Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Tugas Ujian
Disusun Oleh:
RAHAYU ASMARANI
PEMBIMBING:
dr. M. Khairul Nuryanto, M. Kes
Matra
dimaksudkan
sebagai
upaya
terorganisasi
untuk
Kesehatan Haji
Kesehatan Transmigrasi
Kesehatan Pelayaran
Kesehatan Matra laut yang dilaksanakan oleh TNI-AL adalah kesehatan dalam
operasi dan latihan militer di laut.
Kesehatan Matra Kedirgantaraan
kondisi matra
lainnya
di luar pemerintahan
Strategi :
-
Pelembagaan
Suatu upaya kesehatan dikatakan telah melembaga di unit kesehatan bila
anggaran.
Pendekatan Kegiatan
Pendekatan operasional didasarkan diarahkan pada 3 hal yaitu :
Pangembangan kegiatan
Intensifikasi : Meningkatkan upaya yang sudah ada namun belum atau sedang
berkembang (kesehatan penerbangan, kesehatan pelayaran dan lepas pantai).
situasi
khusus,
kesehatan
bumi
perkemahan,
kesehatan
Inovasi : diarahkan pada kondisi matra spesifik yang tidak dilaksanakan unit
lain (antara lain kesehatan perjalanan/ wisata). Inovasi juga dilaksanakan
untuk mengisi upaya kesehatan matra yang sudah berjalan.
Indonesia
Target program kesehatan haji
: 100%
menjaga agar jamah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai
ke tanah air, serta mencegah tejadinya transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji.
Pemeriksaan
kesehatan
jemaah
haji
sebelum
keberangkatan
adalah
pemeriksaan kesehatan pada jemaah haji yang telah mendapatkan nomor porsi dan
telah melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) pada tahun berjalan,
dilaksanakan di daerah sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, yaitu pasca
operasional haji yang baru lalu sampai satu bulan sebelum dimulainya operasional
embarkasi haji tahun berjalan.
Pemeriksaan kesehatan bersifat kontinum dan komprehensif dengan
melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan pemeliharaan
kesehatan jemaah haji sesuai standar agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah
haji dengan sebaik-baiknya. Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji
berfungsi sebagai alat prediksi risiko kesakitan dan kematian.
Sejalan dengan Visi Departemen Kesehatan RI yaitu mewujudkan masyarakat
mandiri untuk hidup sehat yaitu kemandirian dapat dicapai melalui berbagai
upaya antara lain penggunaan alat, metode dan teknologi kesehatan yang tepat
guna, sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat dan biaya
kesehatan yang terjangkau. Hal tersebut membutuhkan model pembinaan
kesehatan yang terbukti efektif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
termasuk jemaah haji.
Substansi Pembinaan dalam Peningkatan Kesehatan jemaah
Aklimatisasi
Kebugaran Jasmani
Kesehatan penerbangan
di Kantor Kementerian Agama. Jemaah haji yang memenuhi syarat dapat segera
diberikan imunisasi Meningitis meningokokus (MM). Pelaksanaannya diatur oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dokter mengeluarkan Surat Keterangan
Vaksinasi atau Profilaksis sebagai dasar penerbitan International Certificates of
Vaccination (ICV) oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
b. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua atau Pemeriksaan Lanjut adalah
pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada jemaah haji berdasarkan hasil
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama dan atau hasil pemeriksaan dalam rangka
perawatan dan pemeliharaan kesehatan yaitu Jemaah haji usia lanjut (60 tahun
atau lebih), jemaah menderita penyakit menular, atau jemaah yang menderita
penyakit yang diperkirakan berpengaruh terhadap kesehatan selama perjalanan
ibadah haji (berisiko tinggi) harus dirujuk ke Pemeriksaan Kesehatan Kedua untuk
mendapat pemeriksaan kesehatan lebih lanjut. Pemeriksaan ini dilakukan segera
setelah diketahui selepas Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama, dan sudah
selesai selambat-lambatnya satu bulan sebelum operasional embarkasi haji
dimulai.
