Anda di halaman 1dari 14

Mekanisme Kerja Ginjal

Nama : Maria Natalia M.F.Lambong


NIM : 102011052
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Tahun 2011
JL.Terusan Arjuna Utara No. 06 Jakarta Barat
E Mail : natalia_lambong@ymail.com

Pendahuluan
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal sel
tubuh. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus-menerus zatzat sisa metabolism toksik yang dihasilkan oleh sel pada saat melakukan berbagai reaksi
metabolisme demi kelangsungan hidupnya. Ginjal merupakan organ yang berperan penting
dalam mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyaknya konstituen
plasma, terutama elektrolit dan air, dan dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.
Seperti yang kita tahu bahwa cairan tubuh paling banyak dikeluarkan melalui urine.
Mekanisme dari pengolahan sampai pembuangan dilakukan oleh ginjal. Apabila terjadi
gangguan dalam kerja mekanisme ginjal maka akan mempengaruhi sel sel tubuh lainnya.
Maka sangatlah penting menjaga kesehatan dari ginjal itu sendiri.

Pembahasan
Makroskopis Ginjal
Ginjal atau ren merupakan organ rongga abdomen yang termasuk dalam sistem
urinaria atau sistem kemih, yang terletak di belakang peritoneum (retroperitoneal) pada
1

bagian belakang rongga abdomen, di antara peritoneum parietale dan fascia transversa
andominis. Ginjal kanan terletak setinggi iga 12 sampai lumbal 3-4, dan ginjak kiri terletak
setinggi iga 11 sampai lumbal 2-3. Ginjal kanan lebih rendah dari yang kiri karena adanya
hati (hepar). Ginjal berbentuk seperti kacang, dan mempunyai dua polus/ ekstremitas yaitu
ekstremitas superior dan inferior, dua margo yaitu margo medialis dan lateralis, dan dua
facies yaitu facies anterior dan posterior. Pada ekstremitas superior ginjal kanan maupun kiri
ditempati oleh glandula suprarenalis atau anak ginjal, yang dipisahkan oleh lemak perirenalis.
Pada margo medialis ginjal, terdapat suatu pintu yang disebut hilus renalis, yang merupakan
tempat masuknya pembuluh-pembuluh darah, limfe, saraf, dan ureter.1

Gambar 1 Anatomi Ginjal

Setiap ginjal dibungkus oleh kapsula fibrosa yang hanya melekat pada ginjal dan
hanya menyelubungi ginjal (tidak membungkus glandula suprarenalis), kapsula adipose yang
mengandung banyak jaringan lemak perirenalis dan membungkus baik ginjal maupun anak
ginjal, dan fascia renalis yang terdiri dari fascia prerenalis dan fascia retrorenalis yang
keduanya bersatu ke arah cranial, sedangkan pada arah caudalnya terpisah. Capsula adipose
juga berfungsi untuk mempertahankan ginjal pada tempatnya.1
Ginjal terdiri atas korteks renis dan medulla renis. Korteks renis merupakan zona luar
ginjal, sedangkan medulla renis merupakan zona dalam ginjal yang terdiri dari lobus-lobus
2

triangular yang disebut pyramid renalis. Puncak dari pyramid renalis disebut papila renalis,
dan dasarnya yang berbatasan dengan korteks disebut basis renalis. Di antara pyramid renalis
terdapat columna renalis (Bertini) yang masih merupakan bagian dari korteks renis. Pada
korteks renis terdapat garis-garis yang berasal dari medula renis yang disebut processus
medularis (Ferheini). Papila renalis ditembusi oleh saluran-saluran yang disebut ductus
papilaris (Bellini).Papila renalis menonjol ke dalam calyx minor. Beberapa calyx minor akan
membentuk calyx mayor. Beberapa calyx mayor akan membentuk pelvis renis yang
kemudian menjadi ureter.1

