Anda di halaman 1dari 12

Pendahuluan

Tidur adalah fungsi paling penting dan alami yang dibutuhkan oleh manusia setiap hari.
Tidur membantu pikiran dan tubuh untuk pulih dan mengembalikan energi yang digunakan
sehari-hari, agar kita tetap aktif dan sigap saat melaksanakan aktivitas sehari-hari. Saat tidur, kita
memasuki suatu keadaan istirahat periodik dan pada saat itu kesadaran kita terhadap alam
menjadi terhenti, sehingga tubuh dapat beristirahat. Pada saat usia lanjut, ada kemungkinan
terjadi kesulitan untuk tidur, dan ini akan sangat mengganggu bagi penderitanya. Sebagai dokter
atau calon dokter yang baik kita perlu mengetahui bagaimana menganalisis penyebabnya,
melakukan penanganan yang tepat, serta melakukan edukasi terhadap pasien yang telah berusia
lanjut.
Penulis membuat karya tulis ini dengan tujuan menjelaskan tentang salah satu gejala yang
muncul pada usia lanjut, yaitu kesulitan untuk tidur, yang dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab. Penulis memiliki harapan bahwa kedepannya dokter dan calon dokter lebih
memperhatikan tentang ilmu geriatri serta penanganan pasien usia lanjut yang membutuhkan
perhatian lebih dari pasien biasanya.

Anamnesis
Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang
dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan
kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi aktif antara dokter dan pasien atau
keluarga pasien. Anamnesis yang baik untuk seorang dewasa mencakupi keluhan utama,
informasi mengenai kelainan yang dialami sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
keluarga, dan informasi mengenai keadaan tiap sistem tubuh pasien.1
Saat bertemu pasien, dapatkan identitasnya tanpa ragu-ragu (tanyakan nama lengkap dan
cocokkan dengan label nama, tempat dan tanggal lahir, alamat, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, serta pekerjaan). Dalam skenario diketahui bahwa pasien seorang lakilaki berusia 64 tahun.1
Anamnesis keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Yang dimaksud keluhan utama adalah keadaan yang mendorong pasien untuk
meminta pertolongan medis. Anamnesis ini biasanya memberikan informasi terpenting untuk

mencapai diagnosis banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang
menurut pasien paling penting. Keluhan utama didapat dengan membiarkan pasien berbicara
tanpa dipotong. Dalam skenario pasien menyatakan keluhan sulit tidur sejak 2 bulan yang lalu.1,2
Riwayat penyakit sekarang adalah deskripsi keluhan termasuk keluhan utama. Yang
dimaksud dengan deskripsi keluhan utama adalah upaya dokter untuk memberi makna keluhan
(gejala) yang diceritakan oleh pasien, yang kiranya merupakan bagian dari kelainan organ apa
atau bagian dari penyakit apa.2
Riwayat penyakit dahulu adalah bagian penting dari anamnesis. Penting untuk mencatat
secara rinci semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang pernah
diberikan. Tanyakan adakah masalah dengan operasi atau anastesi, dan jika ada apa masalahnya.
Pasien juga harus ditanya mengenai vaksinasi, khususnya dalam skenario vaksinasi tetanus,
pengobatan, tes skrining, dan kehamilan. Pasien juga perlu ditanyakan riwayat pengobatan yaitu
obat apa yang sedang dikonsumsi oleh pasien, obat terlarang yang pernah dikonsumsi, pernahkan
adanya intoleransi terhadap suatu jenis obat, dan alasannya. Pasien juga harus ditanya apakah
alergi terhadap sesuatu, misalnya terhadap antibiotika termasuk penisilin. Juga penting untuk
mengetahui adanya intoleransi lain, seperti efek samping, terhadap pengobatan.1
Penting juga untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien karena
terdapat kontribusi genetik yang kuat pada berbagai penyakit. Selain itu kita juga perlu
memahami latar belakang pasien, pengaruh penyakit yang mereka derita terhadap hidup dan
keluarga mereka.1

