Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SISTEM ONKOLOGI
MODUL 2
BENJOLAN PADA LEHER
Oleh :
Kelompok V
Dosen Tutor :
dr. Hamliati
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
K1A1 13 017
K1A1 13 018
Ferra Husdiningsih
K1A1 13 110
K1A1 13 125
K1A1 13 126
K1A1 13 127
Evin Desmawan
K1A1 13 132
K1A1 13 135
Indah Permatasari
K1A1 13 137
K1A1 13 138
K1A1 13 139
Dina Fitriana
K1A1 13 145
K1A1 13 146
K1A1 13 149
K1A1 13 154
Nasrul
SKENARIO :
Wanita 45 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan massa pada leher, berbenjolbenjol dirasakan sejak 3 bulan lalu. Benjolan dirasakan semakin membesar, berat badan
menurun. Dua minggu terakhir timbul benjolan serupa pada lipatan paha dan ketiak.
KATA/KALIMAT KUNCI :
Wanita 45 tahun
KU : - Massa pada leher
- Berbenjol-benjol
- Sejak 3 bulan yang lalu
- Benjolan semakin membesar
Berat badan menurun
2 minggu terakhir timbul benjolan di lipatan paha dan ketiak
PERTANYAAN :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
JAWABAN :
1. Jelaskan batas-batas anatomi leher dan letak kelenjar limfe leher!
a) Anatomi Leher dan Batas-Batasnya
Batas-batas anatomi leher adalah sebagai berikut : batas atas adalah batas bawah
mandibula, ujung mastoid, dan garis nukae superior; batas bawah adalah takik suprasternal,
klavikula, dan garis horisontal melalui prosesus spinosus vertebra servikalis ke tujuh.
Leher dibagi oleh muskulus sternokleidomastoideus menjadi trigonum anterior atau
medial
dan
trigonum
posterior
atau
lateral.
Anterior
terhadap
muskulus
l.n.submentalis.
L.n.cervicalis superficialis berada sepanjang v.jugularis externa. Menerima aliran
lymphe dari kulit pada angulus mandibulae, regio parotis bagian caudal dan telinga, dan
membawa aliran lymphenya menuju ke l.n.cervicalis profundus. Semua lymphonodi
akan memberi aliran lymphenya kepada l.n.cervicalis profundus. Diantara gugusan
superficial dan gugusan profunda terdapat gugusan intermedis, yang terdiri atas :
o L.n.infrahyoideus yang berada pada membrana thyreo-hyoidea, menerima afferen
yang berjalan bersama-sama dengan a.laryngea superior dan berasal dari larynx di
bagian cranialis plica vocalis.
o L.n.prelaryngealis yang berada pada ligamentum cricothyreoideum, menerima
lymphe dari larynx di bagian cranialis plica vocalis, berada pada vasa thyreoidea
superior.
o L.n.paratrachealis yang berada pada celah di antara trachea dan oesophagus,
menerima lymphe dari glandula thyreoidea dan struktur di sekitarnya, pembuluh
efferennya mengikuti vasa thyreoidea inferior menuju ke l.n.cervicalis profundus
Gugsan superior atau l.n.cervicalis profundus pars superiro teleltak di sebelah cranialis
cartilago thyreoidea, menerima afferen dari cavum cranii, regio pterygoidea,
l.n.parotideus dan l.n.submandibularis, radix linguae, pars cranio-lateralis glandula
thyreoidea, larynx dan pharynx bagian caudal. Mengirimkan efferennya menuju ke
l.n.cervicalis profundus pars inferior. Terdapat perluasan dari l.n.cervicalis profundus
pars superior yang menuju ke arah medial dan membentuk l.n.retropaharyngealis
(berada di dalam spatium retropharyngeum), menerima lymphe dari nasopharynx, tuba
auditoria dan dari vertebra cervicalis, mengirimkan lymphenya menuju kepada
l.n.cervicalis
profundus
pars
superior
dengan
mengikuti
vena
pharyngealis.
L.n.cervicalis profundus pars superior dan juga dari l.n.cervicalis superficialis, pars
caudalis glandula thyreoidea, larynx bagian cudal, trachea pars cervicalis dan
oesophagus. Pembuluh-pembuluh efferen membentuk sebuah pembuluh besar (jugular
trunk) dan bermuara ke dalam ductus thoracicus (dibagian kiri) serta ductus
l.n.juguladigastricus.
