NAMA :
KELAS :
(14212035)
4EA19
BENTUK STAKEHOLDER
Pengertian stakeholder dalam konteks ini adalah tokoh tokoh masyarakat baik formal
maupun informal, seperti pimpinan pemerintahan (lokal), tokoh agama, tokoh adat, pimpinan
organisasi sosial dan seseorang yang dianggap tokoh atau pimpinan yang diakui dalam
pranata sosial budaya atau suatu lembaga (institusi), baik yang bersifat tradisional maupun
modern.
Istilah stakeholders sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh banyak pihak dan
hubungannnya dengan berbagai ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu
komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga
publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses
pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering dinyatakan
sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu atau suatu
rencana.
Stakeholder dapat berfungsi sebagai tokoh kunci atau key person dan merupakan orang
yang menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya, seperti : Kepala Desa / Lurah, Ketua RT,
Ketua Adat, Ustadz / Kyai.
Kelembagaan yang dianjurkan dibentuk untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
memajukan pendidikan, menurut UU No 20 Tahun 2003, pasal 56 adalah berupa Dewan
Pendidikan, dan komite sekolah. Ketua dan anggota kedua lembaga tersebut dapat
digolongkan sebagai Stakeholder.
Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai
stakekholder ini. Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti :
1. Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu
yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan
tertentu.
keputusan.
Stakeholder Pendukung (Sekunder)
Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki
kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan
proyek, tetapi memiliki kepedulian (concern) dan keprihatinan sehingga
Stakeholder Kunci
Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara
legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud
adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legislatif dan instansi. Stakeholder
kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten.
Yang termasuk dalam stakeholder kunci yaitu :
1. Pemerintah Kabupaten
2. DPR Kabupaten
3. Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
Bentuk dari stakeholder bisa kita padukan dengan Bentuk kemitraan dengan komite sekolah,
dunia usaha, dan dunia industri (DUPI) dan Industri Lainnya. Bentuk kemitraan yang dapat
dilakukan oleh tenaga kependidikan dengan stakeholder antara lain berupa :
1. Kerjasama dalam penggalangan dana pendidikan baik untuk kepentingan proses
pembelajaran, pengadaan bahan bacaan (buku), perbaikan mebel sekolah, alat
administrasi sekolah, rehabilitasi bangunan sekolah maupun peningkatan kualitas
guru itu sendiri.
2. Kerjasama penyelenggaraan kegiatan pada momen hari hari besar nasional dan
keagamaan.
3. Kerjasama dengan sponsor perusahaan dalam rangka meningkatkan kualitas gizi anak
sekolah, seperti dengan perusahaan susu atau makanan sehat bagi anak anak
sekolah, dan bentuk kemitraan lain yang sesuai dengan kondisi setempat.
HUBUNGAN PERUSAHAAN DENGAN STAKEHOLDER
Seperti dalam tulisan Rudito (2003) disebutkan bahwa ada komunitas bangsa Amerika Utara
yang secara nilai budaya yang di anutnya lebih mementingkan perhatian yang terfokus pada
perindungan hak milik pribadi.
Model model pendekatan dari masing masing bangsa negara ini akan saling
mempengaruhi apabila terjadi suatu bentuk hubungan antara stakeholder secara global.
Fokuyama (1995) menyatakan bahwa peusahaan Jepang dapat di pertahankan bisnisnya dan
memelihara keberadaannya dengan dasar nilai budaya tentang kepercayaan (trust) dan
kewajiban yang telah di anut oleh bangsa Jepang.
LINTAS BUDAYA DAN POLA HIDUP
Perusahaan pada dasarnya adalah suatu bentuk organisasi dengan kebudayaan yang spesifik
yang hanya di miliki oleh perusahaan yang bersangkutan sehingga angota anggota
korporasi tersebut yang juga anggota sebuah komunitas.
Dalam kaitannya dengan perbedaan budaya dan pola hidup yang ada sebagai lingkungan
perusahaan yang bersangkutan, maka masalah akulturasi menjadi hal yang penting di
perhatikan. Akulturasi atau dalam arti percampuran budaya antara satu komnitas dengan
komunitas lain dapat terjadi ketika anggota komunitas melakukan interaksi sosial yang
intensif.
Penyebaran pengetahuan budaya dari satu kelompok sosial (termasuk di dalamnya
perusahaan) kepada perusahaan lainnya mengandung pengaruh dari kebudayaan tertentu,
sehingga diffusi (Pengaruh) ini dapat menjadi pengetahuan bagi kelompok lainnya.
Dapat kita identifikasi bahwa dominasi pengaruh global lebih kuat dari pada budaya
komunitas Indonesia itu sendiri.
Penggunaan budaya dominan akan semakin sering kita akulturasi budaya terus berjalan
dengan baik, kekuatan pengaruh budaya semakin dapat menjadikan budaya yang dominan
sebagai acuan untuk bertindak dan bertingkah laku.
