Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MATEMATIKA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Matematika

Disusun oleh :
WULAN SARI
NIM : 1251.0.15
KELAS 1B

FAKULTAS TARBIYYAH PROGRAM PGSD/PGMI-S1


INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYYAH
PONDOK PESANTREN SURYALAYA
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari hitung-menghitung. Di
segala macam sosialisasinya pastilah manusia menggunakan hal tersebut.
Dalam dunia pendidikan, hal tersebut dinamakan ilmu hitung atau yang lebih
populer dengan sebutan matematika yang identik dengan hitung-hitungan.
Ilmu hitung adalah ilmu pasti yang tidak dapat diterka jawabannya
hanya menggunakan angan-angan atau pendapat, semua harus berdasarkan
pada dalil dan rumus. Oleh karena itulah matematika dinamakan ilmu eksat
atau ilmu pasti. Karena matematika berhubungan dengan hal yang pasti saja.
Hampir semua manusia yang pernah belajar mengenal ilmu ini
karena diseluruh dunia ilmu ini dipelajari. Dalam perkuliahan kali ini, kami
mahasiswa mendapat tugas untuk membuat makalah tentang materi
pembelajaran matematika, maka judul ini kami pilih guna memenuhi tugas
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan sejarah matematika?
2. Bagaimana karakteristik matematika ?
3. Bagaimana hakikat pembelajaran matematikan di sekolah ?
4. Bagaimana penyajian pembelajaran matematika di sekolah ?
C. Tujuan Pembahasan
Makalah matematika ini secara khusus disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Matematika. Namun selain daripada itu makalah ini
disusun untuk :
1. Mengetahui pengertian dan sejarah matematika.
2. Mengetahui karakteristik matematika.
3. Memahami hakikat pembelajaran matematikan di sekolah.

4. Memahami penyajian pembelajaran matematika di sekolah.

BAB II
HAKIKAT MATEMATIKA

A. Pengertian Matematika
Secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Kuno
(mthma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang
lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi "pengkajian matematika",
bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya adalah
(mathmatiks), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih
jauhnya berarti matematis. Secara khusus, (mathmatik
tkhn), di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika.
Matematika (dari bahasa Yunani: - mathmatik) adalah
studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola,
bentuk, dan entitas. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan
antara

bilangan,

dan

prosedur

operasional

yang

digunakan

dalam

penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan Alwi, 2002:723)


Menurut Sumardyono (2004:28) secara umum definisi matematika
dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
2. Matematika sebagai alat (tool).
3. Matematika sebagai pola pikir deduktif.
4. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
5. Matematika sebagai bahasa artifisial.
6. Matematika sebagai seni yang kreatif.
Jadi matematika adalah ilmu yang terorganisir sebagai alat berpikir
deduktif dan cara bernalar untuk memahami bahasa artifisial dan sebagai seni

kreastif yang pembahasannya meliputi studi besaran, struktur, ruang, relasi,


perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas.
B. Sejarah Matematika
Kata matematika bahasa Yunani Kuno (mthma), yang
berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu,juga mathematikos yang diartikan
sebagai suka belajar ilmu matematika telah banyak dikenal orang pada masa
pra sejarah. Banyak ditemukan berbagai tulisan matematika di berbagai
wilayah yang merupakan sisa peninggalan zaman prasejarah, di antaranya :
1.
2.
3.
4.

Matematika Babilonia tahun 1900 SM, ditemukan oleh Plimpton;


Matematika Moskow di Rusia tahun 1950 SM;
Matematika Rhind di Mesir tahun 1650 SM;
Sulbha sutra / matematika India tahun 800 SM.
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir. Oleh

karena itu logika merupakan dasar untuk terbentuknya matematika. Logika


adalah bayi matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa logika.
Pada awal perkembangan matematika di Indonesia setelah penjajahan Belanda
dan Jepang, digunakan istilah Ilmu Pasti untuk matematika. Dalam
penyelenggaraan di sekolah digunakan berbagai istilah cabang matematika
seperti :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

llmu Ukur,
Aljabar,
Trigonometri,
Goniometri.
Stereometri,
llmu Ukur Lukis
Sejarah matematika termasuk bagian dari matematika. Sejarah

matematika tidak saja ada karena keberadaannya merupakan suatu

keniscayaan, tetapi ia juga penting karena dapat memberi pengaruh kepada


perkembangan matematika dan pembelajaran matematika. Matematika yang
diciptakan oleh

