Diagnosa Presentasi Dan Posisi Janin
Diagnosa Presentasi Dan Posisi Janin
bagian terbawah polus janin berada di dalam pelvis, dan rinciannya ditentukan
melalui manuver keempat.
4. Untuk melakukan manuver keempat, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu
dan, dengan ujung tiga jari pertama masing-masing tangan, memberikan
tekanan yang dalam searah aksis apertura pelvis superior. Pada berbagai
keadaan, ketika kepala telah berjalan turun ke dalam pelvis, bagian anterior
bahu mudah dibedakan melalui manuver ketiga.
Palpis abdomen dapat dilakukan secara keseluruhan pada bulan-bulan
terakhir kehamilan serta selama dan antara kontraksi saat persalinan. Dengan
pengalaman, manuver ini memungkinkakn untuk memperkirakan ukuran janin.
Menurut Lydon-Rochelle dkk., (1993) klinis yang berpengalaman dapat
mengidentifikasi malpresentasi janin secara akurat menggunakan manuver
Leopold dengan sensitivitas tinggi- 88 persen, sprsifisitas -94 persen, nilai
prediktif positif 74 persen, dan nili prediktif negatif 97 persen.
Pemeriksaan Vagina
Sebelum persalinan, diagnosis presentasi dan posisi janin melalui
pemeriksaan vagina sering tidk memberikan informasi yang tidak meyakinkan
karena bagian presentasi janin harus dipalpasi melalu serviks yang tertutup dan
segmen uterus terbawah. Saat awitan persalinan dan pasca, dilatasi serviks,
presentasi verteks dan posisinya diketahui dengan palpasi berbagai sutura dan
fortanel janin. Presentasi wajah dan bokong masing-masing dapat terdentifikasi
dengan palpasi bentuk wajah dan sakrum janin.
Dalam usaha untuk menentukan presentasi dan posisi melalui pemeriksaan
vagina, disarankan untuk mengikuti empat gerakan rutin secara tepat :
1. Pemeriksaan memasukkan dua jari ke dalam vagina dan menemukan bagian
presentasi janin. Penentuan verteks, wajah, dan bokong kemudian mudah
dilakukan.
2. Jika prsentasi verteks, jari diarahkan ke bagian posterior dan kemudian
disapukan ke arah depan melalui kepala janin menuju simfisis maternal
(Gambar 17-9). Selama pergerakan ini, jari melewati sutura sagitasi dan teraba
batasnya.
3. Kemudian ditentukan posisi kedua fontanel. Jari diarahkan ke bagian paling
anterior sutura sagitalis, dan fontanel tersbeut diperiksa dan diidentifikasi.
Kemudian, dengan Gerakan seperti menyapu, jari melewati sutura ke bagian
ujung lain kepala hingga dirasakan dan didentifikasi fontanel lain (Gambar 1710);
4. The station, atau tingkat turunnya bagian terendah janin ke dalam pelvis, juga
dapat dilakukan saat ini (lihat hal 410). Dengan menggunakan maneuver ini,
berbagai sutura dan fortanel mudah terlokalisasi (lihat Gambar 4-9, hal. 82).
Mekanisme Persalinan dengan Presentasi Oksiput Anterior
Pada sebagian besar kasus, verteks memasuki plevis dengan sutura
sagitalis terletak di diameter transversal pelvis. Janin memasuki pelvis dalam
posisi aksiput transversal kiri (Leftocciput transverse-LOT) pada 40 persen
persalinan dan dalam posisi oksiput transversal kanan (right occiput transverseROT) pada 20 persen (Caldwell dkk, 1934) . Pada posisi oksiput anterior-LOA
atau ROA-kepala memasuki pelvis baik melalui rotasi oksiput sebanyak 45 derajat
anterior dari posisi tranversal, atau baru melakukan rotasi sesudahnya. Mekanisme
persalinan pada semua presentasi ini biasanya sama.
