Anda di halaman 1dari 18

Tinjauan Pustaka

Sistim Saraf yang Mempengaruhi Kinerja Jantung

Agung Ganjar Kurniawan*

10-2010-169

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana**

*Mahasiswa Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, email: aagguunngg@yahoo.com


** Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Pendahuluan
Kita beraktifitas dan melakukan suatu hal dalam kehidupan ini dipengaruhi sistimsistim saraf yang ada dalam tubuh kita. Semua kegiatan itu dipengaruhi oleh saraf-saraf yang
berpusat pada susunan saraf pusat atau disebut juga sebagai otak. Didalam otak ini semua
kegiatan awal direncanakan dan dilanjutkan ke sel-sel otot yang ada dalam tubuh kita. Di
dalam otak ini terdapat sistim saraf motorik dan sistim saraf otonom.
Sistim saraf motorik yang melakukan kegiatan pada organ-organ luar dan sistim saraf
otonom yang melakukan kegiatan pada organ-organ viseral. Jantung dalam tubuh kita
digerakkan oleh sistim saraf otonom. Sistim saraf otonom ini tidak bisa kita kendalikan
seghingga dengan kata lain jantung kita bekerja dengan sendirinya tanpa bisa kendalikan.
Namun aktifitas jantung ini dipengaruhi oleh keadaan kita sendiri, bila keadaan kita sedang
mental kita sedang tegang maka secara otomatis kinerja jantung kita akan cepat dan bila kita
sedang bersantai maka kinerja jantung kita pun akan seperti biasanya tanpa bisa kita
pengaruhi sedikitpun.

Pembahasan
I.

Sistem saraf otonom


Bagian motorik perifer sistem saraf otonom terdiri atas neuron praganglion dan

pascaganglion. Badan sel neuron proganglion terletak di kolomna grisea intermediolateral


eferen viseral (IML) medula spinalis atau di nukleus motorik homolog saraf otak. Aksonnya
sebagian besar merupakan serabut B penghantar yang relatif lambat dan bermielin. Aksonakson itu bersinaps di badan sel neuron pascaganglion yang terletak di luar sistem saraf
pusat.1
Setiap jalur saraf otonom yang berjalan dari SSP ke suatu organ terdiri dari suatu rantai
yang terdiri dari dua neuron. Badan sel neuron pertama di rantai tersebut terletak di SSP.
Aksonnya, serat prataganglion, bersinaps dengan badan sel neuron kedua, yang terdapat di
dalam suatu ganglion di luar SSP. Akson neuron kedua, serat pascaganglion dan
mempersarafi organ-organ efektor.

Bagian dari sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut susunan saraf
otonom yang dalam keadaan normal diluar kesadaran. Sistem ini membantu mengatur
tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastointestinalis, pengeluaran urina, berkeringat dan
banyak kegiatan tubuh lainnya. Beberapa diantaranya hampir seluruhnya dikendalikan oleh
susunan saraf otonom dan beberapa hanya sebagian.

Gambar 1. Saraf otonom


(Sumber: http://www.scribd.com/doc/13342169/Saraf-Otonom)

Susunan saraf otonom terutama digiatkan oleh pusat-pusat yang terletak di dalam
medulla spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, semua sistem limbik dapat
mengirimkan isyarat ke pusat-pusat yang lebih rendah dan dengan jalan ini mempengaruhi
pengendalian otonom. Susunan saraf otonom sering bekerja melalui refleks otonom. Isyarat
sensoris dari reseptor saraf tepi mengirimkan isyarat ke dalam pusat-pusat medula spinalis,
batang otak, hipotalamus, dan ini sebaliknya mengirimkan respon refleks yang tepat kembali
ke organ viseral atau jaringan untuk mengatur kegiatan mereka. Pada saraf otonom ini organorgan yang dipersarafi itu ada otot jantung, otot polos, kelenjar eksokrin, dan sebagian besar
kelenjar endokrin. Sebagian besar organ efektor dipersarafi secara ganda oleh kedua cabang
sistem yang antagonistik ini (simpatis dan parasimpatis). Neurotransmitter di organ efektor
ini ada asetilkolin (ujung parasimpatis) atau norepinefrin (ujung simpatis).
Isyarat otonom ini dikirimkan ke tubuh melalu dua subvisi utama yang disebut sistem
simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal
korda spinalis.2

