Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Definisi
Kolestasis adalah gangguan pembentukan, sekresi dan
pengaliran empedu mulai dari hepatosit, saluran empedu intrasel,
ekstrasel dan ekstra-hepatal. Hal ini dapat menyebabkan perubahan
indikator biokimia, fisiologis, morfologis, dan klinis karena terjadi
retensi bahan-bahan larut dalam empedu. Dikatakan kolestasis
apabila kadar bilirubin direk melebihi 2.0 mg/dl atau 20% dari
bilirubin total ( Setyoboedi et al, 2007 ).
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari
perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan
eritrosit oleh sel retikuloendotel.
a. Bilirubin terkonjugasi /direk
Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang
bersifat larut dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah
bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau
hepatobilirubin ) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke
usus yang kemudian diubah menjadi urobilinogen. Peningkatan
kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan
oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma
Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic
cholestasis, Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu.
Diagnosis tersebut diperkuat dengan pemeriksaan urobilin dalam
tinja dan urin dengan hasil negatif.
b. Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan
bilirubin bebas yang terikat albumin, bilirubin yang sukar larut
dalam air. Peningkatan kadar bilirubin indirek mempunyai arti
dalam diagnosis penyakit bilirubinemia karena payah jantung
akibat gangguan dari delivery bilirubin ke dalam peredaran darah.
13
hepatosit,
perubahan
pada
organela
yang
idiopatik,
anatomik,
kelainan
metabolik,
infeksi,
genetik/
kromosomal.
Sedangkan gangguan luar hepar biasanya diakibatkan oleh
kelainan bawaan (atresia bilier), hipoplasia bilier, stenosis duktus
bilier, massa (kista, neoplasma, batu), inspissated bile syndrome ,
dll. Obstruksi dalam hepar juga terjadi akibat infeksi atau
kerusakan hepar oleh penyebab lain.
C. Patofisiologi
Pada keadaan dimana aliran asam empedu menurun , sekresi
dari
bilirubin
terkonjugasi
juga
terganggu
menyebabkan
obstruksi,
menimbulkan
gangguan
gangguan
pada
metabolik,
transporter
dan
iskemia
hepatobilier
15
Ekstra hepatik
D. Klasifikasi
Secara garis besar kolestasis dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Kolestasis ekstrahepatik
Kolestasis ekstrahepatik disebabkan oleh:
Batu empedu
Carsinoma pancreas dan ampula
Striktur saluran empedu
16
Cholangiocarsinoma
Sklerosing Cholangitis primer atau sekunder
2. Kolestasis intrahepatik
a. Saluran Empedu
Digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu: (a) Paucity saluran empedu,
dan (b) Disgenesis saluran empedu. Oleh karena secara
embriologis saluran empedu intrahepatik (hepatoblas) berbeda
asalnya dari saluran empedu ekstrahepatik (foregut) maka
kelainan saluran empedu dapat mengenai hanya saluran
intrahepatik atau hanya saluran ekstrahepatik saja.
b. Kelainan hepatosit
Kelainan primer terjadi pada hepatosit menyebabkan gangguan
pembentukan
dan
aliran
empedu.
Hepatosit
neonatus
17
F. Diagnosis
Tujuan utama evaluasi bayi dengan kolestasis adalah membedakan
antara kolestasis intrahepatik dengan ekstrahepatik sendini
mungkin. Diagnosis dini obstruksi bilier ekstrahepatik akan
meningkatkan keberhasilan operasi. Kolestasis intrahepatik seperti
sepsis, galaktosemia atau endrokinopati dapat diatasi dengan
medikamentosa.
Anamnesis
18
a. Adanya ikterus pada bayi usia lebih dari 14 hari, tinja akolis
yang persisten harus dicurigai adanya penyakit hati dan saluran
bilier.
b. Pada hepatitis neonatal sering terjadi pada anak laki-laki, lahir
prematur atau berat badan lahir rendah. Sedang pada atresia bilier
sering terjadi pada anak perempuan dengan berat badan lahir
normal, dan memberi gejala ikterus dan tinja akolis lebih awal.
c. Sepsis diduga sebagai penyebab kuning pada bayi bila
ditemukan ibu yang demam atau disertai tanda-tanda infeksi.
d.
