steel Window.
4. Standard Nasional Indonesia (SNI)
a. SNI-03-0573-1989 = Syarat Umum Jendela Aluminium Paduan
II.

Deskripsi Sistem
a.

Umum

Pekerjaan jendela aluminium untuk eksterior dan interior termasuk pekerjaan yang
berkaitan, sperti : angkur yang ditanam, struktur penguat dan komponen pelengkap
yang lainnya.
b. Kriteria Perencanaan
1.

Faktor Keamanan
Kecuali disebutkan lain, bagian-bagian aluminium termasuk ketahanan kaca,
memenuhi
faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin yang
disyaratkan.
2.

Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan
atau tahan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.

64

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3.

III.

Pergerakan Karena Temperatur


Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara
maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang
tidak merekat, dan hal-hal lain. Sambungan kedap air harus mampu menampung
pergerakan ini.

Persyaratan Struktur
a. Defleksi
1. AAMA
2. JIS
3. SII
4. SS

= Yang dijinkan maksimum L/175 atau 2 cm


= Defleksi yang diijinkan maksimum L/150 atau 2 cm.
= yang diijinkan maksimum L/175 untuk double dan
L/125 untuk single glazed.
= Yang diijinkan maksimum L/175 untuk double
glazed dan L/125 untuk single glazed.

b. Beban Hidup
Pada bagian-bagian yang menerima beban hidup terutama pada waktu
perawatan, seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan
penguat dan angkur dengan kemampuan 62 kg dengan beban terpusat,
horizontal dan tanpa terjadi kerusakan.
IV.

V.

Kebocoran Udara
1. ASTM E 283

= Kebocoran udara tidak melebihi 2 ft3 / min setiap ft


unit panjang penampang bidang bukaan pada 1,57 lb
/ ft2 tekanan differensial.

2. SS 212

= Untuk jendela hidup besarnya kebocoran udara tidak


boleh melebihi 10 m3/h/m pada 20% dari tekanan
angin (Design Wind Load) atau 200 Pa. Kondisi ini
berlaku untuk gedung non air condition sedangkan
untuk gedung air condition kebocoran udara
maksimum mengikuti grafik A & B.

Kekedapan Udara
Faktor pengurangan kebisingan suara (Sound Transmission) sebesar 22,5 dB
pada frekwensi 124 4000 Hz (hanya berlaku untuk produk-produk khusus).
a. Angkur & Angkur Tanam
Bagian yang berhubungan dengan aluminium dilapisi Galvanisasi s/d 18
micron. Bagian lain diberi lapisan anti karat, Zinc Chromate, Type
Alkyd.

65

(SPESIFIKASI TEKNIS)

b. Billet Yang Dipakai


Dari billet utama (primery) dengan standard A-6063 S-T5 dengan
komponen (%) :
Mg
: 0.45 0.9
Si
: 0.2 0.6
Ti
: 0.1
max
Mn
: 0.1
max
Zn
: 0.1
max
Fe
: 0.35
max
Cu
: 0.1
max
Cr
: 0.1
max
Aluminium
: Sisanya
c. Kaca
Kaca tebal minimal 5 mm produk Asahima atau yang setaranya dengan
warna clear hijau.
d. Back UP Material
1.
2.
3.
4.

Bahan
Sifat material
Kepadatan
Ukuran Penampang

e. Gasket
1. Bahan
2. Kepadatan
3. Kekerasan
4. Jenis bahan

:
:
:
:

polyurenthane Foam
Tidak menyerap air
65 96 kg/m3
25% - 50 -% lebih besar dari celah yang
terjadi

:
:
:
:

PVC, Neoprene, Santoprene, EPDM


Tahan terhadap perubahan cuaca
60 80 Durometer.
Extrusion

f. Setting Block Untuk Kaca


1. Bahan
:
2. Kekerasan
:

EPDM
80 90 Durometer

g. Sealant Dinding
1. Single Komponen
2. Type

Silicon Sealant

Stainless Steel

h. Screw
1. Bahan
i. Hardware Dan Part
1. Engsel Pintu Butt-Hinge :Tipe K-6311D, bahan Stainless Steel (SUS
304)
66

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Crescent Lock

3. Handle
4. Door Closer
5. Flush Bold

:
:
:

6. Friction Stay

Tipe 2K-19338, bahan Staenless Steel


(SUS 304), ZDC2, dan Pollyamid 66.
Type K-11571, material SUS 304.
P-182 KY atau yang setara
Type K-6312A, bahan Aluminium
Casting.
Bahan = Stainless Steel

j. Angkur & Angkur Tanam


Bagian yang berhubungan dengan aluminium dilapisi Galvanisasi s/d 18
micron. Bagian lain diberi lapisan anti karat, Zinc Chromate, Type
Alkyd.
k. Joint Sealer
Sambungan antara profil horizontal dengan vertical diberi sealer yang
berserat guna menutup celah sambungan profil tersebut, sehingga
mencegah kebocoran udara, air dan suara.
Bahan
VI.

= Butyl Sheet.

Pelapisan Perwarnaan Aluminium


Sistem Pelapisan
1. Anodise yang dilengkapi dengan lapisan resin transparan
(glossy).
1.1. Warna (glossy)

: Bronze (YB-1C), Black (YK-1C),


silver (YS-1C) atau sesuai catalog
warna dari YKK alumico Indonesia.

1.2. Warna (Non Glossy) : Bronze (YB-1n), Balck (YK-1N),


Silver (YS-1N) atau sesuai catalog
warna dari YKK Alumico Indonesia

Sifat-sifat teknis :
a. Lapiasan Anodic Oxide Film : 10 m
b. Lapisan Resin Film
: 12 m
c. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
d. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
e. Tahan Karat (40g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi
perubahab setelah 96 jam.
f. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
g. Terhadap Air Semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.

67

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Anodisasi tanpa lapisan resin transparan (DOF).


Warna

: Bronze (YB-1), Black (YK-1), silver (YS-1) atau


sesuai katalog warna dari YKK alumico Indonesia.

Sifat-sifat teknis :
a. Lapiasan Anodic Oxide Film : minimum 18 m
b. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
d. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
e. Tahan Karat (40 g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi
perubahan setelah 48 jam.
f. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
g. Terhadap Air Semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
h. Terhadap air semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 24 jam.
VII.

Warna Aluminium
a.
b.
c.
c.
d.

VIII.

Kozen
Frame Daun Pintu
Daun Pintu KM/WC
Frame Daun Jendela
Frame Daun Ventilasi

:
:
:
:
:

Silver Metalic.
Silver Metalic.
Silver metalic
Silver Metalic.
Silver Metalic

Data Pelengkap
a. Gambar Kerja (Shop Drawing)
Kontraktor Pelaksana harus membuat Gambar Detail Pelaksanaan (Shop
Drawing) dan disetujui oleh Konsultan Supervisi jika dalam Gambar
Bestek tidak diberikan oleh Konsultan Perencana, yang menjelaskan
a. Tipe dan tampak setiap jenis jendela dan pintu aluminium / curtain
wall.
b. Detail sambungan baik exterior maupun interior.
c. Detail pemasangan.
d. Detail pertemuan aluminium dengan komponen-komponen lain yang
berhubungan.
e. Kelengkapan ukuran-ukuran.
b. Perhitungan struktur sesuai dengan criteria design yang ada (kalau
diperlukan).

IX.

Fabrikasi Dan Assembling


1. Semua jenis jendela dan pintu aluminium difabrikasi di Work Shop/
Pabrik.
2. Semua sambungan dikerjakan dengan mesin sehingga rapi, kokoh dan
dengan bentuk sambungan yang sesuai standard toleransi. Untuk
sambungan yang tahan air harus diberi sealant dari bagian yang tidak
terlihat mata.
68

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Perakitan jendela maupun pintu aluminium dilaksanakan di Work


Shop/Pabrik sehingga selain kwalitas perakitan sesuai standard yang
disyaratkan juga mempercepat proses pemasangan di lapangan.
2. Proses fabrikasi dan assembling harus berdasarkan data di Shop Drawing
yang sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Hardware yang dipasang mennggunakan back plate.
4. Standar toleransi assembling dijelaskan dalam table berikut :
STANDARD TOLERANSI ASSEMBLING
No.

X.

Keterangan

Toleransi ( mm)

1.

Bergesernya pemasangan kunci/engsel


dan hardware lain dari tempat yang
ditentukan

+ / -3

2.

Gap (celah) antar sambungan rangka


aluminium (vertikal dan horizontal)

< 0,5

3.

Gap (celah) antar sambungan bahan


tahan air (Gasket)

<3

4.

Perbedaan ukuran dalam, dari rangka


aluminium dan daun jendela aluminium,
baik untuk tinggi maupun lebar.

+ / - 1,5

5.

Perbedaan ukuran dalam, dari jendela


yang bersebelahan.

<2

6.

Sambungan las

Tidak terlihat pada


bagian yang terlihat
mata langsung

7.

Sealant

Sesuai ukuran di Shop


Drawing

Pengiriman dan Penyimpanan Di Site


1. Semua profil dilapisi PVC plastic atau polythilene film.
2. Pengiriman barang-barang harus hati-hati dan tidak boleh terjadi
kerusakan.
3. Setiap unit pintu, jendela maupun curtain wall yang dikirim ke lapangan
harus ada tanda / bukti sudah diperiksa kwalitasnya oleh QC pabrik.
69

(SPESIFIKASI TEKNIS)

4. Material yang disimpan di lapangan (site) harus diatur sedemikian rupa


agar tidak terjadi kerusakan / cacat.
XI.

Pemasangan Pada Struktur Bangunan


1. Semua unit aluminium harus terpasang dengan hubungan siku-siku, tegak
lurus dan mengikuti patokan (bench mark) dari Kontraktor Pelaksana.
1.

XII.

Sebelum diadakan pemasangan maka perlu adanya pengukuran di


lapangan dan koordinasi dengan pekerjaan lain, sehingga ukuran lubang
(opening) sesuai dengan Shop Drawing.

Material Kaca
1. Kaca mempunyai ukuran ketebalan minimal 5 mm dan maksimal 9 mm
dengan warna BENING.
2. Kaca yang didatangkan kelokasi pekerjaan atau Bengkel Kerja harus
diketahui dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

BAB XII

PEKERJAAN KUNCI DAN PENGANTUNG

Pasal 1

: Ruang Lingkup
Pekerjaan kunci dan pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela
dan ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup.

Pasal 2

: Kunci Dan Pengantung


1. Kunci dan pegantung pintu, jendela dan ventlasi Kayu adalah dari jenis
dan merk seperti disebutkan dibawah ini atau yang setara dengannya baik
dari harga dan kualitas :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Kunci Pintu 2 x Putar (2 slaag)


Engsel Pintu 4
Engsel Jendela 3
Pegangan Jendela
Pegangan Pintu
Grendel Jendela
Hak Angin Jendela
Hak Angin Pintu

:
:
:
:
:
:
:
:

Merk SES
Merk SES
Merk SES
Merk SES
Merk SES
Merk SES
Merk SES
Merk SES

2. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara pemasangan


minimal dari dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk
disetujui.

