PEMBAHASAN
Masalah Utama pada pasien ini adalah tidur terus dan sulit dibangunkan yang
menandakan pasien ini mengalami penurunan kesadaran dan berada dalam tingkat sopor. Pasien
juga mengalami kejang.
Anamnesis tambahan yang perlu ditanyakan pada pasien ini adalah mengenai
identitasnya, antara lain tempat tinggalnya, dan pekerjaan. Hal ini perlu ditanyakan untuk
memikirkan kemungkinan-kemungkinan penyakit apa saja yang dapat menyerang pasien di
lingkungan hidupnya. Kemudian ditanyakan mengenai riwayat penyakit pasien ini, antara lain
mengenai keluhan-keluhan awal pasien sebelum kesadarannya menurun dan mengalami kejang,
bagaimana karakteristik kejang yang dialami pasien, mengenai lamanya serangan, frekuensi
serangan kejang, dan dibagian tubuh mana yang mengalami kejang. Perlu juga ditanyakan
apakah pasien pernah mengalami trauma daerah kepala, apakah ada mual dan muntah, dan
apakah ada demam sebelumnya. Semua ini perlu ditanyakan untuk mengarahkan kita pada
etiologi penurunan kesadaran dan kejang yang dialami pasien, bahkan dapat ditegakkan
diagnosis kerja bila gejala lainnya cukup spesifik. Selain itu perlu juga ditanyakan apakah pasien
menderita penyakit kronik seperti diabetes mellitus, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, dan
gangguan metabolik lainnya berikut pengobatannya karena gangguan kesadaran dan kejang
dapat timbul karena penyakit-penyakit lain yang mendasarinya atau karena obat-obatan yang
dikonsumsi pasien yang seringkali pasien tidak disiplin dalam pengobatannya ataupun overdosis
dalam meminum obat.
Pada anamnesis yang dilakukan kemudian didapat informasi bahwa pasien mengalami
demam sudah sejak 7 hari yang lalu, diseratai sakit kepala, kadang mual dan muntah. Empat hari
yang lalu pasien datang ke puskesmas lalu dilakukan pemeriksaan Hb dan trombosit, namun
hasilnya normal. Pasien diberi obat namun tidak membaik. Sejak 1 hari yang lalu, pagi hari
pasien kejang 2 kali seluruh tubuh 3-5 menit. Diketahui juga pasien adalah seorang pegawai
swasta dan 3 minggu yang lalu baru pulang dari papua. Dari anamnesis ini dapat disimpulkan
bahwa pasien kemungkinan menderita penyakit infeksi yang bermanifestasi di sistem neurologis
sehingga menyebabkan penurunan kesadaran dan kejang.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran soporous Disebabkan karena terganggunya vaskularisasi darah ke otak
__________________________yang disebabkan karena terlalu banyaknya eritrosit yang
__________________________terinfeksi parasit malaria sehingga aliran darah menjadi tidak
__________________________lancar. Fungsi eritosit untuk mensuplai oksigen ke otak juga
__________________________berkurang.
TD
: 110/70 mmHg
?????????
Nadi
: 72x/menit
RR
: 24x/menit
(N= 16-20x/menit)
Hiperventilasi
Menunjukkan adanya keadaan asidosis. Hal ini dapat terjadi dalam keadaan
hipoksia, gangguan perfusi darah ke jaringan, gangguan fungsi hepar, maupun
karena adanya parasit dalam darah.
Suhu
: 39oC
Febris
Urin berwarna hitam dapat terjadi karena hemolisis intravaskular yang disebabkan oleh
parasit yang merusak sel darah merah sehingga heme terdapat di urin menyebabkan urin
berwarna gelap.
Pemeriksaan Neurologis
GCS
: E2M5V2 GCS= 9
Pupil isokir
: Normal
Refleks Cahaya
: +/+
Kaku kuduk
: (-)
Laseq
: -/-
Kernig
: -/-
Brudzinski I &II
: (-)
Refleks Fisiologis
: +/+
Refleks Patologis
: -/-
gejala-gejala ini tidak ditemukan pada pasien ini. Pada ensefalitis virus didapati gejala demam,
penurunan kesadaran, kejang, hemiparesis, kaku kuduk, dan sakit kepala. Namun gejala ikterik,
anemia, urin berwarna gelap, dan splenomegali jarang ditemukan.
Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan apus
darah tepi untuk menemukan parasit malaria. Hasil negatif pada 1 kali pemeriksaan tidak dapat
mengenyampingkan diagnosis malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka
diagnosis malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan saat demam karena
meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit malaria. Pada pasien ini juga perlu di ulangi
pemeriksaan darah lengkap untuk melihat perkembangan penyakit. Perlu juga dilakukan
pemeriksaan fungsi hati, antara lain pemeriksaan bilirubin, SGOT, dan SGPT karena sering
meningkat pada pasien malaria. Peningkatan SGOT dan SGPT yang lebih besar dari 3 kali
berkaitan dengan prognosis yang buruk pada pasien malaria. Peningkatan bilirubin >3 mg/dl
ditemukan pada 46 % penderita dengan angka mortalitas 33% pada suatu penelitian di minahasa.
Pemerikasaan Ureum kreatinin perlu dilakukan karena gagal ginjal akut sering terjadi pada
pasien malaria dewasa. Hal ini disebabkan karena gangguan perfusi ke ginjal oleh karena
adanya sumbatan kapiler oleh eritrosit yang mngandung parasit sehingga terjadi tubular nekrosis.
Oleh karena itu perlu juga dilakukan pemeriksaan elektrolit karena kerusakan ginjal akan
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang akan memperparah kondisi pasien sehingga hal
ini perlu diantisipasi. Pemeriksaan analisa gas darah perlu dilakukan karena pada pasien malaria
dapat terjadi asidosis karena terjadi glikolisis anaerob pada jaringan yang kekurangan oksigen
dan produksi laktat oleh parasit.