Anda di halaman 1dari 6

Analisis Korosi pada Pelat Baja Bahan Baku Pembuatan Tangki Penyimpanan Minyak Mentah (Koos Sardjono)

ANALISIS KOROSI PADA PELAT BAJA BAHAN BAKU


PEMBUATAN TANGKI PENYIMPANAN MINYAK MENTAH
Koos Sardjono dan M. Syahril
UPT-LUK, BPP Teknologi
Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Banten

ABSTRAK
ANALISIS KOROSI PADA PELAT BAJA BAHAN BAKU PEMBUATAN TANGKI
PENYIMPANAN MINYAK MENTAH. Korosi adalah proses alami yang terjadi pada material logam dan
berinteraksi dengan lingkungan-agresif, serta mengakibatkan degradasi kekuatan pada material logam. Proses
korosi sangat sulit dihindari, akan tetapi untuk menghambat laju korosi yang terjadi adalah dengan cara melakukan
pencegahan. Pelat baja sebagai material teknik, dalam kasus ini dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
tangki penyimpanan minyak mentah yang sering didatangkan dari mancanegara mengingat standar - mutu dari
material tersebut belum diproduksi didalam negeri. Kasus yang dijumpai dilapangan menjelaskan bahwa,
didalam perjalanan dari salah satu negara menuju Indonesia (Tanjung Priok) dengan waktu perjalanan sekitar
enam bulan, terlihat sejumlah material pelat baja terserang korosi. Penelitian di lakukan terhadap sampel pelat
baja, guna mengetahui penyebab terjadinya korosi. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan, analisis
komposisi kimia, metalografi, uji kekerasan, dan analisis produk korosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
material pelat baja sesuai dengan standar JIS - G3101. Material terkorosi dengan bentuk korosi lokal dan umum,
akibat lingkungan yang agresif, hal ini dapat terjadi karena material pelat baja tidak menggunakan sistem proteksi.
Kata kunci : Pelat baja, korosi, metalografi, ICP-MS, EDX

ABSTRACT
CORROSION ANALYSIS OF STEEL PLATE AS ROW MATERIALS FOR CRUDE OIL
STORAGE. Corrosion is a natural process affected to the degradation strength of metal material, cause of
interaction between aggressive environment. Its difficult to disappear corrosion process, but to hold the
corrosion rate could be used the corrosion prevention. Steel plate as engineering material in this case, was apply
as raw materials for the crude oil storage tanks, that until now become from foreign countries, considering that its
not yet produce in our country. In the experience on this field case, in travelling with ship cargo from outer
country to Indonesia (Tanjung Priok), with six month long, meet a number of corroded steel plates material.
Investigation was occurred to the sample of steel plates material, with objection clarify the cause of corrosion.
The research method use, the chemical composition, metallography, hardness test, and corrosion product
analysis. Result investigation showed that, the steel plate material match to the JIS - G3101 standard. Form of
corrosion is localized and general corrosion, cause of aggressive environment. Its occurred to the steel plate
material because is unprotected.
Kata kunci : Steel plate, corrosion, metallography, ICP-MS, EDX

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam lingkungan rekayasa industri khususnya
bidang engineering construction, salah satu kendala
yang sering timbul adalah penyediaan material-material
khusus yang tidak tersedia di dalam negeri. Hal tersebut
dikarenakan memang belum tersedianya produk lokal
atau spesifikasi teknik dan standar yang harus dipenuhi
belum mampu diproduksi didalam negeri.
Sebagai informasi ,sebuah perusahaan konstruksi
Multi Nasional X mengimpor material logam dalam
bentuk pelat baja yang memenuhi standar teknik JIS G

3101 dengan dimensi khusus dari mancanegara.


Pengiriman material pelat dilakukan melalui laut
menggunakan kapal barang dengan memanfaatkan palkah
kapal sebagai gudang penyimpanan selama pelayaran.
Waktu yang diperlukan mulai selesai fabrikasi sampai
digudang pembongkaran barang di Tanjung Priok adalah
enam bulan. Pada saat dilakukan survey terhadap material
pelat baja tersebut diatas, ditemukan sejumlah material
pelat baja mengalami korosi. Kondisi ini menimbulkan
keraguan pihak pemakai terhadap dugaan menurunnya
1

Vol. 2 No. 3 Juni 2001, hal : 1 - 6


ISSN : 1411-1098

Jurnal Sains Materi Indonesia


Indonesian Journal of Materials Science

kekuatan dan kualitas pelat baja tersebut diatas.