Gambar 2 Anatomi Ginjal

Ginjal dipendarahi oleh A. Renalis cabang aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal
1-2. A. Renalis kanan lebih panjanh daripada yang kiri karena harus menyilang V. Cava
inferior di belakangnya. A. Renalis masuk ke dalam ginjal melalui hilus renalis dan
bercabang ke bagian depan dan belakang ginjal, yang akan bertemu pada bagian lateral ginjal
pada garis Broedel. A. Renalis bercabang dan berjalan di antara lobus ginjal yang disebut A.
Interlobaris. Pada perbatasan korteks dan medula renis, A. Interlobaris bercabang menjadi A.
Arcuata atau A. Arciformis yang mengelilingi korteks dan medula renis. A. Arcuata
mempercabangkan A. Interlobularis yang berjalan samapai tepi ginjal (korteks renis).
Pembuluh balik ginjal mengikuti jalannya arteri. Darah di alirkan dari V. Interlobularis atau
3

Vv. Stellatae (Verheyeni) menuju V. Arcuata, lalu menuju V. Interlobaris, V. Renalis, dan
bermuara ke dalam V. Cava inferior.2

Gambar 3. Vaskularisasi Ginjal


Aliran getah bening yang berasal dari jaringan ginjal dan subcapsularis mengikuti V.
Renalis menuju Nnll. Aorticus, sedangkan getah bening dalam jaringan lemak perirenalis
akan langsung bermuara ke Nnll. Aorticus. Pembuluh-pembuluh darah ginjal sampai nefron
dipersarafi oleh saraf simpatis yang derabut aferensnya memasuki korda spinalis pada
vertebra thoracalis 10-12.
Glandula suprarenalis atau glandula adrenal atau anak ginjal merupakan kelenjar
endokrin yang terletak superomedial terhadap ginjal.Gl. Suprarenalis kanan berbentuk
piramid, sedangkan Gl. Suprarenalis kiri lebih pipih dan berbentuk semiulnar (bulan
sabit).Gl. Suprarenalis terdiri atas korteks dan medula. Glandula suprarenalis mendapat
vaskularisasi dari A. Suprarenalis superior cabang A. Phrenica inferior, A. Suprarenalis
cabang aorta abdominalis, dan A. Suprarenalis inferior cabang A. Renalis. Pembuluh baliknya
melalui V. Suprarenalis dextra yang selanjtnya bermuara pada V. Cava inferior, dan V.
Suprarenalis sinistra yang bermuara pada V. Renalis sinistra yang biasanya membentuk suatu
saluran bersama dengan V. Phrenica inferior.
Getah bening korteks Gl. Suprarenalis lebih sedikit daripada medulanya.Aliran getah
bening pada Gl. Suprarenalis mengikuti aliran limfe menuju ke Nnll. Lumbales atau Nnll.
Aortica.Glandula suprarenalis mendapat persarafan dari plexus coeliacus dan plexus
hypogastricus.2
4

