Anda di halaman 1dari 21

TUGAS REFERAT

TUMOR OTAK

Disusun oleh:
Aneta Tria Sari, S.Ked.
2011730006

Dokter Pembimbing:
dr. Samino, Sp.S.

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
BAGIAN ILMU SARAF
RSIJ CEMPAKA PUTIH
2015

BAB I
PENDAHULUAN

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis).
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagi sebuah massa
yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.
Insiden tumor intrakranial berkisar antara 4,2 - 5,4 per 100.000 penduduk. Pada anak
di bawah 16 tahun tumor otak adalah 2,4 per 100.000 penduduk anak. Tampaknya insiden
tumor cenderung naik dengan bertambahnya umur. Tidak diketahui secara pasti perbedaan
insiden menurut ras, tempat tinggal maupun iklim.
Tumor otak dapat terjadi pada setiap usia, dapat terjadi pada anak usia kurang dari 10
tahun, tetapi paling sering terjadi pada dewasa usia dekade kelima dan enam. Pasien yang
bertahan dari tumor otak ganas jumlahnya tidak berubah banyak selama 20 tahun terakhir.
(Silvia A. Price : 1183)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Tumor Otak


Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ
lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut
tumor otak sekunder.
2.2. Epidemiologi Tumor Otak
Insiden tumor intrakranial berkisar antara 4,2 - 5,4 per 100.000 penduduk. Pada anak
di bawah 16 tahun tumor otak adalah 2,4 per 100.000 penduduk anak. Tampaknya insiden
tumor cenderung naik dengan bertambahnya umur. Tidak diketahui secara pasti perbedaan
insiden menurut ras, tempat tinggal maupun iklim.
2.3. Etiologi Tumor Otak
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.

Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)


Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak
bangunan

di

sekitarnya.

Perkembangan

abnormal

itu

dapat

terjadi

pada

kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitrosoethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

2.4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neurologic progresif. Gejala-gejala
timbul dalam rangkaian kesatuan sehingga menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan penderita. Gangguan neurologic pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh 2 faktor: gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkin otak dengan kerusakan jaringan neural. Tentu saja
difungsi terbesar terjadi pada tumor infiltrasi yang tumbuh paling cepat (yaitu
glioblastoma multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkin otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan ICP dapat disebabkan oleh beberapa factor: bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan
mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami,
tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotic yang menyebabkan penyerapan cairan
tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema akibat
kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume intracranial dan
ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel lateralis ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosafalus.
Peningkatan ICP akan membahanyakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan

waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna bila
tekanan intracranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intracranial, volume CSF, kandungan cairan intrasel,
mengurangi sel-sel parenkin. Peningkatan tekanan yang tidak diobati meningkatkan
terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus mediasis lobus
temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dalam menekan
syaraf otak ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsil serebelum, tergeser ke bawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti
nafas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan ICP
yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi).
2.5. Klasifikasi
Tumor otak bisa primer (50%), bisa sekunder (50%). Tumor primer kira-kira 50%
adalah glioma, 20% meningioma, 15% adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa,
60% terletak supratentorial. Pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak yang paling
sering adalah tumor serebelum, yaitu meduloblastoma dan astrositoma.
Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput mielin.
Tumor sekunder bias berasal dari hampir semua tumor di tubuh. Yang paling sering
berasal dari tumor paru-paru pada pria dan tumor payudara pada wanita. Tumor otak lebih
sering mengenai pria dari pada wanita, kecuali meningioma yang lebih sering timbul pada
wanita dari pada pria dengan perbandingan 2 : 1.
Terdapat macam-macam klasifikasi, baik atas dasar jaringan asal tumor maupun atas
dasar lokasi tumor. Berdasarkan lokasi tumor, yaitu:
1. Tumor supratentorial
a. Hemisfer otak:
Glioma :
- Glioblastoma multiforme
- Astrositoma
- Oligodendroglioma

Meningioma
Tumor metastasis
b. Tumor struktur median:
Adenoma hipofisis
Tumor glandula pinealis
Kraniofaringioma
2. Tumor infratentorial
a. Schwannoma akustikus
b. Tumor metastasis
c. Meningioma
d. Hemangioblastoma
Tumor otak pada orang dewasa
Jenis-jenis tumor otak pada orang dewasa cukup beragam, antara lain:
1.