I.II Sistem simpatis


Sebagian besar serat praganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan
badan sel neuron pascaganglion di dalam ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis
yang terletak di kedua sisi korda spinalis dengan saraf-saraf yang berjalan ke organ internal.
Saraf simpatis berasal dari dalam medula spinalis diantara segmen T-1 dan L-2. Serat
pascaganglion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organ efektor.
Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps dan kemudian
berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak sekitar separuh jalan antar SSP dan
organ-organ yang dipersarafi dengan serat pasca ganglion. Saraf simpatis berbeda dari saraf
motorik skeletal dalam hal tiap lintasan motorik ke suatu otot rangka terdiri dari suatu serabut
tunggal yang berasal dari dalam medula spinalis. Sebaliknya tiap lintasan simpatis terdiri dari
suatu serat praganglion dan suatu serat pascaganglion. Badan sel neuron praganglion terletak
di dalam kornu intermediolateralis medula spinalis dan serabut-serabutnya berjalan melalui
radiks anterior medula spinalis ke dalam sebuah saraf spinalis. Setelah jalan beberapa
centimeter bersama saraf spinalis, serabut praganglion meninggalkan saraf dan berjalan ke
ganglion rantai simpatik.
Distribusi saraf simpatis ke tiap organ sebagian ditentukan oleh posisi di dalam embrio
tempat organ tersebut berasal. Misalnya jantung menerima banyak saraf simpatis dari rantai
simpatis bagian leher karena jantung berasal dari dalam leher embrio.
Organ-organ yang dipersarafi oleh sistem simpatis itu seperti otot jantung, hampir
semua otot polos, sebagian besar kelenjar eksokrin dan sebagian besar kelenjar endokrin.
Sistem simpatis ini pun mendominasi dalam situasi darurat fight-or-flight mempersiapkan
tubuh untuk aktivitas fisik yang membutuhkan kekuatan besar. Pada jantung efek stimulasi
simpatis ini meningkatkan kecepatan denyut jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi
(seluruh jantung).3

I.III Sistem parasimpatis


Serat-serat paraganglion parasimpatis berasal dari daerah kranial dan sakral SSP
(sebagian saraf kranialis mengandung serat parasimpatis). Serat-serat ini berukuran lebih
panjang dibandingkan dengan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak terputus

sampai ganglion terminal yang terletak di dalam atau dekat organ efektor. Serat-serat
pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan. Serat-serat
praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama, yaitu
asetilkolin (Ach), tetapi ujung-ujung pascaganglion kedua sistem ini mengeluarkan
neurotransmitter yang berlainan. Serat-serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin.
Dengan demikian semua serat praganglion otonom disebut serat kolinergik.
Sebaliknya, sebagian besar serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergik, karena
mengeluarkan noradrenalin lebih umum dikenal sebagai norepinefrin. Serat-serat otonom
pascaganglion tidak berakhir di sebuah tonjolan seperti kepala sinaps, namun cabang-cabang
terminal dari serat otonom mengandung banyak tonjolan yang dapat neurotransmitter ke
daerah luas pada organ yang dipersarafi dan bukan ke sebuah sel. Pelepasan neurotransmitter
yang bersifat difusi ini disertai kenyataan bahwa di otot polos atau jantung setiap perubahan
listrik akan disebarkan melalui gup junction, yang memiliki arti bahwa keseluruhan organ
biasanya dipengaruhi aktivitas otonom bukan sel satu per satu.
Pada saraf parasimpatis organ-organ yang dipersarafi itu seperti otot jantung, sebagian
besar otot sebagian besar kelenjar eksokrin dan polos, sebagian kelenjar endokrin nikotinik,
muskarinik. Saraf parasimpatis pun mendominasi dalam situasi yang tenang dan rileks. Efek
stimulasi parasimpatis pada jantung yaitu menurunkan kecepatan denyut dan penurunan
kekuatan kontraksi jantung.3

II.

Mekanisme kerja jantung


Jantung dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus). Saraf-saraf

ini mempengaruhi daya pompa jantung melalui dua jalan yaitu, dengan mengubah frekuensi
jantung dan mengubah kekuatan kontraksi jantung. Kedua atrium dalam jantung khususnya
dipersarafi dengan baik oleh saraf simpatis dan parasimpatis dalam jumlah besar, tetapi
ventrikel terutama dipersarafi oleh saraf simpatis dan para simpatis. Pada umumnya
perangsangan simpatis meningkatkan kekuatan otot jantung, sedangkan perangsangan
parasimpatis menurunkan kontraksi jantung.