70

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan
pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada
brosur yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.
4. Kunci 2 X putar untuk pintu dipasang dengan ketinggian 100 cm dari
permukaan lantai.
5. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan
lantai atau 10 cm diatas posisi pemasangan kunci.
6. Engsel pintu harus dipasang minimal 3 engsel untuk satu daun pintu
dengan jarak pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai
dan jarak pemasangan engsel ke tiga sejarak 40 cm turun dari permukaan
kozen teratas sedangkan engsel kedua adalah pada posisi pertengahan
antara engsel pertama dan ketiga.
7. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun
jendela serta ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan
ventilasi bagian bawah.
8. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela
yaitu di rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.
BAB XIII

PEKERJAAN PLAFOND

Pasal 1

: Material Plafond
1. Material utama plafond adalah Gypsum 9 mm dengan ukuran panel
standard 1200 mm x 2400 mm.
2. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan
harus mempunyai Merk Dagang.
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
4. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam
keadaan cacat dan rusak.

Pasal 2

: Rangka Plafond
1. Rangka Plafond dari Material Furring, dimensi dan jarak pemasangan
furing tidak boleh lebih dan kurang dari gambar bestek.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan sampel material untuk disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
71

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 3

2.

Rangka plafond diperkuat / digantung ke plat lantai yang berhubungan


dengan lantai dan ke rangka atap yang berhubungan dengan atap.

3.

Cara pemasangan rangka plafond harus mengikuti pola pemasangan


plafond yang ada dalam Gambar Bestek.

: Pemasangan Plafond
1. Pemasangan Plafond Gypsum 9 mm dilakukan langsung pada rangka alat
sambung paku sekrup.
2. Pola pemasangan plafond harus sesuai dengan pola plafond dan posisi
pemasangan yang ada dalam Gambar Bestek kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana.
3. Alat sambung yang dipakai adalah paku sekrup atau paku tergalvanisasi
dengan panjang minimal paku adalah 1.1/2 (inchi).
4. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus membuat Shop Drawing
untuk pekerjaan pemasangan material plafond.
5. Cara pemasangan harus mengikuti denah rangka plafond yang ada dalam
Gambar Bestek.
6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang
rata dan tidak melendut.
7. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan
pekerjaan instalasi listrik, instalsi AC, instalasi air bersih dan instalasi air
kotor sehingga plafond yang telah dipasang tidak dibongkar kembali.
8. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Listrik, Instalasi AC, Instalasi
Air Bersih dan Instalasi Air Kotor setelah pekerjaan pemasangan plafond
selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena
alasan-alasan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi tidak boleh
dibongkar sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standardnya
pada posisi penjangkaranya pada rangka plafond.

72

(SPESIFIKASI TEKNIS)

BAB XIV PEKERJAAN ATAP


Pasal 1

: Referensi
1. Seluruh pekerjaan Rangka kuda kuda terbuat dari bahan Baja Ringan
menggunakan truss bentuk profil C dengan tinggi 7.5 cm tebal 0.75 lebar
3 cm, bahan dari galvalume.

Pasal 2

: Persyaratan Material
Profil baja ringan harus bersih dari karat, tegak lurus dan tidak cacat.
1. Sebelumnya kontraktor pelaksana mengujukan sampel material untuk
disetujui oleh konsultan supervisi / pihak Direksi.
2. Dimensi dan pola rangkain sesuai dengan gambar bestek atau persyaratan
pabrikasi material.
3. Rangka Kuda Kuda diperkuat ke kolom atau ring balok dengan
menggunakan dinabolt / sesuai dengan persyaratan pabrikasi.
4. Sambungan profil dengan paku ulir.

Pasal 3

: Material Penutup Atap


1. Bahan utama penutup atap Underlayer Asphalt Felt finishing Atap
maraton IKO 20.
2. Ketebalan material atap sesuai dengan katalog pabrik .
3. Pada setiap lembar material atap harus dicantumkan Merk Dagang, Type
Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh
material penutup atap untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
5. Setiap lembaran material atap yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus
dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung
lapisan aluminium sengnya.
6. Material Atap harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung
digunakan. Material Atapn tidak boleh basah/lembab dan berhubungan
langsung dengan tanah.

Pasal 4

: Warna Material Rabung/Bubungan Dan Penutup Atap


1. Warna Material Rabung/Bubungan dan penutup atap adalah hasil
perwarnaan di Pabrik.
73

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Pewarnaan kembali dilokasi pekerjaan akibat adanya material


rabung/bubungan dan atap yang rusak serta terkelupas karena proses
pengakutan kelokasi pekerjaan harus dengan material cat yang
direkomendasikan oleh Pabrik.
3. Jika tidak ditentukan lain oleh Owner dan Konsultan Perencana dalam
masa pelaksanaan konstruksi, maka warna material atap dan
rabung/bubungan baja lapis aluminium seng untuk masing-masing
sekolah ditentukan seperti tabel berikut ini :
Pasal 7

: Pemasangan Atap Dan Rabung/Bubungan


1. Pemasangan Atap dan Rabung/Bubungan harus mengikuti petunjukpetunjuk dan cara pemasangan yang dianjurkan oleh Pabrik.
2. Material Atap dan Rabung/Bubungan adalah material yang dipesan
khusus pada Pabrik oleh Kontraktor Pelaksana oleh karena itu tidak
dibenarkan adanya penyambungan-penyambungan material atap dalam
arah panjangnya ketika pemasangan.
3. Material Atap dan Rabung/Bubungan yang telah sekali dipasang dan
kemudian dibongkar karena kesalahan pemasangan dengan alasan
apapun tidak boleh dipergunakan lagi sebagai penutup atap pada tempat
yang lain atau tempat yang sama.
4. Proses pemasangan Atap dan Rabung/Bubungan tidak boleh merusak
material, merusak permukaan cat dan menyebabkan kebocoran pada atap
dan rabung/bubungan.

BAB XV

PEKERJAAN CAT

Pasal 1

: Referensi
1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai
berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4

Pasal 2

: Persyaratan Material
1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari
kualitas terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk
dagang, spesifikasi, dan aturan pakai.
74

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Cat yang dipakai adalah dari Merk CATYLAC Standar ICI atau merk
lain yang setara dengannya dengan standar yang sama.
4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal
dari dua merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.
5. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana
dengan persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.
6. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang
ada dalam Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam
Gambar Bestek maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan
Konsultan Perencana.
7. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam
tabel point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan
tertulis dan diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.
8. Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis
adalah kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri
Kontraktor Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti yang
telah ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengelupasan dan pembersihan apabila pekerjaan
pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.
Pasal 3

: Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan permukaan dinding pasangan
bata dan beton lama dari cat lama, kotoran dan lumut. Hasil pekerjaan
pembersihan ini harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
pekerjaan pengecatan dimulai.
b. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata dan permukaan
beton benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
c. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang
ahli. Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan
d. Dinding dan permukaan beton serta GRC Board harus didempul atau
diplamur terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.
e. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata
permukaanya dengan kertas amplas.
75

(SPESIFIKASI TEKNIS)

f. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain
dalam Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :
a. Cat Tembok Exterior

: 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar,


dan 2 Kali Cat Warna.

b. Cat Tembok Interior

: 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar,


dan 2 Kali Cat Warna.

c. Cat Dinding GRC

: 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar,


dan 2 Kali Cat Warna.
: 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.

d. Cat Plafond Dalam


e. Cat Permukaan Kayu

: 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1


Kali Cat Dasar dan 2 Kali Cat Warna.

f. Cat Dinding Multiplek : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Dasar dan 2


Kali Vernis Impra

76

(SPESIFIKASI TEKNIS)

BAB XVI PEKERJAAN LISTRIK


A. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pasal 1

: Umum
1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada
klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti
menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul yang ada atau
menghilangkan klausul-klausul tersebut atau bukan berarti
menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.
2. Gambar-gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu
kesatuan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Apabila ada sesuatau bagia
pekerjaan atau bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini
dapat bekerja dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar
perencanaan atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor Pelaksana
harus tetap melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku.

Pasal 2

: Gambar-Gambar
1. Gambar-gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan
semua accessories dan fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas
walaupun tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus
disediakan dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem
dapat bekerja dengan baik.
2. Gambar-gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan instalalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan denan
memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar-gambar Arsitektur dan
struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana
dan detail finishing dari proyek.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan
gambar-gambar kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan
kepada Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop
drawing yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui Konsultan
Supervisi dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari
situasi dan telah berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan-catatan yang cermat dari
penyesuaian-penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatancatatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)
dan lima set lengkap blue print sebagai gambar-gambar sesuai
pelaksanaan (as built drawings). As built drawings harus diserahkan
kepada Konsulatan Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.
77

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 3

: Koordinasi
1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan
ini, harus bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau
disiplin lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan
yang satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.

Pasal 4

: Daftar Bahan Dan Contoh


1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor
Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali
apabila ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana
diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan
digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang
didalamnyatercantum nama-nama dan alamat manufacture, katalog dan
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsulatan
Supervisi . Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan diberikan atas
dasar di atas.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan
dipasang kepada Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan
dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi
tanggungan Kontraktor Pelaksana .
3. Bahan-bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di
dalam spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan
haruslah dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masingmasing.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala
ukuran/ kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila
terdapat keragu-raguan, Kontraktor Pelaksana , harus segera
menghubungi Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.
5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang
sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Supervisi , apabila
terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana . Untuk itu pemeliharaan equipment dan material
harus mendapatkan persetujuan dari Konsulian Supervisi .

78

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 5

: Commision Dan Testing


1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua
testing dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk
memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat
berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang
berlaku.
2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan
testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal
ini termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari
sistem ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh
Kontraktor Pelaksana .

Pasal 6

: Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya


1. Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain-lain yang
disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka
Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk
tersebut diatas.
2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuanketentuan dari Konsultan Supervisi.

Pasal 7

: Perlindungan Pemilik
1. Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor,
Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan
yuridis lainnya.

Pasal 8

: Contoh
1. Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan-bahan/material
yang akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan
Supervisi . Semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan
contoh-contoh ini menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

Pasal 9

: Pengetesan
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang
dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap
sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua tenaga, bahan
dan perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan
tanggungjawab Kontraktor Pelaksana .

