deduktif;
(7)Induksi
dan
presupposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta.
Farmasi berkembang melalui pengematan dan eksperimen. Kebenaran
ilmiah dalam ilmu farmasi dihasilkan dari hasil pengamatan berulang-ulang
dan pembuktian sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. Berbagai hasil
penelitian menyokong perkembangan ilmu farmasi membentuk bangunan
utuh dari ilmu farmasi.
Sementara itu, aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai
(value). Pertanyaan yang berkaitan dengan aksiologi adalah apakah yang
baik atau bagus? (Jalaludin, 2007). Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu
yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang secara
harfiah berarti teori tentang nilai. Aksiologi menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut (1) Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan? (2)
Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
(3) Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral? (4) Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan normanorma moral dan professional? (filsafat etika).
Dari sudut pandang aksiologi, farmasi sebagai suatu ilmu pengetahuan
memiliki manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia karena
farmasi merupakan cabang dari ilmu-ilmu medis dan kesehatan. Dapat
dibayangkan betapa besar kerugian yang akan diderita manusia bila ilmu
farmasi tidak berkembang. Contoh yang sangat memorable dalam catatan
sejarah adalah penemuan penisilin oleh Alexander Fleming pada tahun 1928.
Antibiotika pertama dalam sejarah yang secara fenomenal menjadi titik balik
sejarah manusia, ketika pada akhirnya dokter memiliki obat untuk infeksi
mematikan kala itu (Markel, 2013) Penisilin dengan segala sifat
fisikokimianya yang tidak stabil, sukar diabsorbsi, dan bahkan di kemudian
hari menimbulkan resistensi mikroba terhadap antibiotik, justru menjadi
pemicu utama dalam pengembangan derivate-derivat antibiotika lain yang
hari ini dapat kita lihat berjajar rapi di rak-rak penyimpanan apotek.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak jarang akan terjadi
gesekan atau bahkan tabrakan dengan nilai-nilai moral dan etika yang
berlaku di masyarakat. Sebagai contoh yang paling umum adalah
penggunaan hewan coba dalam berbagai eksperimen. Dalam proses drug
discovery, pastilah harus dilakukan suatu uji pre-klinis terhadap hewan coba.
Tujuan utamanya adalah untuk menguji keamanan suatu obat baru sebelum
diberikan kepada manusia serta melihat korelasi invitro-invivo obat tersebut.
Maka, agar tidak terjadi pembunuhan yang serampangan terhadap hewan,
suatu protocol uji pre-klinis harus lolos uji etik (ethical clearance) sebelum
diterapkan pada hewan. Bahkan proses pembunuhannya pun harus
manusiawi tanpa menyakiti hewan coba tersebut. Usaha ini dilakukan agar
ilmu pengetahuan berkembang dengan tetap mengindahkan nilai moral dan
etis.
Referensi:
Markel, Howard. 2013. The Real Story behind the worlds first
antibiotic. diakses online pada
http://www.pbs.org/newshour/rundown/the-real-story-behind-the-worldsfirst-antibiotic/
Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.