Masalah ini kemudian dijadikan topik
permasalahan yang perlu dibahas dan dikaji, agar
keraguan pihak pemakai material tersebut dapat terjawab.
Didalam pelaksanakannya dilakukan survey, untuk
mendapatkan data-data lapangan. Sampel material
diambil dari pelat baja JIS G 3101 hasil impor yang
terkorosi dengan dua jenis ketebalan (8 x400x400 mm
dan 10 x 400 x 400 mm) yang dipakai sebagai sampel.

Tujuan Penelitian
Kajian dilakukan terhadap sampel material yang
mewakili material pelat baja JIS G 3101, yang terkorosi
dalam waktu enam bulan selama waktu selesai fabrikasi
hingga pembongkaran material di gudang Tanjung Priok
Jakarta.
Tujuan penelitian ialah menjawab penyebab
korosi yang terjadi dan memperkirakan sampai sejauh
mana pengaruh korosi tersebut terhadap penurunan
kekuatan dan kualitas pelat baja JIS G 3101 tersebut.

Metodologi Penelitian.
Sebelum dilakukan pengujian terhadap sampel
material pelat baja, maka tindakan awal yang dilakukan
adalah pengamatan lapangan terhadap pelat baja
terutama dokumen yang menyertai dan keadaan fisik /
visual material pelat tersebut. Kemudian mendapatkan
informasi dan data-data yang lebih detail.
Pemeriksaan dan pengujian dilakukan terhadap
material sampel yaitu meliputi :
1. Pemeriksaan visual material sampel untuk
memperoleh informasi mengenai kondisi-kondisi
yang berhubungan dengan korosi yang terjadi .
2. Pemeriksaan metalografi dilakukan untuk mengetahui
struktur mikro material serta pengambilan foto gambar
makro material yang terkorosi dan gambar bentuk
serangan korosi yang terjadi pada sampel.
3. Kekerasan material pelat diuji dengan menggunakan
metoda uji kekerasan Brinnel , untuk mendapatkan
data kekuatan tarik material.
4. Analisis komposisi kimia terhadap sampel, dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui komposisi unsur
kimia dari Karbon (C), Sulfur (S), dan Posfor (P),
dengan menggunakan metoda combustion
(pembakaran) untuk C dan S. Sedangkan unsur P
menggunakan metoda ICP-MS (Inductively Coupled
Plasma - Mass Spectrophotometry).
5. Analisis produk korosi dengan metoda EDX (Energy
Dispersive Analysis X - Ray) bertujuan mengetahui
unsur kimia dominan penyebab korosi.

TEORI DASAR
Dalam pengoperasian peralatan produksi
dilingkungan industri banyak masalah yang sering
timbul, salah satu diantaranya adalah problema korosi.
2

Definisi Korosi.
Korosi merupakan peristiwa alam yang terjadi
pada logam dan dapat mengakibatkan kerusakan logam
tersebut. Definisi korosi ialah penurunan kualitas logam
yang disebabkan oleh adanya proses elektrokimia dengan
Electrochemical

Physical
Chemical

Corrosion
Resistance

Metallurgical

Thermodynamic

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi


ketahanan material terhadap korosi [1].

lingkungannya.
Ketahanan korosi suatu material dapat ditinjau
dari berbagai aspek yaitu aspek metalurgi, aspek
elektrokimia, aspek fisik dan kimia, aspek termodinamik
seperti dilukiskan pada Gambar 1.
Aspek elektrokimia, ialah termasuk proses korosi
basah terjadi karena hadirnya suatu elektrolit, sedangkan
proses korosi kering terjadi tanpa kehadiran elektrolit.
Korosi basah merupakan proses elektrokimia yang
terjadi karena adanya perbedaan potensial antara dua
permukaan logam yang mengakibatkan permukaan
berpotensial lebih rendah teroksidasi, dengan demikian
terjadilah korosi. Untuk mendukung terjadinya korosi
basah ada tiga faktor yang mempengaruhi yaitu :
- Adanya konduktansi listrik pada anoda dan katoda.
- Adanya perbedaan potensial antara dua bagian
permukaan logam yakni anoda .
- Hadirnya elektrolit.
Pada prinsipnya proses korosi akan terjadi bila
terdapat reaksi antara anodik dengan katodik seperti
terlihat pada Gambar 2. Kombinasi antara anoda, katoda
dan elektrolit disebut sebagai sistim sel korosi. Peristiwa
reaksi korosi logam besi didalam medium air adalah
sebagai berikut :
Fe + 2H2O > Fe(OH)2 + H2