Dalam keadaan normal, serabut saraf simpatis yang menuju jantung secara terus
menerus merangsang dengan frekuensi rendah yang mempertahankan kekuatan kontraksi
ventrkel sekitar 20 persen di atas kekuatan kontraksinya tanpa perangsangan simpatis sama
sekali. Oleh karena itu, salah satu cara di mana sistem saraf dapat menurunkan kekuatan
kontraksi ventrikel adalah memperlambat atau menghentikan penyebaran impuls simpatis ke
jantung. Sebaliknya, perangsangan simpatis maksimal dapat meningkatkan kekuatan
kontraksi ventrikel sampai sekitar 100 persen lebih besar dari pada normal. Perangsangan
parasimpatis maksimal pada jantung menurunkan kekuatan kontraksi ventrikel sekitar 30
persen. Jadi, efek parasimpatis relatif kecil dibangdingkan dengan efek simpatis. Kerja berat
atau mengalami hal yang membuat kinerja jantung naik itu disebut jantung hiperefektif yang
mengakibatkan hipertrofi otot-otot jantung dan juga pembesaran ruang-ruang jantung.
Sebagai akibatnya, kekuatan jantung menjadi sangat bertambah dan efektivitas jantung
sebagai pompa meningkat. Derajat maksimal hiperefektivitas dapat meningkatkan daya
pompa jantung lebih dari 100 persen. Faktor-faktor yang menyebabkan jantung hiperefektif
juga yaitu perangsangan simpatis dan penghambatan parasimpatis.4

Gambar No.2 Jantung


(Sumber: http://www.scribd.com/doc/13342264/Mekanisme-Jantung)

Impuls jantung berasal dari nodus SA, pemacu jantung, yang memiliki kecepatan
depolarisasi spontan ke ambang yang tertinggi. Setelah dicetuskan, potensial aksi menyebar
ke seluruh atrium kanan dan kiri, sebagian dipermudah oleh jalur penghantar khusus, tetapi
sebagian besar melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction. Impuls

berjalan dari atrium ke dalam ventrikel melalui nodus AV, satu-satunya titik kontak listrik
antara kedua bilik tersebut. Potensial aksi berhenti sebentar di nodus AV, untuk memastikan
bahwa kontraksi atrium mendahului kontraksi ventrikel agar pengisian ventrikel berlangsung
sempurna. Impuls kemudian dengan cepat berjalan ke septum antarventrikel melalui berkas
His dan secara cepat disebarkan ke seluruh miokardium melalui serat-serat Purkinje. Sel-sel
ventrikel lainnya diaktifkan melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction.
Dengan demikian, atrium berkontraksi sebagai satu kesatuan, diikuti oleh kontraksi sinkron
ventrikel setelah suatu jeda singkat. Potensial aksi serat-serat jantung kontraktil
memperlihatkan fase positif yang berkepanjangan, atau fase datar, yang disertai oleh periode
kontraksi yang lama, untuk memastikan agar waktu ejeksi adekuat. Fase datar ini terutama
disebabkan oleh pengaktifan saluran Ca++ lambat. Karena terdapat periode refrakter yang
lama dan fase datar yang berkepanjangan, penjumlahan dan tetanus otot jantung tidak
mungkin terjadi. Hal ini memastikan bahwa terdapat periode kontraksi dan relaksasi yang
berganti-ganti sehingga dapat terjadi pemompaan darah. Penyebaran aktivitas listrik ke
seluruh jantung dapat direkam dari permukaan tubuh. Rekaman ini, EKG, dapat memberi
informasi penting mengenai status jantung.4

III.