Pemeriksaan fisik dan penunjang


Observasi tanda vital langsung seperti denyut nadi, tekanan darah, suhu, laju pernapasan,
dan tingkat kesadaran merupakan hal yang esensial dalam menilai pasien. Parameter-parameter
ini menilai fungsi fisiologis sebagai dasar untuk menentukan tindakan selanjutnya.1,3
Dalam mengukur tekanan darah, A. brachialis paling sering dipakai karena letaknya yang
tepat, yaitu dapat dilingkari manset di bagian proksimal dan dapat diraba di bagian distal. Pasien

dalam posisi duduk atau berbaring, lengan diatur sedemikian rupa sehingga A. brachialis terletak
setinggi jantung. Lilitkan manset yang sudah kempis dengan ketat pada lengan atas sehingga
batas bawah manset tersebut kira-kira 1 inci diatas fosa antekubiti. Rabalah denyut A. radialis
dan pompalah manset sampai denyut tidak teraba lagi. Bila manset dikempiskan perlahan-lahan,
vibrasi tersebut terdengar sebagai bunyi Korotkoff. Bunyi Korotkoff dibagi menjadi lima fase.
Fase 1 dimulai saat bunyi terdengar, disebut tekanan sistolik. Fase 5 adalah saat di mana bunyi
sama sekali tak terdengar. Saat ini biasanya dianggap sebagai tekanan diastolik.3
Manfaat pemeriksaan denyut nadi akan lebih ditingkatkan jika lebih dari salah satu arteri
dipalpasi. A. carotis dan A. brachialis paling tepat mencerminkan bentuk gelombang tersebut.
Sebagian dokter menggunakan ibu jari untuk palpasi; lainnya memakai satu atau beberapa jari
tangan. Ujung jari ditekankan makin lama makin kuat di atas arteri sampai denyut maksimum
teraba. Otot yang mengelilingi arteri tersebut harus direlaksasikan. Bila memeriksa denyut nadi,
perhatikanlah kecepatannya, iramanya, volumenya, dan konturnya. Hitunglah nadi dalam
semenit penuh. Variasi kecil dalam irama umum terjadi. Denyut nadi sedikit meningkat selama
inspirasi.3
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas.
Pusat pengaturan suhu di hipotalamus menentukan suhu tertentu. Kelainan suhu tubuh
disebabkan oleh penyimpangan pembentukan panas, pengeluaran panas, atau perubahan pada
pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Dalam praktek sehari-hari, kita mengukur suhu rektal atau
oral. Suhu oral mudah diukur tetapi dapat keliru. Letakkan termometer di bawah lidah, sejajar
dengan gusi bawah selama 3 menit. Suhu oral normal adalah 36,8 + 0,3 C. Suhu rektal normal
adalah 37,2 + 0,3C.3
Kecepatan pernapasan adalah jumlah inspirasi per menit. Karena kecepatan pernapasan
lebih rendah dan kurang teratur dibandingkan dengan denyut nadi, maka harus dihitung semenit
penuh untuk mengurangi kesalahan. Volume, usaha bernapas, dan pola pernapasan juga harus
diperhatikan.3

Siklus Tidur Normal


Siklus tidur normal manusia terdiri dari 2 status primer siklus tidur yaitu REM (rapid eye
movement) dan non REM. Status tidur REM (20-25% dari waktu tidur) dibagi menjadi phasic
dan tonic, ditandai dengan periode otonom yang bervariasi, seperti perubahan detak jantung,

