S1 2014 280286 Chapter1
S1 2014 280286 Chapter1
PENDAHULUAN
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Permasalahan yang
dihadapi oleh daerah pada umumnya dalam penggalian sumber-sumber pajak daerah
dan retribusi daerah yaitu belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
penerimaan daerah secara keseluruhan.1
Otonomi daerah merupakan pemberian kebebasan baik hak maupun kewajiban
kepada kepala pemerintah daerah untuk mengurus pemerintahan dan masyarakat yang
berada di wilayah pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang telah ditentukan. Diharapkan dengan pemberlakuan system ekonomi daerah,
kepala daerah mampu memaksimalkan semua potensi yang ada di daerahnya, baik
dari Sumber Daya Alam (SDA), hingga Sumber Daya Manusia (SDM) untuik
mewujudkan kesejahteraan masayarakat seperti apa yang telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penerimaan pemerintah daerah selain dari pajak daerah dan bagi hasil pajak pusat
yang diperuntukkan ke pemerintah daerah berasal dari retribusi daerah. Akan tetapi,
untuk retribusi tiap daerah memiliki potensi yang berbeda satu sama lain, untuk itu
pemerintah daerah harus dapat melihat peluang apa saja yang dapat dilakukan dalam
mengali penerimaan dari retribusi untuk menunjang penerimaan.
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jas atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau orang. Salah satu contoh retribusi adalah pelayanan parkir yang
disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat
pada retribusi daerah yang saati ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut: 3
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang
dan peraturan daerah yang berkenaan.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintahan daerah.
c. Pihak yang membayar retribusi mendapat kontra prestasi secara langsung dari
pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukaknnya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu
jika
tidak
membayar
retribusi
tidak
akan
memperoleh
jasa
yang
dapat
menjadi
penyangga
utama
dalam
membiayai
kegiatan
pembangunan daerah.
Retribusi Parkir sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
bersumber dari masyarakat, dimana pengelolaannya dahulu dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda) dan kini dikelola oleh Dinas Perhubungan (Dishub).
Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan pembangunan secara efektif
dan efisien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu menciptakan dan
mendorong meningkatnya sumber-sumber pendapatan asli daerah. Salah satu sumbersumber pendapatan asli daerah yang potensial adalah sektor jasa perparkiran, sumbersumber keuangan atau sumber-sumber pendapatan asli daerah seperti yang tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut
dijelaskan bahwa daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua
urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan yang ditetapkan dalam UndangUndang ini.
Permasalahan di bidang perparkiran sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Mulai
dari juru parkir yang menarik pungutan parkir kepada pengguna jasa parkir di luar
dari tarif yang sudah ditentukan, juru parkir yang tidak menggunakan atribut yang
telah ditentukan, sehungga hanya terkesan mencari keuntungan semata tanpa
memperhatikan keamanan kendaraan dari pengguna jasa parkir. Dilihat dari pihak
pengguna jasa parkir, sering mereka hanya sekedar membayar retribusi parkir sesuai
dengan kebiasaan saja tanpa pernah memperhatikan tarif yang telah ditentukan oleh
Peraturan Daerah. Para pengguna jasa parkir terkadang juga tidak memperhatikan
atribut dari juru parkir sehingga memberikan uang retribusi begitu saja karena
dianggap yang membantu kendaraan mereka keluar dari tempat parkir adalah juru
parkir yang resmi. Padahal apabila dilihat secara cermat dan teliti, para pengguna jasa
parkir tersebut dapat menegur juru parkir yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku kepada Dinas Perhubungan (Dishub) setempat.
Dengan maraknya pembukaan lahan parkir yang dianggap sebagai salah satu
upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang untuk menertibkan parkir-parkir liar
yang menyebabkan kemacetan dan mengganggu arus lalu lintas di Kabupaten
Magelang, seharusnya Juru Parkir (Jukir) selaku penyedia layanan berusaha untuk
memberikan pelayanan sebaik mungkin dan secara optimal terhadap pengguna jasa
parkir atau pemilik kendaraan merassa puas atas pelayanan parkir yang diberikan.
Pelayanan yang dapat diberikan oleh juru parkir salah satunya adalah tarif harga
parkir yang sesuai dengan peraturang daerah dan menggunakan atribut yang telah
ditentukan.
Namun hal tersebut sangatlah jauh dari apa yang terjadi di lapangan. Tarif harga
parkir yang dikenakan kepada pengguna jasa parkir sangat berbeda dengan tarif harga
parkir yang telah ditentukan dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Magelang
Nomor 3 Tahun 2012. Tarif yang dikenakan di lapangan untuk kendaraan bermotor
roda 2 (dua) adalah Rp 1.000 dan roda 4 (empat) Rp 2.000, sedangakan pada Perda
Kabupaten Magelang Nomor 3 Tahun 2012 lampiran III diatur bahwa tariff parkir
yang dikenakan untuk kendaranaan bermotor roda 2 sebesar Rp 500 dan roda 4
sebesar Rp 1.000
Berdasarkan masalah-masalah diatas, sangatlah jelas adanya suatu penyimpangan
yang terjadi pada implementasi pemungutan retribusi parikir di tepi jalan umum
terkait dengan tarif harga parkir di lapangan dengan tarif parkir pada Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Magelang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum. Dalam hal ini yang berwenang untuk melakukan
pengawasan terhadap pemugutan retribusi tersebut adalah Dinas Perhubungan
(Dishub) Kabupaten Magelang. Juru parkir harus dilakukan pengawasan agar
pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum dan pelaksanaan Peraturan Daerah
sesuai dengan tujuan awal dibentuknya Peraturan Daerah.
Dengan adanya ketidaksesuaian antara Peraturan Daerah (Perda) tersebut dengan
pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum yang terjadi di lapangan,
maka penulis ingin melakukan penelitian di lapangan dan mengkaji permasalahan ini
lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dalam
memudahkan identifikasi penelitian, permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai
isu sentral dalam penyusunan penulisan hukum yaitu sebagai berikut:
1.
2.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian dalam penulisan ini mempunyai 2 (dua) tujuan, yaitu :
1. Tujuan Objektif : Untuk mengetahui fakta-fakta yang berkaitan dengan
pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum Kabupaten
Magelang. Tujuan yang lainnya adalah untuk mengetahui kesesuaian Peraturan
Daerah Kabupaten Magelang Nomor 3 Tahun 2012 dengan asas Kepastian
Hukum.
2. Tujuan Subjektif : Untuk melengkapi data guna penyusunan penulisan hukum
sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM).
D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelitian di lingkungan Perpustakaan Hukum Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta, Penulis menemukan penelitian yang membahas mengenai
retribusi seperti penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian yang membahas
mengenai retribusi tersebut antara lain :
FELAYANI
PUTRI
dengan
judul
PENGAWASAN
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat yang baik, antara
lain :
1. Menambah ilmu pengetahuan yang berguna bagi peneliti khususnya pada
bidang hukum pajak dam bidang ilmu pengetahuan pada umumnya.