Pasal 10

: Pengetesan
1. Jika semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah
dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan-ketentuan
pengetesan dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian
79

(SPESIFIKASI TEKNIS)

secara keseluruhan dari peralatan-peralatan yang terpasang, dan jika


sudah ditest dan temyata memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan
peralatannya dapat diserahkan kepada pemilik dengan dilampirkan berita
acara test lapangan yang disetujui Konsultan Supervisi.
Pasal 11

: Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan


1. Peralatan-peralatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun
terhitung dari penyerahan kedua.
2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini
diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan- kerusakan dari pada
instalasi yang dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.
3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi
ini masih harus menyediakan tenaga-tenaga yang diperlukan yang dapat
dihubungi setiap saat.
4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi
dengan bukti-bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan
baik yang ditandata- ngani bersama oleh instalatur yang melaksanakan
pekerjaan tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan
sertifikat pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang
berwenang.
5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi
tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran-teguran atas perbaikan,
penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Konsultan
Supervisi lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan
tersebut pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang
melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut.
6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana
harus mengadakan semacam pendidikan dan latihan selama periode
tersebut kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap pekerjaan yang
ditunjuk oleh pemberi tugas (customer).
7. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5
(lima) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para
petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan pemeliharaan.

80

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 12

Laporan
b. Laporan Harian
Kontraktor Pelaksana wajib membuat "Laporan Harian" dan
"Laporan Mingguan" yang memberikan gambaran dari kegiatankegiatan yang dilakukan di lapangan secara jelas. Laporan tersebut
dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:
1. Kegiatan Fisik.
2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik
secara lisan maupun tertulis.
3. Hal-hal yang menyangkut masalah :
- Material (masuk/ditolak)
- Jumlah tenaga kerja
- Keadaan cuaca
- Pekerjaan tambah / kurang.

c.

Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan


tersebut berisi ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu
dan rencana pekerjaan minggu depan. Laporan ini harus
ditandatangani oleh Manager Proyek dan diserahkan pada Konsultan
Supervisi untuk diketahui/disetujui.
Laporan Pengetesan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dalam
rangkap 5 (lima) mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Hasil pengetesan kabel-kabel (meger dan pemberian tegangan).
2. Hasil pengetesan peralatan-peralatan instalasi.
3. Hasil pengukuran-pengukuran dan lain-lain.
Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan
oleh Konsultan Supervisi pekerjaan ini.

Pasal 13

Penanggung Jawab Pelaksana


1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana
harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang
ahli dan berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site,
yang bertindak selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan
mempunyai kemampuan memberikan keputusan teknis, dan
bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi-instmksi
dari Konsultan Supervisi.
2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama
jam kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada
81

(SPESIFIKASI TEKNIS)

pada saat yang dikehendaki ohh Konsultan Supervisi petunjuk, dan


perintah pengawas di dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung
kepada pihak Pembomg melalui penanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
Pasal 14

Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan


1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar-gambar
rencana yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Supervisi.
2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud Konsultan Supervisi
pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk disetujui.
3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain
sebagainya, harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada
Konsultan Supervisi secara tertulis. Perubahan-perubahan material
dan gambar rencana yang mengakibatkan pekerjaan tambah kurang
harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan Supervisi.

Pasal 15

Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


1. Kontraktor Pelaksana tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang
dilakukan dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun
pengembaliannya seperti keadaan semula adalah termasuk pekerjaan
Kontraktor Pelaksana instalasi ini.
2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis
dari Konsultan Supervisi.
3. Pengelasan, pemgeboran dan sebagainya pada konstmksi bangunan
hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan
tertulis dari Konsultan Supervisi.

Pasal 16

Pekerjaan Listrik
1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja
dengan sempuma dan aman.
2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat
penyerahan pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi
pekerjaan tersebut sudah dapat dipergunakan pemilik.

82

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 17

Pemeriksaan Routines
1. Selama masa pemeliharaan, harus
pemeliharaan dan pemeriksaan routine.

diselenggarakan

kegiatan

2. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus


dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.
B.

PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL

Pasal 1

Umum
1. Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan,
peralatan dan tenaga kerja, pemasangan , pengujian perbaikan selama
masa pemeliharaan dan training bagi calon operator, sehingga seluruh
sistem elektrikal dapat beroperasi dengan baik dan benar.

Pasal 2

Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan sistem elektrikal :
1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel
utama dari panel distribusi menuju ke ruang panel disetiap lantai,
lengkap dengan seluruh instalasinya termasuk armature, saklar
dan stop kontak.
2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan
ukuran kabel tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.
3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel-panel
tegangan rendah dan panel kapasitor sesuai dengan gambar
rencana.
4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:
a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan
jenis lampu sesuai gambar rencana.
b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa,
stop kontak daya dan stop kontak khusus.
c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch
dan saklar tukar.
d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray
dan cable trunking.
e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi
pelindung kabel serta berbagai accessories lainnya seperti :
box untuk saklar dan stop kontak, junction box, fleksibel
conduit, bends/elbows, socket dan lain-lain.
f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi
penerangan dan stop kontak.
83

(SPESIFIKASI TEKNIS)

5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)


a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap
dengan tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.
b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan
tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.
c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan
tiang armature dan accessories lainnya.
d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap
dengan conduit, pelindung kabel dan accessories lainnya.
6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan
lengkap dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan
accessories lainnya.
7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal
petir lengkap dengan accessories lainnya.
8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang
sistem ini agar dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan
bak kontrol, kabel rack, support equipment dan accessories
lainnya.
Pasal 2

Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar-gambar rencana
untuk menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari
peralatan-peralatan, dan sambungan-sambungannya. Kontraktor
Pelaksana harus melengkapi dan memasang selumh peralatanperalatan bantu yang dibutuhkan.
2. Gambar-gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang
posisi dari peralatan-peralatan, pemipaan, ducting dan lain-lain.
Kontraktor Pelaksana harus mengadakan perubahan-perubahan yang
diperlukan yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi bangunan tanpa
tambahan-tambahan biaya.
3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan
pada gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.

Pasal 3

Standar-Standar
Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang
berlaku :
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan
Instalasi Listrik (PIL) dan tentang Syarat-syarat Penyambungan
84

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Listrik (SPL).
c. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia
(SNI).
d. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
e. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard
penerangan buatan.
f. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.
g. Standard negara lain yang berlaku di Indonesia seperti : IEC, VDE,
DIN, NEMA, JIS, NFPA, dan lain-lain.
Pasal 4

Pekerjaan Terkait
Referensi bagi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini
adalah :
a. Penerangan dan stop kontak
b. Sistem Pembumian
c. Daftar merk/produk material

Pasal 5

Gambar-Gambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi


a. Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang
hal-hal sebagai berikut :
1. Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan secara detail
tentang pemasangan (instalasi) peralatan-peralatan serta
hubungan-hubungannya dengan pekerjaan lain.
2. Gambar-gambar kerja yang menunjukkan posisi-posisi elevasi,
pengkabelan serta detail-detail pemasangan peralatan pada
posisinya atau pada mangannya.
3. Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat
peralatan.
4. Brosur-brosur/katalog yang lengkap tentang ukuran-ukuran
peralatan (mesin-mesin) berat, cara-cara pemasangan dan
persyaratannya, serta wiring diagram dari peralatan-peralatan
utama.
b. Kontraktor Pelaksana juga diharuskan membuat gambar kerja pada
bagian-bagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh
Konsultan Supervisi.

Pasal 6

Gambar Instalasi Terpasang Dan Petunjuk Operasi


1. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat dan menyerahkan
gambar- gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) yang telah
disetujui Konsultan Supervisi, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set
yang terdiri dari 1 set transparent dan 2 set cetak bim. Bila pekerjaan
telah selesai dan paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima
pertama.
85

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi


petunjuk operasi dan perawatan dari selumh instalasi, dan peralatan
kepada Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah
terima pertama.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk mendidik operator
yang ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang bersangkutan terbukti
sanggup menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.
Pasal 7

Masa Pemeliharaan Dan Garansi


1. Setelah serah terima kedua Kontraktor Pelaksana/Supplier harus
memberikan garansi terhadap peralatan-peralatan yang dipasang serta
mengadakan service / pemeliharaan selama masa yang ditentukan
yaitu:
a. Garansi selama 1 tahun
b. Pemeliharaan selama 6 bulan.
2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan :
a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan
pekerjaan.
b. Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala
sesuai dengan persyaratan pabrik.
c. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas, sehingga
petugas tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat
peralatan-peralatan yang dipasang.

Pasal 8

Pendidikan Dan Latihan


1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi
dan perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan
repair manual, segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.

Pasal 9

Persyaratan Bahan Dan Material


a. Umum
1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor
Pelaksana harus baru dan material tersebut harus cocok untuk
dipasang di daerah tropis.
2. Material-material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan
dari produksi yang terbaru. Untuk material-material yang disebut
dibawah ini, maka Pemilik harus menjamin bahwa barang
tersebut adalah baik dan baru dengan jalan menunjukkan surat
order pengiriman dari dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel
: switch, circuit breaker, meter dan
kontaktor serta relay protection.
86

(SPESIFIKASI TEKNIS)

b. Peralatan lampu
c. Peralatan instalasi

: Armature, bola lampu, ballast, dan


kapasitor.
: Stop kontak, saklar, junction box, dan
lain-lain.

d. Kabel.
b. Daftar Material
1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor
Pelaksana wajib mengisi daftar material yang menyebutkan :
merk, type, kelas lengkap dengan brosur/katalog yang
dilampirkan pada waktu tender.
2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen-komponen
yang berupa barang-barang produksi.
c. Penyebutan Merk/Produk Pabrik
1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan
beberapa merk tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari
material atau komponen tertentu terutama untuk material-material
Listrik utama, maka Kontraktor Pelaksana wajib melakukan
didalam penawarannya material yang dalam taraf mutu/pabrik
yang disebutkan itu.
2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material
yang disebutkan pada tabel material tidak dapat diadakan oleh
Kontraktor Pelaksana, yang diakibatkan oleh sesuatu alasan yang
kuat dan dapat diterima Owner, Konsultan Supervisi dan
Perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk/type dengan
suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor Pelaksana.
d. Daftar Merk/Produk Material
1. Panel TR
: EGA, TSA, Simetri, Sier, Guna Era, Altrak.
2. -Kabel TR

: Kabel indo, Kabel Metal, Supreme, IKI


Sumindo.
-Kabel TR-FRC : Radox, Kabel Metal Eicuflamex, Pyrotenax,
Sumitomo, Fuji, Nelson, Pirelli.

3. Capasitor Bank : Nokia, Merlin Gerin, ABB, Siemens, AEG,


Lifasa.
4. Komponen Panel Tegangan Rendah :
a. ACB, MCCB, MCB : ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG,
itsubishi.
87

(SPESIFIKASI TEKNIS)

b. Diazed Fuse

: AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

c. Trafo Arus

: AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, SEG,


MG.

d. Peralatan Meter :
- Volmeter
-

: AEG,
Siemens,
Mitsubishi, MG.
Ampermeter
: AEG,
Siemens,
Mitsubishi, MG.
CosQ-meter
: AEG,
Siemens,
Mitsubishi, MG.
Frekwensi Meter
: AEG,
Siemens,
Mitsubishi, MG.
Relay-relay pengaman : Telemecanique,
Siemens, AEG, SEG.