tekanan darah, laju pernapasan dan berkeringat. Pada stadium inilah mimpi saat tidur terjadi.
Status non REM (sekitar 75-80% dari waktu tidur) dibagi menjadi 4 stadium. Stadium 1
merupakan saat transisi antara bangun penuh dan tidur, sekitar 30 detik sampai 7 menit dan
karakteristik ditandai oleh gelombang otak yang low-voltage pada pemeriksaan EEG. Stadium 2
ditandai gelombang otak low-voltage pada EEG, dibedakan dengan stadium 1 dengan adanya
gelombang high-voltage yang disebut sleep spindles dan K complexes. Stadium 3 dan 4 sering
disebut tidur yang dalam atau delta sleep. EEG menunjukkan gelombang yang lambat dengan
amplitudo yang tinggi. Siklus tidur dan bangun (irama sirkadian), polanya adalah bangun
sepanjang hari saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam saat gelap. Jadi faktor kunci adalah
adanya perubahan gelap dan terang.4

Faktor Psikologis
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia.
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan
keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi
dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat
menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada
ditunjang dengan status sosialnya. Kepribadian dasar seseorang amat ditentukan pada masa
kanak-kanak. Salah satunya adalah lingkungan sosial. Peristiwa tidak menyenangkan pada masa
kecil dapat mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang ketika ia dewasa. Misalnya,
ketidakpedulian orangtua terhadap anak, juga tekanan dan penyiksaan yang dialaminya. Adanya
penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar
pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Dengan adanya
penurunan fungsi sistem sensorik maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk
menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi
yang berbeda dari stimulus yang ada. Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena
banyak hal. Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan.
Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban
bagi orang lain dan keluarga.5,6

Gangguan Tidur pada Usia Lanjut

Seorang usia lanjut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring
lama di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit waktu tidur nyenyaknya.
Dari hasil penelitian di masyarakat, prevalensi sulit tidur (insomnia) pada usia lanjut di Amerika
adalah 36% untuk laki-laki dan 54% untuk wanita. Pada penelitian di laboratorium tidur, seorang
usia lanjut mempunyai waktu pendek pada tidur yang dalam (delta sleep), dan lebih panjang
waktunya di dalam tidur stadium 1 dan 2. Dari hasil test dengan alat Polysomnographic
ditemukan mereka mempunyai penurunan yang signifikan dalam slow wave sleep dan REM.
Mereka juga lebih sering terbangun ditengah malam akibat perubahan fisik karena usia dan
penyakit yang dideritanya, kualitas tidur secara nyata menurun. Pada usia lanjut juga terjadi
perubahan pada irama sirkadian tidur normal yaitu menjadi kurang sensitif dengan perubahan
gelap dan terang. Normalnya irama sirkadian termasuk didalamnya peranan pengeluaran hormon
dan perubahan temperatur badan selama siklus 24 jam. Ekskresi cortisol dan growth hormon
(GH) meningkat pada siang hari dan temperatur badan menurun di waktu malam. Pada usia
lanjut ekskresi cortisol dan GH serta perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang
menonjol. Melatonin, hormon yang di ekskresikan pada malam hari dan berhubungan dengan
tidur, menurun dengan meningkatnya umur. Sampai saat ini berbagai penelitian menunjukkan,
penyebab gangguan tidur pada usia lanjut merupakan gabungan banyak faktor, baik fisik,
psikologis, pengaruh obat-obatan, kebiasaan tidur, maupun penyakit komorbid lain yang
diderita.4

Demensia
Merupakan penurunan dalam hal kemampuan mental yang biasanya perkembangannya
terjadi secara perlahan. Dimana terjadi gangguan dalam hal gangguan ingatan, penilaian,
pemikiran dan terutama dalam hal kemampuan memusatkan perhatian pada suatu hal.Ada
juga pengertian demensia adalah berkurang atau hilangnya fungsi otak yang terjadi karena
disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan ini mempengaruhi daya ingat seseorang, cara
berfikir, perilaku dan tindakan lainnya yang membutuhkan kerja otak. Tanda demensia yang
paling mudah dikenali adalah pelupa yang melewati akan batas kewajaran dalam diri seseorang.
Demensia kadang-kadang dikenal sebagai keadaan organik kronika atau sindroma otak
kronika atau kegagalan otak. Suatu penurunan fungsi mental irreversibel yang disebabkann oleh
penyakit otak organik, tetapi dalam beberapa kasus terapi dapat menghentikan proses, misal