manusia terdahulu,

memberi ilham bagi

paradigm

pembelajaran yang bersifat konstruktivistik sebagai bentuk implikasi sejarah


matematika dalam pembelajaran.
Siswa-siswi diperbolehkan menggunakan usahanya sendiri dalam
menyelesaikan masalah matematika. Bahkan, siswa dan siswi diberi
kebebasan dalam menggunakan bahasa dan lambangnya sendiri. Paradigma
semacam ini menjadi suatu kecenderungan dalam pembelajaran matematika
realistik atau konstruktivis. Perkembangan matematka dalam diri individu
(ontogeny) mungkin saja yang sama dengan perkembangan matematika itu
sendiri (phytogeny).
C. Tahapan Dalam Matematika
Disiplin utama dalam matematika didasarkan pada kebutuhan
perhitungan dalam perdagangan, pengukuran tanah, dan pemprediksian
peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara umum berkaitan
dengan ketiga pembagian umum bidang matematika: struktur, ruang, dan
perubahan.
1. Pelajaran tentang struktur dirnulai dengan bilangan. Pertama dan yang
sangat umum adalah bilangan natural dan bilangan bulat berikut operasi
arimetikanya, yang dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat bilangan bulat
yang lebih mendalam dipelajari dalam teori bilangan.

2. llmu tentang ruang berawal dari geometri, yaitu geometri Euclid dan
trigonometri dari ruang tiga dimensi (yang juga dapat diterapkan ke
dimensi lainnya), kemudian belakangan juga digeneralisasi ke geometri
Noneuclid yang memainkan peran sentral dalam teori relativitas umum.
Bidang ilmu modern tentang geometri diferensial dan geometri aljabar
menggeneralisasikan geometri ke beberapa arah: geometri diferensial
menekankan pada konsep fungsi, buntelan, derivatif, smoothness, dan
arah. Sementara itu, dalam geometri aljabar, objek-objek geometris
digambarkan dalam bentuk sekumpulan persamaan polinomial.
3. Mengerti dan mendeskripsikan perubahan pada kuantitas yang dapat
dihitung adalah suatu yang biasa dalam ilmu pengetahuan alam, dan
kalkulus dibangun sebagai alat untuk tujauan tersebut. Konsep utama yang
digunakan untuk menjelaskan perubahan variabel adalah fungsi. Banyak
permasalahan yang berujung secara alamiah kepada hubungan antara
kuantitas dan laju perubahannya, dan metoda untuk memecahkan masalah
ini adalah topik dari persamaan differensial.
4. Untuk merepresentasikan kuantitas yang terus menerus digunakanlah
bilangan riil. Di sisi lain, studi mendetail dari sifat-sifatnya dan sifat fungsi
nilai riil dikenal sebagai analisis riil. Agar dapat menjelaskan dan
menyelidiki dasar matematika, bidang pasti, logika matematika, dan teori
model dikembangkan. Bidang-bidang penting dalam matematika terapan
ialah statistik, yang menggunakan teori probabilitas sebagai alat dan
memberikan deskripsi itu, analisis dan perkiraan fenomena dan digunakan
dalam seluruh ilmu. Analisis bilangan menyelidiki teori yang secara tepat

guna memecahkan bermacam masalah matematika secara bilangan pada


komputer dan mengambil kekeliruan menyeluruh ke dalam laporan.
D. Sejarah Perkembangan Matematika
1. Pembelajaran yang Realistik/Konstruktivis
Pemahaman pembagian sebagai distribusi sesungguhnya tidak
membutuhkan ceramah dari guru, karena siswa memiliki potensi untuk
"menemukan" konsep tersebut. Lalu daripada langsung menyuguhkan
lambang formal semacam 36 : 3, guru dapat menggunakan soalyang
kontekstual, seperti di bawah ini :
Tiga anak akan membagi 36 permen sama rata. Berapa permen yang akan
diperoleh oleh tiap-tiap anak? Siswa-siswi mungkin akan menemukan
salah satu dari model atau prosedur penyelesaian berikut ini.
a. Membagi dengan dasar geometris, yaitu dengan membagi susunan
permen menjadi tiga daerah bagian yang sama.
b. Mendistribusi satu demi satu. Mungkin dengan menyilang permen
yang telah didistribusi ke salah satu anak.
c. Mengelompokkan tigatiga. Mungkin dengan pertimbangan setiap kali
permen didistribusi, akan terdistribusi ke tiga orang anak.
Model atau strategi penyelesaian tersebut di atas secara implisit
memuat ide tentang pengurangan berulang (repeated subraction) maupun
bagi adil (fair sharing), bahkan ide tentang kebalikan perkalian (invers of
multiplication). Tugas guru adalah memfasilitasi siswa-siswi sampai pada
ide-ide tersebut sebelum benar-benar menyatakannya sebagai kalimat
matematika formal (penggunaan simboldan konsep/prinsip matematika).