Mikroskopik jaringan saraf


Unit dasar jaringan saraf adalah neuron, dan terdiri atas sel saraf dan semua cabang-

cabang tambahan lagi sel-sel saraf sangat khusus untuk penghantara rangsang. Mereka
menerima informasi pada salah satu tempat permukaannya dan meneruskannya ke tempat
lain dengan kecepatan tinggi. Karena cabang-cabangnya mungkin sangat panjang, satu sel
saraf dapat menghantar informasi cukup jauh. Beberapa sel saraf dapat menghantar informasi
cukup jauh. Beberapa sel saraf tidak mempunyai cabang dan dikatakan apolar. Sel saraf
lainnya mempunya satu cabang disebut akson untuk membawa informasi pergi dari sel (soma
atau cyton). Sebaliknya sel-sel saraf lainnya hanya memiliki satu cabang untuk menghatar
rangsang ke badan sel, disebut dendrit. Kedua jenis sel itu disebut unipolar. Sel-sel saraf
lainnya mempunyai satu akson dan banyak dendrit. Kedua jenis sel itu disebut unipolar. Selsel saraf lainnya mempunyai satu akson dan satu dendrit disebut bipolar. Tetapi sebagian
besar sel saraf adalah multipolar dan mempunyai satu akson dan banyak dendrit. Akhirnya
ada pula sel-sel saraf yang secara morfologis unipolar tetapi secara fungsional bipolar, karena

hanya satu cabang meninggalkan badan sel, tetapi kemudian pecah berbentuk T menjadi dua
cabang yang kedua-duanya secara struktur mirip akson.5
Informasi yang diperoleh satu neuron dapat disampaikan ke neuron lain melalui titik
pertemuan yang disebut sinaps yang meliputi kekhususan membran pre dan postsinaptik,
konsentrasi bahan neurotransmitter dan celah interseluler sempit. Neuron pertama pada rantai
informasi itu disebut neuron golongan pertama, neuron kedua pada rantai disebut neuron
golongan kedua dan seterusnya. Sinaps terjadi antara sebagian neuron dan bagian neuron
lainnya. Jenis sinaps paling umum adalah antara akson neuron satu dengan dendrit neuron
lain yaitu sinaps aksondendrit.
Susunan saraf adalah istilah yang dipakai untuk menyebut semua jaringan saraf badan,
ia meneruskan informasi dengan cepat melalui jalur tertentu. Ia juga mampu menghubungkan
dan mengkoordinasi impuls-impuls dan menyimpan informasi. Ia dapat dibagi, berdasarkan
sifat jaringan penyokongnya dalam susunan saraf pusat dan perifer. Susunan saraf perifer
mengandalkan penyokongnya pada sel-sel yang berasal dari krista neuralis dan dapat
beregenerasi sesudah cedera. Sebaliknya, susunan saraf pusat mempunyai jaringan
penyokong khas disebut neuroglia dan tidak beregenerasi. Susunan saraf pusat terdiri dari
otak, medula spinalis, retina dan nervus optikus. Sususan saraf pusat perifer terdiri atas
nervus kranialis lain dan ganglianya, nervus spinalis dan ganglia radiks dorsalisnya, truncus
simpatikus berganglia dan cabang-cabangnya dan nervus parasimpatis dan ganglia. Badanbadan sel saraf atau somata letaknya dalam grisea atau nuklei susunan saraf pusat atau dalam
ganglia susunan saraf perifer. Dalam susunan saraf pusat sel-sel ini dikenal sebagai
oligodendrosit sedangkan pada susunan saraf perifer mereka disebut sel-sel satelit pada
ganglia atau sel schwann pada akson. Sel saraf adalah uninuklir dan tidak membelah. Intinya
bulat, pucat dan vesikular dengan nukleolus menyolok. Ukurannya bervariasi dari 4 m
sampai 140 m.6

Gambar 3. Susunan saraf perifer, ganglion


(Sumber: Craigmyle M. Histologi. Ed-2. Jakarta: EGC kedokteran; 1998)

Gambar 4. Susunan saraf pusat neurogalia


(Sumber: Craigmyle M. Histologi. Ed-2. Jakarta: EGC kedokteran; 1998)

Gambar 5. Susunan saraf perifer, ganglion sinaps


(Sumber : Craigmyle M. Histologi. Ed-2. Jakarta: EGC kedokteran; 1998)

Gambar 6. Susunan saraf pusat, serebelum


(Sumber: Craigmyle M. Histologi. Ed-2. Jakarta: EGC kedokteran; 1998)

Gambar 7. Susunan saraf pusat, medulla spinalis


(Sumber: Craigmyle M. Histologi. Ed-2. Jakarta: EGC kedokteran; 1998)

IV.

Mekanisme hantar saraf


Proses pengantaran impuls secara kimiawi ini melibatkan serangkaian langkah-langkah

yaitu

pembentukan

neurotransmitter,

penyimpanan

neurotransmitter,

pembebasan

neurotransmitter, reaksi dengan reseptor dan penghentian pengaruhnya.