neurosifilis, defisiensi vitamin, tumor otak tertentu. Gejala utamanya berupa kehilangan
kemampuan intelektual, sampai mengganggu pekerjaan dan kehidupan sosial. Penurunan
intelektual ini terlihat paling jelas dalam bentuk gangguan ingatan, tetapi di samping itu
melibatkan juga pemikiran dan pertimbangan abstrak. Pasien sulit belajar informasi atau tugas
baru disamping itu materi yang telah tersimpan seringkali hilang. Ingatan terhadap kejadian yang
baru sangat buruk, dan dalam stadium yang lebih lanjut, hanya beberapa kenangan masa lampau
yang masih bertahan. Gangguan intelektual mula-mula terlihat di tempat kerja, di mana pasien
tidak mampu melakukan tugas rutin. Orang tersebut bisa tidak mampu berbelanja, mengatur
uang atau memasak. Pada tes psikologi, pikiran luar biasa konkrit, sama sekali tidak mampu
berpikir abstrak. Kepribadian berubah dalam banyak cara. Afeknya labil, dangkal dan tumpul,
akhirnya menjadi dungu dan euforia. Judgement, pengendalian diri, dan inisiatif juga
berkurang.Demensia senilis merupakan gangguan mental yang berlangsung progresif, lambat,
dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organik jaringan otak. Pada demensia senilis,
kehilangan neuron merupakan penyebab penting timbulnya gejala klinik. Perubahan patologi lain
adalah plak senilis dan neurofibrilary tangles, keadaan ini disebut perubahan Alzheimer karena
dikenal pertama kali dalam penyakit Alzheimer.5,6

Depresi
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering didapatkan pada lansia.
Keluhan-keluhan fisik antara lain nafsu makan berubah, tidak suka makan sehingga berat badan
turun. Namun, kadang-kadang ada juga yang justru makan camilan terus sehingga menjadi
gemuk. Umumnya, ia mengeluh sulit tidur, baru tertidur larut malam, dan kalau terbangun tengah
malam tidak bisa tidur lagi. Sebaliknya ada juga yang tidur terus dan tidak mempunyai keinginan
apa-apa.Terdapat beberapa faktor biologi, fisis, psikologis dan sosial yang membuat sesorang
berusia lanjut rentan terhadap depresi. Faktor psikososial juga berperan sebagai faktor
predisposisi dari depresi. Orang tua sering kali mengalami periode kehilangan orang-orang yang
dikasihinya. Faktor kehilangan fisik juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap depresi
dengan berkurangnya kemampuan merawat diri serta hilangnya kemandirian. Berkurangnya
kapasitas sensori akan mengakibatkan penderita merasa terisolasi dan berujung pada depresi.
Berkurangnya kemampuan daya ingat, fungsi intelektual, kehilangan pekerjaan, penghasilan dan
dukungan sosial sejalan dengan bertambahnya usia turut menjadi faktor predisposisi seseorang

berusia lanjut menderita depresi. Sedangkan prevalensi penyakit depresi pada usia lanjut lebih
sering terjadi di tempat perawatan seperti rumah sakit dan semakin lama perawatannya akan
semakin banyak kemungkinannya untuk mengalami depresi.4,6
Depresi pada pasien geriatrik adalah masalah besar karena penyakit depresinya sering
tertutupi oleh penyakit somatik yang dideritanya sehingga sulit diidentifikasi dan hal ini
mengakibatkan terlambatnya terapi untuk depresi tersebut. Selain dapat tertutupinya diagnosis
untuk penyakit depresi karena penyakit somatiknya, depresi juga dapat memperberat penyakit
somatic yang diderita oleh pasien tersebut dan juga sebaliknya. Oleh karena itu obat
antidepresi yang efektif mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarganya serta menurunkan biaya perawatan.4