(1)

Persamaan reaksi (1) merupakan penjumlahan dari dua


reaksi berikut :
+
Oksidasi : Fe > Fe + 2e
(2)
Reduksi : 2H2O > H2 + 2 OH
(3)
Reaksi yang dinyatakan oleh persamaan (2) dan
(3) berlangsung dipermukaan logam. Sebagai anoda dan
mempunyai potensial yang lebih rendah, sedangkan
bagian permukaan dimana reduksi berlangsung disebut
sebagai katoda.
Sedangkan reaksi korosi pada lingkungan yang
agresif seperti garam klorida dituliskan sebagai berikut ;

Analisis Korosi pada Pelat Baja Bahan Baku Pembuatan Tangki Penyimpanan Minyak Mentah (Koos Sardjono)

Gambar 2. Reaksi anodik dan katodik pada permukaan


logam [2].

M M++ + n e

Gambar 3. Kondisi susunan pelat di dalam palkah kapal.

M++ + 2 Cl- MCl2


MCl2 + 2 H2O M(OH)2 + 2 H+ + 2 Cl22 H+ + 2 e H 2

Pelat Baja.
Konstruksi rekayasa berkembang dengan
pesatnya, demikian pula tuntutan kebutuhan material
yang digunakan. Untuk memenuhi kebutuhan material
yang hingga kini masih tetap dipertahankan adalah
pemanfaatan logam, walaupun telah banyak material non
logam yang dapat menggantikannya, misalnya seperti
material komposit, plastik, epoksi, teflon, fiber glass dan
keramik, sudah tidak asing lagi dalam posisinya untuk
mengganti material logam.
Namun demikian pemakaian logam baja dalam
bentuk pelat untuk kondisi tertentu masih belum dapat
digantikan oleh material yang lain, seumpama kita
memproduksi bejana tekan dan tangki-tangki minyak/
gas dengan ukuran yang khusus. Secara umum logam
dapat dibagi menjadi dua bagaian besar yaitu logam
ferrous dan logam non-ferrous, khusus didalam
pembahasan ini logam ferrous carbon dengan kriteria
tertentu menjadi pilihan untuk diteliti yaitu pelat baja.
Pelat baja diproduksi dengan sistem hot rolling
process dengan bahan baku slabs melalui plate mill rolling process menjadi steel plate (pelat baja). Dengan
menggunakan hot strip mills process dapat pula
dihasilkan pelat baja dalam bentuk sheets metal dan
coil sheet metal.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian dari analisa dan pengujian sampel
material pelat baja yang dilakukan dilapangan maupun
dilaboratorium dapat dijelaskan sebagai berikut:

Analisis Visual.

Gam bar 4. Kondisi visual pelat didalam palkah


menunjukkan adanya cacat berupa scrath pada permukaan
pelat.

didalam palkah kapal maupun pada saat pembongkaran/


pengamatan digudang penyimpanan .
Dari hasil foto-foto tersebut terlihat bahwa banyak
diantara pelat baja terserang korosi seperti terlihat pada
gambar berikut.

Analisis Komposisi Kimia.


Hasil analisis komposisi kimia terhadap pelat baja
yang dilaksanakan dengan menggunakan metoda
Combustion untuk menganalisis kandungan karbon ( C )
dan unsur sulfur (S), sedangkan metoda ICP-MS
(Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry)
dilakukan untuk menganalisis unsur posfor (P),
dibandingkan dengan standar JIS G3101 [3] dan dari
stahlschluessel[4].
Dari analisis kedua metoda tersebut didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil analisis komposisi kimia pelat baja.

Unsur
Posphor (P)
Sulphur (S)
Karbon (C)

JIS
G3101
0,05 max.
0,05 max.
0,25 max.

Persen berat
( wt %)
0,012
0,009
0,129

Analisis visual dilakukan terhadap foto-foto hasil


survey dilapangan baik foto pada saat pelat sampel berada
3

Jurnal Sains Materi Indonesia


Indonesian Journal of Materials Science

Vol. 2 No. 3 Juni 2001, hal : 1 - 6


ISSN : 1411-1098

Pemeriksaan Metalografi.
Analisis metalografi ini dilakukan secara
makrostruktur maupun mikrostruktur terhadap pelat
sampel A dan B. Pengamatan pada sampel menunjukkan
bahwa pelat terserang korosi secara serius terlihat pada
struktur ferrit (warna keputih-putihan) dan juga struktur
pearlit (warna hitam diantara putih).

Analisis Produk Korosi.


Analisis produk korosi dilakukan dengan
menggunakan EDX (Energy Dispersive X-Ray),
dihasilkan data semi kualitatip maupun kuantitatip seperti
tertampakan pada gambar mikrostruktur sampel, tabel
harga ion yang tertampak dan kurva dari produk EDX .

Gambar 5. Kondisi visual permukaan pelat A yang


mengalami kerusakan korosi

Gam bar 6. Kondisi visual permukaan pelat B


menunjukkan adanya cacat berupa scrath.

Gambar 9. Foto mikro kondisi permukaan sampel A,


yang mengalami korosi , perbesaran 625 X.

Gambar 10. Foto mikro kondisi permukaan sampel B,


yang juga terkorosi , perbesaran 625 X.

Gambar 11. Hasil pemerisaan EDX pada material pelat A.

Gambr 7. Potongan melintang pada area korosi material


sampel A, perbesaran 200 X, etsa : 15% Nital.

Gambar 12. Hasil pemeriksaan EDX pada permukaan


material pelat B

Gam bar 8. Foto strukturmikro material pelat


menunjukkan bahwa struktur berupa ferrit dan pearlit ,
perbesaran 1000 X, etsa : 15% Nital.

Pada tabel 2 dan tabel 3 dibawah , terlihat


adanya ion Klorida ( Cl ) , Sulfur ( S ) dan Kalsium ( Ca )
tertampakan yang diduga ion-ion tersebut berasal dari
uap / air laut .
Hasil analisis kimia produk korosi dapat dilihat
sebagai berikut :

Analisis Korosi pada Pelat Baja Bahan Baku Pembuatan Tangki Penyimpanan Minyak Mentah (Koos Sardjono)
Tabel 2. Hasil analisis produk korosi lokasi 1.

Unsur
Aluminium (Al)
Silikon
(Si)
Phosphor (P)
Kalsium (Ca)
Sulphur (S)
Klorida
(Cl)
Besi
(Fe)
Mangan (Mn)
Khromium (Cr)

CPS

(wt %)

217,17
348,63
9,25
146,31
15,58
10,84
404,60
4,38
0,97

20,03
27,89
1,12
8,47
1,32
0,80
39,93
0,38
0,07

Tabel 3. Hasil analisis produk korosi lokasi 2.

Unsur
Aluminium (Al)
Silikon
(Si)
Kalsium (Ca)
Sulphur (S)
Klorida (Cl)
Besi
(Fe)
Mangan (Mn)
Khromium (Cr)

CPS
14,52
28,52
8,46
8,58
2,09
1036,08
8,88
0,61

(wt %)
2,23
2,61
0,42
0,60
0,13
93,27
0,70
0,03

Analisis Kekerasan.
Analisis kekerasan dilakukan dengan metoda Brinnel di
peroleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil analisis kekerasan

Sampel material
Pelat A
Pelat B

HB (kg/mm2)
141
143

kualitatip yang berupa chart/kurva dan data


kuantitatip berupa persentase berat dari unsurunsur
yang terdeteksi didalamnya. Dari hasil analisis
tersebut diketahui bahwa adanya unsur kimia bersifat
korosif berupa ion klorida dan sulfur, yang apabila
berkontak dengan material yang tidak terproteksi/
terlingdungi akan mengalami percepatan kerusakan
korosi. Keberadaan ion klorida dan sulfur yang
terdeteksi pada sampel A dan B diyakini bersumber
dari air laut, sehingga menyebabkan material
terkontaminasi.
3. Analisis pada hasil uji kekerasan dengan metoda
Brinell yang dilakukan terhadap sampel material
ditemukan hasil :
HB(A) = 141 HB (kg/mm2)
HB(B) = 143 HB (kg/mm2)

Dengan mengacu terhadap DIN 50.150 [5] mengenai


konversi kekerasan (HB) kedalam kekuatan tarik
material (s), didapatkan acuan sebagai berikut
HB = 0,29 HV dan Rm(st) = 3,38 HV
Dengan memanfaatkan hubungan formulasi tersebut
maka didapatkan harga kekuatan tarik material sampel
sebagai berikut :
Kekuatan tarik (s)
sampel A = 501,66 N/mm2
sampel B = 508,78 N/mm2.
Setelah kita lihat pada JIS HANDBOOK, 1988, Rolled
Steel for General Structure pada halaman 521,
JIS - G3101 ternyata dengan melihat analisis
komposisi dan kekerasan material, menunjukkan
bahwa kekuatan material sampel A dan B sesuai
dengan standar JIS G.3101.