2. Sejarah Bilangan Negatif dan Bilangan Positif di Cina Kuno


Di Cina, penggunaan bilangan positif ditandai dengan batang (atau
gambar batang) merah, sedangkan bilangan negatif ditandai dengan batang
hitam. Mungkin ini telah dikenal ribuan tahun yang lalu, dan kita dapat
melihatnya pada Jianzhong Suanshu (antara tahun 206 SM -220 M). Apa
yang digunakan oleh orang Cina Kuno tersebut dapat digunakan dalam
pembelajaran
untuk menunjukkan bilangan bulat (bulat positif, nol, dan bulat
negatif). lllustrasi dari Cina kuno dapat digunakan untuk menunjukkan
sifat negative sebagai hutang dan positif sebagai piutang (atau
mempunya).
3. Batang Napier dalam Pembelajaran Aturan Perkalian
John Napiler (1550 - 1617) dalam bukunya Rabdologiae yang
diterbitkan tahun 1617 menyuguhkan sebuah alat melakukan perkalian
yang disebut Batang Napiler dan menjadi terkenal pada zamannya. Alat
tersebut menggunakan prinsip perkalian desimal yang telah dikenal diArab
melalui apa yang disebut lattice diagram.
Sebuah batang Napiler terdiri atas 10 kotak, dengan kotak teratas
menunjukkan sebuah bilangan dasar (digit) dan kotak selanjutnya berturutturut merupakan hasil perkalian bilangan dasar tersebut dengan bilangan t
hingga 9 dengan bagian satuan diletakkan diposisi tengah diagonal dan
bagian puluhan diletakkan di bagian atas diagonal.

BAB III
KARAKTERISTIK MATEMATIKA

Walau tidak dapat suatu pengertian tentang matematika yang tunggal dan
disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika namun dapat terlihat adanya
ciri-ciri khusus atau karakteristik yang merangkum pengertian matematika secara
umum. Beberapa karakteristik itu adalah:
1. Memiliki objek abstrak
2. Bertumpu pada kesepakatan
3. Berpola pikir deduktif
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti
5. Memperhatikan semesta pembicaraan
6. Konsisten dalam sistemnya.
A. Memiliki Objek Abstrak
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak dan
sering disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek
dasar itu meliputi fakta, konsep, operasi ataupun relasi dan prinsip. Dari objek
itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika.
Fakta merupakan konvensi-konvensi yang diungkapkan dengan
simbol tertentu. Simbol bilangan 3 secara umum sudah dipahami sebagai
bilangan tiga. Jika disajikan angka 3 orang sudah dengan sendirinya
menangkap maksudnya yaitu tiga. Sebaliknya kalau seseorang mengucapkan
kata tiga dengan sendirinya dapat disimbolkan dengan 3. Fakta lain dapat
terdiri atas rangkaian simbol, misalnya 3+4 yang dipahami tiga ditambah
empat. Demikian juga 3x5 = 15 adalah fakta yang dipahami sebagai tiga
kali lima adalah lima belas. Fakta yang lebih komplek adalah
3x5=5+5+5=15. Dalam geometri juga terdapat simbol-simbol tertentu yang

merupakan konvensi, misalnya // yang bermakna sejajar, O yang


bermakna lingkaran dan sebagainya. Dalam aljabar dikenal (a,b) sebagai
pasangan berurutan dan dalam kalkulus sebagai interval buka.
Konsep adalah idea abstrak yang dapat digunakan