Insomnia
Merupakan sebuah gejala yang dapat menyertai beberapa tidur, gangguan medis dan
psikiatris, ditandai oleh kesulitan terus-menerus tertidur atau tetap tertidur meskipun peluang
tersebut. Ada dua jenis insomnia yaitu: insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia primer
adalah seseorang mengalami masalah tidur, yang tidak terkait dengan kondisi atau masalah
kesehatan lain. Insomnia sekunder adalah seseorang mengalami masalah tidur karena masalah
lain, seperti:Kondisi kesehatan, seperti: asma, depresi, arthritis, kanker, atau mulas, sakit, obatobatan atau zat yang digunakan, seperti: alkohol. Insomnia adalah biasanya diikuti dengan
gangguan fungsional saat terjaga. Kedua insomnia organik dan non-organik tanpa sebab lainnya
merupakan gangguan tidur, insomnia primer. Obat yang di gunakan utk pnenderita insomnia
adalah :7
1. Benzodiazepines
Merupakan obat golongan hipnotik-sedatif. Efektif digunakan untuk mengobati masalah tidur
seperti berjalan dalam tidur dan teror malam. Namun, obat ini dapat menyebabkan Anda
merasa mengantuk pada siang hari dan juga dapat menyebabkan ketergantungan, yang berarti
anda selalu perlu obat tidur.
2. Non-Benzodiazepine

Yang termasuk golongan ini adalah seperti zolpidem, zaleplon, zopiclone dan ecszopiclone.
Obat-obat masih baru dalam golongan hipnotik-sedatif. Mekanisma kerjanya hampir sama
dengan golongan benzodiazepein yaitu bekerja pada reseptor GABA.
3. Alkohol
Alkohol juga sering digunakan sebagai terapi pilihan individu untuk menginduksi tidur.
Namun, penggunaan alkohol akan menyebabkan insomnia. Pada penggunaan jangka panjang
akan disertai dengan pengurangan tidur REM
4. Antidepressant
Beberapa antidepresan turut mengandungi efek sedatif yang kuat sebagi contoh amitriptiline,
doxepin, mirtazapin dan tradazon. Namun karena mempunyai jalur kerja yang lebar, efek
sampingnya meningkat. Insomnia adalah gejala umum dari depresi. Dengan demikian,
beberapa obat antidepresan, seperti trazodone (Desyrel), sangat efektif dalam mengobati
kesulitan tidur dan kecemasan yang disebabkan oleh depresi.
5. Melatonin
Hormon dan suplemen melatonin efektif pada beberapa tipe insomnia. Melatonin telah
digunakn dalam pil pembantu tidur, zopiclone. Manfaat dari melatonin adalah mampu
mengobati insomnia tanpa mengubah corak tidur seseorang.
6. Antihistamin
Antihistamn difenhidramin digunakan meluas. Mereka umumnya bekerja baik, tetapi dapat
menyebabkan pusing keesokan harinya. Mereka cukup aman untuk dijual tanpa resep. Namun,
jika anda sedang mengambil obat lain yang juga mengandung antihistamin, kelebihan dosis
bisa terjadi.

Faktor Biologi
Sampai saat ini berbagai penelitian menunjukkan, penyebab gangguan tidur pada usia
lanjut merupakan gabungan banyak faktor, baik fisik, psikologis, pengaruh obat-obatan,
kebiasaan tidur, maupun penyakit penyerta lain yang diderita. Gangguan tidur primer terdiri atas
gangguan tidur karena gangguan pernapasan (sleep disoredered breathing), sindrom kaki kurang