Glioblastoma multiforme
Glioblastoma multiforme adalah tumor primer yang paling sering dijumpai. Disebut
juga sebagai glioma maligna dan astrositoma tingkat 3 dan 4. Lebih sering timbul di
lobus frontalis dan temporalis. Pertumbuhannya sangat cepat dan prognosisnya selalu
fatal.

2. Astrositoma dan oligodendroglioma


Astrositoma tingkat 1 dan 2, dan oligodendroglioma ini didapatkan tidak sesering
glioblastoma multiforme. Pertumbuhannya biasanya lambat sehingga beberapa

penderita bertahun-tahun hanya didiagnosis sebagai epilepsi, yang kemudian ternyata


penderita tumor. Tumor ini histologik adalah benigna tetapi setelah bertahun-tahun bisa
menjadi maligna. Astrositoma, secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut
World Health Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade:
Astrositoma Pilositik (Grade I)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini bisa terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara tuntas dan
memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada tempat yang sukar
dijangkau, masih dapat mengancam hidup.
Astrositoma Difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke
tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.
Astrositoma Anaplastik (Grade III)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke
jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang
normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun.
Gliobastoma multiforme (Grade IV)
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.
Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun. Tumor ini
merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang sangat buruk.
Grade I dan II juga dikenal sebagai Astrositoma berdifrensiasi baik (Well differentiated
astrocytomas).

3. Meningioma
Meningioma adalah tumor benigna yang timbul dari sel araknoid. Pada orang dewasa
menempati urutan kedua terbanyak. Dijumpai 50% pada konveksitas dan 40% pada
basis kranii. Selebihnya pada foramen magnum, fosa posterior, dan system ventrikulus

4. Tumor metastasis
Metastasis pada otak dan meningen adalah komplikasi yang sering terjadi dari
neoplasma sistemik. Sekitar 15-20% penderita akan mati karena karsinoma, pada
autopsi dijumpai metastasis pada otak . setiap neoplasma maligna dapat memberi
metastasis pada otak, tetapi yang paling sering karsinoma bronkus, karsinoma
payudara dan melanoma maligna.

5. Adenoma hipofisis
Adenoma hipofisis dapat diklasifikasikan atas dasar fungsi dan anatominya.
Klasifikasi fungsi
1. Adenoma non-fungsional
2. Adenoma dengan hipersekresi (prolaktin, ACTH, hormon pertumbuhan)
Klasifikasi anatomi
1. Adenoma mikro (diameter kurang dari 10 mm)
2. Adenoma difus
3. Adenoma invasive
Adenoma

mikro

tidak

memberi

gejala

kecuali

pada

hipersekresi.

Hiperprolaktinemia diukur dengan mengukur kadar prolaktin pagi hari. Prolaktin lebih
besar dari 100 ng/ml (normal kurang dari 15 ng/ml) hampir pasti disebabkan oleh
tumor. Prolaktin antara 15-100 ng/ml dapat disebabkan oleh tumor tetapi lebih sering
oleh obat-obatan seperti fenotiazin dan benzodiazepine, serta isoniazid dan gangguan
inhibisi hipotalamus. Hiperprolaktinemia kadang-kadang tidak memberi gejala. Pada
pria bisa menyebabkan galaktorea dan ginekomasti.
Adenoma yang besar menekan bagian lain dari hipofisis yang menyebabkan
defisiensi gonadotropin dan kortikotropin. Pembesaran tumor keatas menekan khiasma
optikum yang menyebabkan anopia bitemporal kuadran atas, yang selanjutnya
menyebabkan kebutaan.

Tumor juga dapat meluas ke sinus kavernosa, ventrikulus ke III, hipotalamus dan
lobus temporalis. Antara 50 60% dari penderita tumor yang meluas ini datang ke
dokter oleh gangguan visus dan 20% oleh sefalgia.
Tumor yang memacu sekresi ACTH dan hormon pertumbuhan walaupun masih
kecil selalu mudah diketahui karena timbulnya penyakit Cushing dan akromegali.
6. Tumor glandula pinealis
Tumor glandula pinealis terletak pada sentrum otak, dikelilingi oleh ventrikulus ke III,
mesensefalon, akuaduktus Sylvii dan vena Galen. Tumor ini dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial dan hidrosefalus, disfungsi mesensefalon dan
endokrinopati. Penekanan mesensefalon menyebabkan sindrom parinaud. Penekanan
ventrikulus ke III menyebabkan diabetes insipidus. Pada 10 % penderita pria dijumpai
pubertas prekoks.