ABB,
ABB,
ABB,
ABB,
Omron,

e. Timer switch dilengkapi back-up power battery atau spring


kapasitas min. 72 hours : Legrand, Siemens, Theben.
f. Peralatan Accessories

: Ex Eropa, Japan.

g. Surge arrester/Lightning Arrester : OBO Better-man, Dehn.


5. Komponen Lampu :
a. Tube lamp

: Phillips, General Electric (GE), Osram,


National.
b. Lampu Taman
: Phillips, General Electric (GE), Osram,
National.
c. Lampu Mercury : Phillips, General Electric (GE), Osram,
National
d. Capacitor
: Phillips, Notocon, National, Siemens,
Bosch.
e. Ballast Type Low Loss
: Phillips, ATCO (Low Loss).
f. Fitting
: Phillips, BJB, Vosloh.
g. Starter
: Phillips, BJB, Vosloh.
6. Stop Kontak/Switch : MK,Clipsal, Legrand, ABB, Berker,
National.
7. Saklar
: Nasional
8. Conduit Instalasi
: EGA, Clipsal.
9. Armature Lampu TL
: Phillips, Artolite, Spectra,
Siemens, Lucolite.
10. Armature Lampu Down Light : Artolite, Lucolite, Siemens,
Spectra.
88

(SPESIFIKASI TEKNIS)

11. Lampu Exit Battery


12. Lampu Emergency + Battery
13. Rak Kabel
14. Grounding System

15. Fire Resistance kabel

: Menvier, PNE, Maxspid.


: Menvier, PNE, Maxspid.
: Nobi, Dhemar, Three stars,
Interack, Metosu.
: Cadweld, Poly Phase, Term
oweld,
Ex-Local
dengan
conductivity Cu > 99,9.
: Radox, Eicuflamex, Wilson,
Fuji, Pirelli.

C. PANEL TEGANGAN RENDAH


Pasal 1

Persyaratan Bahan Dan Material


1. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan,
pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijin-ijin, tenaga
teknisi dan tenaga ahli.
2. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam
gambar dan spesifikasi teknis ini maupun tambahan-tambahan
lainnya.

Pasal 2

Persyaratan Bahan Dan Material


1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen
yang harus ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel-panel
yang dimaksud untuk beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat,
50 Hz dan Solidly Grounded dan harus dibuat mengikuti standard
IEC, VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.
2. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal
enclosed), free standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap
dengan semua komponen-komponen yang ada :
a. Panel Genset
b. LVMDP
c. LV-SDP
3. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal
enclosed). Wall mounting untuk pasangan dalam (indoor use)
lengkap dengan semua komponen-komponen yang ada :
a. Panel-panel pencahayaan dan stop kontak
b. Panel-panel daya plumbing
c. Panel-panel daya air conditioning
d. Panel-panel lain.
89

(SPESIFIKASI TEKNIS)

4. Panel-panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal


enclosed} untuk pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua
komponen-komponen yang ada :
a. LP-OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).
5. Panel-panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini,
tetapi tercantum dalam mgambar rencana.
Pasal 3

Pasal 4

Karakteristik Panel
a.
Tegangan kerja
b.
Tegangan uji
c.
Tegangan uji impulse
d.
Frekwensi : 50 Hz

: 400 volt
: 3.000 volt
: 20.000 volt

Konstruksi Panel
1. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman
oleh petugas, misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB),
pemutus tenaga (CB), pemasangan kembali indikator-indikator,
pengecekan tegangan, pengecekan gangguan dan sebagainya.
2. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari-lemari yang
digunakan
untuk
pemasangan
peralatan-peralatan
atau
penyambungan-penyambungan. Setiap lemari hanya dapat dibuka
bila semua peralatan bertegangan dalam lemari tersebut telah off
/mati.
3. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi
kecelakaan akibat kesalahan-kesalahan operasi yang dibuat oleh
petugas.
4. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm
dan diberi penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard,
sehingga dapat dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan
masing-masing terpisah satu sama lain dengan alat pemisah.
5. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :
a. Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang
dapat dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.
b. Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka,
yang dihubungkan dengan sebuah handel pembuka peralatan
sedemikian rupa, sehingga hanya dapat dibuka bila bagian dalam
ruangan tersebut telah off/mati.
90

(SPESIFIKASI TEKNIS)

c. Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus


disesuaikan ketinggiannya.
6. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium
b.
Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah
pengelasan, kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap
karat dengan cara galvanisasi atau "Chromium Plating" atau
dengan "Zinc Chromate Primer".
c.
Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama
abu-abu atau wama lain yang disetujui Direksi.
7. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit
Breaker (MCB) dengan breaking capacity minimal 8 -10 KA simetris.
8. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits
Breaker (MCCB) atau No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang
diberikan pada gambar rencana dengan breaking capacity seperti
ditunjukkan dalam gambar rencana.
9. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi
thermal dan instantaneous magnetic unit.Main CB dari setiap panel
harus dilengkapi dengan shunt trip terminals dan kabel control harus
tahan api.
10. Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap
kesalahan hubungan ketanah (Earth/GroundFoult Relay), dan
kelengkapan Relay pengaman lainnya (Over Current Relay, Over
Voltage Relay dan lain-lain)seperti terdapat pada gambar.
11. Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian
bawah/atas dan mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal
sebesar 1,5 (satu setengah) kali dari rating ampere frame main
pemutus dayanya.
12. Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas
99,99 .
Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;
a. Phasa
: Merah, kuning, hitam
b. Netral
: Biru
c. Ground
: Hijau - Kuning.
13. Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun
dengan kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50
91

(SPESIFIKASI TEKNIS)

HZ dan tahan bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula
dapat menutup dengan sempuma pada 85 tegangan nominal.
Magnetic Contactor harus dari Telemekanik dan yang setaraf.
14. Pemberian Tanda Pengenal
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal-hal berikut:
a. Fungsi peralatan dalam panel
b. Posisi terbuka atau tertutup
c. Arah putaran dari handel pengontrol dari switch
d. Dan lain-lain.
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.
15. Pengujian
Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan
sertifikat pengujian yang diakui oleh PLN (LMK):
a. Test kekuatan tegangan impuls
b. Test kenaikan temperatur
c. Test kekuatan hubung singkat
d. Test untuk alat-alat pengaman
e. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang
dimaksud
f. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel
g. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
h. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.
D. KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH
Pasal 1

Umum
1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam-macam
ukuran dan type yang sesuai dengan gambar rencana
(NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV) kabel daya tegangan
rendah ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.

Pasal 2

Instalasi Dan Pemasangan Kabel


a. Bahan
1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi peraturan PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus
baru dan harus jelas ditandai dengan ukurannya, jenis kabelnya,
nomor dan jenis pintalannya.
2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat
secara disiplin (stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel
dengan penampang lebih kecil 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian
remote control.
92

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :


a. Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit
Hight Impact PCV.
b. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan
taman dengan menggunakan kabel NYFGbY.
c. Untuk kabel-kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP
menggunakan kabel jenis NYY.
d. Untuk kabel-kabel dari LVMDP menuju ke panel-panel hydrant,
pressurization fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.
e. Untuk FRC digunakan merk : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji,
Pirelli.Pyrotenax.
4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan,
beton, ail) harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan
dengan ukurannya.
b. "Splice" / Pencabangan
1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungansambungan baik dalam feeder maupun cabang-cabang, kecuali pada
outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa dicapai (accessible).
2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis
dan harus teguh secara electric, dengan cara-cara "Solderless
Connector". Jenis kabel tekanan, jenis compression atau soldered.
3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada
konductor-konduktor dengan baik, sehingga semua konductor
tersambung, tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak
bisa lepas oleh getaran.
4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun
tempat lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari
temaga yang diisolasi dengan porselen atau bakelite ataupun PVC,
yang diametemya disesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan Isolasi
1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti
karet, PVC, asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan
lain-lain harus dari type yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi
voltage dan lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang
disetujui menurut anjuran perwakilan Pemerintah dan atau
Manufacturer.
93

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak


penyambung yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lainlain). Kontraktor Pelaksana harus memberikan brosur - brosur
mengenai cara- cara penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik
kepada Perencana.
3. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan wama-wama atau namanamanya masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan
isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil
pengetesan harus tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Supervisi.
4. Penyambungan
kabel
tembaga
harus
mempergunakan
penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah
putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dan ukuran
yang sesuai.
5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan
pipa PVC / protolen yang khusus untuk listrik.
6. Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk
menjaga nilai isolasi tertentu.
7. Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti,
misal temperatur-temperatur pengecoran dan semua lobang-lobang
udara harus dibuka selama pengecoran.
8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka
harus dilindungi dengan pipa baja dengan tebal 3 mm, minimal 2,5
mm.
d. Saluran Penghantar dalam Bangunan
1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling
gantung, saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.
2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling
gantung saluran penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan
diletakkan di atas ceiling dengan tidak membebani ceiling.
3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan
saluaran beton, kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa
galvanized dengan diameter sesuai standansasi. Saluran beton
dilengkapi dengan hand-hole untuk belokan-belokan.

94

(SPESIFIKASI TEKNIS)

4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit


minimum 5/8" diametemya. Setiap pencabangan ataupun
pengambilan keluar harus menggunakan junction box yang sesuai dan
sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip di
dalam junction box.
5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa,
tutup blank plate stainless steel, type "star point".
6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus
dilengkapi dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah
tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang
berada pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m harus
dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke bangunan
pada setiap jarak 50 cm.
e. Pemasangan Kabel dalam Tanah
1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.
2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan
batas merah, dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi
pipa Galvanized.
4. Kabel-kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa
galvanized atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW,
kabel harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan
lain-lain.
5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus
bersih dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti :
batu, abu, kotoran bahan kimia dan lain sebagainya. Alas galian
(lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 10 cm. Kemudian kabel
diletakkan, diatasnya diberi bata dan akhimya ditutup dengan tanah
urug.
6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara
langsung, harus mempergunakan peralatan khusus untuk
penyambungan kabel dalam tanah.
7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang
jelas pada jalur-jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan
didalam pengoperasian, pengurutan kabel dan menghindari
kecelakaan akibat tergali/tercangkul.

95

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 3

Pengujian Testing
1. Factory Test
a. Pengetesan Individuil
Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari
pengetesan sebagai berikut:
- Pengetesan ukuran tahanan hantaran
- Pengetesan dielektrik
- Pengukuran loss factor
b.

Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan
dipakai. Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:
- Test tegangan impuls
- Mekanikal test
- Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature
- Pengetesan dielektrik
- Pengetesan perambatan (Creep Test)

2. Site Test
1. Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam,
penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir,
maka dilakukan pengetesan dielektrik/insulation test.
2. Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus
jelas dan tidak dapat dihapus.

E. PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK


Pasal 1

Lampu Dan Armaturenya


1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan,
seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar elektrikal.
a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus
dikompensasi dengan "power factor correction capasitor" yang
cukup kuat terhadap kenaikan temperatur dan beban mekanis dari
diffuser itu sendiri.
c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan
tertentu, sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat
tinggi.
d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block
96

(SPESIFIKASI TEKNIS)

harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas


yang ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan
umur teknis komponen lampu itu sendiri.
e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabelkabel dalam box harus diberikan saluran atau klem-klemn
tersendiri, sehingga tidak menempel pada ballast atau kapasitor.
f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar
tahan karat, kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven
wama putih.
g. Box terbuat dari glass - fibre reinforced polyster dengan brass
insert harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta
cover dari clear polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia,
maupun gas kimia.
h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface
Mounted harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.
i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula
dipergunakan single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu
fluorescent).
j. Untuk lampu TL yang di-dimmer, ballast harus dari jenis "HighFrequency Electronic light regulating ballast", yang dapat mendimmer lampu-lampu fluorescent TL, dan harus pula
dipergunakan single electronic ballast (satu elektronik ballast
untuk satu lampu fluorescent).
k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan
lain-lain. Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan
untuk area kolam ikan dengan jenis wama lampu 33.
l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana
dudukan hrrus dari bahan aluminium silicon aloy atau dari
moulded plastic. Diffuser harus dari bahan gelas susu atau satin
etached opal plastic. Armatur down ligh tersebut harus tahan
terhadap bahan kimia maupun gas kimia.
m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang
dengan lampu HPL-N 250 W maupun PL-9 W/SL-18 W.

97

(SPESIFIKASI TEKNIS)

n. Lubang-lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon


untuk mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada
dudukan ulir, tidak boleh dengan memakai paku sekrup.
o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana
dan desain Arsitek.
Pasal 2

Kotak Kontak Biasa


1. Kotak kontak dinding yangdipakai adalah Kotak kontak satu phasa,
Rating 250 Volt, 13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.
2. Kotak kontak 1 (satu) phasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp
untuk pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 volt, 13
Ampere.
3. Bahan dari Cover Plate.
4. Kotak kontak yang dipakai adalah Kotak kontak satu phasa untuk
pemasangan rata dinding dengan ketinggian 30 cm/80 cm di atas
lantai dan harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan.
Harus di pasang mengikuti item e.

Pasal 3

Kotak Kontak Khusus


1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa
dan harus mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating
3 Phasa, 415 Volt, 16 A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan
switch.

Pasal 4

Saklar Dinding
1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker,
dengan rating 250 Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs
atau multiple gangs (grid switches), saklar hotel single gang atau
double gangs dipasang dengan ketinggian 1,20 m atau ditentukan
lain.

Pasal 5

Isolating Switches
1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi
dengan indicating lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi
dari rating MCB / MCCB pada feeder di panelnya. Rating tegangan
adalah untuk 1 fasa 250 Volt, fasa 415 Volt.
2. Switches harus dipasang pada box mengikuti item g.

Pasal 6

Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak


1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman
tidak kurang dari 35 mm.
2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau
Kotak kontak dinding terpasang pada box harus menggunakan baut,
98

(SPESIFIKASI TEKNIS)

pemasangan dengan cara yang mengembang tidak diperbolehkan.


Pasal 7

Kabel Instalasi
1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak
harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih
(NYA, NYM, NYY).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode
wama insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai
berikut:
a. Fasa R
: merah
b. Fasa S
: kuning
c. Fasa T
: hitam
d. Netral
: biru
e. Grounding
: hijau/kuning

Pasal 8

Pipa Instalasi Pelindung Kabel


a. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC
kelas AW atau GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan
accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan lainnya, yaitu tidak
kurang dari diameter 19 - 25 mm.
b. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak
sambung Qunction box) dan armature lampu.
c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan
pipa PVC khusus untuk power high impact conduit-heavy gange,
minimum diameter 19 - 25 mm.
d. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar
saddle, adaptor female and male thread, male and female bushe,
locknut dan perlengkapan lainnya.
e. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class
IP - 65.

Pasal 9

Rak Kabel
1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis
cable ladder yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot
Dip Galvanis dilapisi oleh Zink Eromate harus tahan terhadap bahan
kimia dan gas kimia.

Pasal 10

Testing / Pengujian
1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang
disahkan oleh lembaga yang berwenang pengujian meliputi :
a. Test ketahanan isolasi
b. Test kekuatan tegangan impuls
c. Test kenaikan temperatur
d. Continuity test.
99

(SPESIFIKASI TEKNIS)

F. SISTEM PEMBUMIAN
Pasal 1
: Power House Building
1. Seluruh bagian-bagian besi dalam bangunan harus diketanahkan
secara baik, dengan cara menghubungkannya kepada rel/copper plate
pembumian yang telah tersedia di power house yaitu semua frame
besi, pintu besi, tangki minyak, panel-panel, housing generator,
housing transfbrmator, housing dari peralatan metal lainnya.
2. Hubungan antara bagian yang tetap dan yang bergerak (pintu-pintu)
dilakukan dengan pita tembaga fleksibel, yang harus dilindungi dari
gangguan mekanis.
3. Semua sambungan-sambungan pada sistem pentanahan harus
dilakukan dengan baut dari campuran tembaga. Electroda pembumian
terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan harus ditanam minimal
sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan pembumian maksimal
2 Ohm.
Pasal 2

Gedung Gedung Lainya


1. Sistem pembumian peralatan-peralatan dari bahan metal (panel-panel,
housing peralatan, cable rack, pintu-pintu besi, tangki-tangki dan
lain-lain) harus dihubungkan pada elektroda pembumian baik secara
terpadu atau secara terpisah (individual).
2. Elektroda pembumian terbuat dari batang tembaga diameter 1" dan
harus ditanam minimal sedalam 6 m , sehingga dapat dicapai tahanan
pembumian maksimal 2 Ohm.
3. Untuk peralatan-peralatan yang terletak di lantai atas, dapat dibuat
hubungan pembumian terpadu, yaitu dengan mengikuti standardstandard yang berlaku dalam PUIL 2000.
4. Ketentuan-ketentuan yang harus diikut antara lain sebagai berikut:
Penampang Konduktor
daya yang digunakan
(mm2)
< = 10 mm2
16 mm2
35 mm2
70 mm2
120 mm2
> = 150 mm2

Penampang Konduktor
pembumian
(mm2)
6 mm2
10 mm2
16 mm2
50 mm2
70 mm2
95 mm2
100

(SPESIFIKASI TEKNIS)

G. GENERATOR SET ( Jika Ada )


Pasal 1
: Persyaratan Material
1. Material utama pada pekerjaan ini adalah Generator Set Kapasitas
7000 Watt Merk Mitsubishi atau merk lain yang setara denganya.
2. Generator Set dari bahan bakar premium (bensin) yang dapat
dihidupkan dengan cara Starter.
3. Generator Set dilengkapi dengan kaki beroda sehingga mudah
dipindahkan kemana saja ( Multi Stage ).
4. Kontraktor harus memberikan brosur yang menjelaskan cara
pemakaian dan spesifikasi Generator Set untuk dua merk yang
berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.
5. Generator Set harus disimpan atau diletakan pada bangunan Pos Jaga
atau tempat lain yang aman dan terlindung dari panas dan hujan.
H. INSTALASI ANTI PETIR ( Jika Ada )
Pasal 1
: Spesifikasi
1. Material yang dipakai adalah Penangkal Petir Konvensional (Tongkat
Franklin).
2. Ujung tongkat penangkap petir dipasang dalam jarak minimal 5 m atau
sesuai dengan Gambar Bestek.
3. Dipasang 2 buah spitzen pada atap bangunan dengan saluran turun
kebawah (down conductor) menggunakan kabel BC 50 mm2.
4. Saluran untuk down conductor dipasang pada klem penyangga seperti
gambar rancangan pelaksanaan dengan jarak klem 50 cm antara satu
dengan yang lain.
5. Kabel konduktor yang turun melalui ruang dimana terdapat aktifitas
manusia harus dilindungi dengan pembungkus pipa PVC diameter 1 dan
diklem sendiri pada pipa pelindung tersebut agar tidak membebani kabel
down konduktor.
6. Pada tempat dimana dipasang pipa pertanahan (ground rod) ditancapkan,
harus dibuatkan bak control dengan ukuran sesuai dengan rancangan
Kontraktor Pelaksana, bak control harus dibuat diluar lantai bangunan.
7. Saluran BC dari bak control ke tepi bangunan harus dilindungi dengan
pipa galvanis diameter , bak control tersebut harus diberi tutup.
101

(SPESIFIKASI TEKNIS)

8. Saluran BC yang dipasang vertikal pada tembok bagian tepi luar


bangunan harus dilindungi dengan pipa PVC 1 setinggi 2,50 meter dari
lantai.
9. Saluran BC untuk down conductor ditarik sepanjang kolom beton
bangunan dengan cara ditanam pada plesteran beton dengan dilindungi
pipa PVC AW 1, saluran ini tidak boleh ada sambungan dalam pipa.
10. Saluran BC untuk seluruh system pertanahan ini tidak diperbolehkan ada
sambungan pada tempat yang tidak semestinya.

11. Electroda tanah menggunakan elektroda pipa dengan pipa galvanis 1/1/2
dengan kawat BC 50 mm2 minimal sedalam 6 m atau harus mencapai
titik air.
12. Besarnya tahanan sebar elektroda tanah tersebut tidak boleh lebih dari 2
Ohm.
BAB XVII PEKERJAAN MEKANIKAL
A.