tenang (restless legs syndrome) dan gangguan gerakan tungkai periodik (periodic limb
movement disorder), dan gangguan perilaku REM. Gangguan tidur karena gangguan pernapasan
(GTGP) merupakan interaksi komplek dari sistem saraf pusat dan perifer otot-otot saluran napas
atas dan beberapa neurotransmitter yang menghasilkan kolaps (collapse) sebagian atau seluruh
lubang pernapasan atas (faring) sehingga mengakibatkan obstruksi jalan napas dan hipoksia.
Faktor dasar seperti anatomi saluran napas (hipertrofi tonsil), obstruksi hidung, distribusi dan
pengumpulan lemak tubuh, dan tonus otot pernapasan atas, mungkin memegang peranan pada
berat ringannya GTGP, baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama. Sindrom kaki kurang tenang
(RLS) ditandai oleh rasa tidak enak yang berlebihan terutama pada kaki selama malam saat
pasien istirahat. Ini adalah bentuk dari akathisia, sering disebut sebagai perasaan seperti dirayapi
semut atau hewan kecil. Gangguan gerakan tungkai yang periodik (PLMS), mungkin menyertai
sindrom kaki kurang tenang atau berdiri sendiri. PLMS ditandai oleh munculnya episode gerakan
yang sama dan berulang, biasanya pada kaki tapi tidak jarang muncul juga pada tangan.
Gangguan perilaku REM sangat jarang, tetapi sering muncul pada usia lanjut. Proses yang
mendasari terjadinya gangguan ini adalah adanya disinhibisi transmisi aktivitas motorik saat
bermimpi. Gangguan ini sering muncul tengah malam saat periode REM terjadi. Beberapa
laporan menunjukkan ada hubungan kejadian GPR akut dengan pemakaian obat-obatan
antidepresi seperti antidepresi trisiklik, floksetin, inhibitor monoamin oksidase, dan ketagihan
alkohol atau sedatif. GPR kronik dihubungkan dengan narkolepsi dan beberapa penyakit
neurodegeneratif idiopatik seperti demensia dan penyakit Parkinson.4

Faktor Sosial
Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi
sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk
mengikuti perintah. Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
Proses penuaan mengakibatkan interaksi sosial lansia mulai menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss) yaitu kehilangan peran
(loss of roles), hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationships), serta
berkurangnya komitmen (reduced commitment to social morales and values).Pada pria,
kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada

masa ketika peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta
meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.6

Penatalaksanaan
Karena banyaknya penyebab gangguan tidur pada usia lanjut, maka penatalaksanaan
gangguan tidur pada usia lanjut harus dilakukan secara individual, dengan meneliti dan menilai
gejala dan tanda yang ada pada tiap pasien. Beberapa hal yang dapat diterapkan pada semua jenis
gangguan tidur pada usia lanjut, yaitu: edukasi tidur, mengubah gaya hidup, psikoterapi, dan
medikamentosa.4
Edukasi tidur diberikan baik kepada pasien maupun keluarga atau care giver. Edukasi
tersebut meliputi hal berikut.Tunggu sampai terasa sangat mengantuk sebelum naik ke tempat
tidur.Bila dalam 20 menit berbaring belum bisa tidur maka lebih baik bangun lagi, lakukan
kegiatan lagi dengan tenang dan lakukan relaksasi. Bila mengantuk baru kembali ke tempat
tidur.Hindarkan penggunaan kamar tidur untuk bekerja untuk bekerja, membaca atau menonton
televisi. Pada gangguan perilaku REM lebih baik melakukan penataan ulang kamar tidur dan
sebaiknya tempat tidur tidak diletakan ditempat yang tinggi dan dianjurkanuntuk memasang
teralis besi dan selalu dikunci pada waktu tidur untuk menjaga pasien tidak keluar kamar pada
fase berjalan sambil tidur. Bangun tidur pagi hari pada jam yang sama, tidak peduli sudah berapa
lama ia tidur.Hindarkan minum kopi atau atau merokok.Lakukan olahraga ringan setiap pagi
setelah bangun tidur. Kurangi tidur siang, lakukan kegiatan/hobi yang menyenangkan.Kurangi
jumlah minum setelah makan malam, hindari minum alcohol.Pelajari teknik relaksasi atau
lakukan meditasi.Hindarkan gerakan badan berlebihan saat di tempat tidur.Berdoa sebelum tidur.
Mengubah gaya hidup (life style), diperlukan untuk memperbaiki faktor fisis dan psikis yang
mendasari terjadinya gangguan tidur pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi hal berikut.
Usaha