Gugusan lymphonodus yang terletak di sebelah cranialis venter inferior m.omhyoideus
pada saat otot ini menyilang v.jugularis interna membentuk l.n.jugulo-omohyoideus.
Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh
dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah
bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari
lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya.
Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa
antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen
yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh
yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening
membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan
histiosit,atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di
kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau timbunan dari
penyakit metabolit makrofag (gaucher disease) Dengan mengetahui lokasi pembesaran KGB
maka kita dapat mengerahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab
pembesaran KGB.
2. Jelaskan penyakit-penyakit dengan gejala benjolan pada leher!
CA Nasofaring
Sekitar 40% pasien datang dengan gejala pertama pembesaran kelenjar limfe leher,
pada waktu diagnosis ditegakkan, sekitar 60-80% sudah terdapat metastasis kelenjar limfe
leher. Lokasi tipikal metastasisnya adalah kelenjar limfe leher. Lokasi tipikal
metastasisnya adalah kelenjar limfe kelompok profunda superior koli, tapi karena
kelompok kelenjar limfe tersebut permukaannya tertutup otot sternokleidomastoid dan
benjolan tidak nyeri, maka pada mulanya sulit diketahui.
TB Kelenjar Limfe Leher
Lebih banyak pada pemuda dan remaja. Konsistensi agak keras, dapat melekat dengan
jaringan disekitarnya membentuk massa, kadang terdapat nyeri tekan atau undulasi,
pungsi aspirasi jarum menemukan materi mirip keju.
Limfoma Malignum
Sering pada pemuda dan remaja, pembesaran kelenjar limfe leher dapat mengenai
banyak lokasi, secara bersamaan dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe aksila,
inguinal,mediastinum. Konsistensi tumor agak lembek, mobile
.
Karsinoma Tiroid
Gejala yang sering ditemukan, sejak dini dapat diketahui dengan nodul keras dalam
kelenjar tiroid, bergerak naik turun sesuai gerakan menelan. Ketika tumor mengalami
metastasis kelenjar limfe, sering teraba pembesaran kelenjar limfe leher profunda
superior, media, inferior.
Adenoma Tiroid
Umumnya pada orang muda berusia 20-30 tahun, wanita lebih banyak, kebanyakan
berupa tumor depan leher yang tumbuh lambat, ketika tumor masih kecil, tanpa gejala
apapun, kadang tumor mendadak membesar dan nyeri, sering kali disebabkan perdarahan
didalamnya.
Struma Nodular
Umunya pada wanita di atas usia setengah baya riwayat penyakit dapat mencapai
belasan bahkan puluhan tahun, lesi sering kali mengenai kedua lobus lateral tiroid,
umumnya nodul multiple, ukuran bervariasi, permukaan nodul licin.
Tiroiditis Limfositik Kronik (Hashimoto)
Umumnya pada wanita diatas 40 tahun, yaitu pembesaran kedua lobus lateral tiroid
progresif menahun, konsistensi keras seperti karet, permukaan nodular, secara klinis sulit
dibedakan dari kanker, tapi tidak adhesive atau terfiksasi ke jaringan sekitar tiroid.
Tiroiditis Fibrosa
Penyakit hyperplasia fibrosa kronis, sering pada wanita berusia sekitar 50 tahun,
riwayat penyakit panjang, kelenjar tiroid tampak membesar sedang, konsistensi keras
seperti kayu, tapi morfologi semula sering terjaga.
Limfadenitis
Timbulnya akut, kelenjar limfe leher merah, bengkak, panas, nyeri, sebagian pasien di
sertai panas, lekositosis, bahkan timbul abses servikal.
Mononukleosis Infeksiosa
Disebabkan oleh infeksi virus, misalnya virus EB, megalovirus, dll. Simtom berupa
sakit tenggorok, tonsil bengkak, kelenjar limfe leher membesar, mengeras, dapat disertai
ikterus ringan dan meningitis aseptik.
Limfadenitis Tuberkulosis
Lesi tuberculosis servikal tipikal berupa untaian nodul disatu sisi leher, ukuran nodul,
bervariasi, mobile, dapat juga saling konfluen atau neradhesi inflamatorik hingga
batasnya tidak jelas.