KESIMPULAN
PEMBAHASAN
Pembahasan dilakukan pada permasalahan yang
timbul yaitu serangan korosi terhadap pelat baja, dengan
melakukan analisis dan pengujian terhadap sampel A
(yang parah) dan sampel B (yang tidak parah) mewakili
keseluruhan. Dengan mengacu pada teori dasar dan
kepustakaan sebagai referensi maka, data-data hasil
analisis baik secara makro maupun mikro , demikian pula
hasil pengujian terhadap material sampel dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis metalografi baik terhadap sampel
pelat A maupun B, terlihat pelat baja mengalami korosi
yang serius disebagian permukaan pelat, hal ini dapat
dilihat dengan jelas pada strukturmikro dari pelat baja
tersebut. Dari pengamatan hasil analisis maka diduga
serangan korosi yang terjadi adalah gabungan antara
korosi lokal (pitting corrosion) dan korosi umum
(general corrosion). Sedangkan strukturmikro
material berupa Ferrit Pearlit.
2. Hasil pemeriksaan produk korosi didapatkan data

1. Dari analisis komposisi kimia dan kekerasan terhadap


sample material maka kekuatan material sampel sesuai
dengan standar JIS - G3101.
2. Korosi disebabkan oleh kontaminasi ion klorida dan
sulfur yang diduga berasal dari uap/air laut sebagai
faktor dominan penyebab korosi.
3. Korosi yang terjadi merupakan gabungan dari
pitting corrosion dan general corrosion.

SARAN
Untuk mencegah terulangnya permasalahan yang
serupa, maka perlu dipertimbangkan suatu bentuk
proteksi material yang baik, seperti pengecatan,
packing, dan lain-lain sebelum dilakukan pengiriman
terutama melalui perjalanan laut.

DAFTAR ACUAN
[1]. FONTANA M. G., Corrosion
Engineering,
Mc Graw-Hill International Editions, (1987) 13.
5

Vol. 2 No. 3 Juni 2001, hal : 1 - 6


ISSN : 1411-1098

Jurnal Sains Materi Indonesia


Indonesian Journal of Materials Science

2. NACE, Corrosion Basic ; An Introduction, (1984)


30.
3. , JIS Hand book, Ferrous
Material And Metallurgy, (1988) 521.
4. WEGST C.W., Stahlschluessel , Stahlshluessel verlag
GMBH, West Germany, pp. 130 , 416.
5. , DIN, Steel and Iron Standards on
Quality, Deutsche Normenauss Chuss, West
Germany.

Pasca Sarjana UI bidang MIPA dengan program material


Science.
Tahun 1996 melaksanakan program pendidikan dan
pelatihan bidang Uji kelelahan pada suhu tinggi di Naga
Saki, Japan.
Sampai saat ini bekerja pada UPT-LUK BPPT di
PUSPIPTEK Serpong, sebagai staf peneliti bidang
Pengujian Material.
Ir. M. Syahril

RIWAYAT PENULIS
Ir. Koos Sarjono KP. MSc
Dilahirkan di Semarang pada tanggal 8 Mei 1949.
Tahun 1978 Lulus Sarjana Teknik Mesin di ITS.
Tahun 1980-1981 melaksana-kan program pendidikan dan
pelatihan bidang Pengujian Material di DFULR Koln
Jerman Barat .
Tahun 1987-1991 Melaksanakan program S2 di Fakultas

Dilahirkan di Palembang pada tanggal 04 Agustus 1965.


Tahun 1986-1992 Lulus Sarjana Teknik Kimia
Universisitas Sriwijaya.
Tahun 1996 melaksanakan program Training Corrosion
Engineering di Singgapore.
Sampai saat ini bekerja pada UPT-LUK BPPT yang
berkedudukan di Serpong, Sebagai staf peneliti Bidang
Pengujian Material.

Anda mungkin juga menyukai