.
c.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan atas dasar indikasi medis pada
JH yang menderita suatu penyakit, dimana penyakit tersebut belum dapat ditegakkan diagnosisnya
dengan data pemeriksaan pokok dan lanjut.
kesehatan jemaah dengan cara-cara promotif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
hidup bersih dan sehat jemaah haji agar mampu sehat mandiri, melalui pembelajaran dari, oleh,
dan bersama jemaah haji, sesuai sosial budaya setempat.
Kegiatan bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji dapat dilakukan melalui
penyuluhan dan bimbingan perorangan, penyuluhan dan bimbingan berkelompok, kemitraan
dalam rangka bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji serta promosi kesehatan haji.
Bimbingan dan penyuluhan kesehatan dilakukan terus menerus dan berkesinambungan secara
komprehensif sebelum keberangkatan, selama perjalanan ibadah haji dan sekembalinya ke tanah
air.
Bimbingan dan penyuluhan kesehatan diprioritaskan pada jemaah haji usia lanjut, jemaah
dengan potensi masalah kesehatan (jemaah risiko tinggi), menderita penyakit menular, dan jemaah
haji hamil. Jemaah haji usia lanjut, jemaah dengan masalah kesehatan, menderita penyakit menular
atau hamil diprioritaskan mendapat kunjungan rumah oleh Puskesmas atau petugas kelompok
bimbingan jemaah haji agar mendapat pemeliharaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan
kesehatan yang memadai.
World Health Organization (WHO) telah memberikan anjuran untuk menjadi panduan untuk
jemaah haji seluruh dunia ke Arab Saudi. Antara anjuran sebelum berangkat ke Arab Saudi adalah
dengan memastikan telah melakukan pemeriksaan kesehatan terutama jika mempunyai penyakit
berat yang dapat terjadi eksaserbasi sewaktu perjalanan.
Bimbingan dan penyuluhan yang diberikan kepada bakal jemaah haji juga meliputi
pencegahan dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan dan memproteksi dari
dari penyakit, baik sebelum berangkat, semasa dan setelah pulang dari mengerjakan haji. Sebelum
berangkat lagi para bakal jemaah harus mengamalkan cuci tangan kerap dengan sabun dan air.
Apabila tangan tidak kelihatan kotor, hand rub dapat digunakan. Selain itu, memakan makanan
yang selamat dimakan seperti menghindari makanan tidak masak penuh maupun makanan yang
sanitasinya buruk, membasuh buah dan sayuran sebelum makan dan mengamalkan hieginitas
personal yang baik.
SISTEM RUJUKAN
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
vertical dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal dalam arti antara strata sarana
pelayanan kesehatan yang sama.
Macam-macam rujukan Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
1)
c.
(spesimen)
untuk
pemeriksaan
2.
Pertimbangan politik
3.
Persepsi masyarakat
4.
Teknik Non-Skoring
Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim
Metode Delbeq
Caranya
1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang
berjumlah antara 6 sampai 8 orang
2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan
ditentukan peringkat prioritasnya
3. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat
urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan
prioritasnya
4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup
5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan
hasilnya dituliskan di belakang setiap masalah
6. Nilai peringat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling
kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
dengan
mempertimbangkan
harapan
kembali
masing-masing
peringkat
yang
orang
akan
diberikan
setelah
Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang
yang dominan mempengaruhi orang lain
Kelemahan
1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan
peringkat prioritas tersebut
2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif
3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang
berbeda dan tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta
II.
Metode Delphi
Masalah-masalah
didiskusikan
oleh
sekelompok
orang
yang
Caranya
1. Identifikasi masalah yang hendak/ perlu diselesaikan
2. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang
dianggap mengetahui dan menguasai permasalahan
3. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali
jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi
penyelesaian masalah
4. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang
muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
5. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/ memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan
Teknik Skoring
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score
(nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter
yang dimaksud adalah:
1. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
2. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)
3. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree
of unmeet need)
4. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social
benefit)
5. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical
feasibility)
6. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi
masalah (resources availibility)
I . Metode Bryant
1. Prevalence
2. Seriousness
II.
Kriteria
1. Emergency
kematian
2. Greetes member
3. Expanding scope
kesehatan
4. Feasibility
5. Policy
2.
peralatan)
A = Accessibility (kemudahan, masalah yang ada mudah
diatasi
atau
tidak.