Kanker Metastasis Kelenjar Leher
Kelenjar limfe membesar, konsistensi keras sedang. Pada awalnya mobile, pada
stadium lanjut bertambah besar, terfiksasi, konfluen.
Neurilemoma
Tumor umumnya ditemukan disisi leher, dapat timbul di saraf simpatis, saraf vagus,
saraf glosofaringeal, saraf hipoglosal, pleksus servikal, pleksus brachial. Berupa tumor
tidak nyeri di leher dan tumbuh lambat.
Glamangioma
Termasuk tumor dari kemoreseptor korpus karotikus dan globus jugularis. Manifestasi
klinis : Benjolan leher di daerah antero inferior angulus mandibular, margo anterior otot
strenokleidomastoid, tidak nyeri, tumbuh lambat, bentuk bundar dan lonjong, konsistensi
sedang atau lunak dan dapat digerakkan.
Tumor Kelenjar Tiroid
Tumor terletak di superior fossa supra sternal, dekat ke garis tengah leher, berupa
nodul soliter atau multiple, tidak nyeri, bergerak naik turun bila menelan.
Lipoma
Lipoma servikal adalah tumor jinak, soliter atau multiple, terbentuk dari sel lipid
vakuolar. Manifestasi klinis berupa tumor di subkutis leher, tidak nyeri, konsistensi lunak,
terdapat pseudofluktuasi, mobilitas relative kecil.
Tumor Kelenjar Parotis
Tumor kutub inferior glandula parotis dapat menonjol hingga ke region leher, yang
tersering ditemukan adalah tumor campuran kelenjar parotis.
3. Jelaskan pathogenesis terjadinya benjolan d leher!
Berbagai faktor dari lingkungan seperti bahan kimiawi, radiasi dan virus dapat
menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel yang normal. Setiap kerusakan DNA akan di
perbaiki oleh gen repair. Namun, dalam hal ini gen repair gagal memperbaiki DNA sehingga
kerusakan DNA menetap. Kegagalan perbaikan ini disebabkan oleh mutasi yang juga
menyerang gen-gen perbaikan dan gen yang mempengaruhi apoptosis. Kerusakan gen-gen
berlanjut menjadi mutasi gen somatik. Neoplasma dimulai dengan kerusakan DNA yang
menimbulkan peningkatan aktivitas onkogen, perubahan gen yang mengatur apoptosis dan
inaktivasi gen supresor tumor sehingga sel terpacu untuk terus berproliferasi, kehilangan
kendali terhadap proliferasi sel, kehilangan kemampuan menghentikan siklus sel dan
kemampuan apoptosis. Singkat kata, pertumbuhan sel neoplasma seperti mobil yang sanya
besar dan remnya blong, lebih cepat bertumbuh dan memperbanyak diri tanpa dapat
dikendalikan. Sel juga kehilangan kemampuan untuk memperbaiki DNA yang rusak serta
mengalami gangguan telomere. Mekanisme perbaikan gen yang rusak dimulai dengan
penghentian siklus sel, perbaikan DNA, kembali ke siklus atau apoptosis jika kerusakan DNA
tidak berhasil diperbaiki.
Pada awalnya, pertambahan jumlah sel berjalan secara eksponensial (deret ukur).
Akan tetapi, dengan semakin banyaknya jumlah sel, nutrisi dan pasokan oksigen semakin
berkurang, sehingga pertumbuhan sel melambat dan mendatar (plateuing). Semakin
berkurangnya oksigen dan nutrisi ini menyebabkan sebagian sel kanker masuk pada fase
istirahat G0 (senescent cells). Sebagian sel kanker lainnya bahkan masuk pada tahap
apoptosis atau mengalami nekrosis. Nekrosis sering terjadi pada bagian sentral tumor,
sehingga timbul tanda serupa abses yang seringkali diterapi sebagai abses. Akibat iskemia,
terjadi peningkatan nutrisi intratumor sehingga sel kanker menghasilkan protein tertentu,
seperti VEGF (vascular endothelial growth factor) serta beberapa protein lain, untuk
merangsang pembentukan pembuluh darah baru (neoangiogenesis). Akhirnya terjadi ekspansi
klonal yang di tunjang angiogenesis dan pertahanan terhadap imunitas, pertambahan mutasi
(progresi) dan akhirnya heterogenesis dari sel-sel yang akhirnya membentuk neoplasma yang
lama kelamaan akan menginvasi jaringan sekitar dan melakukan metastasis.