7. Kraniofaringioma
Lebih sering terdapat pada anak, biasanya supraselar dan meluas ke khiasma optikum,
ke bawah lobus frontalis dan temporalis, menutup foramen Monroi menyebabkan
hidrosefalus obstruktif. Dapat menyebabkan gangguan visual, disfungsi endokrin
seperti diabetes insipidus, hiperfungsi hipofisis dan lain-lain. Pada anak dijumpai
hambatan pertumbuhan dan obesitas.
8. Schwannoma akustikus
Schwannoma akustikus adalah tumor yang berasal dari sel Schwan saraf perifer. Paling
sering diantara tumor sudut pons-serebelum. Antara 5-10% dari tumor ini adalah
sebagai bagian dari neurofibromatosis von Recklinghausen. Gejala awal adalah

gangguan nervus oktavus (tuli, tinnitus, vertigo). Disfungsi nervus trigeminus, nervus
fasialis, dan ataksia adalah gejala lanjut.

2.6. Gambaran Klinik


Gambaran klinik ditentukan oleh lokasi tumor dan peningkatan tekanan intrakranial.
Tanda penting dari tumor otak adalah adanya gejala neurologik yang progresif.
Progresivitas ini tergantung pada lokasi, kecepatan pertumbuhan tumor dan edema
disekitarnya. Gambaran klinik terpenting adalah sebagai berikut :
1. Kenaikan tekanan intrakranial yang terdapat pada sebagian besar tumor otak
menyebabkan sefalgia, mual dan muntah. Nyeri kepala pada orang dewasa yang timbul
berulang-ulang. Sedangkan sebelumnya tidak menderita sefalgia kronis, harus
dicurigai adanya tumor otak. Edema papil nervus optikus terdapat hanya pada sebagian
kecil tumor otak, jadi lebih banyak tumor otak tanpa edema papil.
2. Manifestasi klinik fokal seperti, hemiparese, afasia, dan gangguan visus, bergantung
pada lokasi tumor dan edema otak disekitarnya. Tumor pada silent region bisa hanya
memberi gejala edema papil atau gangguan mental.
3. Konvulsi fokal, konvulsi umum atau keduanya terdapat pada 1/3 penderita tumor otak.
Epilepsy dapat disebabkan oleh tumor supratentorial dan lebih sering pada tumor
dengan pertumbuhan lambat.
4. Perdarahan pada tumor yang kaya akan pembuluh darah biasa disangka sebagai GPDO
(Gangguan Pembuluh Darah Otak). Pada glioblastoma multiforme, metastasis dari
koriokarsinoma, melanoma, dan karsinoma paru anaplastik sering terjadi perdarahan

spontan.
Nyeri Kepala (Headache)
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi
hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan
interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin
sering dengan interval semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu
penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri
kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan berkurang bila duduk.
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure
seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala
permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
Muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil (menyemprot)
tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala.
Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop.
Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan
dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus- putus. Untuk
mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil
normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat
penekanan terhadap vena sentralis retina. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau
pembesarannya menekan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi
hidrosefalus interim.
Kejang

Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik.
Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya,
sedang kejang yang sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang karena
epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus
diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.
-Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1. Lobus frontal

Menimbulkan gejala perubahan kepribadian.

Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang
fokal.

Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia.

Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy.

Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.

2. Lobus parietal

Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym.

Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis
menimbulkan gejala sindrom gerstmanns.

3. Lobus temporal

Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan


aura atau halusinasi.

Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese.

Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.

4. Lobus oksipital

Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan.

Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi


hemianopsia, objeckagnosia.

5. Tumor di ventrikel ke III

Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi


dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen
tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran.

6. Tumor di cerebello pontin angie

Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma

Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan
fungsi pendengaran.

Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel.

7. Tumor Hipotalamus

Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe

Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil


pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
kejang.