Bila suatu impuls saraf tiba pada bouton sinaptik tempat penyimpanan neurotransmitter,
maka dapat menyebabkan dibebaskan neurotransmitter ke dalam cenah sinaptik melalui
peningkatan

permeabilitas

bouton

terhadap

ion-ion

kalsium.

Molekul-molekul

neurotransmitter yang telah dibebaskan ke dalam celah sinaptik dengan cepat melintasi
senjang yang memisahkan membran per- dan pos-sinaptik, dan selanjutnya mengadakan

interaksi dengan reseptor-reseptor khusus yang terdapat di dalam membran posinaptik neuron
penerima. Interaksi ini dapat menyebabkan neuron pro-sinaptik mengalami eksitasi atau
inhibisi. Dengan kata lain, reseptor tersebut dapat menerjemahkan pesan yang dibawa di
dalam struktur molekul neurotransmitter menjadi suatu reaksi khusus. Pengaruh eksitasi atau
inhibisi molekul neurotransmitter ini tergantung pada pergerakan dan arah pergerakan ion-ion
melalui membran pos-sinaptik. Asetilkolin bersifat eksitasi pada synapsis neuromolekular,
sebab ia menyebabkan ion-ion natrium yang bermuatan positif mengalir masuk ke dalam sel
dengan demikian menimbulkan proses depolarisasi membran pos-sinaptik.3
Mekanisme kerja pada dopamin dan noradrenalin berbeda dengan asetilkolin. Reseptor
noradrenalin dirangkaikan dengan enzim adenilat cyclase yang terdapat juga di dalam
membran pos-sinaptik. Enzim ini bekerja sebagai katalisator untuk mengubah molekul adenin
triposfat (ATP) yang mengandung energi yang tinggi menjadi adenosin monofosfat siklik
(AMP). Selanjutnya AMP ini bekerja pada enzim-enzim khusus di dalam sel penerima yang
disebut protein kinase, yang bekerja sebagai katalisator untuk merangkaikan gugusangugusan fosfat pada protein-protein khusus di dalam membran sel. 2

V.

Neurotransmitter
Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron.

Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan


datangnya potensial aksi. Neurotransmitter dalam bentuk zat kimia bekerja sebagai
penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh. Secara
sederhana, dapat dikatakan neurotransmiter merupakan bahasa yang digunakan neuron di
otak dalam berkomunikasi. Neurotransmiter muncul ketika ada pesan yang harus di
sampaikan ke bagian-bagian lain. Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan
dengan otak di atur melalui tiga cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di
sebut neurotransmitter dan hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas
di otak memanfaatkan neurotransmitter.7

Pengantaran impuls saraf dari neuron presinaptik ke neuron posinaptik melalui daerah
sinapsys kimiawi terjadi dengan perantaraan suatu zat kimia yang disebut dengan
neurotransmitter. Pembentukan suatu transmitter melibatkan satu macam enzim sebagai

katalisator seperti asetilkolin. Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintesis dalam
neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan
dari ujung akson terminal dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmitter
merupakan cara komunikasi antar neuron. Setiap neuron melepaskan satu transmitter. Zat-zat
kimia ini menyebabkan perubaha permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih
kurang dapat menyalurkan impuls. Di dalam susunan saraf otonom umpamanya dikenal
asetilkolin dan noradrenalin sebagai neurotransmitter utama. Diketahui atau diduga terdapat
sekitar tigapuluh macam neurotansmitter, diantaranya adalah norepinephrin, acetylcholin,
dopamin, serotin, asam gama-aminobutirat (GABA) dan glisin. Tempat-tempat dimana
neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ-organ efektor disebut
sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu
neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dan neuron berikutnya (atau
organ efektor) dikenal dengan nama celah sipatik (synaptic cleft). Neuron yang
menghantarkan impuls saraf menuju ke sinaps disebut neuron prasinaptik. Neuron yang
membawa impuls dari sinaps disebut neuron postsinaptik.2

Gambar 8. Neurotransmitter
(Sumber: http://thebrain.mcgill.ca/flash/i/i_01/i_01_m/i_01_m_ana/i_01_m_ana.html)