Secara klinis, pada tahap awal, terjadi inisiasi karena ada inisiator (zat karsinogenik)
yang memulai pertumbuhan sel yang abnormal. Inisiasi dapat berlangsung selama puluhan
tahun sebelum timbul gejala atau tanda penyakit. Bersamaan dengan atau setelah inisiasi,
terjadi promosi yang dipicu oleh promoter sehingga terbentuk sel yang polimorfik dan
anaplastik. Pembawa promoter mungkin merupakan karsinogen yang sama dengan pembawa
inisiator, tetapi seringkali berbeda. Selanjutnya, terjadi progresi yang ditandai dengan invasi
sel-sel ganas ke membran basalis atau kapsul. Semua proses ini terjadi pada tahap induksi
tumor. Setelah sel mengalami transformasi sampai meninjukkan morfologi dan sifat biologi
yang ganas dank has, tercapai tahap klinis dengan manifestasi dini berupa karsinoma in situ
yang tidak (atau belum) invasif. Selanjutnya tumor berkembang menjadi karsinoma infiltratif
yang dapat menyebar kemana-mana.
4. Adakah hubungan keluhan dengan gejala yang ada pada scenario? Jelaskan!
Kedaan gizi pada penderita kanker sering berangsur-angsur mundur sampai terjadi
kakeksia. Banyak faktor yang berparan, selain kanker sendiri memang menuntut kalori
tambahan yang harus dipenuhi, tetapi yang lebih penting ialah terjadi kekurangan asupan
makan, yang disebabkan oleh nafsu makan yang sangat menurun. Antara lain karena tumor
memproduksi protein yang menekan nafsu makan. Selain itu kapasitas lambung manjadi
terbatas, karena desakan/jepitan tumor dari luar atau ada tumor di lambung. Ketika ini terus
menerus terjadi, akibatnya terjadi penurunan berat badan.
5. Jelaskan langkah-langkah diagnosis!
a. Anamnesis
Pada pasien-pasien dengan gejala utama pembesaran pada leher kita dapat
menanyakan serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang logik sehingga dapat mengarahkan
kita pada diagnosis yang tepat dan dapat menentukan pemeriksaan selanjutnya yang
menelan kita bias mencurigai massa tersebut berkaitan dengan kelenjar tiroid
Palpasi
Apakah massanya multiple. Pembenjolan yang banyak atau multiple mengarah
diagnosis
histologik
(pemeriksaan
langsung).
Limfoma
maligna
Karsinoma
Nasofaring
Karsinoma
thyroid
Umur 45 thn
Massa pada
leher
Berbenjolbenjol
Jenis
kelamin
BB menurun
Timbul pada
paha&ketiak
+
+
+
+
-(20-40 thn)
+
P>L
L>P
P>L
+
+
+
-
+
-
Gambaran Mikroskopik
Kejadian
Limfosit
Predominan
3% dari Lambat
kasus
Sklerosis
Noduler
Selularitas
Campuran
Perjalanan Penyakit
25%
Agak cepar
Deplesi
Limfosit
iii. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, walaupun beberapa ahli menduga bahwa
penyebabnya adalah virus, seperti virus Epstein Barr. Penyakit ini tampaknya tidak
menular.
Di Amerika, 6000-7000 kasus baru dari penyakit Hodgkin terjadi setiap
tahunnya. Penyakit ini lebih sering terjadi pada pria. Penyakit Hodgkin bisa muncul
pada berbagai usia, tetapi jarang terjadi sebelum usia 10 tahun. Paling sering
ditemukan pada usia diantara 15-34 tahun dan diatas 60 tahun.
iv. Gejala
Penyakit Hodgkin biasanya ditemukan jika seseorang mengalami pembesaran
kelenjar getah bening, paling sering di leher, tapi kadang-kadang di ketiak dan
pangkal paha. Walaupun biasanya tidak nyeri, pembesaran tersebut bisa
menimbulakan nyeri dalam beberapa jam setalah penderita meminum alkohol dalam
jumlah yang banyak.