Mikroskopis Ginjal
Nefron merupakan satuan unit fungsional yang terdiri atas glomerulus, tubulus
proksimal, dan tubulus distalis, yang terdapat pada korteks renalis, ansa Henle (Henles loop)
dan duktus kolektivus yang terdapat pada medulla renalis. Setiap ginjal memiliki sekitar
400.000 800.000 nefron.Satu unit nefron terdiri dari glomerulus, tubulus kontortus
proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distalis, dan duktus koligentus.Ansa Henle terdiri
dari segmen tebal descendens (tubulus rektus proksimal), segmen tipis ansa Henle, dan
segmen tebal ascendens (tubulus rektus distal).3
Glomerolus merupakan suatu gulungan kapiler yang dikelilingi oleh sel sel epitel
lapis ganda atau biasa disebut kapsula Bowman. Glomerulus berfungsi seperti saringan yang
menyaring darah yang datang dari arteriol vasa aferen, yang selanjutnya membentuk filtrate
urine primer yang berupa cairan pekat, kental, dan masih seperti darah, tapi protein dan
glukosa, sudah tidak ditemukan.Selanjutnya darah yang telah tersaring di alirkan keluar
melalui arteriol vasa eferen.Beberapa glomerolus dapat dibedakan vasa aferen dari vasa
eferen karena kebetulan terpotong pada apparatus juxta glomerularis yang terdiri atas macula
densa dan sel juxtaglomerularis.Vasa aferen ikut membentuk bangunan ini karena sel
juxtaglomerularis sebenarnya merupakan sel otot polos dinding vasa aferen di dekat
glomerolus yang berubah sifatnya menjadi sel epiteloid.Sel-sel tersebut tampak jernih dan
kadang-kadang di dalam sitoplasmanya terdapat granula.Di tempat ini arteriol tidak
mempunyai tunika elastika interna.3
Tubulus kontortus proksimal selalu terpotong dalam berbagai bidang karena jalannya
berkelok-kelok.Dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid dengan batas-batas sel yang sukar
dilihat.Initnya bulat, biru dan biasanya terletak agak berjauhan dengan inti sel di
sebelahnya.Sitoplasma berwarna asidofil. Dinding lateral sel tidak jelas. Permukaan sel yang
mengahadap lumen mempunyai brush border.
Seperti yang proksimal, tubulus kontortus distalis selalu terpotong dalam berbagai bidang
potong karena jalannya berkelok-kelok.Dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid yang batas
antar selnya agak lebih jelas dibanding yang proksimal. Inti sel bulat, berwarna biru, tetapi
bila diperhatikan, jarak antara inti sel disebelahnya agak berdekatan satu sama lain.
Sitoplasmanya berwarna basofil dan permukaan sel yang menghadap lumen tidak mempunyai
brush border.
Ansa henle segmen tebal pars ascendens gambarannya mirip tubulus kontortus distal,
tetapi garis tengahnya lebih kecil.Ansa henle segmen tipis gambarannya mirip pembuluh
5

kapiler darah, tetapi epitelnya meskipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit lebih
tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat, selain itu lumennya tampak kosong. Ansa
henle segmen tebal pars descendens gambarannya mirip tubulus kontortus proksimal, tetapi
diameternya lebih kecil.
Duktus koligentus merupakan suatu saluran lurus tempat berkumpulnya hasil
pembentukan urine setelah melewati tubulus kontortus distalis. Duktus koligentus selanjutnya
akan bermuara ke calyx minor, calyx mayor, pelvis renis, lalu disalurkan melalui ureter ke
vesica urinaria. Duktus koligentus gambarnya mitip tubulus kontortus distal tetapi dinding sel
epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat.

Gambar 3. Nefron

Mekanisme kerja ginjal


Terdapat tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urin yaitu filtrasi oleh
glomerulus, reabsopsi dan sekresi oleh tubulus. Filtrasi glomerulus, filtrasi nondiskriminatif
plasma bebas protein dari glomerulus ke dalam kapsula bowman. Reabsorbsi tubulus yaitu
perpindahan selektif zat-zat yang di filtrasi dari lumen tubulus kedalam kapiler peritubulus.
Sekresi tubulus yaitu perpindahan selektif zat-zat yang tidak di filtrasi dari kapiler peritubulus
kedalam lumen tubulus.4