PEKERJAAN PLUMBING

Pasal 1

: Umum
a. Lingkup Pekerjaan
1. Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan pekerjaan ,
sebagaimana yang ditunjukan pad Gambar Bestek yang terdiri dari,
tetapi tidak terbatas pada :
3. Pengadaan dan pemasangan pompa-pompa air bersih.
4. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih, air kotor,
limbah kimia, dan air bekas sesuai Gambar Bestek dan spesifikasi,
termasuk penyambungan pipa PDAM dari meter air ke Ground Water
Resevoir.
5. Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi seluruh
peralatan Plumbing.
6. Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing yang
terpasang kecuali sanitary.
7. Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan oleh
Owner.
102

(SPESIFIKASI TEKNIS)

8. Pembuatan Shop Drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan


pembuatan As Built Drawing bagi instalasi yang telah terpasang.
b. Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana
untuk menunjukan secara detail berbagai item pekerjaan dari
peralatan-peralatan dan penyambungan-penyambungan.
1. Gambar-gambar rencana menunjukan tata letak secara umum dari
peralatan, pemipaan cabinet dan lain-lain.
3. Kontraktor Pelaksana harus memodifikasi tata letak tersebut
sebagaimana yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemasanganpemasangan yang sempurna sesuai dengan rencana pekerjaan Arsitek
dari peralatanp-peralatan tersebut. Modifikasi yang dibuat oleh
Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tapi tidak
ditunjukan dalam Gambar Bestek atau sebaliknya, harus dilengkapi
dan dipasang seperti pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi
teknis dan ditunjukan dalam Gambar Bestek.

c. Kualifikasi Pekerjaan
1. Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan ini harus dilakukan
oleh pekerja dan supervisor yang benar-benar ahli dan
berpengalaman.
i. Konsultan Supervisi dapat menolak atau menunda pelaksanaan suatu
pekerjaan, bila dinilai bahwa Kontraktor Pelaksana tersebut tidak
trampil/tidak berpengalaman.
d. Pengajuan -Pengajuan
Pada saat pelaksanaan
mengajukan:

pekerjaan

Kontraktor

Pelaksana

harus

1. Material list dari seluruh item peralatan yang akan dipasang.


2. Shop Drawing yang menunjukan secara detail pekerjaanpekerjaan/pemasangan peralatan dan pemipaan, penyambungan
dengan pekerjaan-pekerjaan lain atau pekerjaan-pekerjaan yang sulit
dilaksanakan. Ataupun perubahan-perubahan atau modifikasi yang
diusulkan terhadap Gambar Bestek.
103

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Prosedur pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik (jika ada) dari


peralatan-peralatan yang akan dipasang.
4. Contoh-contoh material (brosur-brosur untuk peralatan-peralatan
yang besar) dari material/peralatan yang akan dipasang.
e. Review
1. Konsultan supervisi akan memeriksa (mereview) pengajuanpengajuan dari pemborong dan memberi komentar atas hal itu.
2. Kontraktor Pelaksana harus memodifikasi/merevisi pengajuan sesuai
dengan komentar, sampai didapat persetujuan dari Konsultan
Supervisi.
f. Standard dan Code
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek, maka pada pekerjaan ini
berlaku peraturan-peraturan sebagaio berikut :
2. Peraturan pemadam kebakaran.
3. Ketentuan Pencegahan dan Penangulangan kebakaran pada Bangunan
Gedung Departemen PU.
4. National Fire Protection association (NFPA) 13 dan 14
5. Pedoman Plumbing Indonesia.
h. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi
1. Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan setelah serah terima
pertama Kontraktor Pelaksana wajib menyerahkan gambar-gambar
instalasi terpasang sebanyak 3 set cetak biru dan 1 set transparent,
serta 1 set CD.
2. Pemborong juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 set petunjuk
operasi dan maintenance dari system yang dipasang dalam bentuk
buku dan CD.
i. Bagian Yang berhubungan
Bagian yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah Pemipaan

104

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 2

: System
a. Air Bersih
1. Air bersih yang didapatkan dari PDAM, Sumur Bor atau Sumur
Dangkal disedot dengan Pompa Air dan ditampung pada suatu
Resevoir Atas dari bahan Fiber Glass Kapsitas 1000 2000 Liter
pada Water Tower.
2. Dari Resevoir Atas, air bersih ini dengan menggunakan gaya
Gravitasi didistribusikan langsung ke Kran dan Bak Tampungan Air
yang ada di Toilet dan kamar mandi.
b. Air Bekas/Air Kotor
1. Pada dasarnya air buangan yang bersal dari toilet seperti floor drain,
lavatory (air bekas) dipisah dengan air kotor yang berasal dari WC
dan Urinoir (air kotor). Untuk keperluan ini digunakan 2 (dua) pipa
datar dan 2 (dua) untuk air. Air buangan dialirkan ke saluran luar, air
kotor padat dialirkan ke Septictank.
d. Air Untuk Fire Hydrant (Jika Ada)
1. Air untuk Fire Hydrant berasal dari Resevoir Bawah yang dialirkan
dengan memakai Tenaga Jet Pump atau pompa khusus pemadam
kebakaran ke Instalasi pipa Fire Hydrant dari pipa besi galvanis
ukuran diameter 3.
2. Fire Hydrant sendiri adalah dari jenis Hydrandt Box dari merk Fujica
atau yang setara dengannya dan disertai brosur dan spesifikasi teknis
yang dikeluarkan pabrik.
e. Air Hujan
1. Air hujan yang berasal dari talang-talang gantung disalurkan dengan
pipa-pipa Galvanis diameter 3 ke Ground Resevoir . Air hujan yang
ke saluran sekeliling bangunan disalurankan kesaluran-saluran utama
yang berada pada pinggir Site atau jalan raya.

Pasal 3

: Garansi
1. Kontraktor Pelaksana
bertanggung jawab atas pencegahan
bahan/peralatan untuk instalasi ini dari pencurian atau kerusakan.
Bahan/peralatan yang hilang atau rusak harus diganti oleh pemborong
tanpa biaya tambahan.
2. Kontraktor Pelaksana harus menggunakan tenaga-tenaga yang ahli dalam
bidangnya (skill Labour) agar dapat memberikan hasil kerja terbaik dan
rapi. Sebelum suatu pipa tertutup (oleh dinding, langit-langit dan lain105

(SPESIFIKASI TEKNIS)

lain) harus diuji dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan wakilnya
yang ditunjuk.
3.Kontraktor Pelaksana harus memnberikan garansi tertulis kepada
Konsultan supervisi, bahwa seluruh instalasi penyedian dan distribusi air
bersih, instalasi pemadam kebakaran, instalasi buangan air kotor dan
instalasi limbah kimia akan bekerja dengan memuaskan, dan bahwa
Kontraktor Pelaksana akan menaggung semua biaya atas kerusakankerusakan/pengantian yang perlu selama Jangka Waktu 1 Tahun.
4.Sebelum pemasangan instalasi plumbing, fixture-fixture dan peralatan lain,
Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh barang-barang yang
akan dipasang dan atau brosur-brosurya untuk mendapatkan persetujuan
dari Konsultan Supervisi.
Pasal 4

: Training
1. Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan dan menyelenggarakan latihan
bagi calon operator yang akan mengoperasikan dan memelihara system
air bersih, aitr kotor dan air hujan. Latihan dapat dimulai sejak
pelaksanaan pemasangan instalasinya, atas petunjuk dan persetujuan
Konsultan Supervisi.

Pasal 5

: Buku Petunjuk
1. Kontraktor Pelaksana harus membuat dan menyerahkan buku petunjuk
(manual), yang meliputi cara pengeoperasian maupun cara pemeliharaan.
Sistem manual tersebut dibuat sebanyak 4 buku + 1 CD.

Pasal 6

: Test Commissioning
1. Seluruh sistem plumbing yang telah terpasang harus dilakukan test
commissioning sebagaimana mestinya supaya sistem berjalan sempurna
dengan yang diharapkan.
2. Biaya test commissioning oleh Kontraktor Pelaksana.

B. PERKERJAAN PEMIPAAN
Pasal 1

: Umum
a. Ruang Lingkup
1. Spesifikasi ini meruapakan persyaratan minimal untuk seluruh pekerjaan
pemipaan pada pekerjaan mekanikal.

106

(SPESIFIKASI TEKNIS)

b. Standard dan Code


1. Standard dan peraturan yang berlaku dalam pekerjaan ini antara lain
adalah :
- ASTM
: American Society of Testing Material.
- ANSI
: American National Standard Institute.
- BS
: Birmingham Standard.
- JIS
: Japan Industrial Standard.
- SII
: Standard Industri Indonesia.

Pasal 2

: Persyaratan Material
a. Galvanized Iron Pipe (GIP)
1. Pipa yang dilapisi seng besi ini digunakan untuk :
a. Pipa supply air bersih dan buangan limbah kimia pada pekerjaan
Plumbing
2. Standard ranting yang digunakan adalah :
a. BS 1387 tahun 1967 kelas medium.
b. Poly Vinyl Chloride (PVC)
1. Pipa ini digunakan untuk :
a. Pipa air kotor dari WC dan Urinoir.
b. Pipa air buangan floor drain, lavatory.
c. Pipa drain dari system tata udara.
d. Pipa vent pada plumbing system.
e. Pipa air hujan.
2. standard Ranting yang digunakan.
a. PVC ASTM D2665 kelas 10 kg.

Pasal 3

: Persyaratan pemasangan
a. Pipa GIP
1. Untuk pipa diameter 50 mm (2) kebawah digunakan sambungan ulir,
sedang pipa dengan diameter 65 mm (2.1/2) ke atas digunakan
sambungan las atau flauge.
2. Pada penyambungan pipa dengan menngunakan flens perlu
dilengkapi dengan ring type gasket untuk manjamin kekuatan
sambungan dan terhadap kebocoran.
3. Semua pipa baik yang tampak atau yang ditanam diharuskan diberi
lapisan pelindung cat menie. Pipa yang ditanam ditanah diharuskan
dilapisi lagi dengan Bituminuos sheet 2 mm.
107

(SPESIFIKASI TEKNIS)

4. Khusus untuk pipa yang ditanam dalam tanah perlu memperhatikan


hal-hal sebagai berikut :
a. Pipa ditanam sedalam 60 cm dari permukaan tanah dan pada
sambungan pipa diberi dudukan dari beton untuk menghindari
lendutan bila terkena beban mekanis.
b. Disekeliling pipa harus diisi dengan pasir dengan ketebalan 15 cm
kemudian diurug dengan tanah & dipadatkan.
5. Untuk pipa yang tidak berada dalam tanah baik yang terikat maupun
tidak, harus diberi lapisan finishing cat dengan warna .
6. Pipa-pipa diharuskan di test terhadap kebocoran. Pengetesan wajib
diketahui dan disetujui Konsultan Supervisi.
7. Pengetesan yang gagal harus diulang dan biaya pengetesan serta
peralatan yang diperlukan di tanggung Kontraktor Pelaksana.
8. Instalasi pipa harus dilengkapi dengan pengantung pipa, support
dengan jarak tertentu dan memenuhi syarat, sebagaimana yang
ditunjukan dalam Gambar Bestek.
9. Kedalaman pipa yang ditanam didalam tanah harus diperhitungkan
terhdap jalur yang memotong jalan. Pipa yang memotong jalan harus
ditanam sampai suatu kedalaman minimla 1,20 m dari permukaan
jalan.
b. Pipa PVC
1. System sambungan yang dipakai adalah :
a. Sambungan lem (perekat) untuk 80 mm (3) ke bawah.
b. Digunakan sambungan las PVC atau rubber ring joint (dengan
ring dari karet).
c. Galian pipa-pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman,
kemiringan dan elevasi yang tepat.
d. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh
panjang pipa terletak/tertumpu dengan baik.
e. Pipa yang ditanam dalam tanah harus diberi lapisan pasir kurang
lebih 10 cm disekelilingnya. Pasir adalah pasir urug yang bebas dari
batu.
108