untuk

menggolongkan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan contoh


konsep ataukah bukan segitiga adalah nama suatu konsep abstrak. Dengan
konsep itu sekumpulanobjek dapat digolongkan sebagai contoh segitiga
ataukah bukan contoh Bilangan Asli adalah nama suatu konsep yang lebih
komplek karena bilangan asli terdiri atas banyak konsep sederhana yaitu
bilangan satu, dua, tiga dan seterusnya. Dalam matematika terdapat
konsep yang amat penting yaitu fungsi, variabel dan konstanta. Konsep
tersebut seperti halnya dengan bilangan terdapat disemua cabang matematika.
Banyak konsep lain dalam matematika yang sifatnya lebih kompleks misalnya
matriks, vektor, group dan ruang matriks
Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan
yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi orang dapat membuat
ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan. Sehingga
menjadi jelas apa yang dimaksud konsep tertentu. Konsep trapesium misalnya
bila diungkapkan dalam definisi trapesium adalah segiempat yang tepat
sepasang sisinya sejajar) akan menjadi jelas maksudnya. Konsep trapesium
dapat dikemukakan dengan definsi lain, misalnya segiempat yang terjadi jika
sebuah segitiga dipotong oleh sebuah garis yang sejajar salah satu sisinya
adalah trapesium). Kedua definisi trapesium di atas memiliki isi kata atau
makna kata yang berbeda.

Kedua definisi itu dikatakan intensi yang berbeda tetapi memiliki


ekstensi yang sama. Kesamaan ekstensi itu dapat diuji dengan pertanyaan
adalah trapesium meurut definisi pertama yang tidak termasuk dalam
trapesium menurut definisi kedua dan sebaliknya?. Ekstensi suatu definisi juga
berarti himpunan yang tertangkap oleh definisi itu.
Definisi pertama digolongkan dalam definisi analitis, yaitu definisi
yang menyebutkan genus proksimum (genus terdekat) dan deferensia spesifika
(pembeda khusus). Sebagai contoh Belah ketupat adalah jajargenjang
yang..., genus proksimumnya yaitu jajargenjang sedangkan deferensia
spesifiknya adalah keterangan yang berada dibelakang kata yang.
Sedangkan definisi kedua digolongkan definisi genetik, yaitu definisi
yang menyebutkan bagaimana konsep itu terbentuk atau terjadi. Sebagai
contoh trapesium adalah segiemapat yang terjadi bila sebuah segitiga dipotong
oleh sebuah garis yang sejajar salah satu sisinya. Jenis definisi ketiga adalah
definisi dengan rumus, yaitu misalkan (1) a+b=a+(-b), (2) n!=n(n-1)! ,0!=1
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan pengerjaan
matematika yang lain. Sebagai contoh misalnya penjumlahan. perkalian.
gabungan. irisan. Unsur-unsur yang dioperasikan juga abstrak. Pada
dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu relasi khusus karena operasi
adalah aturan untuk memperoleh elemen tungga dari satu atau lebih elemen
yang diketahui.
Semesta dari elemen-elemen yang diketahui maupun dari elemen yang
diperoleh dapat sama tetapi dapat juga berbeda. Elemen tunggal yang
diperoleh disebut sebagai hasil operasi sedangaka satu atau lebih elemen yang
diketahui disebut elemen yang dipoerasikan. Dalam matematika dikenal dalam

berbagai macam operasi yaitu operasi unair, operasi biner, operasi terner dan
sebagainya. Tergantung dari banyak elemen yang dioperasikan. Penjumlahan
adalah operasi biner karena elemen yang dioperasikan ada dua. Tetapi
tambah lima adalah operasi unair karena elemen yang dioperasikan hanya
satu. Dalam himpunan operasi gabungan adalah operasi biner tetapi
komplemen adalah operasi unair. Seringkali operasi juga disebut skill bila
yang ditekankan adalah keterampilannya.
Prinsip adalah objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat terdiri
dari beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun
operasi. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan
antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma,
teorema, sifat, dan sebagainya.

