Oleh :
Yasinta Putri Astria
04054821517069
Dosen Pembimbing :
Drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG
1. Kedalaman Karies
Menurut
ICDAS
(International
Caries
Detection
and
porus
lapisan
prisma
yang
dapat
menyebabkan
translusensi
normal
dari
yang
memberikan
penampakan putih kapur, terlebih lagi pada saat dehidrasi, selain itu
juga terdapat lapisan permukaan yang rentan rusak pada saat
probing, khusunya pada pit dan fissura. Termasuk pula didalamnya,
adanya peningkatan porusitas, khususnya pada subpermukaan sehingga
terdapatpeningkatan potensial terjadinya noda dan adanya penurunan densitas pada
bagian sub permukaan, yang dapat di deteksi dengan radiograf atau dengan
transluminasi. Ukuran lesi sub permukaan dapat berkembang sehingga dentin
dibawahnya terlibat dan terdemineralisasi lalu kemudian lesi interproksimal dapat
terdeteksi oleh radiograf. Walau begitu, selagi permukaan gigi menyatu, lesi masih
dapat dikatakan reversible.
Dalam mengatasi lesi email dini, secara idealnya adalah berusaha
mengembalikan densitas email, tetapi pada realitanya hanya terdapat sebagian
perbaikan pada densitas permukaan. Walaupun demikian, remineralisasi sebagian
pada lesi awal menjadikan email tersebut lebih resisten terhadap demineralisasi asam
daripada email normal dan secara fisik lebih kuat. Sehingga lebih bauk bagi pasien
untuk tetap menjada oral hygiene daripada langsung memperbaiki gigi dan
mengabaikan usaha remineralisasi. Jika ketidakseimbangan remineralisasi atau
demineralisasi berlanjut, maka permukaan lesi awal akan runtuh dengan adanya
pelarutan apatit atau fraktur kristal yang lemah, sehingga menghasilkan kavitas.
Bakteri plak akan memenuhi kavitas dan membuat proses
remineralisasi semakin sulit dan kurang efektif sehingga kompleks
dentin-pulpa akan menjadi aktif. Pulpa akan menghasilkan respon
segera terhadap invasi asam pada tubuli paling luar. Akan terdapat
mineralisasi pada kanal lateral yang menggabungan tubuli dentin
sehingga menghasilkan lapisan translusen.
Hal ini tidak terlihat secara klinis tetapi dapat diungkapkan
secara radiograf dan dapat dilihat apabila seluruh dentin yang
terdemineralisasi diangkat pada saat preparasi kavitas. Hal ini
sebenarnya adalah suatu reaksi pertahanan dari pulpa yang
membuktikan pulpa dan dentin merupakan satu kesatuan organ dan
memiliki kemampuan yang sama dalam proses penyembuhan.
Sekali demineralisasi berlanjut dari email menuju dentin dan bakteri
menjadi permanen didalam kavitas, mereka akan menerobos ke
dalam dentin yang lebih dalam dengan sendirinya. Demineralisasi
masih dapat dikontrol dengan diet substrat tetapi bakteri juga akan
memproduksi asam untuk melarutkan hidroksapatit pada dentin
yang lebih dalam. Tekstur dan warna dentin akan berubah seiring
perkembangan lesi. Tekstur akan berubah karena demineralisasi dan
warna akan bertambah gelap akibat produk bakteri atau noda dari
makanan dan minuman. Pada lesi kronik, perubahan warna akan
lebih terlihat dan tekstur dasar kavitas akan lebih lunak.
dan
selanjutnya
menjadi
abses.
Secara
radiografis,
spot) timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut
dengan demineralisasi.
treatment
menggunakan tooth mouse dan rajin menggunakan pasta gigi
berfluoride
tidak diperlukan penambalan akan tetapi jika mengganggu
penampilan maka bisa dilakukan perbaikan oleh dokter gigi
NERVUS MAKSILA
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi
pada maksila, palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang
maksila nervus trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus
alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan
bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior
anterior, nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris
superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi
gingiva
dan
gigi
anterior,
nervus
alveolaris
superior
medii
cabang
tersebut,
ada
juga
cabang
lain
yang
inferior
ke
gigi
mandibularis
berasal
dari
cabang
PALATUM DURUM
Terdapat tiga foramen :
-
PALATUM MOLAE
N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus), mempersarafi
seluruh palatina mole.
PERSARAFAN DENTIS DAN GINGIVA RAHANG ATAS
Permukaan labia dan buccal :
-
anterior
Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi
Permukaan palatal :
-
CABANG MANDIBULARIS :
PERSARAFAN DENTIS
Dipersyarafi oleh Nervus Alveolaris Inferior, mempersarafi gigi
anterior dan posterior gigi rahang bawah.