Banyak dari sel-sel neuron yang mengandung noradrenalin terkumpul di dalam suatu
saraf pusat yang kecil di dalam otak, yaitu locus cureleus (nucleus pigmentosus pontis), yang
terletak pada bagian rostral pons dan bagian caudal mesenchepalon antara nucleus
mesencephalicus N.V dan fasciculus longitudinalis medialis. Neuron-neuron yang
mengandung dopamin terpusat di daerah mesencephalon seperti substansia nigra dan
tegmentum mesencephali bagian ventral. Axon-axon dari sel-sel dopaminergik ini banyak
yang disebarkan ke prosencephalon dan disini mereka diduga bersangkut paut dengan

pengaturan reaksi-reaksi emosional. Serotonin terkumpul di dalam kelompok-kelompok kecil


neuron yang dikenal sebagai nuclei raphei pada medulla oblongata, pons dan bagian caudal
mesencephalon. Axon-axon ini diproyeksikan ke hypotalamus, thalamus, dan daerah otak
lainnya. Neurotransmitter yang bersifat penghambat pada susunan saraf pusat yaitu asam
gamma aminobutirik (GABA). GABA dibentuk di dalam susunan saraf pusat. Diperkirakan
bahwa sekitar sepertiga dari synapsis di dalam susunan saraf pusat mempergunakan GABA
sebagai neurotransmitter.8
Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:
Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina
Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin
Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.
Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi di bentuk melalui asupan yang
berbeda. Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam amino.
Asam amino merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi meningkatkan
kewaspadaan, mengurangi kesalahan, dan memacu kegesitan pikiran.
-

Fungsi asam amino antara lain :


Penyusun protein, termasuk enzim.
Kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin
,hormon, dan asam nukleat)
Pengikat logam penting yang di perlukan dalam reaksi enzimatik (kofaktor).

Asam amino di dapatkan dari sumber-sumber protein. Kadar protein tinggi dapat ditemukan
pada makanan/minuman seperti susu, daging, telur dan keju. Sedangkan protein yang terdapat
dalam sayur-sayuran memiliki kadar terbatas.3

Neurotransmiter dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu :


1. Asetilkolin (Ach).
Fungsi asetilkolin antara lain :
Mempengaruhi kesiagaan, kewaspadaan, dan pemusatan perhatian. Berperan pula pada
proses penyimpanan dan pemanggilan kembali ingatan, atensi dan respon individu. Di otak,
asetilkolin ditemukan pada cerebral cortex, hippocampus (terlibat dalam fungs ingatan),

bangsal ganglia (terlbat dalam fungs motoris), dan cerebrlum (koordinasi bicara dan
motoris). Ach merupakan neurotransmitter yang tidak diproduksi didalam neuron. Ia
ditransportasikan ke otak dan ditemukan pada seluruh bagaian otak. AcH memiliki
konsentrasi tinggi di basal ganglia dan cortex motorik.9
Fungsi Utama Acetylcholine (ACh) adalah mengatur atensi, memori, rasa haus, pengaturan
mood, tidur REM, memfasilitasi perilaku sexual dan tonus otot.
Asetilkolin merupakan neurotransmiter hasil sintesa dari bahan utama berupa kolin. Saat
ini, sangat cukup banyak penelitian yang mengkaji peranan kolin dalam pembelajaran.7

2. Dopamin
Berbagai penelitian menunjukkan dopamin juga makin mendekatkan pada kesimpulan
bahwa neurotransmiter jenis ini mempengaruhi proses pengingatan. Melalui mekanisme
kompensasi yang di munculkan oleh dopamin, maka hubungan zat kimia ini dalam proses
belajar dan ingatan dapat terlihat jelas. Struktur kimia dari dopamin adalah sebagai berikut :
Struktur Kimia Dopamine. 9

Dopamin di produksi pada inti-inti sel yang terletak dekat dengan sistem aktivasi
retikuler. Dopamin di bentuk dari asam amino tirosin, yang berfungsi membantu otak
mengatasi depresi, meningkatkan ingatan dan meningkatkan kewaspadaan mental.
Walaupun dopamin di produksi oleh otak, individu tetap membutuhkan asupan tirosin
yang cukup guna memproduksi dopamin. Tirosin di temukan pada makanan berprotein
seperti : daging, produk-produk susu (sperti keju), ikan , kacang panjang, kacang-kacangan
dan produk kedelai. Dengan 3-4 ons protein sehari, energi kita akan lebih terjaga.
Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuronneuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio
striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi.

Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area.
Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara serotonin
dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah
(midline).9
3. Norepinephrine
Struktur Kimia Norepinerphrine.9

Norepinephrine memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus ceruleus serta dalam


konsentrasi sekunder dalam hippocampus, amygdala, dan kortex cerebral. Selain itu
ditemukan juga dalam konsentrasi tinggi di saraf simpatis.
Norepinephrine dipindahkan dari celah synaptic dan kembali ke penyimpanan melalui proses
reuptake aktif.
a) Fungsi Utama adalah mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; mengatur
fight-flightdan proses pembelajaran dan memory.

4. Serotonin (5HT)
Struktur Kimia Serotonin.9

Kelainan Serotonin (5HT) berimplikasi terhadap beberapa jenis gangguan jiwa yang
mencakup ansietas, depresi, psikosis, migren, gangguan fungsi seksual, tidur, kognitif, dan
gangguan makan.

Banyak tindakan dalam perawatan gangguan jiwa adalah dengan jalan mempengaruhi sistem
serotonin tersebut.
a)

Fungsi

pengaturan
dan

Utama
tidur,

temperatur

dari

Serotonin (5HT) adalah dalam

persepsi

nyeri, mengatur status mood

tubuh

perilaku aggresi atau

serta

berperan

dalam

marah dan libido.9

5. Glutamate
Glutamat merupakan neurotransmitter excitatory utama pada otak dimana hampir tiap
area otak berisi glutamate. Glutamat memiliki konsentrasi tinggi di corticostriatal dan di
dalam sel cerebellar. Gangguan pada neurotrasmitter ini akan berakibat gangguan atau
penyakit bipolar afektif dan epilepsi.
a) Fungsi Utama Glutamat adalah pengaturan kemampuan memori dan memelihara ufngsi
automatic. 9

6. Gamma Amino Butyric Acid (GABA)


GABA merupakan neurotransmitter yang memegang peranan penting dalam gejalagejala pada gangguan jiwa. Hampir tiap-tiap area otak berisi neuron-neuron GABA.
Banyak pathway di otak menggunakan GABA dan merupakan Neurotransmitter utama untuk
sel Purkinje. GABA dipindahkan dari synaps melalui katabolism oleh GABA transaminase
a) Fungsi Utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi agresi, kecemasan dan aktif
dalam fungsi eksitasi.9

VI.

PONS

Gambar no. 3. Pons pada medulla oblongata


Pons adalah salah satu bagian pada medula oblongata. Hampir semua bagian pons
terdiri dari substansia alba (white matter). Pons menghubungkan medulla, yang panjang
dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pons terlibat dalam (diantaranya)
kegiatan tidur, terjada, dan bermimpi.10

Kesimpulan
Jantung dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus). Kedua atrium
dalam jantung khususnya dipersarafi dengan baik oleh saraf simpatis dan parasimpatis. Kerja
berat atau mengalami hal yang membuat kinerja jantung naik itu disebut jantung hiperefektif
yang mengakibatkan hipertrofi otot-otot jantung dan juga pembesaran ruang-ruang jantung.
Sebagai akibatnya, kekuatan jantung menjadi sangat bertambah dan efektivitas jantung
sebagai pompa meningkat. Derajat maksimal hiperefektivitas dapat meningkatkan daya
pompa jantung lebih dari 100 persen. Faktor-faktor yang menyebabkan jantung hiperefektif
juga yaitu perangsangan simpatis dan penghambatan parasimpatis. Hal itu berkaitan dengan
skenario yang menyebutkan bahwa jantung berdebar dan meningkatkan kinerjanya

Daftar Pustaka

1. Guyton A & Hall A. Fisiologi kedokteran. Edisi ke 11. Jakarta: EGC Kedokteran; 2007.h.

2. Ganong W. Fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC kedokteran; 2005.h.


3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 2001.h.