B. Bertumpu Pada Kesepakatan


Seperti halnya dalam kehidupan keseharian kita, termasuk kehidupan
berbangsa dan bernegara, terdapat banyak kesepakatan yang mengikat semua
anggota masyarakat. Dalam matematika kesepakatan merupakan suatu
tumpuan yang amat penting. Kesepakatan yang mendasar adalah Aksioma dan
konsep primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putarnya
argumentasi dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitif diperlukan untuk
menghindarkan berputar-putar dalam mendefinisikan.
Aksioma juga disebut Postulat ataupun pernyataan pangkal (yang
tidak perlu dibuktikan). Sedangkan konsep primitif yang juga disebut sebagai
undefined terms ataupun pengertian pangkal tidak perlu didefinisikan.
Beberapa aksioma dapat membentuk suatu sistem aksioma yang selanjutnya

dapat membetuk suatu sistem aksioma yang selanjutnya dapat menurunkan


berbagai teorema. Dalam aksioma tentu terdapat konsep primitif tertentu dari
satu atau lebih konsep primitif dan dapat dibentuk konsep baru melalui
pendefinisian.
C. Berpola Pikir Deduktif
Dalam matematika sebagai ilmu hanya diterima pola pikir deduktif.
Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan pada hal
yang bersifat khusus. Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk
yang amat sederhana tetapi juga dapat terbentuk dalam wujud yang tidak
sederhana.
Seorang siswa SD sudah mengerti makna konsep persegi yang
diajarkan gurunya. Suatu hari siswa tersebut melihat berbagai macam bentuk
pigura yang terdapat pada suatu pameran lukisan. Saat itu dia menunjukkan
pigura yang berbentuk persegi dan yang bukan persegi, ini berarti siswa
tersebut telah menerapkan pemahaman umum tentang persegi ke dalam situasi
khusus tentang pigura-pigura tersebut. Jadi siswa itu pada waktu menunjuk
pigura persegi telah menggunakan pola pikir deduktif yang tergolong
sederhana.
Banyak teorema dalam matematika yang ditemukan melalui
pengamatan-pengamatan khusus, misalnya Teorema Pythagoras. Bila hasil
pengamatan tersebut dimasukan dalam struktur matematika terentu maka
teorema

yang

ditemukan

harus

dibuktikan

secara

deduktif

menggunakan teorema dan definisi terdahulu yang telah diterima.


D. Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti

dengan

Dalam matematika terdapat banyak sekali simbol yang digunakan baik


berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam
matematika dapat membentuk suatu model matematika dapat berupa
persamaan, pertidaksamaan, bangun eometrik tertentu dan sebagainya. Hurufhuruf yang digunakan dalam model persamaan misalnya x+y=z belum tentu
bermakna atau berarti bilangan, demikian juga tanda + belum tentu operasi
tambah untuk dua bilangan. Makna huruf dan tanda itu tergantung dari
permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model itu. Jadi secara umum
bentuk dan tanda dalam model x+y=z masih kosong dari arti, terserah pada
yang memanfaatkan model itu. Kosongnya arti simbol mauun tanda dalam
model-model matematika itu justru memungkinkan interval matematika ke
dalam bebagai pengetahuan. Kosongnya arti memungkinkan matematika
memasuki medan garapan dari ilmu bahasa (linguistik).
E. Memperhatikan Semesta Pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol dan tandatanda dalam matematika jelas bahwa dalam menggunakan matematika
diperlukan kejelasan dalam lingkup apa simbol itu dipahami. Bila lingkup
pembicaraannya bilangan. Maka simbol-simbol diartikan bilangan. Bila
lingkup pembicaraannya transformasi maka simbol-simbol itu diartikan suatu
transformasi. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut semesta pembicaraan.
Benar atau salahnya atau ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika
oleh semesta pembicaraannya.
Dalam semesta pembicaraan bilangan bulat terdapat model 2x=5.
Adakah penyelesainnya?

Kalau kita selesaikan tanpa menghiraukan

semestanya

akan

diperoleh

hasil

x=2,5.

Jika

diperhatikan

semesta

pembicaraannya maka hasil itu bukan jawaban yang dikehendaki. Jadi


jawaban yang sesuai dengan semestanya adalah tidak ada jawabannya atau
penyelesaiannya tidak ada. Sering juga dikatakan himpunan penyelesaian
adalah himpunan kosong.
Dalam semesta pembicaraan vektor dalam bidang datar terdapat
model a +b =c. Jelas bahwa huruf-huruf yang digunakan itu tidak diartikan
bilangan, tetapi harus diartikan vektor. Sehingga untuk menentukan
penyelesaiannya diperukan cara yang berbeda dengan bilangan.
F. Konsisten Dalam Sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang
mempunyai kaitan satu sama lain tetapi juga ada sistem yang terdapat
dipandang terlepas satu sama lain. Misal dikenal sistem-sistem aljabar, atau
sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan sistem geometri tersebut dapat
dipandang terlepas satu sama lain tetapi di dalam sistem aljabar sendiri
terdapat beberapa sistem yang lebih kecil yang terkait satu sama lain.
Demikian juga dalam sistem geometri, terdapat beberapa sistem
kecil yang berkaitan satu sama lain. Dalam aljabar terdapat sistem aksioma
dari ring, sistem aksioma dari field dan sebagainya. Masing-masing sistem
aksioma itu memiliki keterkaitan tertentu. Demikian juga dalam sistem
geometri terdapat sistem geometri netral, sistem geometri Euiclides, sistem
geometri non-Euiclides dan sebagainya. Sistem-sistem geometri itu memilki
kaitan tertentu juga.