Perubahan posisi bagian terendah janin yang diperlukan untuk melalui
kanal pelvis disebut mekanisme persalinan. Gerakan utama persalinan adalah
engagement, desensus. Fleksi, rotasi internal, ekstensi, rotasi eksternal, dan
ekspulsi (gambar 17-11). Selama persalinan, gerakan-gerakan tersebut tidak hanya
terjadi secara sekuensial tetapi juga menunjukkan tumpang-tindih waktu. Sebagai
contoh, sebagai bagian dari engegement, terjadi fleksi selakigus desensus kepala.
Gerakan tersbeut tidak dapat selesai kecuali bagian terendah janin berjalan turun
secara simultan. Secara bersamaan, kontraksi uterus memengaruhi modifikasi
penting pada sikap atau habitus janin, terutama setelah kepala turun ke dalam
pelvis. Perubahan ini terutama terdiri dari pelurusan janin, dengan menghilannya
konveksitas bagian dorsal dan pendekatan ekstremitas kea rah tubuh. Akibatnya,
bentuk ovoid janin berubah menjadi bentuk silider, dengan garis tengah terkecil
yang mungkin untuk melewati jalan lahir.
Engagement
Mekanisme ketika diameter biparietal-diameter transversal terbesar pada
presentasi oksiput-melewati aperture pelvis superior disebut engagement. Kepala
janin dapat mengalami engage selama beberapa minggu terakhir kehamilan atau
tidak mengalami engage hingga setelah permulaan persalinan. Pada banyak
perempuan multipara dan beberapa perempuan nulipara kepala janin, kepala janin
bergerak bebas diatas aperture pelvis superior saat awitan persalinan. Pada
keadaan ini, kepala kadang-kadang disebut mengambang (floating). Kepala
berukuran normal biasanya tidak mengalami engage dengan sutura sagitalis yang
mengarahkan ke anteroposterior. Namun, kepala janin biasanya memasuki
aperatura pelvis superior baik secara transversal atau oblik.
Asinklitismus. Meskipun kepala janin cenderung berakomodasi dengan aksis
transversal aperatur pelvis superior, sutura sagitalis, yang tetap paralel terhadap
aksis tersebut, tidak terletak tepat di garis tengah antara simfisis dan
promontorium ossis sakri. Sutura sagitalis umumnya mengalami difleksi baik ke
arah posterior menuju promotorium atau ke arah anterior menuju simfisis
(Gambar 17-12). Defleksi lateral ke arah posisi anterior atau posterior pelvis
disebut asinklitisme. Jika sutura sagitalis mendekati promontorium ossis sacri,
sebagian besar os parietalis anterior dapat teraba saat pemeriksaan dengan jari,
dan kondisi ini disebut asinklitismus anterior. Namun, jika sutura sagitalis terletak
di dekat simfisis, sebagian besar os parietalis posterior yang akan terpresentasi,
dan kondisi ini disebut asinklitismus posterior. Pada asinklitismus posterior yang
ekstrim, telinga bagian posterior mudah terpalpasi.
Asinklitismus derajat sedang merupakan persyaratan persalinan normal.
Namun, jika berat, kondisi ini merupakan penyebab disproporsi sefalopelvik
bahkan pada pelvis berukuran normal. Perubahan secara bertahap dari
asinklitismus posterior ke anterior membantu proses desensus.
Desensus
Gerakan ini merupakan persyaratan pertama pelahiran noennatus. Pada
nulipara, engagement dapat berlangsung sebelum awitan persalinan, dan proses
desensus selanjutnya dapat tidak terjadi hingga awitan kala dua. Pada perempuan
multipara, desensus biasanya dimulai dengan proses engagement. Desensus
ditimbulkan oleh satu atau beberapa dari empat kekuatan : (1) tekanan cairan
amnion, (2) tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi, (3) tekanan ke
bawah otot-otot abdomen maternal,dan (4) ekstensi dan pelurusan tubuh janin.
Fleksi
Segera setelah kepala yang sedang desensus mengalami hambatan, bak
dari serviks, dinding pelvis, atau dasar pelvis normalnya kemudian terjadi fleksi
kepala. Pada gerakan ini, dagu mengalami kontak lebih dekat dengan dada janin,
dan diameter suboksipitobregmatikum yang lebih pendek menggantikan diameter
oksipitofronatalis yang lebih panjang (Gambar 17-13 dan 17-14).