Proses filtrasi
Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma yang bebas
protein menembus kapiler glomerulus kedalam kapsula bowman. Proses ini dikenal dengan
proses filtrasi glomerulus, yang merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Cairan
yang difiltrasi dari glomerulus kedalam kapsula bowman harus melewati tiga lapisan yang
membentuk membran glomerulus. Tiga lapisan tersebut adalah dinding kapiler glomerulus,
lapisan gelatinosa aseluler yang dikenal sebagai membran basal dan lapisan dalam kapsul
bowman. Secara kolektif, lapisan ini berfungsi saringan molekul halus yang menahan sel
darah merah dan protein plasma, tetapi melewatkan H 2O dan zat terlarut lain yang ukuran
molekuler cukup kecil. Dinding kapiler glomerulus, yang terdiri dari selapis sel endotel
gepeng, memiliki lubang-lubang dengan banyak pori-poribesar atau fenestra yang
membuatnya seratus kali lebih permiabel terhadap H2O dan zat terlarut dibandingkan kapiler
di tempat lain. Membran basal terdiri daari glikoprotein dan kolagen dan terselip diantara
glomerulus dan kapsul bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan struktural, sedangkan
glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma kecil. Walaupun protein plasma yang lebih
besar tidak dapat difiltrasi karena tidak dapat melewati pori-pori diatas, pori-pori tersebut
sebenarnya cukup besar untuk melewatkan albumin, protein plasma kecil. Namun
glikoprotein karena bermuatan negatif akan menolak albumin dan protein plasma lain.
Dengan demikian protein plasma hampir seluruhnya tidak dapat difiltrasi, dan kurang dari
1% molekul albumin yang berhasil lolos untuk masuk ke kapsula bowman. Sebagian
penyakit ginjal yang ditandai oleh adanya albumin berlebihan dalam urin. Diperkirakan
disebabkan oleh gangguan muatan negatif didalam membran glomerulus, yang menybabkan
membran lebih permiabel tehadap albumin walaupun ukuran pori-pori tidak berubah. Lapisan
terakhir pada membran glomerulus yaitu lapisan dalam kapsul bowman terdiri dari podosit,
sel mirip gurita yang mengelilingi berkas glomerulus. Setiap podosit memiliki banyak
tonjolan memanjang seperti kaki yang saling menjalin dengan tonjolan podosit didekatnya.
Celah sempit antara tonjolan yang berdekatan, yang dikenal sebagai celah filtrasi,
membentuk jalan bagi cairan untuk keluar dari kapiler glomerulus dan masuk kelumen kapsul
bowman. dengan demikian, rute yang diambil oleh bahan yang terfiltrasi untuk melintasi
membran glomerulus seluruhnya bersifat ekstraseluler. Pertama melalui pori-pori kapiler,
kemudian membran basal aseluler dan terakhir melalui celah filtrasi kapsular.4
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat suatu gaya yang mendorong sebagian
plasma dalam glomerulus mdua perbedaamenembus lubang-lubang membran glomerulus.
7

Filtrasi glomerulus disebabkan oleh adanya gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan gayagaya yang terdapat terdapat dikapiler bagian tubuh lainnya. Karena glomerulus merupakan
suatu kapiler, prinsip-prinsip dinamika cairan yang mendasari ultrifiltrasi melintasi kapiler
lain yang berlaku kecuali 2 perbedaan penting:

kapiler glomerulus jauh lebih permeabel dibandingkan dengan kapiler ditempat. lain

sehingga untuk tekanan filtrasi yang sama lebih banyak cairan yang di filtrasi.
Keseimbangan gaya-gaya dikedua sisi membran adalah sedemikian rupa, sehingga
filtrasi berlangsung diseluruh panjang kapiler. Sebaliknya, keseimbangan gaya-gaya
dikapiler lain bergeser, sehingga filtrasi berlangsung dibagian awal pembuluh tetapi
menjelang akhir reabsorbsi.

Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus, yaitu:

Tekanan darah kapiler glomerulus, merupakan tekanan darah yang ditimbulkan oleh
darah di dalam kapiler glomerulus yang bergantung pada kontraksi jantung dan
resistensi arteriol afferent dan efferent. Tekanan darah pada kapiler glomerulus sekitar
55 mmHg lebih tinggi daripada tekanan darah kapiler tempat lain, disebabkan karena
diameter arteriol efferent yang lebih kecil daripada arteriol afferent. Tekanan ini
mengakibatkan cairan keluar dari glomerulus dan masuk ke kapsula Bowman dan

merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi glomerulus.