Gelala lainnya adalah demam, berkeringat di malam hari dam penurunan berat
badan. Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh
meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah
normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul
berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
v. Diagnosa
Pada penyakit Hodgkin, kelanjar getah bening biasanya membesar secara
perlahan dan tidak menimbulakan nyeri, tanpa adanya infeksi. Jika Pembesaran ini
berlangsung selama lebih dari 1 minggu, maka akan dicurigai sebagai penyakit
Hodgkin, terutama jika disertai demam, berkeringat di malam hari dan penurunan
barat badan.
Kelainan dalam hitung jenis sel darah dan pemeriksaan darah lainnya bisa
memberikan bukti yang mendukung. Tetapi untuk menegakan diagnosis, harus
dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening yang terkena, untuk menemukan adanya
sel Reed-Sternberg.
vi. Stadium Penyakit Hodgkin
Demam yang penyebabnya tidak diketahui (>37,8 derajat celsius selama 3 hari
berturut-turut)
Keringat malam
Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya sebanyak lebih dari
10% berat badan sebelumnya dalam kurun waktu 6 bulan.
Beberapa prosedur digunakan untuk menentukan stadium dan menilai
penyakit Hodgkin:
di dekat jantung
Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di dalam
dari pengobatan
Laparatomi (pembedahan untuk memeriksa perut) kadang diperlukan untuk
Penyebaran Penyakit
II
90%
dan ketiak)
Mengenai kelenjar getah bening diatas &
80%
getah
bening
dileher
dan
selangkangan)
Mengenai kelenjar getah bening dan bagaian
IV
60-70%
Gangguan pernapasan
Berkurangnya nafsu makan
Sembelit
Nyeri perut
Pembengkakan tungkai
Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukemia. Limfoma dan
hanya sekitar 10-30% yang masih terlokalisir (hanya mengenai salah satu bagian
tubuh). Untuk menentukan luasnya penyakit dan banyaknya jaringan limfoma,
biasanya dilakukan CT scan perut dan panggul atau dilakukan skening gallium.
B.
Karsinoma Nasofaring
i. Definisi
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di nasofaring. Nasofaring
adalah struktur kuboid yang dilapisi oleh epitel kolumnair mukosiliar berlapis. Sebelah
anterior merupakan lanjutan dari rongga hidung melalui bagian belakan koana. Atapnya
merupakan basis sfenoid, basiocciput dan lengkung depan dari Atlas. Sementara
dinding samping terdiri dari muara tube Eustachius yang terletak diantara elevasitorus
tubarii. Dibelakang torus terletak fossa Rosenmuller, tempat tersering tumbuhnya tumor
nasofaring. Dasar nasofaring adalah permukaan atas dari palatum molle.
ii. Epidemiologi
Kanker nasofaring dapat terjadi pada segala umur,tapi umumnya menyerang usia
30-60 tahun,menduduki 75-90 %.Proporsi pria dan wanita 8:1.Karsinoma nasofaring
disebut juga tumor kanton.Menurut WHO,sekitar 80 % dari kasus karsinoma nasofaring
didunia terjadi di china.
iii. Etiologi
Terjadinya kanker nasofaring mungkin multifactor, proses karsinogenesisnya
mungkin mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya
kanker nasofaring adalah :
Kerentanan genetic
Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen
pengode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah,gen kerentanan
terhadap kanker nasofaring.
Virus EB
Metode imunologi membuktikan antigen spesifik seperti antigen kapsid virus
(VCA) antigen membrane (MA),antigen dini(EA),antigen nuklir,dll.
Faktor lingkungan
Menurut laporan luar negeri,orang cina generasi pertama (umumnya penduduk
kanton) yang bermigrasi ke Amerika Serikat, Kanada memiliki angka kematian
akibat kanker nasofaring 30 kali tinggi dari kulit putih setempat. Penelitian akhirakhir ini menemukan zat berikut berkaitan dengan timbulnya kanker nasofaring:
o Golongan nitrosamine : ini dapat menilbulkan kanker pada hewan.Diantaranya
dimetilnitrosamin dan dietilnitrosamin kandungannya agak tinggi pada ikan asin
Guangzhou.Tikus putih yang diberi pakan ikan asin dapat timbul kanker rongga
nasal atau sinus nasal.
o Hidrokarbon aromatic: pada keluarga di area insiden tinggi kanker
nasofaring,kandungan 3,4-benzpiren
o Unsur renik : nikel sulfat dapat memacu efek karsinogenesis pada proses
atau
oksipital
satu
sisi.Ini
sering
disebabkan
desakan
menetap,tuli
stadium
secara
peningkatan
kontrol
lokal,
menurunkan
metastasis
sistemik,
Karsinoma Thyroid
i.