Kemudahan
dapat
didasarkan
pada
seperti peraturan)
R = Readiness (kesiapan dari tenaga pelaksana maupun
4.
V.
Metode Reinke
M =
terkait
I = Importancy / kegawatan masalah (tingginya angka
morbiditas dan mortalitas serta kecendrungan dari waktu ke
3.
waktu)
V = Vulnerability (sensitif atau tidaknya pemecahan masalah
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitsnya
dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh
4.
timbul
dengan
penundaan
pemecahan
masalah
yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalahmasalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu
dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
kemungkinan-kemungkinannya
isu
tersebut
menjadi
Kepala Puskesmas:
Mempunyai
mengkoordinir
tugas
pokok
dan
fungsi:
memimpin,
mengawasi
dan
fungsional.
Unit I:
Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan Kesejahteraan
Unit II:
Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan
laboratorium.
Unit III:
Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan Kesehatan Gigi
Unit IV:
Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan Perawatan
Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah dan Olah Raga, Kesehatan Jiwa,
Kesehatan Mata dan kesehatan khusus lainnya.
Unit V:
Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan di bidang
Masyarakat.
Unit VI:
Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan pengobatan
Unit VII:
Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan pengelolaan Farmasi.
3. Tujuan
a) Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan kesehatan kerja dasar oleh Puskesmas dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja.
b) Tujuan Khusus
Puskesmas.
Terselenggaranya kemitraan dan koordinasi lintas program dan lintas
kesehatan
kerja
di
wilayah
Pemetaan jenis usaha, jumlah pekerja, dan perkiraan faktor risiko dan
besarnya masalah. Pemetaan diperoleh dari data perusahaan (pekerja
b) Pelaksanaan Program
No.
1.
Strategi Program
Setting
Pembentukan Pos Upaya Kesehatan Tempat:
Kerja
Di suatu balai di
Target
- Pekerja informal
Sumber Daya
- Tenaga kesehatan
Pimpinan Puskesmas
Puskesmas
lokasi kelompok
kerja, dengan
Fasilitator:
Sumber Pembiayaan:
50 (terutama
kawasan
formal
- Iuran pekerja
- Iuran penggunan jasa
pertanian,pasar,dan
industri)
Pos UKK
- Sumbangan yang terikat
- Dana stimulan dari
pemerintah
2.
Pelayanan Promotif
Tempat:
Sehat (PHBS)
Penyuluhan kesehatan
- pekerja informal
Penanggung Jawab:
- Tenaga kesehatan
- Masyarakat
Pimpinan Puskesmas
Puskesmas
-Pos UKK
kerja
Fasilitator:
-Dokter
-UPK Gizi
-UPK Promosi Kesehatan
diri,
-Kader
berhenti
Tempat:
- Pekerja informal
Penanggung Jawab:
- Tenaga kesehatan
Pimpinan Puskesmas
Puskesmas
menimbulkan
penyakit
Pengenalan risiko bahaya di
tempat kerja
Penyediaan
contoh
dan
-UPK Gizi
-UPK Kesehatan Lingkungan
-Kader
kerja
seperti
4.
Pelayanan Kuratif
Pertolongan
kecelakaan
Pertolongan
penyakit
Tempat:
pertama
pada -Puskesmas
-Pos UKK
pertama
pada
-Semua pekerja
Penanggung Jawab:
- Tenaga kesehatan
(formal dan
Pimpinan Puskesmas
Puskesmas
informal
c) Evaluasi
Tujuannya adalah menilai sejauh mana pencapaian kegiatan (berhasil atau tidak, dan
hambatan yang timbul selama pelaksanaan). Hasil dari evaluasi diumpanbalikkan ke
para pengandil dan sektor terkait. Indikatornya adalah:
- Indikator keberhasilan pos UKK
Indikator
Madya
Pratama
Purnama
Mandiri
P3K kit
1 kit > 50
1 kit = 30-50
1 kit 10-20
orang
orang
orang
Jenis obat
< 5 jenis
5 - 10 jenis
> 10 jenis
Ergonomi
< 5 jenis
5 - 10 jenis
> 10 jenis
Sarasehan intervensi
2 kali/ tahun
2 - 3 kali/
tahun
Penggunaan APD
< 30 %
30% - 60%
> 60%