Tekanan osmotic koloid plasma, merupakan tekanan yang arahnya melawan filtrasi.
Disebabkan karena adanya ketidakseimbangan kadar protein kapiler glomerulus dan
kapsula Bowman sehingga air cenderung mengalir dari kapsula Bowman ke kapiler

glomerulus. Besarnya kira-kira 30 mmHg.


Tekanan hidrostatik kapsula Bowman, arahnya melawan filtrasi, dan disebabkan
karena adanya tekanan dari cairan di dalam kapsula Bowman yang besarnya sekitar
15 mmHg.
Tekanan darah kapiler glomerulus mendorong filtrasi kedua gaya lain yang bekerja

melintasi membran glomerulus ( tekanan osmotik plasma dan tekanan hidrostatik kapsul
bowman) melawan filtrasi. Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi
protein-protein plasma yang tidak seimbang dikedua sisi membran glomerulus. Karena tidak
dapat difiltrasi protein plasma-plasma terdapat di kapiler glomerulus, tetapi tidak ditemukan
dikapsul bowman. Dengan demikian kosentrasi H2O dikapsul bowman lebih tinggi daripada
kosentrasinya dikapiler glomerulus. Akibatnya adalah kecenderungan H2O untuk berpindah
secara osmosis mengikuti penurunan gradien konsetrasinya dari kapsula bowman ke kapiler
8

glomerulus tekanan osmotik yang melawan filtrasi ini rata-rata besarnya 30 mmhg, yang
sedikit lebih tinggi daripada dikapiler lain ditubuh.4
Laju filtrasi sebenarnya yaitu laju filtrasi glomerulus ( GFR ), tergantung tidak saja
pada tekanan filtrasi netto, tetapi juga pada seberapa luas permukaan glomerulus yang
tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeabelnya membran glomerulus. Sifat-sifat
membran glomeulus ini secara kolektif disebut sebagai koefisien filtarsi. Dalam keadaan
normal, sekitar 20% plasma yang masuk glomerulus difiltrasi dengan tekanan filtrasi netto 10
mmHg, menghasikansecara kolektif melalui semua glomerulus setiap hari untuk GFR ratarata 125 ml/ menit pada pria dan 160 liter filtrat perhari untuk GFR 15 ml/menit pada
wanita. GFR dikontrol oleh 2 mekanisme, keduanya ditujukan untuk menyesuaikan aliran
darah glomerulus dengan mengatur kaliber, dengan demikian, resitensi arteriol aferen.
Keduanya yaitu otoregulasi, yang ditujukan untuk mencegah perubahan spontan GFR dan
kontrol simpatis ekstrinsik, yang ditujukan untuk pengaturan jangka panjang tekanan darah
arteri.4
Autoregulasi GFR karena tekanan darah arteri adalah gaya yang mendorong darah
kedalam glomerulus, tekanan darah kapiler glomerulus dan dengan demikian,GFR akan
meningkat setara dengan peningkatan tekanan arteri jika hal-hal lain konstan. Demikian juga,
penurunan tekanan darah arteri dengan disertai penurunan GFR. Perubahan GFR spontan
semacam itu sebagian besar dicegah oleh mekanisme pengaturan instrinsik yang dicetus oleh
ginjal itu sendiri, suatu proses yang dikenal sebagai otoregulasi. Ginjal melakukannya dengan
mengubah-ubah kaliber arteriol aferen, sehingga resistensi terhadap aliran darah melalui
pembuluh ini dapat dapat disesuaikan. Sebagai contoh, jika GFR meningkat akibat adanya
peningkatan tekanan arteri, tekanan filtrasi netto dan GFR dapat dikurangi normal oleh
konstriksi arteriol afferen, yang menurunkan aliran darah kedalam glomerulus. Apabila GFR
turun akibat penurunan tekanan arteri, tekanan glomerulus dapat ditingkatkan kenormal
melalui vasodilatasi arteriol aferen, yang memungkinkan lebih banyak darah masuk walau
gaya yang mendorongnya kurang. Ada 2 mekanisme intrarenal yang berperan dalam
Autoregulasi:
-

mekanisme miogenik.

mekanisme umpan balik tubulo glomerulus


Kontrol simpatis ekstrinsik, GFR selain mekanisme otoregulasi instrinsik yang

dirancang untuk menjaga agar GFR konstan walaupu terjadi fluktuasi tekanan darah. GFR
9

dapat diubah secara sengaja bahkan saat tekanan darah arteri rata-rata berada dalam rentang
otoregulasi, oleh mekanisme kontrol ekstrinsik yang mengalahkan respon otoregulasi.
Kontrol ekstrinsik atas GFR, yang diperantai oleh masukan sistem saraf simpatis ke arteriol
aferen, ditujukan untuk mengatur tekanan darah arteri. Sistem saraf parasimpatis tidak
menimbulkan pengaruh apapun pada ginjal
Proses reabsorbsi
Setelah plasma bebas-protein difiltrai melalui glomerulus, setiap zat ditangani sendiri
oleh tubulus, sehingga walaupun konsentrasi semua konstituen dalam filtrat glomerulus awal
identik dengan konsentrasinya dalam plasma (dengan kekecualian protein plasma),
konsentrasi berbagai konstituen mengalami perubahan-perubahan saat cairan filtrasi mengalir
melalui sistem tubulus.
Kapasitas reabsorbtif sistem tubulus sangat besar. Lebih dari 99% plasma yang
difiltrasi dikembalikan kedarah melalui reabsorbsi. Zat-zat utama yang secara aktif
direabsorbsi adalah Na+ ( kation utama CES ), sebagian besar elektrolit lain dan nutrien
organik, misalnya glukosa dan asam amino. Zat terpenting yang direabsorbsi secara pasif
adalah air, dan urea. Absorbsi Na+ dan CL- memegang peran penting dalam metabolisme
elektrolit dan cairan tubuh. Selain itu, transpor Na + terjadi bersamaan dengan transport H +,
elektrolit lain, glukosa, asam amino, asam organik, fosfat dan zat lainnya melalui dinding
tubulus. Di tubulus proksimal, bagian tebal ansa henle pars ascendens, tubulus distal dan
duktus koligentes, proses perpindahan Na+ berlangsung melalui konstranspor atau pertukaran
ion dari lumen tubulus ke dalam sel epitel tubulus mengikuti tingkat gradien konsentrasi dan
gradien listrik, dan kemudian di pompa secara aktif dari sel tubulus ke ruang intersitium. Jadi,
Na+ akan diangkut secara aktif dikeluarkan dari seluruh bagian tubulus ginjal. Kecuali bagian
tipis ansa henle. Na+ dipompa ke ruang interstisial oleh pompa Na +-K+ ATPase. Pompa ini
akan mengeluarkan tiga Na+ dan memasukkan dua K+ ke dalam sel. Pada sisi luminalnya, selsel tubulus disatuka satu dengan yang lainnya oleh taut erat, tetapi masih terdapat ruang antar
sel disepanjang tepi lateralnya. Sejumlah besar Na+ diangkut secara aktif ke perluasan ruang
interstisial ini, yang disebut ruang antar sel lateral. Pada keadaan normal sekitar 60% dari Na +
yangdifiltrasi akan direabsorbsi di tubulus proksimal. Terutama melalui pettukaran Na +-H+/
sebanyak 30% lainnya diserap melalui kontraporter Na +-2CK+ dibagian tebal ansa henle
pars ascendens dan sekitar 7 % diserap oleh kontranspor Na+- Cl- ditubulus kontortus distal.
Sisa Na+ yang difiltrasi, yakni sekitar 3% diserap melalui kanal enaC diduktus koligentes dan