Epidemiologi
Kelenjar tiroid termasuk bagian tubuh yang jarang mengalami keganasan, terjadi
0,85% dan 2,5% dari seluruh keganasan pada pria dan wanita. Penderita wanita lebih
banyak dari pria, ratio pria terhadap wanita adalah 1:2-4, penyakit tersering terjadi pada
usia 20-40 tahun.
ii.
Etiologi
Etiologi kanker tiroid belum jelas, pada umumnya beranggapan karsinoma tiroid
berkaitan dengan banyak faktor, termasuk radiasi ionisasi, perubahan genetik dan
onkogen, jenis kelamin, faktor diet,dll.
Radiasi Ionisasi
Kontak dengan radiasi merupakan satu-satunya faktor karsinogen terhadap tiroid.
Populasi terpapar sinar X dan radiasi , insiden karsinoma papilar dan folikular
nomor 10.
Jenis Kelamin dan Hormonal
Pada kelenjar tiroid normal, tumor jinak dan tumor ganas tiroid terdapat reseptor
estrogen dalam jumlah bervariasi. Pada Jaringan karsinoma papilar tiroid kandungan
reseptor estrogen dan reseptor progesteron tertinggi, disimpulkan bahwa reseptor
estrogen , reseptor progesteron merupakan faktor penting yang mempengaruhi
iii.
karsinoma tiroid.
Lesi Jinak Tiroid
Transformasi ganas adenomaberhubungan dengan tipe patologik, adenoma folikuler
tipe embrional dan tipe fetal lebih mudah menjadi ganas.
Penyebaran Dan Metastasis
Penyebaran intraglandular tiroid : kelenjar tiroid kaya akan jaringan limfatik,
tumor dapat menyebar di dalam kelenjar.
Penyebaran ekstraglandular tiroid : tumor dapat menembus kapsul tiroid,
menyerang jaringan sekitar tiroid, ke medial, posterior menginfiltrasi trakea,
esofagus, nervus laringeus rekuren dan kartilago tiroidea.
tulang.
Manifestasi Klinis
Tumor atau nodul tiroid : ditemukan adanya nodul keras dalam kelenjar tiroid,
bergerak naik turun sesuai gerakan menelan.
Gejala infiltasi dan desakan lokal
Ketika tumor membesar sampai batas tertentu, sering mendesak trakea hingga
posisisnya berubah disertai gangguan bernapas yang bervariasi intensitasnya.
Ketika tumor menginfiltrasi trakea, dapat timbul dispnea atau hemoptoe; bila
tumor mendesak esofagus dapat timbul disfagia; bila tumor menginfltrasi nervus
laringeus rekuren dapat timbul suara serak.
Metastasis jauh : kanker tyroid sering bermestasis jauh,tersering ke paru, lalu ke
tulang.
Pembesaran kelenjar limfe leher : ketika tumor mengalami metastasis kelenjar
limfe,sering
v.
teraba
pembesaran
kelenjar
limfe
leher
profunda
superior,media,inferior.
Diagnosis
Anamnesis :
Dalam anamnesis harus menitikberatkan pada : usia pasien,jenis kelamin,ada
tidaknya riwayat paparan radiasi daerah kepala dan leher,ukuran dan laju
pertumbuhan tumor di leher,ada tidaknya gejala desakan atau infiltrasi lokal,ada
tidaknya manifestasi sindrom karsinoid,ada tidaknya riwayat keluarga adenoma
tiroid,kromafinoma,karsinoma medular tiroid atau tumor endokrin multiple,dll.