Rotasi Internal
Gerakan ini terdiri dari perputaran kepala sedemikian rupa sehingga
oksiput secara bertahap bergerak ke arah simfisis publis di bagian anterior dari
posisi awal atau yang lebih jarang, kea arah posterior menuju lengkung sakrum
(Gambar 17-15, 17-16, dan 17-17). Rotasi internal penting untuk penuntasan
persalinan, kecuali bila ukuran janin abnormal kecil.
Calknins (1939) mempelajari lebih dari 5.000 perempuan yang sedang
bersalin pada saat rotasi internal. Ia menyimpulkan bahwa sekitar dua pertiganya,
rotasi internal selesai saat kepala mencapai dasar pelvis , sekitar seperempat
lainnya, rotasi internal selesai segera setelah kepala mencapai dasar pelvis dan
sekitar 5 persen sisanya, tidak terjadi rotasi anterior. Ketika tidak dapat berputar
hingga mencapai dasar pelvis, biasanya kepala berotasi pada satu atau dua
kontraksi berikutnya pada multipara. Pada nulipara, rotasi biasanya terjadi pada
tiga sampai lima kontraksi berikutnya.
Ekstensi
Satelah rotasi internal kepala yang berada pada posisi fleksi maksimal
mencapai vulva dan mengalami ektensi. Jika kepala yang mengalami fleksi
maksimal, saat mencapai dasar pelvis, tidak mengalami ekstensi tetapi
melanjutkan berjalan turun, dapat merusak bagian posterior perineum dan
akhirnya tertahan oleh jaringan perieum. Namun, ketika kepala menekan dasar
pelvis, terdapat dua kekuatan. Kekuatan pertama, ditimbulkan oleh uterus, bekerja
lebih ke arah posterior, dan kekuatan kedua, ditimbulkan oleh daya resistensi
dasar pelvis dan simfisis, bekerja lebih kearah anterior. Vektor resultan terarah
pada pembukaan vulva, sehingga menimbulkan ekstensi kepala. Keadaan ini batas
inferior simfisis pubis (lihat Gambar 17-16)
Seperti yang diperhatian pada gambar 17-20, pola dilatasi serviks selama
divisi preparation dan divisi dilatasi persalinan normal adalah kurva sigmoid.
Ditemukan dua fase dilatasi servikal. Fase laten sesuai dengan divisi prepraratoris,
dan fase aktif, sesuai dengan divisi dilatasional. Friedman membagi lagi fase aktif
menjadi
fase
akselerasi,
fase
puncak
maksimal,
dan
fase
deselerasi
(Gambar 17-16).
Dengan distensi progresif perineum dan pembukaan vagina, bagian
oksiput perlahan-lahan akan semakin terlihat. Kepala lahir dengan urutan oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut, dan akhirnya dagu melewati tepi anterior perineum
(lihat Gambar 17-17). Segera setelah lahir, kepala menghadap ke bawah sehingga
dagu terletak di atas anus maternal.
Rotasi Eksternal
Setelah kepala lahir, dilakukan restitusi (lihat Gambar 17-11). Jika pada
awalnya terarah ke kiri, oksiput berotasi menuju tuber iskiadikum kiri. Jika
awalnya terarah ke kanan, oksiput berotasi ke kanan. Restitusi kepala ke posisi
oblik diikuti dengan penyelesaian rotasi eksternal ke posisi transversal. Gerakan
ini sesuai engan rotasi tubuh janin dan membuat diameter antroposterior apertura
Ditemukan dua fase dilatasi serviks. Fase laten sesuai dengan divisi prepraratoris,
dan fase aktif, sesuai dengan divisi dilatasional. Friedman membagi lagi fase aktif
menjadi fase akselerasi, fase puncak maksimum, dan fase deselerasi (Gambar 1721).
Fase Laten
Awitan persalinan laten, seperti yang diperkenalkan oleh Friedman (1972),
adalah titik ketika ibu mengalami kontraksi regular. Fase laten untuk sebagaian
besar perempuan berhkhir pada dilatasi antara 3 dan 5 sm. Ambang batas ini dapat
bermanfaat secara klinis, karena dapat menentukan batas dilatasi serviks
persalinan akif.