PERSARAFAN GINGIVA
Permukaan labia dan buccal :
-
bawah
N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari
foramen Mental
Permukaan lingual :
N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi
anterior dan posterior rahang bawah
5. Karies Email
Karies email merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi
(lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan
hitam atau cokelat pada email. Apabila keseimbangan antara laju proses
demineralisasi dengan remineralisasi berlanjut maka permukaan lesi awal akan runtuh
akibat dari pelarutan apatie yang sudah melemah sehingga menghasilkan kavitas.
6. Karies dentin
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau
bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa
sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
7. Iritasi pulpa
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami
kerusakan sampai batas dentino enamel junction.
8. Hiperemis pulpa
Hiperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi pulpa adalah
suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan , terjadi sirkulasi darah
bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam pulpa. Pulpa
terdiri dari saluran pembuluh darah halus, urat-urat syaraf,dan saluran lympe.
9. Pulpitis Reversibel
akan
kembali
normal. Faktor-faktor
yang
menyebabkan
tidak
terinflamasi,
respon
awal
yang
langsung
terjadi
pula
disebabkan
pengambilan
oleh
kerusakan
dentin
yang
pulpa
yang
luas
parah
selama
akibat
prosedur
suatu
stimulus
eksternal.
Terkadang
pasien
juga
nyeri
pulpa
lebih
sulit
dibandingkan
nyeri
pada
eksternal,
seperti
dingin
atau
panas
dapat
gigi
rangsang
dengan
yang
pulpitis
rendah
irreversible
terhadap
mempunyai
stimulasi
elektrik,
ambang
menurut
adalah
jaringan
ikat
lunak
yang
menempati
Struktur Seluler
histiosit
berubah
polimorfonuklear
juga
menjadi
makrofag
bebas.
Leukosit
ditemukan
sebagai
respon
terhadap
inflamasi.
Substansi Interseluler
Terdiri atas serat-serat dan substansi dasar yang amorf,
pembuluh darah, dan saraf. Serat-serat kolagen ditemukan tersebar
di setiap bagian pulpa dan mendukung jaringan pulpa. Substansi
dasar yang amorf merupakan substansi gelatinosa yang memberi
bentuk pada pulpa. Pulpa di suplai oleh banyak pembuluh darah
arteriol masuk ke dalam pulpa melalui foramen apikalis dan berjalan
ke
arah
mahkota,
yang
kemudian
bercabang-cabang
dan
Saluran Akar
Saluran akar terdiri dari saluran akar utama dan saluran akar
tambahan (accessory canal) saluran akar utama adalah sepanjang
akar gigi yang berisi jaringan pulpa, saraf pembuluh darah. Saluran
akar utama ini berhubungan langsung dengan kamar pulpa dan
normalnya diameter yang terbesar terletak pada orifis 1/3 garis
servikal dan berakhir pada foramen apikal yang berjarak 3 mm dari
ujung akar dan merupakan pusat apeks akar.
Benuk
Saluran
akar
mencerminkan
outline
permukaan
mahkota dan akar. Dengan kata lain, bentuk saluran akar ditentukan
oleh bentuk akar (dalam potongan melintang). Walaupun bentuk
akar pada penampang sangat bervariasi, Richard E. Walton dan
Frank J. Vertucci menyatakan bahwa secara umum terdapat 7
konfigurasi yaitu :
-
bulat
oval
oval panjang (long oval)
bowling pin (seperti pin bowling)
kidney bean (sperti ginjal)
ribbon (seperti pita)
hourglass (seperti jam pasir)
suatu
celah
penghubung
antara
dua
saluran akar yang biasanya juga berisi saluran pulpa. Pada jarak 3
mm pada apek, isthmus tampak menggabungkan dua saluran akar
dalam satu akar. Isthmus merupakan bagian dari sistem saluran
akar sehingga isthmus juga harus dipreparasi, diirigasi dan diisi
dengan bahan pengisi saluran akar.
Mekanisme Terjadinya Inflamasi pada Pulpa.
sangat
berhubungan
dengan
kavitas yang
dangkal
sedang
sampai
parah
akan
normal
dan
tidak
terinflamasi
mengandung
sel
sebagai
bentuk
mekanisme
pertahanan
untuk
vasodiltasi
arteriol
dan
permeabilitas
venula
ini
bereaksi
langsung
pada
sistem
saraf
sensorik.
12. Periodontitis
tersebut.
Periodontitis
secara
umum
disebabkan
oleh
mikroorganisme dan produk-produk yaitu : plak supra dan sub gingiva, faktor
Gusi merah atau berdarah saat menyikat gigi atau menggigit makanan keras
Gusi sering membengkak
Halitosis atau bau mulut, dan rasa getir terus menerus
Resesi ginggiva, sehingga gigi tampak memanjang
Lubang dalam di antara gigi dan gusi
Gigi longgar, pada tahap lanjut
13. Trepanasi
Tujuan trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui
tulang untuk mengalirkan sekret Iuka serta untuk mengurangi rasa sakit, Iika rimbul
abses alveolar akut, berarti infeksi telah meluas dari saluxan aka: melalui pexiodontal
apikalis sampai ke dalam rulang periapels. Nanah dikelilingi oleh tulang pads apeks
gigi dan ridak dapat mengalir ke luar. Pada stadium ini belum tampak suatu
pembengkakan. Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan sehingga unluk
menghilangkannya perlu segera dilakukan drainage.
Untuk itu dapat dipakai dua Cara:
- Txepanasi melalui sqluran akar.
- Txepanasi di daerah apeks akar.
Trepanasi melalui saluran akar
Usaha awal untuk memperoleh drainase adalah membuka saluran akar lebar-lebar
sampai melewati foramen apikalis dan saluran akar dibiarkan terbuka beberapa hari
supaya sekret dapat mengalir ke luan Ke dalam kavum pulpa dimasukkan kapas yang
longgar agar sisa makanan Lidak menutup jalan drainase. Setiap hzui kapas diganti
dan saluran dibersihkan dengan larutan garam fisiologis utau NaCl 5% bila sekret pus
tidak ada lagi. Dalam hal ini, Schroeder (1981) menganjurkan terapi altematif, yaitu
pemberian preparat antibiotik dan kortikosteroid (pasta Ledermix), dan menutup
saluran dengan oksida seng engenol. Setelah rasa sakit berkurang dan drainase telah
berhenti, saluran akar dipreparasi dengan sempuma dan diisi dengan bahan pengisi
saluran akar.
trepanasi Melalui Tulang
Trepanasi ini dikenal dengan nama fistulasi apikal.
Teknik:
1, Berikan anatesi lokal.
2. lnsisi (dalam benmk semalumr panjangnya kara-kara 20 mm) sekitar daerah batas
mukogingival di mana terletak apeks, dilakukan dengan bantuan foto rontgen.
Perforasi dengan fistulator (Sargenti 1965) melalui mukosa dan tulang tidak mmjufm
karena xukasi apeks tidak dapaf ditenhzkan atngan tepat dan Iuka yang disebabkan
sobekan akan meninggalkan bekas.
3. Pengambilan tulang alveolar langsung di atas apeks dan nanah mengalir keluar.
4. Kuretase dengan kuret secara hatbhati pada apeks dan irigasi dengan larutan gaxam
fisiologis.
5. Lakukan penjahikan
6. Memasukkan sebuah pita kasa ke bawah selapuf lendir.
7. Pemberian analgetik dan ant-ibiotik.
Fistulasi apikal sebagai penanganan darurat dapat dianjurkan pada abses alveolar akut
atau infeksi periapeks akul yang disebabkan pengisian saluran akar yang tidak
sempuma atau pengisian yang berlebihan.
Pada beberapa buku tertentu, fistula apikal digambarkan sebagai prosedur sederhana
yang berlangsung hanya beberapa menit saja. Dalam hal ini sering rldak diperhat-lkan
kalau just gjgi depan iarang sekali memerlukan fistulasi apikal karena gigi ini dapat
ditangani secara endodonti tampa kesulitan. Dengan demiuan, cm penanggulangan me
temfama dilakukan pad; ggi belakang yang apeksnya ndak selalu mudah dnemukan
lokasanya. Struktur anatomis seperti sinus maksilaris, kanalis mandibularis, foramen
mentalis sering terletak di daerah yang dekat apeks, sementara akar palatal gigi
posterior ata.; berada di tempat yang sulit dicapai, Dengan banman foto ronlgen yang
tepaf, sedapat mungkin tanpa perubahan bentuk serta ukuran yang benar, \eak apeks
itu dapat diketnhui dengan fepn. Hal tersebut meniadi alasan untuk selalu dibuat flap
mukoperiosteal fistulasi apikal. Namun, jika lokasi apeks iru sukar ditentukan, tulang
dibur sedikit, sebuah karet (2 mm) dimasukkan ke dalam lekukan, kemudi/an
dilakukan foto mntgen sebagai pengonrrol. Pxosedur ini sangat memudahkan usaha
unluk menemukan apeks. Akan tetapi, perlu diingat bahwa Eistulasi apikal bukan
merupakan suatu perawatan akhir karena walaupun telah dilakukan drainase nanah,
penyakit ufama yang merupakan samba: infeksi pada Salman akar belum diaraaa
Setelah gejala rasa sakit berkurang, saluran akar hams ditangani menurut prosedur
yang tepat. Iika hal ini tidak mlmgkin dilakukan karena pemblokiran saluran, ujung
akar hams direseksi dan dilakukan pengisian saluran akar secara reirograd untuk
menutup rapat saluran ke jaringan periapeks. Tindakan ini dapat dilakukan selama
kunjungan yang sama, tetapi bolehjuga dilakukan setelah dua atau tiga minggu.
Fistulasi apikal tidak merangs:-mg penyembuhan granulqma, tetapi berfungsi untuk
rnenciptakan drainase dan mengendalikan rasa sakit, dan tindakan ini hanya
mempakan tindakan damrat. Hal ini diindikasikan pada infeksi apikal akut yang
diikuri dengan rasa sakit.