BAB IV
HAKIKAT MATEMATIKA DI SEKOLAH

A. Penyajian Matematika di Sekolah


Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik (Mulyasa, 2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling
utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan tingkah laku.
Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah
suatu kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan dengan memanipulasi simbol-simbol dalam matematika sehingga
menyebabkan perubahan tingkah laku.
Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa pembelajaran matematika
adalah suatu pembelajaran yang bertujuan:
1.Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
2.Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
3.Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4.Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi

atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,


grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan
B. Pola Pikir Matematika di Sekolah

Pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif. Tidaklah


demikian halnya dalam matematika sekolah, kalaupun siswa pada akhirnya
tetap diharapkan mampu berpikir

deduktif, namun dalam proses

pembalajarannya dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir induktif yang
digunakan sebagai bentuk penyesuaian
intelektual siswa-siswi. Namun, untuk

dengan tahap perkembangan


penyajian matematika di MA

digunakan pola pikir deduktif.


Jika definisi
jajaran genjang telah diterapkan di MI untuk
memperkenalkan konsep suatu bangun datar, misalnya persegi, guru dapat
menunjukkan berbagai
siswanya, kemudian

bangun

geometri

atau gambar

datar

kepada

menunjuk bangun yang berbentuk persegi, dengan

mengatakan, lni namanya persegi. Selanjutnya menunjuk bangun lain yang


bukan persegi dengan mengatakan, lni bukan persegi.
Namun selanjutnya dapat juga ditanamkan pola pikir deduktif secara
amat sederhana, misalnya siswa MI tersebut diajak ke suatu tempat yang
banyak

bangun-bangun geometrinya. Bila kepada siswa itu ditanyakan

manakah yang merupakan persegi, ternyata dia dapat menunjuk dengan


benar, berarti siswa tersebut telah menerapkan pola pikir deduktif yang
sederhana. Demikian banyak topik matematika yang penyajiannya perlu
diawali dengan langkah-langkah induktif namun akhirnya tetap diarahkan
agar siswa dapat berpikir secara deduktif.
C. Pola Pikir Matematika di Sekolah
Seperti yang kita ketahui obyek matematika adalah abstrak. Sifat
abstrak obyek matematika tersebut tetap ada pada matematika sekolah. Hal itu

merupakan salah satu penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan


matematika sekolah. seorang guru matematika harus berusaha untuk
mengurangi sifat abstrak dari obyek matematika itu sehingga memudahkan
siswa menangkap pelajaran matematika di sekolah.
Dengan demikian, seorang guru matematika harus mengusahakan agar
fakta, konsep, operesi atau prinsip dalam matematika itu terlihat konkret
sesuai dengan perkembangan penalaran siswanya. Di jenjang sekolah, sifat
kongkret obyek matematika tersebut diusahakan lebih banyak atau lebih besar
dibanding jenjang sekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi jenjang
sekolahnya, semakin besar atau banyak sifat abstraknya. Jadi pembelajaran
tetap diarahkan kepada pencapaian kemampuan berfikir abstrak para siswa.

D. Tujuan Pendidikan Matematika


Tujuan pembelajaran matematika yang dalam tulisan ini menjadi fokus
pembahasan bertalian dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran
matematika. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun
2006 dikemukakan bahwa mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam oemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika

dalam

membuat

generalisasi,

menyusun

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

bukti,

atau

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,


merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Bila diperhatikan secara cermat terlihat bahwa kelima tujuan yang
dikemukakan di atas memuat nilai-nilai tertentu yang dapat mengarahkan
klasifikasi atau penggolongan tujuan pembelajaran matematika di semua
jenjang pendidikan sekolah menjadi (1) tujuan bersifat formal dan (2) tujuan
yang bersifat material. Adapun tujuan yang bersifat formal lebih menekankan
kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian. Sedangkan tujuan
yang bersifat material lebih menekankan kepada kemampuan menerapkan
matematika dan keterampilan matematika. Untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah,
membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan
solusinya.
Dalam setiap