(SPESIFIKASI TEKNIS)

f. Selama pemasangan berkala, Kontraktor Pelaksana harus menutup


(Dop) setiap ujung pipa yang terbuka untuk mencegah masuknya
tanah, debu, kotoran dan lain-lain.
g. Semua sambungan/cabang dari pipa pembuangan air kotor (sanitair)
harus dibuat dengan cabang Y, pipa mendatar untuk air kotor dan
air hujan mempunyai kemiringan minimal 1% dan maksimal 2%.
h. Pipa-pipa pembuangan air hujan dan bangunan disambungkan
kesaluran utama diluar bangunan dengan bak kontrol (junction box)
dari beton.
i. Sleeves untuk mempunyai ukuran yang cukup dengan ketebalan
minimal 0,2 cm dan memberikan kelonggaran kira-kira 1 cm
masing-masing sisi diluar pipa atau joint.
j. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja.
k. Semua pipa harus diikatkan/ditetapkan dengan kuat pada
pengantung atau angker yang dipergunakan harus cukup kokoh
(rigid).
l. Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga agar tidak berubah
tempatnya, inklinasinya harus tetap, untuk mencegah timbulnya
getaran, dan harus sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan
konstruksi dan expansi pipa oleh perubahan temperatur.
m. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat
diatur (adjustable) dengan jarak antara tidak lebih dari 3 meter.
n. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Konstruksi dari
pengantung untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi. Pegantung
terbuat dari kawat, rantai, strap ataupun perforated strip tidak boleh
digunakan.
o. Pengantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat) pada
konstruksi bangunan dengan insert yang dipasang pada waktu
pengecoran beton atau penembokan, atau dengan baut tembok
(Ramset Bolt).
p. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem (Clamp atau Collar) UBolt.

109

(SPESIFIKASI TEKNIS)

q. Penggantung/penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya


yang akan tertutup oeh tembok atau bagian bangunan lainnya harus
dilapisi terlebih dahulu dengan cat menie atau cat penahan karat.
Pasal 4

: Pengujian/Pengetesan
a. Pengujian Pipa GIP
1. Pipa GIP diuji dengan tekanan sebesar 1,5 kali tekanan kerja dan
dibiarkan dalam kondisi ini selama paling kurang 12 jam tanpa
mengalami penurunan tekanan. Segala kerusakan akibat pengetesan
ini menjadi beban Kontraktor Pelaksana.
b. Pengujian Pipa PVC
1. Seluruh system pembuangan air harus mempunyai lubang-lubang
yang dapat ditutup (plugged) agar seluruh system tersebut dapat diisi
dengan air sampai lubang vent tertinggi.
2. Sistem tersebut harus dapat menahan air yang diisikan seperti
tersebut diatas, minimal selama 1 (satu) jam dan penurunan air
selama waktu tersebut tidak lebih dari 10 cm.
3. Apabila dan pada waktu Konsultan Supervisi menginginkan
pengujian lain disamping pengujian diatas, Kontraktor Pelaksana
harus melakukan dan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
c. Pipa Copper (tembaga)
1. Pipa tembaga harus di uji dengan gas Nitrogen dengan tekanan 1.1/2
kali tekanan kerja selama 2 jam dan selama itu tidak diperkenankan
terjadi kebocoran.

Pasal 5

: Merk Yang Digunakan


1. GIP & Black Steel
2. PVC

: Bakrie, Teso, PPI


: Pralon, Rucika, Polyunggul, Vinilon/Sinar
Lucky, Awe

C. POMPA AIR
Pasal 1
: Ruang Lingkup
Spesifikasi pompa di sini adalah merupakan persyaratan minimal bagi
pompa-pompa yang digunakan dlam pekerjaan mekanikal proyek ini.
Pasal 2

: Standard Dan Code


Standard yang berlaku bagi pekerjaan ini adalah :
a. ASTM
: American of Society of Testing Material
b. NFPA
: Nasional Fire Protection Association
110

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal

Pasal 4

:
Bagian Yang Berhubungan
Referensi yang harus diperhatikan adalah pekerjaan-pekerjaan yang terkait
yaitu :
a. Bagian
: Plumbing
b. Bagian
: Pemadam Kebakaran
c. Bagian
: Tata Udara Dan Ventilasi
: Persyaratan Peralatan
a. Pompa Air Bersih
Jika tidak ditentukan lain dalam Bill of Quantity dan Gambar Bestek
maka pompa air pompa air yang dipakai adalah seperti yang ditentukan
dalam syarat-syarat dibawah ini :
1. Pompa yang dimaksud, untuk system penyedian air bersih, harus dari
jenis centrifugal atau Jet Pump (multi stage) dimana motor-motor
pengerak harus dikopel langsung dengan poros pompa dengan
menggunakan kopling flexible yang dipasang secara baik sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
2. Pompa-pompa dan masing-masing motornya harus diletakkan pada
satu alas (single bed plate) dan dipasang sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik.
3. Setiap pompa (group pompa) harus dilengkapi dengan :
a. Katup satu arah/non return valve/check valve
b. Gate valve
c. Stariner
d. Sambungan-sambungan flexible
e. Peredam Getaran
f. Sambungan untuk priming
g. Pengukuran tekanan (pressure gauge) untuk sisi hisap/suction dan
discharge
h. Perlengkapan satandar lain
4. Semua pompa harus difinish/dicat secara
dilaksanakan/dilakukan oleh pabrik pembuatnya.

khusus

dan

5. Pompa harus mempunyai :


a. Poros dari stainless stell
b. Impeller dari kuningan (brass)
c. Body dari cat iron
d. Mechanical seal

111

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6. Motor pompa mempunyai putaran yang sama dengan pompanya,


dengan daya nominal tidak kurang dari 125% daya poros nominal.
Motor adalah dari jenis Squarel Cage, TEFC dan khusus untuk
penggunaan diluar, dan dipasang lengkap dengan elastic coupling.
Motor harus bekerja pada tegangan 380 volt, 3 phase dan Star Delta
Starter.
7. Motor dan Pompa harus dilengkapi dengan peredam getar type pegas.
8. Kapasitas dan performance dari pompa yang digunakan harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar Bestek.
9. Kontraktor harus mengajukan contoh brosur dan spesifikasi pompa
minimal untuk dua merk berbeda untuk disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
F. SUMUR BOR ( Jika Ada )
Pasal 1

: Ruang Lingkup
Spesifikasi sumur bor ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi sumur
yang digunakan dlam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2

: Persyaratan
1. Kedalam Sumur Bor adalah sampai ditemukan air yang layak untuk
dikosumsi sebagai air bersih kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek dan Bill of Quantity.
i. Air hasil galian sumur bor harus mempunyai syarat-syarat seperti berikut
ini :
a. Jernih dan tidak berwarna.
b. Tidak berbau.
c. Tidak mengandung lumpur.
d. Tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya.
e. Tidak berasa (tawar).
3. Ukuran Pipa cashing pertama adalah diameter 100 mm dengan kedalam
pemasangan minimal 10 m sedangkan ukuran pipa cashing kedua adalah
diameter 50 mm sampai kepermukaan tanah.
4. Pipa yang dipakai untuk chasing adalah pipa PVC Merk AWE UNITED
atau merk lain yang setara dengannya.

112

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengeboran sampai ditemukan


jenis air seperti disebutkan pada point 1 dengan kapasitas yang cukup dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
7. Sumur bor harus dapat mengeluarkan air secara kontinyu dengan
kapasitas yang sama seperti awal dilakukan pengeboran selama minimal
1 tahun terhitung sejak awal ditemukan air bersih.
7. Posisi galian sumur harus sesuai dengan Lay Out Instalasi Air Bersih
yang ada dalam Gambar Bestek kecuali ditentukan lain dalam masa
pelaksanaan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.
8. Jika dalam pengalian sumur bor tidak ditemukan sumber air Kontraktor
Pelaksana harus melakukan pengalian kembali pada minimal dua titik
lain yang berbeda sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi dan Owner.
9. Jika pengalian pada dua titik yang berbeda tetap tidak ditemukaan
sumber air maka keputusan akan pekerjaan galian sumur adalah
berdasarkan kesepakatan baru antara Kontraktor Pelaksana dengan
Owner. Artinya Owner harus menyediakan biaya tambahan jika
Kontraktor Pelaksana melakukan pekerjaan galian sumur lebih dari tiga
titik galian dengan syarat pekerjaan tersebut dilakukan berdasarkan
ketentuan-ketentuan diatas.
2. Kontarktor Pelaksana harus membuat gambar Shop Drawing akan Lay
Out Instalasi Air Bersih jika pengalian sumur mengharuskan Kontraktor
Pelaksana bekerja lebih dari satu titik galian atau jika titik sumur galian
dengan alasan-alasan tertentu dipindahkan oleh Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana dan Owner.
3. Pemamfaatan dan perbaikan sumur lama atau yang telah ada dilokasi
pekerjaan menjadi sumur baru tidak dibenarkan dan bukan pekerjaan
yang diakui dalam Bill of Quantity kecuali ditentukan lain oleh Owner.
G. GROUND RESEVOIR
Pasal 1
: Ruang Lingkup
Spesifikasi Ground Resevoir ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi
Ground Resevoir yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.
Pasal 2

: Persyaratan
1. Ground Resevoir atau bak tampungan air bawah hanya diperuntukan
untuk menapung air bersih yang bersal dari sumur bor, PDAM, sumur
Dangkal dan Air Hujan.
113

(SPESIFIKASI TEKNIS)

2. Konstruksi utama Ground Resevoir adalah beton bertulang dengan mutu


K-250.
3. Kedalaman, dimensi dan posisi Ground Resevoir sesuai dengan Gambar
Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dengan
persetujuan Konsultan Perencana karena alasan seperti keterbatasan
lahan penempatan dan alasan teknis lainnya.
4. Tidak boleh mendirikan dan membangunan bangunan lain diatas Ground
Resevoir tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Konsultan
Perencana.
5. Pemasangan pipa untuk keperluan pengisian dan penarikan air dari
Ground Resevoir harus dilakukan pada saat pengecoran dan tidak
dibolehkan melakukan pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar
bangunan Ground Resevoir untuk keperluan instalasi pipa atau instalasi
lain setelah bangunan tersebut selesai dikerjakan kecuali atas persetujuan
Konsultan Supervisi.
6. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa bangunan Ground Resevoir
benar-benar kedap air dan hal ini harus dibuktikan dengan Test Rendam
Air selama 24 jam.
7. Jika air dalam Ground Resevoir berkurang setelah 24 jam maka
dipastikan bahwa ada kebocoran pada bangunan tersebut dan Kontraktor
Pelaksana dengan biaya sendiri berkewajiban untuk memperbaikinya.
H. RESEVOIR ATAS
Pasal 1
: Ruang Lingkup
Spesifikasi Resevoir Atas ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi
Resevoir Atas yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.
Pasal 2

: Persyaratan
1. Resevoir Atas dibuat dari material Fiber Glass dengan kapasitas
tampungan air dalam masing-masing Resevoir minimal 2000 Liter atau
sesuai Bill of Quantity dan Gambar Bestek.
2. Resevoir Atas adalah hasil produksi pabrik dan mempunyai masa garansi
produk dari pelapukan material serta kebocoran minimal 10 tahun
pemakaian atau sesuai surat rekomendasi/garansi pabrik yang disetujui
oleh Konsultan Supervisi dan Owner.