8. Tumor di cerebelum

Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai
dengan papil udem.

Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot
servikal.

9. Tumor fosa posterior

Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,
biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

2.7. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologi yang teliti. Pada anamnesis didapatkan
nyeri kepala yang hebat, adanya mual dan muntah, dan biasanya di sertai penurunan berat
badan, nafsu makan berkurang. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya
hemiparese tapi tidak selalu, edema papil, gangguan visus, tergantung pada lokasi tumor.
CT scan
Tumor bisa menyebabkan edema vasogenik yang terlihat pada CT scan tampak lebih
rendah densitasnya apabila dibandingkan dengan densitas jaringan otak. Dengan CT scan
85% meningioma intrakranial dapat ditetapkan dan apabila dengan kontras dapat
ditetapkan 95%. Metastasis dengan diameter lebih dari 1 cm mudah kelihatan.
MRI
Pemeriksaan radiology untuk menentukan letak, ukuran dan jenis perlengketannya
melalui X-Ray, CT Scan dan MRI. X-Ray masih berperan untuk tumor tumor tertentu.
CT Scan menggunakan sinar-X dan computer untuk menghasilkan gambar otak yang baik.
MRI menggabungkan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk menghasilkan
gambar yang baik. Dengan perkembangan terakhir CT Scan dan MRI dapat dengan jelas
dan tepat secara anatomis gambaran tumor serta struktur disekitarnya. Tumor tumor
instrinsik di batang otak dapat lebih jelas tampak dengan pemeriksaan MRI dibandingkan
dengan CT Scan.
2.8. Diagnosis Banding

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial, kejang
dan tanda defisit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat
menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan
beberapa hal berikut :
Abses intraserebral

Epidural hematom

Hipertensi intrakranial benigna

Meningitis kronik

2.9.

Penatalaksanaan
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.
1. Untuk edema otak: kortikosteroid
2. Tindakan pembedahan
3. Radioterapi
4. Kemoterapi
Terapi Steroid

-Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak
berefek langsung terhadap tumor.
Pembedahan

Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk


mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak
dapat direseksi.

- Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni:
diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang
lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam
pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik

operasi dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser,


ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli bedah
saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.
Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan
kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi
pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang
penting. Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa
mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis tumor
serta pengobatan lainnya.
Radioterapi
-

Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-

6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini
didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal
dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika
dikombinasikan dengan kemoterapi intensif. Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan
tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor sehingga tumor dapat dikendalikan.
Kemoterapi

Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap

diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu
seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi
tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.
Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui
pembedahan. Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak. Kanker
otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang baik terhadap
kemoterapi.

Prognosis
Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana
kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan.
Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara
maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan
dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan
angka ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di
Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang
dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
1. Berttolone SJ. Tumor of the central nervous system concepts in cancer medicine,
1982:649-659

2. Hakim A.A. Tindakan Bedah pada Tumor Cerebellopontine Angle, Majalah


Kedokteran Nusantara Vol. 38 No 3, 2005.
3. Mayer.SA. Management of Increased intracranial Pressure In Wijdicks EFM.Diringer
MN, et.al. Continuum Critical Care Neurology.2002.
4. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar
edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 402
5. Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324):1471-1472
6. Ausman. Intra cranial neoplasma in AB Berker (ed.) Clinical neurology.
Philadelphia:Harper & Row, 1987:57-66
7. Youmans JR. Neurological surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990, 2967-2981
8. Guthrie BL. Neoplasm of the meningens, in Youmans JR (ed) Neurological Surgery.
Philadelphia:WB Sounders, 1990: 3250-3303
9. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual
of edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 263
10. Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1999 : 201 207
11. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org/, dikutip tanggal 13
November 2004
12. Syaiful

Saanin,

dr,

Tumor

Intrakranial

dalam

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html, dikutip tanggal 13


November 2004
13. John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain Tumors From Their Biology to Their
Treatments at http://www.brain-surgery.com/, dikutip tanggal 13 November 2004

14. What you need to Know about Brain Tumor at http://www.cancer.gov/


15. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Buku Ajar Neurologi Klinis edisi III.
Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta, 2005: 201-207

Anda mungkin juga menyukai