Konsep fase ini memiliki makna klinis yang besar dalam pemahaman
mengenai persalinan normal pada manusia karena persalinan jelas lebih lama
ketika fase laten disertakan. Untuk mengilustrasikannya secara lebih baik, Gambar
17-22 menunjukkan delapan kurva persalinan dari nulipara yang persalinannya
didiagnosis saat masuk ke rumah sakit, dan bukan berdasarkan awitan kontraksi
regular. Ketika persalinan didefinisikan seperti, terdapat kesamaan kurva
persalinan secara individual.
Fase Laten Memanjang. Friedman dan Sachtebel (1963) menentukan ini dengan
fase laten yang lebih dari 20 jampada nulipara dan 14 jam pada multipara. Waktu
tersebut sesuai dengan persentil 95. Faktor yang memengaruhi durasi fase laten
meliputi sedasi atau analgesia epidural yang berlebihan; kondisi serviks yang
tidak baik, yaitu, tebal, tidak mendatar, atau tidak berdilatasi, dan persalinan
palsu.
Setelah sedasi dalam, 85 persen mengalami persalinan aktif.Pada 10
persen lainnya, kontraksi uterus menghilang, seolah-olah mereka mengalami
persalinan palsu. Lima persen sisanya mengalami fase laten abnormal persisten
dan memerlukan stimulasi oksitosin. Amniotomi tidak dianjurkan karena terdapat
insiden persalinan palsu sebesar 10 persen. Sokol, dkk (1997) melaporkan 3
hingga 4 persen insiden fase laten memanjang terjadi tanpa pengaruh paritas.
Pelahiran Bahu
Setelah lahir, kepala janin jatuh kea rah posterior sehingga wajah hamper
menyentuh anus maternal. Oksiput berputar ke arah salah satu paha ibu dan kepala
berada pada posisi transversal.Gerakan restitusi ini rotasi eksternal menunjukkan
bahwa diameter bisakromial yaitu diameter transversal toraks, telah berotasi
menjadi diameter anteroposterior pelvis.
Umumnya, bahu muncul di vulva tepat setelah rotasi eksternal dan lahir
secara spontan.Jika terlambat, dianjurkan untuk dilakukan ekstraksi segera.Sisi
kepala dipegang dengan kedua tangan dan secara hati-hati dilakukan traksi kea rah
bawah sampai bahu bagian anterior terlihat dibawah arcus pubis.Beberapa lebih
memilih membantu melahirkan bahu anterior sebelum melakukan pengisapan
nasofaring atau memeriksa lilitan tali pusat di sekitar leher untuk mencegah
distosia bahu.Selanjutnya, dengan gerakan ke atas, bahu bagian posterior
dilahirkan.
Sisa bagian tubuh hamper selalu mengikuti bahu tanpa kesulitan. Namun,
dengan adanya penundaan yang lama, pelahirannya dapat dipercepat dengan traksi
sedang pada kepala dan tekanan sedang pada fundus uteri.Mengaitkan jari di
aksila harus dihindarkan.Hal ini dapat menimbulkan paralisis transien atau
kemungkinan permanen.Selain itu, traksi sebaiknya hanya dilakukan searah
dengan aksis panjang neonates.Jika dilakukan secara oblik, dapat mengakibatkan
perdarahan di leher dan peregangan berlebihan pada pleksus brakialis.
Segera setelah kelahiran neonates lahir, biasanya cairan amnion keluar
secara tiba-tiba dan dalam jumlah banyak, seringkali terdapat bercak darah tetapi
tidak dalam jumlah yang banyak.
Membersihkan Nasofaring
Begitu toraks dilahirkan dan neonates dapat melakukan inspirasi, wajah
segera diusap dan hidung serta mulut diaspirasi. Tindakan ini meminimalisasi
terjadinya aspirasi cairan amnion, partikel maternal, dan darah pada janin.
Lilitan Tali Pusat di Leher
Setelah pelahiran bahu anterior, sebuah jari harus diselipkan ke bagian
leher janin untuk menentukan apakah leher dikelilingi oleh satu atau lebih
puntiran tali pusat.Lilitan tali pusat dileher ditemukan pada sekitar 25 persen
pelahiran dan biasanya tidak menimbulkan bahaya.