Adanya
riwayat
keluarga
menderita
kolestasis,
maka
19
portal,
penyakit
storage,
atau
keganasan
harus
dicurigai.
badan
rendah,
dan
gangguan
organ
lain.
Alagille
membedakan
antara
kolestasis
ekstrahepatik
dan
Moyer
menambah
satu
kriteria
lagi
gambaran
20
Kolestasis intrahepati
12,19,6
8,06,8
>10 X N />800U/l
>10 X N />800U/l
< 5 X N/N
2) Pemeriksaan Khusus
21
3) Pemeriksaan kolangiografi
Kolangiografi intra-operatif dilakukan saat laparatomi
eksplorasi pada kasus yang kemungkinan atresia bilier tidak dapat
disingkirkan dengan cara lain. Pemeriksaan ERCP jarang dilakukan
karena memerlukan anestesi umum, alat yang canggih, serta
keterampilan yang khususdan kemungkinan positif palsu yang
tinggi ( Whitington, 1996 ).
C. Biopsi Hati
pada
umur
10-12
22
minggu
angka
mg/kgbb/hari
Kolestiramin 0,25 0,5 g/ kgBB/ hr
- Menyerap empedu toksik
- Menghilangkan gatal
Rifampisin 10 mg/ kgBB/ hr
- aktivitas mikrosom
- Menghambat ambilan empedu
B. Menjaga tumbuh kembang bayi seoptimal mungkin dengan :
Terapi nutrisi
Formula MCT ( medium chain trigyceride ),
menghindarkan makanan yang banyak mengandung
kuprum.
Vitamin yang larut lemADEK
- A 5.000 25.000 U/ hr
- D3 0,05 0,2 g/ kgBB/ hr
- E 25 50 IU/ kgBB/ hr
- K1 2,5 5 mg/ 2 7 x/ mig
Mineral dan trace element Ca, P, Mn, Zn, Se, Fe
C. Terapi komplikasi yang sudah terjadi misalnya Hiperlipidemia/
xantelasma dengan kolestipol dan pada gagal hati adalah
transplantasi. Transplantasi hati pada anak 50-70 % disebabkan
oleh atresia bilier. ( Zuraida, 2008).
H. Prognosis
Keberhasilan portoenterostomi ditentukan oleh usia anak
saat dioperasi,gambaran histologik porta hepatis, kejadian penyulit
kolangitis, dan pengalaman ahli bedahnya sendiri. Bila operasi
23
dilakukan pada usia < 8 minggu maka angka keberhasilannya 7186%, sedangkan bila operasi dilakukan pada usia > 8 minggu maka
angka keberhasilannya hanya 34-43,6%. Sedangkan bila operasi
tidak dilakukan, maka angka keberhasilan hidup 3 tahun hanya
10% dan meninggal rata-rata pada usia 12 bulan. Anak termuda
yang mengalami operasi Kasai berusia 76 jam. Jadi faktor-faktor
yang mempengaruhi kegagalan operasi adalah usia saat dilakukan
operasi > 60 hari, adanya gambaran sirosis pada sediaan histologik
had, tidak adanya duktus bilier ekstrahepatik yang paten, dan bila
terjadi penyulit hipertensi portal (Doenges, 1999).
DISKUSI
Pasien ini datang dengan keluhan badan berwarna kuning (+),
kuning tidak muncul sejak lahir. Bayi diketahui kuning oleh ibunya
bersamaan saat bayi mengalami kembung. Berdasarkan gejala ini,
sekilas mirip dengan icterus fisiologis yang muncul di hari kedua atau
ketiga setelah lahir. Menurut ibu pasien, BAB bayinya berwarna kuninghijau dan sedikit cair, BAK juga berwarna kuning normal tidak seperti
teh. Hal ini menunjukkan tidak terdapat gangguan pada ekskresi
bilirubin.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27