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan
fisik
harus
menitikberatkan
perharian
pada
o Pemeriksaan USG : mencakup USG biasa dan dopler warna, USG merupakan
cara cukup sensitif untuk memeriksa ukuran dan jumlah tumor tiroid,dapat
menunjukkan ada tidak adanya tumor,sifatanya padat atau kistik,ada tidaknya
kalsifikasi,dll.
o Pemeriksan radioisotop : sebagian besar karsinoma berdiferensiiasi tiroid
memiliki fungsimengambil iodium,tampak sebagai nodul hangat.
o Pemeriksaan sinar X : termasuk foto trakea anteroposterior dan lateral,foto
barium esofagus, foto toraks,dll.
o Pemeriksaan CT : dapat menunjukkan lokasi,jumlah tumor,ada tidaknya
kalsifikasi kondisi struktur internalnya, keteraturan batasnya,dll.
o Pemeriksaan
MRI
:
dapat
menampilkan
koronal,sagital,tranversal,dengan
lapisan
multiple,sangat
potongan
baik
dalam
Kontrol Penyakit jangka panjang atau perbaikan masa bebas penyakit (disease free
survival) dengan menggunakan radiaso 2500-4000 cGy pada lokasi yang terlibat
atau pada lapangan yang leih luas yang mencakup lokasi nodal yang berdekatan.
Standar pilihan terapi :
1
Radioterapi
Kemoterapi saja atau Wait and See jika radioterapi tidak dapat dilakukan.
Radiasi paliatif
Kemoterapi
b. LNH Agresif
i. LNH Intermediate/High Grade Terlokalisir STADIUM I DAN II
Dapat
diterapi
dengan
regimen
yang
mengandung
doksorubisin
semua subtpe LNH. Terdapat 5 faktor yang mempengaruhi prognosis, yaitu usia,
serum LDH, status performance, stadium anatomis dan jumlah lokasi ekstranodal.
Tiap faktor memiliki efek yang sama terhadap outcome, sehingga abnormalitas
dijumlahkan untuk mendapatkan index prognostic. Skor yang didapat antara 0-5. Pada
pasien usia <60 tahun (age adjusted IPI), index yang digunakan lebih sederhana yaitu
hanya meliputi faktor stadium anatomis serum LDH, dan status performance, tanpa
status ekstra nodal.
B. Limfoma Maligna Hodgkin (LH)
a. Prognosis
Pada tujuh faktor resiko independen untuk memprediksi masa bebas produksi
penyakit FFR (Freedom From Progresion), yaitu 1. Jenis Kelamin, 2. Usia >45 tahun;
3). Stadium IV; 4). Hb < 10gr%; 5). Leukosit >15000/mm3; 6). Limfosit <600/mm3
atau <8% leukosit; 70. Serum albumin <4gr%
C. Kanker Thyroid
Tergantung pada luasnya invasi pada waktu pembedahan. Prognosis untuk tumor
dengan invasi minimal adalah sangat baik. Dengan invasi yang lebih luas secara progresif
menjadi jelek.
a. Kelangsungan Hidup 5 Tahun
Dengan invasi yang lebih luas: 50%. Americah Cancer Society melaporkan bahwa
kelangsungan hidup 5 tahun 65,7% (3). Secara keseluruhan mortality rate pada 5
tahun adalah 70% (1). Kematian terjadi pada penyakit lokal atau komplikasi dari
metastase jauh (3).
D. Kanker Nasofaring
a. Prognosis
Prognosis karsinoma nasofaring secara umum tergantung pada pertumbuhan lokal
dan metastasenya. Karsinoma skuamosa berkeratinasi cenderung lebih agresif
daripada yang non keratinasi dan tidak berdiferensiasi, walau metastase limfatik dan
hematogen lebih sering pada ke-2 tipe yang disebutkan terakhir. Prognosis buruk bila
dijumpai limfadenopati, stadium lanjut, tipe histologik karsinoma skuamus
berkeratinasi . Prognosis juga diperburuk oleh beberapa faktor seperti stadium yang
lebih lanjut,usia lebih dari 40 tahun, laki-laki dari pada perempuan dan ras Cina
daripada ras kulit putih (Arima, 2006) .
b. Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA :
Manning.Major Diagnosis Fisik Edisi Ix.1996. Jakarta : EGC. Halaman 366
Ramli muchlis.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.1995.Jakarta : Binarupa aksara.Halaman 355
Sarjadi. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, de Jong.2007.Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Schwartz. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. 2000. Jakarta : EGC. Halaman 233
Sylvia A, Lorraine M.2003.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
W. Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing