Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia hidup
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri namun pula tetap tidak bisa hidup sendiri
melainkan harus bergantung kepada orang lain atau berdampingan. Oleh sebab itu
manusia haruslah bekerja agar tepenuhi kebutuhannya, serta berkomunikasi agar
terpenuhi hasrat sosialnya. maka tidak jarang dalam menjalankan roda kehidupan,
tercipta elaborasi antara satu individu dengan individu lainnya.
Dalam menjalani kehidupan, tentunya mengalami kemungkinan yang berujung
pada dua titik, yaitu keuntungan dan kerugian. Keuntungan adalah suatu momentum
yang diharapkan oleh seseorang sedangkan kerugian ialah bagian yang paling tidak
diharapkan. Akan tetapi tidak jarang seseorang menghindari kerugian dalam hidupnya
dengan berbagai cara, baik cara yang positif maupun dengan cara yang negatif.
Menghindari kerugian dengan cara yang negatif tersebut dapat mengakibatkan
kerugian besar bagi orang lain.
Dalam realita kehidupan saat ini, setiap orang berlomba-lomba untuk meraup
keuntungan bagi dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Hal ini banyak
terdapat pada permasalahan retribusi parkir, dimana tarif parkir yang tidak sesuai
dengan peraturan daerah maupun peraturan perundang-undangan.

Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Permasalahan yang
dihadapi oleh daerah pada umumnya dalam penggalian sumber-sumber pajak daerah
dan retribusi daerah yaitu belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
penerimaan daerah secara keseluruhan.1
Otonomi daerah merupakan pemberian kebebasan baik hak maupun kewajiban
kepada kepala pemerintah daerah untuk mengurus pemerintahan dan masyarakat yang
berada di wilayah pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang telah ditentukan. Diharapkan dengan pemberlakuan system ekonomi daerah,
kepala daerah mampu memaksimalkan semua potensi yang ada di daerahnya, baik
dari Sumber Daya Alam (SDA), hingga Sumber Daya Manusia (SDM) untuik
mewujudkan kesejahteraan masayarakat seperti apa yang telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penerimaan pemerintah daerah selain dari pajak daerah dan bagi hasil pajak pusat
yang diperuntukkan ke pemerintah daerah berasal dari retribusi daerah. Akan tetapi,
untuk retribusi tiap daerah memiliki potensi yang berbeda satu sama lain, untuk itu
pemerintah daerah harus dapat melihat peluang apa saja yang dapat dilakukan dalam
mengali penerimaan dari retribusi untuk menunjang penerimaan.

http://padjakdaerah.blogspot.com/2012/08/pengertian-pajak-daerah-dan-retribusi.html di akses Sabtu,16 November


2013 ,pukul 09.34 wib

Sumber-Sumber penerimaan daerah adalah :2


a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
b. Dana perimbangan yaitu dana yang bersumberkan dari penerimaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk
membiayai kebutuhan daerah dalam rangkan pelaksanaan desentralisasi.
c. Sumber penerimaan yang ketiga adalah pinjaman daerah
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Apabila potensi yang ada dapat memaksimalkan maka akan membantu
meningkatkan pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD), PAD sendiri dapat
diperoleh dari berbagai sumber yang diantaranya pajak dan retribusi daerah, yang
salah satunya adalah retribusi parkir.
Retribusi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Retribusi dapat disebut sebagai Pungutan Daerah yang dikelola oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda). Retribusi Daerah selain sebagai salah satu sumber
penerimaan bagi pemerintah daerah juga merupakan faktor yang dominan peranannya
dan kontribusinya untuk menunjang pemerintah daerah salah satunya adalah Retribusi
Parkir.

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jas atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau orang. Salah satu contoh retribusi adalah pelayanan parkir yang
disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat
pada retribusi daerah yang saati ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut: 3
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang
dan peraturan daerah yang berkenaan.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan daerah.
c. Pihak yang membayar retribusi mendapat kontra prestasi secara langsung dari
pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukaknnya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu
jika

tidak

membayar

retribusi

tidak

akan

memperoleh

jasa

yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah.


Sejak tahun 2001 telah dilakukan perubahan terhadap tata pemerintahan di
Indonesia yang sangat berarti dan bersifat fundamental yaitu telah terjadi perubahan
di dalam pola pengaturan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pola yang semula sentralistik diubah menjadi desentralisasi dan otonomi daerah guna
membentuk kemandirian daerah. Untuk merealisasikan hal tersebut, sebagaimana
daerah lain, Pemerintah Magelang perlu berusaha secara aktif untuk meningkatkan

Marihot Pahal Siahaan, S.E., M.T., hlm 6-7

serta menggali sumber-sumber penerimaan daerah terutama penerimaan yang berasal


dari daerah sendiri atau yang sering disebut dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah mempunyai
peranan penting dalam pembangunan daerah. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagaimana peranan pendapatan asli daerah diharapkan dan
diupayakan

dapat

menjadi

penyangga

utama

dalam

membiayai

kegiatan

pembangunan daerah.
Retribusi Parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
bersumber dari masyarakat, dimana pengelolaannya dahulu dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda) dan kini dikelola oleh Dinas Perhubungan (Dishub).
Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan pembangunan secara efektif
dan efisien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu menciptakan dan
mendorong meningkatnya sumber-sumber pendapatan asli daerah. Salah satu sumbersumber pendapatan asli daerah yang potensial adalah sektor jasa perparkiran, sumbersumber keuangan atau sumber-sumber pendapatan asli daerah seperti yang tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut
dijelaskan bahwa daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua
urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan yang ditetapkan dalam UndangUndang ini.
Permasalahan di bidang perparkiran sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Mulai
dari juru parkir yang menarik pungutan parkir kepada pengguna jasa parkir di luar
dari tarif yang sudah ditentukan, juru parkir yang tidak menggunakan atribut yang
telah ditentukan, sehungga hanya terkesan mencari keuntungan semata tanpa

memperhatikan keamanan kendaraan dari pengguna jasa parkir. Dilihat dari pihak
pengguna jasa parkir, sering mereka hanya sekedar membayar retribusi parkir sesuai
dengan kebiasaan saja tanpa pernah memperhatikan tarif yang telah ditentukan oleh
Peraturan Daerah. Para pengguna jasa parkir terkadang juga tidak memperhatikan
atribut dari juru parkir sehingga memberikan uang retribusi begitu saja karena
dianggap yang membantu kendaraan mereka keluar dari tempat parkir adalah juru
parkir yang resmi. Padahal apabila dilihat secara cermat dan teliti, para pengguna jasa
parkir tersebut dapat menegur juru parkir yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku kepada Dinas Perhubungan (Dishub) setempat.
Dengan maraknya pembukaan lahan parkir yang dianggap sebagai salah satu
upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang untuk menertibkan parkir-parkir liar
yang menyebabkan kemacetan dan mengganggu arus lalu lintas di Kabupaten
Magelang, seharusnya Juru Parkir (Jukir) selaku penyedia layanan berusaha untuk
memberikan pelayanan sebaik mungkin dan secara optimal terhadap pengguna jasa
parkir atau pemilik kendaraan merassa puas atas pelayanan parkir yang diberikan.
Pelayanan yang dapat diberikan oleh juru parkir salah satunya adalah tarif harga
parkir yang sesuai dengan peraturang daerah dan menggunakan atribut yang telah
ditentukan.
Namun hal tersebut sangatlah jauh dari apa yang terjadi di lapangan. Tarif harga
parkir yang dikenakan kepada pengguna jasa parkir sangat berbeda dengan tarif harga
parkir yang telah ditentukan dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Magelang
Nomor 3 Tahun 2012. Tarif yang dikenakan di lapangan untuk kendaraan bermotor
roda 2 (dua) adalah Rp 1.000 dan roda 4 (empat) Rp 2.000, sedangakan pada Perda

Kabupaten Magelang Nomor 3 Tahun 2012 lampiran III diatur bahwa tariff parkir
yang dikenakan untuk kendaranaan bermotor roda 2 sebesar Rp 500 dan roda 4
sebesar Rp 1.000
Berdasarkan masalah-masalah diatas, sangatlah jelas adanya suatu penyimpangan
yang terjadi pada implementasi pemungutan retribusi parikir di tepi jalan umum
terkait dengan tarif harga parkir di lapangan dengan tarif parkir pada Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Magelang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum. Dalam hal ini yang berwenang untuk melakukan
pengawasan terhadap pemugutan retribusi tersebut adalah Dinas Perhubungan
(Dishub) Kabupaten Magelang. Juru parkir harus dilakukan pengawasan agar
pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum dan pelaksanaan Peraturan Daerah
sesuai dengan tujuan awal dibentuknya Peraturan Daerah.
Dengan adanya ketidaksesuaian antara Peraturan Daerah (Perda) tersebut dengan
pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum yang terjadi di lapangan,
maka penulis ingin melakukan penelitian di lapangan dan mengkaji permasalahan ini
lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dalam
memudahkan identifikasi penelitian, permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai
isu sentral dalam penyusunan penulisan hukum yaitu sebagai berikut:

1.

Empiris : Bagaimanakah pelaksanan pemungutan retribusi pelayanan parkir di


tepi jalan umum di luar kawasan Taman Wisata Candi Borobudur Kabupaten
Magelang?

2.

Normatif : Apakah Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Magelang Nomor 3


Tahun 2012 tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum sudah sesuai
dengan asas kepastian hukum?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian dalam penulisan ini mempunyai 2 (dua) tujuan, yaitu :
1. Tujuan Objektif : Untuk mengetahui fakta-fakta yang berkaitan dengan
pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum Kabupaten
Magelang. Tujuan yang lainnya adalah untuk mengetahui kesesuaian Peraturan
Daerah Kabupaten Magelang Nomor 3 Tahun 2012 dengan asas Kepastian
Hukum.
2. Tujuan Subjektif : Untuk melengkapi data guna penyusunan penulisan hukum
sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM).
D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelitian di lingkungan Perpustakaan Hukum Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta, Penulis menemukan penelitian yang membahas mengenai
retribusi seperti penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian yang membahas
mengenai retribusi tersebut antara lain :

1. NOR FARIS ARDIANSYAH dengan judul PELAKSANAAN PERATURAN


DAERAH SURAKARTA TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN
UMUM DALAM ASAS KEPASTIAN HUKUM dengan rumusan masalah :
a. Empiris

: Bagaimana pelaksanaan Perda kota Surakarta tentang retribusi

parkir di tepi jalan umum setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2009?
b. Normatif : Apakah Perda Nomor 9 Tahun 2011 telah sesuai dengan AUPB?
2. ALIYANA

FELAYANI

PUTRI

dengan

judul

PENGAWASAN

PEMUNGUTAN RETRIBUSI PARKIR DALAM AUPB DI YOGYAKARTA


(STUDI KASUS PASAR MALAM PERAYAAN SEKATEN TAHUN
2011/2012) dengan rumusan masalah :
a. Empiris

: Bagaimanankan pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di kota

Yogyakarta pada kegiatan tertentu khususnya perayaan Sekaten?


b. Normatif : Apakah pelaksanaan Perda Nomor 19 Tahun 2009 telah
memenuhi asas kecermatan dan AUPB?
3. DIMAS DARMAWAN NUR ATMOJO dengan judul PENGAWASAN
YURIDIS TERHADAP PEMUNGUTAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI
JALAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR DALAM RANGKA
PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH dengan rumusan masalah :
a. Empiris

: Bagaimana pelaksanaan yuridis yang tepat terhadap pemungutan

retribusi parkir di tepi jalan umum Kabupaten Karanganyar ?


b. Normatif : Apakah jenis pengawasan yuridis yang tepat terhadp pemngutan
retribusi parkir di tepi jalan umum Kabupaten Karang Anyar ?

Berdasarkan uraian rumusan masalah penelitian sebelumnya, penulis tidak


menemukan kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan judul
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI
JALAN UMUM DI LUAR KAWASAN CANDI BOROBUDUR KABUPATEN
MAGELANG DALAM KAITANNYA DENGAN ASAS KEPASTIAN HUKUM.
Adapun untuk lebih jelasnya rumusan masalah yang akan penulis teliti sebagai
berikut :
a. Empiris

: Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi

jalan umum di luar kawasan Candi Borobudur Kabupaten Magelang ?


b. Normatif : Apakah Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 3 Tahun
2012 tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum sudah sesuai
dengan Asas kepastian hukum ?
Berdasarkan rumusan masalah di atas dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penelitian ini memenuhi kaidah keaslian penelitian.

E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat yang baik, antara
lain :
1. Menambah ilmu pengetahuan yang berguna bagi peneliti khususnya pada
bidang hukum pajak dam bidang ilmu pengetahuan pada umumnya.

2. Sebagai sumber informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui pelaksanaan


pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah.

Anda mungkin juga menyukai