10

penyerapan sisa Na+ ini diatur oleh aldosteron dalam upaya mempertahankan keseimbangan
homeostatik Na+.5
Glukosa, asam amino dan bikarbonat direabsorbsi bersama-sama dengan Na+ dibagian
tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, Na+ akan direabsorbsi bersama-sama dengan Cl-.
Glukosa merupakan contoh zat yang direabsorbsi melalui transport aktif sekunder. Laju
filtrasi glukosa kira-kira 100 mg/ menit. Hampir semua glukosa direabsorbsi dan hanya
beberapa miligram saja yang dijumpai diurin dalam waktu 24 jam.jumlah yang direabsorbsi
sebanding dengan jumlah yang difiltrasi, dan nilai ini sebanding dengan kadar glukosa dalam
plasma dikalikan LFG hingga mencapai batas tranport maksimum( Tmg) bila batas Tmg
melampaui, jumlah glukosa yang terdapat didalam urine akan meningkat. Batas Tmg kirakira 375 mg/menit pada laki- laki dan 300 mg/menit pada wanita. Nilai ambang ginjal untuk
glukosa merupakan kadar glukosa plasma saat kadar urine tercatat melebihi kadar ekskresi
normalnya. Bila dihitung untuk ambang ginjal untuk glukosa adalah sekitar 300 mg/ dL yaitu
375 mg/ menit dibagi oleh 125 mg/ menit. Namun ambang ginjal sebenarnya berdasarkan
kadar plasmanya diarteri adalah sekitar 200mg/ menit, yang sebanding dengan kadar
plasmanya di vena yaitu 180 mg/menit.
Peran hormon dalam proses ginjal

Hormon Aldosteron.
Fungsi

fisiologis

hormon

aldosteron

yaitu

mengatur

unsur-unsur

mineral

(mineralokottikoid dihasilkan oleh bagian korteks glandula suprarenalis/ adrenalis).


Antara lain Na+ dan K+, yakni terutama mengatur reabsorpsi Na+ dan sekresi K+.
Dalam hal ini apabila aldosteron meningkat, menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah
dan sekresi K+ bertambah pula. Aldosteron membantu ginjal mengatur volume
plasma atau cairan ekstra sel.

Anti Diuretic Hormon (ADH) Vasopresin.


Hormon ini mempuyai fungsi fisiologi sebagai anti diuretik dengan pekerjaan utama
untuk retensi cairan. Terutama untuk pengaturan volume cairan ekstra sel dan
konsentrasi Na+ dan membantu ginjal mengatur tekanan osmotik plasma. Mekanisme
pengaturan sekresi ADH dipengaruhi oleh : penurunan volume cairan ekstra sel dan
peningkatan osmolaritas CES ( terutama bila kadar Na+ meningkat).8
11

Proses sekresi
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk
kedalam tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H +, K+, asam urat dan
kreatinin. Sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan
eliminasi zat-zat tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui
fitrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi akan dieliminasi urin.
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus,
tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah.

Sekresi kreatinin
Di sekresikan apabila kadar kreatinin di dalam darah lebih dari normal
Asam urat dan kalium
Direabsorbsi seluruhnya oleh tubulus kontortus proksimal tetapi disekresikan kembali
oleh tubulus kontortus proksimal dibagian distalnya. Sebagian yg disekresikan inipun
diserap kembali. Jadi asam urat yang ada di urin adalah hasil sekresi bukanlah hasi

filtrasi karena asam urat hasil filtrasi semuanya sudah direasorbsi kembali.
Sekresi ion h
Disekresikan di tubulus kontortus proksimal dengan 3 cara bikarbonat , posfat dan
NH3.
Sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein

lagi, yang kemudian akan disalurkan dari ductus koligens ke pelvis renalis. Dari 125 ml
plasma darah yang difiltrasi per menit, 124 ml/menit direabsorbsi sehingga jumlah akhir
urine yang terbentuk rata-rata 1 ml/menit sehingga urine yang diekresikan per hari adalah 1,5
liter dari 180 liter yang difiltrasi.
Dengan mengeksresikan bahan-bahan dalam urine, ginjal membersihkan bahan-bahan
dari plasma yang mengalir melaluinya, disebut sebagai clearance plasma yang didefinisikan
sebagai volume plasma yang dibersihkan seluruhnya dari bahan yang bersangkutan per menit.
Clearance plasma mencerminkan efektivitas ginjal menyingkirkan berbagai bahan yang tidak
diperlukan lingkungan cairan internal, di mana laju clearance berbeda-beda untuk setiap
bahan. Apabila suatu bahan difiltrasi tetapi tidak direabsorbsi atau disekresi, laju clearance
plasma akan sama dengan GFR, sebagai contohnya adalah inulin yang banyak digunakan
untuk mengetahui GFR, namun bersifat eksogen. Sedangkan yang endogen adalah kreatinin
yang tidak direabsorbsi namun sedikit disekresi sehingga kurang lebih dapat dipakai

12

menentukan GFR. Sedangkan jika suatu bahan difiltrasi dan direabsorbsi namun tidak
disekresi, laju clearance plasmanya selalu lebih rendah daripada GFR, dan apabila suatu
bahan difiltrasi dan disekresi namun tidak direabsorbsi, laju clearance plasmanya pasti lebih
besar dari GFR.5
Proses ekskresi
Proses pengeluaran urin atau proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh dua
mekanisme refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih dicetuskan apabila
reseptor-reseptor regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada
seorang dewasa dapat menampung 200-400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya mulai
meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar peregangan melebihi ambang
ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor serat-serat aferen dari reseptor regang
membawa impuls ke korda spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron akan merangsang saraf
parasimpatis yang berjalan ke kandung kemih dan menghambat neuron motorik yang
mempersarafi sfingter eksterna. Stimulasi parasimpatis pada kandung kemih menyebabkan
organ ini berkontraksi. Untuk membuka sfingter interna tidak diperlukan mekanisme khusus,
perubahan bentuk kandung kemih sewaktu organ tersrbut berkontraksi secara mekanis
menarik sfingter interna terbuka. Secara simultan, sfingter eksterna melemas karrena neuronneuron motoriknya dihambat. Karena sekarang kedua sfingter terbuka dan urin akan
terdorong ke luar melalui uretrha akibat gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung
kemih.5

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Apabila terjadi
gangguan mekanisme kerja ginjal maka akan berakibat buruk bagi sel sel lainnya mengingat
betapa pentingnya peranan ginjal sebagai penjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh.

13

Daftar Pustaka
1. Snell, RS. Clinical anatomy for medical students. 6th ed. Jakarta: EGC; 2006.
p.250-6.
2. Slone, E. Anathomy and physiology an easy learner. Jakarta: EGC; 2004. hal.281295.
3. Luiz CJ, Jose C. Histologi dasar. Edisi ke-10. Jakarta:EGC;2007;369-386.
4. Sherwood, L. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2001. hal.410-445.
5. Ganong, WF. Review of medical physiology. 22th ed. Jakarta: EGC; 2008. p.725753.
6. Gambar Anatomi Ginjal. Diunduh dari : http://1.bp.blogspot.com/n0kzs_CG1IY/T8u_sqxHP1I/AAAAAAAAAUM/ZHA2GovRHaU/s1600/urinary
-system.jpg . 22 September 2012.
Gambar Anatomi Ginjal. Diunduh dari :
7. http://static.tanyadok.com/wp-content/uploads/2012/02/Ginjal-Anatomi.gif . 22
September 2012.
8.
Gambar Vaskularisasi Ginjal. Diunduh dari :
9. http://yumizone.files.wordpress.com/2009/07/ginjal-2.jpg . 22 September 2012.
10. Gambar Nefron. Diunduh dari :
http://dc219.4shared.com/doc/v88crhrS/preview_html_7c9f99f0.jpg . 22
September 2012.

14

Anda mungkin juga menyukai