Lintas budaya menjadi suatu proses yang umum terjadi, hal ini karena komunikasi sangat
mudah terjangkau, dan interaksi antar kelompok yang berbeda sangat mudah terjadi.
Oleh karena itu segala kegiatan yang menjadi dasar bagi aktivitas perusahaan yang
mengandung proses lintas budaya.
Perbedaan pola hidup akan menjadi suatu hambatan bagi berjalannya korporasi, masalah
masalah intern pegawai atau anggota korporasi dapat juga menjadi kendala.
Biasanya pegawai yang berasal dari penduduk lokal sering diidentikkan dengan orang yang
malas malas , tidak mau maju, dsb. Memungkinkan perlunya suatu usaha untuk melakukan
monitoring, evaluasi dan audit sosial terhadap berjalannya korporasi yang di lakukan oleh
orang tertentu yang memang berkeahlian di bidang tersebut.
Dalam interaksi sosial akan muncul di dalamnya identitas yang mencirikan golongan sosial
dari individu yang bersangkutan berupa atribut atribut / ciri ciri, tanda, gaya bicara yang
membedakan dengan atribut dari suku bangsa.
Akibat dari pengetahuan tentang suku bangsa lain dari golongan sosial lain akan di pakai
sebagai referensi dalam pengetahuan budayanya untuk beradaptasi dengan suku bangsa lain.
STEREOTYPE, PREJUDICE, STIGMA SOSIAL
cocok.
Sedangkan Prejudice adalah attitude yang bersifat bahaya dan didasarkan pada
generalisasi yang tidak akurat terhadap sekelompok orang berdasarkan warna
kulit, agama, sex, umur, dll. Berbahaya disini maksudnya attitude tersebut
bersifat negatif.
Contoh dari Prejudice misalnya kita menganggap setiap orang pada suku
komunitas. Tindakan karyawan berkenaan dengan perannya dalam pranata sosial perusahaan
dapat menentukan keberlangsungan aktivitas.
Kelompok komunitas yang terarah yang dilakukan oleh sebuah organisasi untuk bekerja
dengan auditor sosial dalam mereview. Pemeriksaan sosial dan mengambil tempat
dalam pertemuan review.
Buku catatan sosial : Diartikan oleh informasi yang rutin dikumpulkan selama
setahun untuk mencatat wujud dalam kaitannya pada pernyataan sasaran
sosial.
Stakeholder : Orang atau kelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
sesuai dengan status dalam pranata yang ada dan sesuai dengan budaya perusahaan yang
bersangkutan.
Berkaitan dengan pelaksanaan audit sosial, maka sebuah perusahaan atau organisasi harus
jelas terlebih dahulu tentang beberapa aktivitas yang harus dijalankan seperti :
1. Aktivitas apa saja yang harus dilakukan sebagai sebuah organisasi, dalam hal ini
sasaran apa yang menjadi pokok dari perusahaan yang harus dituju internal maupun
eksternal (sasaran).
2. Bagaimana cara melakukan pencapaian dari sasaran yang dituju tersebut sebagai
rangkaian suatu tindakan (rencana tindakan) yang mengacu pada suatu pola dan
rencana yang sudah disusun sebelumnya.
3. Bagaimana mengukur dan merekam pokok-pokok yang harus dilakukan berkaitan
dengan sasaran yang dituju, dalam hal ini keluasan dari kegiatan yang dilakukan
tersebut (indikator)
komersial.
The New Economics Foundation (NEF)
Audit sosial adalah suatu proses dimana sebuah organisasi dapat menghitung untuk
keadaan sosial, laporan dan meningkatkan keadaan sosial tersebut. Audit sosial
bertujuan menilai dampak sosial yang ditimbulkan oleh organisasi dan tingkah laku
anggota - anggota yang beretika dari sebuah organisasi dalam hubungannya dengan
tujuan organisasi tersebut serta hubungannya dengan keseluruhan stakeholder yang
terkait dengannya. Konsep ini menggambarkan bahwa audit sosial lebih merupakan
suatu penilaian dampak sosial dari adanya program atau social impact assessment.
The Northern Ireland Co-operative Development Agency (NICDA)
Audit sosial adalah sebuah proses yang dapat dilakukan oleh sebuah organisasi dan
agen - agennya untuk menilai dan mewujudkan keuntungan sosial mereka,
keuntungan komunitas dan keuntungan lingkungan serta keterbatasannya. Sehingga
audit sosial adalah sebuah cara untuk mengukur keluasan dari sebuah organisasi untuk
dapat hidup dalam berbagai nilai dan sasaran yang sudah disetujui untuk bekerja
sama.
Model dan keuntungan Audit social
Sebagai penilaian perwujudan perusahaan dalam aktivitasnya di komunitas dan ini
digambarkan oleh sejauh obyek-obyek sosial yang diminati termasuk di dalamnya
informasi dan opini, yang menyatakan keadaan perusahaan secara keseluruhan dan
bagaimana bentuk dari perusahaan itu sendiri.