Jika puntiran tali pusat dirasakan, tali pusat harus diangkat ke bagian atas kepala
jika cukup longgar. Jika terlalu ketat, lingkaran harus dipotong di antara dua klem
dan neonates segera dilahirkan.
Penjepitan Tali Pusat
Tali pusat dipotong di antara dua buah klem yang diletakkan 4 sampai 5
cm dari abdomen janin dan kemudian klem plastic yang aman, efisien dan murah
sperti Double Grip Umbilical Clamp (Hollister) digunakan di Parkland Hospital.
Waktu untuk Penjepitan Tali Pusat. Jika setelah persalinan neonates diletakkan
pada atau dibawah level introitus vagina selama 3 menit dan sirkulasi fetoplasenta
tidak segera dioklusi oleh klem, sekitar 80 mL darah dapat mengalir dari plasenta
ke neonates (Yao dan Lind, 1974). Darah tersebut menyediakan sekitar 50 mg
besi, yang mengurangi frekuensi anemia defisiensi besi pada bayi kemudian.
Namun, pada saat yang sama peningkatan bilirubin akibat penambahan eritrosit
dapat menimbulkan hiperbilirubinemia. Pada pengkajian database Cochrane dari
uji klinis acak yang dilakukan, McDonald dan Middleton (2008) melaporkan
bahwa menunda penjepitan tali pusat hingga 1 menit setelah pelahiran
meningkatkan konsentrasi hemoglobin neonates 2.2 g/dL dibandingkan dengan
penjepitan dalam 60 detik pertama. Pada saat yang sama, penjepitan dini
mengurangi risiko fototerapi hingga 40 persen.
Kebijakan kami adalah untuk melakukan klem tali pusat setelah dilakukan
pembersihan jalan napas, pertama seluruh nya diangkat, yang biasanya
memerlukan waktu sekitar 30 detik.Neonates tidak dielevasi di atas introitus
vagina pada pelahiran per vagina atau diatas dinding abdomen ibu pada pelahiran
caesar.
kemudian
diangkat
secara
perlahan
menjauhi
diberikan
infus
intravena,
tindakan
standar
kami
adalah
diinjeksi, yang tidak efektif bila diberikan per oral, mengandung 10 USP
unit.Waktu paruh oksitosin yang diinfuskan secara intravena sekitar 3
mneit.Sebelum pelahiran, uterus dengan persalinan spontan biasanya sangat
sensitive terhadap oksitosin dan dosis dititrasi secara seksama untuk mendapatkan
kontraksi yang adekuat.Namun, setelah pelahiran janin, ancaman ini tidak ada lagi
dan dosis tetap, seperti yang telah dibahas sebelumnya dapat digunakan.
Persalinan Kala Empat
Plasenta, membrane, dan tali pusat harus diperiksa kelengkapannya dan
ada/tidaknya anomaly. Beberapa jam segera setelah pelahiran adalah masa kritis,
dan oleh sejumlah orang disebut sebagai persalinankala empat. Meskipun
oksitosin telah diberikan, perdarahan pascapartm sebagai akibat atoni uterus lebih
mungkin terjadi pada saat ini.Akibatnya, uterus dan perineum harus sering
dievaluasi. The American Academy of Pediatrics and The American College of
Obstetricians and Gynecologists (2007) merekomendasikan bahwa tekanan darah
dan denyut nadi ibu dicatat segera setelah pelahiran dan setiap 15 menit selama
satu jam pertama.
Episiotomi
Dalam arti sempit, episiotomy adalah insisi pudendus.Perineotomi adalah
insisi perineum. Namun, secara umum istilah episiotomi sering disamakan dengan
perineotomi, suatu istilah yang akan kita gunakan disini. Insisi dapat dilakukan di
garis tengah, membentuk episiotomi median atau garis tengah. Insisi juga dapat
dimulai digaris tengah tapi diarahkan ke lateral dan menuju ke bawah menjauhi
rectum disebut episiotomi mediolateral.