4. Price A, Wilson M. Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC jakarta; 1995.
h.321-3
5. Craigmyle M. Histologi. Ed-2. Jakarta: EGC kedokteran; 1998. h.43-45
6. Chapman H. Buku ajar histology edisi 12. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2003.h.31
7. Sukardi E. Neuroanatomia medica. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 1995. h.20-24
8. Richard CR. Neurotransmiter methods. New Jersey : Humana Press Inc;2005.h.60-3
9. Edward LD. Neurotransmitter interaction and cognitive function. Germany : Birkhauser
Verlag;2006.h.87-9
10. Wade C, Tavris C. Psikologi. Jakarta: Erlangga, 2008.h.130-3

Anda mungkin juga menyukai

  • Blok 6 Fauzan
    Blok 6 Fauzan
    Dokumen15 halaman
    Blok 6 Fauzan
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Fix Trii
    Fix Trii
    Dokumen16 halaman
    Fix Trii
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Blok 6 SP
    Blok 6 SP
    Dokumen11 halaman
    Blok 6 SP
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Blok 6 Plexus Brachialis DKK
    Blok 6 Plexus Brachialis DKK
    Dokumen21 halaman
    Blok 6 Plexus Brachialis DKK
    resiseptiani
    Belum ada peringkat
  • (Resi) PBL 26 HIV
    (Resi) PBL 26 HIV
    Dokumen22 halaman
    (Resi) PBL 26 HIV
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 26 Rio
    PBL Blok 26 Rio
    Dokumen22 halaman
    PBL Blok 26 Rio
    Resti Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Bintang
    Bintang
    Dokumen18 halaman
    Bintang
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 20metpen
    Makalah Blok 20metpen
    Dokumen13 halaman
    Makalah Blok 20metpen
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Ulkus Kornea
    Ulkus Kornea
    Dokumen23 halaman
    Ulkus Kornea
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Blok 26
    Blok 26
    Dokumen12 halaman
    Blok 26
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • 18 Reni SP
    18 Reni SP
    Dokumen20 halaman
    18 Reni SP
    teowijaya
    Belum ada peringkat
  • Blok 26
    Blok 26
    Dokumen12 halaman
    Blok 26
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Blok18 Skenario10 E5
    Blok18 Skenario10 E5
    Dokumen22 halaman
    Blok18 Skenario10 E5
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • PBL 11
    PBL 11
    Dokumen10 halaman
    PBL 11
    Christopher Filbert
    Belum ada peringkat
  • Dian Hiv Aids
    Dian Hiv Aids
    Dokumen18 halaman
    Dian Hiv Aids
    resiseptiani
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 26
    PBL Blok 26
    Dokumen19 halaman
    PBL Blok 26
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Gerd - Sken 5
    Gerd - Sken 5
    Dokumen15 halaman
    Gerd - Sken 5
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Gizi Buruk FF
    Laporan Kasus Gizi Buruk FF
    Dokumen16 halaman
    Laporan Kasus Gizi Buruk FF
    resiseptiani
    0% (1)
  • Kesulitan Menahan Buang Air Kecil
    Kesulitan Menahan Buang Air Kecil
    Dokumen22 halaman
    Kesulitan Menahan Buang Air Kecil
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Cover PBL Blok 10
    Cover PBL Blok 10
    Dokumen2 halaman
    Cover PBL Blok 10
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Blok 14
    Blok 14
    Dokumen18 halaman
    Blok 14
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • GRACE PPT Blok 9
    GRACE PPT Blok 9
    Dokumen22 halaman
    GRACE PPT Blok 9
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Dokumen11 halaman
    Epi Lepsi
    Timothy Kurniawan
    Belum ada peringkat
  • Ica 1
    Ica 1
    Dokumen17 halaman
    Ica 1
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Blok 11 Hipotiroid
    Blok 11 Hipotiroid
    Dokumen14 halaman
    Blok 11 Hipotiroid
    Micco Joshua Apriano P
    Belum ada peringkat
  • Blok 10
    Blok 10
    Dokumen16 halaman
    Blok 10
    Girt Lamberth Robert Uniplaita
    Belum ada peringkat
  • Makalah Blok 7
    Makalah Blok 7
    Dokumen13 halaman
    Makalah Blok 7
    poliututu
    Belum ada peringkat
  • Intusepsis Pada Anak - Sken 12
    Intusepsis Pada Anak - Sken 12
    Dokumen20 halaman
    Intusepsis Pada Anak - Sken 12
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat
  • Blok 18 Pertusis
    Blok 18 Pertusis
    Dokumen9 halaman
    Blok 18 Pertusis
    matsuyamateo
    Belum ada peringkat
  • Hemoroid Interna - Sken 13
    Hemoroid Interna - Sken 13
    Dokumen17 halaman
    Hemoroid Interna - Sken 13
    Resi Septiani
    Belum ada peringkat