menurunkan

berat

badan

dengan

memperbaiki

pola

makan

pada

pasien

GTGP.Menghindari perjalanan jauh atau bekerja sampai malam hari (shift malam), agar tidak
terjadi jet lag.Menghindari membaca atau menonton atau mendengarkan cerita-cerita yang
menakutkan atau sangat menyedihkan.Bila memungkinkan buar suasana lingkungan rumah
bersih dan menyenangkan.Perbaiki hubungan antar anggota keluarga, tumbuhkan suasana aman
dan penuh kasih antar sesame penghuni rumah.Lakukan aktivitas fisis, jangan duduk diam
sepanjang hari.4

Psikoterapi perlu diberikan pada pasien gangguan tidur yang disebabkan oleh ansietas
dan depresi. Di samping psikoterapi dari seorang psikolog, psikoterapi berupa dorongan dan
penghiburan sebaiknya dilakukan oleh anak atau cucu pasien. 4
Terapi medikamentosa diberikan sesuai dengan penyebab yang mendasari terjadinya
gangguan tidur dan jenis gangguan tidur yang terjadi. Obat-obat transkuiliser minor seperti
golongan benzodiazepine dapat diberikan pada pasien insomnia akut, diberikan dosis kecil dan
dalam waktu yang tidak lama. Terapi terhadap penyakit penyerta yang diderita usia lanjut harus
dilakukan dengan menghindarkan sebisa mungkin obat-obatan yang menyebabkan gangguan
tidur. Melatonin yang sedang marak dipakai sebagai obat tidur, sampai saat ini belum
menunjukkan hasil yang memuaskan dalam mengatasi gangguan tidur pada usia lanjut.4
Pada gangguan sindrom kaki kurang tenang dapat digunakan anti Parkinson karbidopalevodopa (25-100mg) dengan dosis awal 1 kali setengah tablet saat mau tidur dosis dapat
ditingkatkan setengah tablet tiap 3-4 hari bila belum membaik. Hati-hati bila gejala muncul lebih
awal atau pada siang hari mungkin ini efek samping dari obat, sehingga dosis harus diturunkan
atau harus digabungkan dengan obat anti Parkinson lain seperti bromokriptin, karbamezepin, dan
klonozepam. Obat lain yang dapat digunakan untuk sindrom kaki kurang tenang dan gangguan
perilaku rem adalah benzodiazepine (1 kali saat tidur ), kodein atau oksikodon.4

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa gangguan sulit tidur pada
lansia disebabkan oleh berbagai hal dari berbagai aspek, yaitu aspek psikologis, aspek biologis,
dan aspek sosial.

Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. h. 11-21.
2. Hardjodisastro D. Menuju seni ilmu kedokteran: bagaimana dokter berpikir, bekerja, dan
menampilkan diri. Jakarta: Gramedia; 2006. h. 219-22.

3. Burnside JW. Diagnosis fisik. Ed 17. Jakarta: EGC; 2005. h. 67-73.


4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Ed 5. Jakarta: InternaPublishing; 2009. h. 802-50.
5. Santoso H, Ismail A. Memahami krisis lanjut usia: uraian medis dan pedagogis-pastoral.
Jakarta: Gunung Mulia; 2009. h. 101-2.
6. Maryam RS, Ekasari MF, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I. Mengenal usia lanjut dan
perawatannya. Jakarta: Salemba Medika; 2008. h. 47-8.
7.Insomnia.2009.Di unduh dari : http://www.emedicinehealth.com/insomnia

Anda mungkin juga menyukai