114

(SPESIFIKASI TEKNIS)

3. Warna material Resevoir Atas adalah BIRU atau sesuai petunjuk Owner.
I. WATER TOWER
Pasal 1
: Ruang Lingkup
Spesifikasi Water Tower adalah merupakan persyaratan minimal bagi Water
Tower yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.
Pasal 2

: Persyaratan
1. Water Tower dibuat dari konstruksi rangka baja tergalvanisasi.
i. Dimensi, ukuran dan ketinggian water tower sesuai dengan Gambar
Bestek.
3. Water Tower didirikan diatas pondasi umpak setempat beton cor mutu K250 dengan perkuatan sloof beton bertulang mutu K-250. Dimensi dan
ukuran pondasi umpak setempat serta sloof sesuai dengan Gambar
Bestek.
4. Semua tulangan beton yang dipakai pada pekerjaan pondasi umpak dan
sloof adalah dari baja ulir dan sengkang (begel) dipakai baja polos
kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
5. Sambungan-sambungan rangka water tower dilakukan dengan alat
sambung baut dan las listrik atau sesuai dengan Gambar Bestek.
6. Bagian atas water tower dilengkapi dengan sandaran dan rangka atap
serta atap.
7. Bahan penutup atap adalah dari Baja Lapis Aluminium Seng Merk
PRIMADEX dari Type CLEAN COLORBOND dari jenis BJTTASW.D35 dan Model SPAN RIB Produksi PT. BHP STEEL INDONESIA.
8. Ketebalan material atap Baja Lapis Aluminium Seng Merk PRIMADEX,
Type CLEAN COLORBOND DAN Model SPAN RIB adalah 0,35 mm.
9. Material Rabung/Bubungan atap adalah dari Baja Lapis Aluminium Seng
Merk PRIMADEX dari Type CLEAN COLORBOND dari jenis
BJTTASW.D-40 Produksi PT. BHP STEEL INDONESIA.
10. Ketebalan material rabung/bubungan atap Baja Lapis Aluminium Seng
Merk PRIMADEX Type CLEAN COLORBOND adalah 0,40 mm.

115

(SPESIFIKASI TEKNIS)

11. Pada setiap lembar material rabung/bubungan dan penutup atap harus
dicantumkan Merk Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan
Ketebalan Material.
12. Alat sambung adalah paku sekrup tergalvanisasi dengan panjang minimal
paku adalah 2 (inchi).
13. Posisi water tower harus sesuai dengan Gambar Lay Out Instalasi air
Bersih kecuali ditentukan lain dalam masa pelaksanaan oleh Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
14. Tinggi water tower dari muka tanah untuk alasan apapun tidak boleh
berbeda dengan ketinggian yang ditentukan dalam Gambar Bestek.
15. Jika perubahan dan perlakuan berbeda dengan Gambar Bestek pada
pekerjaan pondasi umpak dilapangan harus dilakukan dengan alasan
kondisi tanah maka perubahan-perubahan tersebut tetap tidak boleh
menurunkan ketinggian water tower dari muka tanah.
J. SEPTICTANK
Pasal 1
: Ruang Lingkup
Spesifikasi Septictank ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi
Septictank yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.
Pasal 2

: Persyaratan
1. Septictank hanya diperuntukan untuk tampungan limbah padat yang
berasal dari Kloset Jongkok pada bangunan KM/WC.
2. Dipakai dua type septictank dalam pekerjaan ini yaitu ST 100 dan ST
200. Penempatan kedua Type septictank sesuai dengan Lay Out Instalasi
Air Kotor.
3. Konstruksi utama Septictank adalah pasangan batu bata 1 bata campuran
1 Pc : 2 Ps sebagai dinding utama dan pasangan batu bata bata
campuran 1 Pc : 2 Ps sebagai dinding pembagi ruangan. Sudut-sudut
dinding harus diperkuat dengan kolom paraktis ukuran 23/23 cm dari
beton mutu K-200.
4. Dinding pasangan batu bata bata campuran 1 Pc : 2 Ps sebagai
pembagi ruangan septictank dipasang diatas balok ring ukuran 13/15 cm
dari mutu beto K-200 yang bertumpu pada dinding pasangan batu bata 1
bata campuran 1 Pc : 2 Ps.
5. Plat dasar septictank terbuat dari beton cor K-200 dengan ketebalan
minimal 20 cm.
116

(SPESIFIKASI TEKNIS)

6. Plat atas septictank terbuat dari plat beton bertulang dengan 4 lapis
tulangan diameter 10 mm dengan jarak minimal 100 mm dan tebal 120
mm.
7. Pada bagian atas permukaan septictank harus diberi lubang control
ukuran 30 x 30 cm untuk keperluan penyedotan limbah dan pipa pelepas
hawa dari besi diameter 2 yang dicat dengan baik agar tidak berkarat.
8. Posisi permukaan septictank harus sejajar dengan posisi permukaan plat
lantai beton bertulang pada lantai 1 kecuali lubang control dan pipa hawa
yang harus muncul kepermukaan dan disembunyikan sedemikian rupa
dibawah plat meja jualan sehingga tidak menggangu mobilitas pedagang
dan pembeli.
9. Kedalaman, dimensi dan posisi posisi septictank sesuai dengan Gambar
Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dengan
persetujuan Konsultan Perencana karena alasan seperti keterbatasan
lahan penempatan dan alasan teknis lainnya.
10. Tidak boleh mendirikan dan membangunan bangunan lain diatas Ground
Resevoir tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Konsultan
Perencana.
11. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa bangunan septictank benarbenar kedap air dan hal ini harus dibuktikan dengan Test Rendam Air
selama 24 jam.
12. Jika air dalam septictank berkurang setelah 24 jam maka dipastikan
bahwa ada kebocoran pada bangunan tersebut dan Kontraktor Pelaksana
dengan biaya sendiri berkewajiban untuk memperbaikinya.

K. SUMUR RESAPAN
Pasal 1

: Ruang Lingkup
Spesifikasi Saluran Resapan ini adalah merupakan persyaratan minimal bagi
Saluran Resapan yang digunakan dalam pekerjaan mekanikal proyek ini.

Pasal 2

: Persyaratan
1. Bangunan sumur resapan dipergunakan sebagai media serapan air kotor
cair yang berasal dari septictank.
2. Kedalaman, dimensi dan posisi posisi saluran resapan sesuai dengan
Gambar Bestek kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi dengan
117

(SPESIFIKASI TEKNIS)

persetujuan Konsultan Perencana karena alasan seperti keterbatasan


lahan penempatan dan alasan teknis lainnya.
3. Tidak boleh mendirikan dan membangunan bangunan lain diatas saluran
resapan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.
4. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bahwa bangunan saluran
resapan dapat bekerja dengan baik ketika dialiri air dan air dapat meresap
dengan sempurna kedalam tanah.
5. Hal ini harus dibuktikan dengan cara mengisi septictank dengan air
melebihi kapasitas tampungannya dan selama 24 jam diamati apakah
volume air yang tidak tertampung dalam septictank dapat diserap oleh
saluran resapan atau tidak.
6. Jika setelah 24 jam air diisi kembali kedalam kloset jongkok dan air tidak
dapat mengalir dengan sempurna dalam kloset jongkok maka dipastikan
saluran resapan tidak bekerja dengan baik (tidak dapat menyerap air).
Untuk itu Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri berkewajiban untuk
memperbaikinya.
8. Kontraktor Pelaksana dibolehkan mengajukan metode pembuktian lain
yang dapat dipercaya secara teknis untuk membuktikan bahwa Saluran
Resapan bekerja dengan baik.
BAB XVIII

PEKERJAAN SANITARY

Pasal 1

: Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan sanitary meliputi semua pekerjaan yang berhubungan dengan
peralatan :
a. Pemasangan Closet Jongkok;
b. Kloset Duduk;
c. Pemasangan Kran Air; dan
d. Pemasangan Floor Drain.

Pasal 2

: Material
1. Merk material ditentukan seperti berikut ini atau yang setara denganya :
a. Closet Jongkok
:
Merk TOTO
b. Closet Duduk

Merk TOTO

c. Kran Air

Merk TOTO
118

(SPESIFIKASI TEKNIS)

a. Kran Air Hand Shower

Merk TOTO

d. Floor Drain Nikel

Merk SILVER STAW

e. Urinoir Keramik

Merk TOTO

f. Tempat Sabun Keramik

Merk TOTO

2. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan brosur minimal dua


merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
BAB XIX

PEKERJAAN INFRA STRUKTUR

Pasal 1

: Jalan Setapak
1. Lantai jalan setapak dibuat dari campuran beton 1 : 3 : 6 atau beton
rabat/tumbuk dengan ketebalan 7 cm. Permukaan lantai beton dilapisi
Lantai Keramik 40 x 40 cm Unpolished dan harus benar-benar rata dan
dibuktikan dengan pekerjaan waterpassing.
2. Dibawah lapisan beton cor 1 : 3 : 6 harus diberi lapisan pasir setebal 10
cm dan untuk keperluan elevasi rencana dibawah lapisan pasir diberikan
lapisan tanah timbun dengan ketebalan sesuai dengan gambar bestek.
3. Pada Jalan Setapak setiap 1,5 meter harus ditanam pipa PVC ukuran 3
yang tembus dalam arah kiri dan kanan untuk penyaluran genangan air
hujan atau air rembesan.
4. Pada pinggir kedua belah sisi jalan setapak diberi pembatas atau kanstein
dari pasangan bata dengan perekat 1 : 2. Ukuran dan elevasi kanstein
ditentukan dalam gambar bestek atau atas petunjuk Direksi/Pengawas.

BAB XX

ATURAN KHUSUS

Pasal 1

: Semua hal yang tidak ditentukan dalam spesifikasi ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan Manajemen
Konstruksi dalam masa pelaksanaan konstruksi dengan persetujuan Owner
dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut harus
didasarkan pada Kontrak Kerja.

Pasal 2

: Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar
Bestek, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis
terhadap item pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan
Manajemen Konstruksi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.
119

(SPESIFIKASI TEKNIS)

Pasal 3

: Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis ini adalah menurut
penjelasan Konsultan Manajemen Konstruksi dengan persetujuan Konsultan
Perencana dan Owner.
Sabang, 19 Agustus 2014
Konsultan Perencana
PT. CAIXA CONSULTANT

(NURFITRI HAYATI, Amd)


Direktris

120

Anda mungkin juga menyukai