kesempaian, pembelajaran matematika hendaknya

dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual


problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara
bertahap

dibimbing untuk menguasai

konsep

matematika. Untuk

meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan

teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau


media lainnya. Selain itu, perlu ada pembahasan mengenai bagaimana
matematika

banyak

diterapkan

dalam

teknologi

informasi

sebagai

perluasan pengetahuan peserta didik.

E. Pola Dedukfif dan Induktif


Salah satu karakteristik matematika adalah berpola pikir deduktif.
Dalam pembelajaran matematika pola pikir deduktif tersebut tetap penting dan
merupakan salah satu tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan
kepada penataan nalar. Meskipun pola pikir deduktif itu sangat penting,
namun dalam pembelajaran matematika terutama di jenjang Ml dan MTs.
Simpulan itu dapat saja berupa suatu definisi ataupun teorema yang
diangkat dari contoh-contoh tersebut. Hal itu dapat dilihat pada contoh
terdahulu

tentang pembentukan jajaran genjang. Suatu teorema (misal

teorema Pytagoras) yang diperoleh dengan cara induktif itu bila kondisi kelas
memungkinkan, dapat dibuktikan kebenarannya secara deduktif. Namun jika
pembuktian tersebut dipandang berat bagi siswa MTs, pola deduktif dapat
diperkenalkan melalui penggunaan definisi atapun teorema tersebut dalam
penyelesaian masalah. Pada jenjang MTs untuk menyajikan topik-topik
tertentu tidak harus menggunakan pola pikir Induktif. Pengenalan pola pikir
deduktif sudah dapat dimulai secara terbatas dan selektif, sedangkan pada
jenjang sekolah menegah khususnya MA, tentunya penggunaan pola pikir
induktif dalam penyajian sesuatu topik sudah semakin dikurangi.

F. Matematika Informal
Pada saat sekarang ini telah dikenal istilah "Pendidikan Formal" dan
Pendidikan non-Formal", Makna dari "Pendidikan formal" adalah pendidikan
yang dilaksanakan di sekolah, sedangkan makna

dari "pendidikan

non-

formal" adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah tetapi masih


jelas strukturnya. Pendidikan kejar paket A, misalnya, dapat digolongkan
sebagai pendidikan non-Formal. Selain kedua istilah tersebut juga dikenal
istilah "Pendidikan Informal". Pendidikan informal diartikan pendidikan
yang terlaksana di luar pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Pengetahuan matematika yang diperoleh oleh anak di tingkat
"Roudlotul Athfal" atau "Bustanul Athfal" tidak mengikuti struktur
matematika yang ada di Madrasah lbtidaiyah atau jenis madrasah yang lain.
Pengetahuan matematika yang kini dimaksukkan dalam "kurikulum" RA.
antara lain adalah "klasifikasi dan seriasi". Keduanya dapat dicapai
melalui pendidikan informal.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Matematika adalah ilmu yang terorganisir sebagai alat berpikir
deduktif dan cara bernalar untuk memahami bahasa artifisial dan sebagai seni
kreastif yang pembahasannya meliputi studi besaran, struktur, ruang,
relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasakan sulit oleh
banyak siswa. Hal ini dikarenakan objek matematika yang abstrak, sehingga
siswa sulit memahaminya. Dengan demikian pembelajaran matematika perlu
diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan
objek matematika yang abstrak sehingga muda difahami siswa.
Adapun penerapan pembelajaran matematika menurut KTSP itu
sebenarnya tidak dibatasi, tergantung sejauh mana guru kreatif dalam
penyampaiannya saja. Jika guru tidak kreatif, maka pembelajaran matematika
tidak lah akan berbeda dengan pembelajaran model dulu.
B. Saran
Adapun saran yang dapat Penulis berikan yaitu :
1. Untuk para mahasiswa agar dapat lebih memahami tentang ilmu
matematika khususnya untuk pembelajaran di sekolah.
2. Untuk mahasiswa agar lebih mengembangkan teori ilmu matematika yang
didapat dan dikorelasikan dengan proses pembelajaran di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai