Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINI-CEX

KATARAK SENILIS MATUR


Diajukan guna memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus

Disusun oleh :
Dhania Rizky Indriani P.
01.209.5865

Pembimbing:
dr. Djoko Heru, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Dhania Rizky Indriani P.

NIM

: 01.209.5865

Fakultas

: Kedokteran

Universitas

: Universitas Islam Sultan Agung

Tingkat

: Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian

: Ilmu Kesehatan Mata

Judul
Pembimbing

: Katarak senilis matur


: dr. Djoko Heru, Sp.M

Kudus, November 2014


Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUD KUDUS

dr. Djoko Heru, Sp.M


STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap

: Tn. H

Umur

: 51 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Gebog,Kudus

Tanggal Pemeriksaan : 18 november 2014


II.

ANAMNESIS
Anamnesis secara

: Auto anamnesis pada tanggal 18 november 2014.

Keluhan Utama

Pengelihatan kabur.
Riwayat Penyakit Sekarang:
+ 6 bulan tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata sebelah kiri
kabur seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur.
Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa lelah setelah
membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat
dekat maupun jauh. Pasien tidak mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah (-),
nyeri (-), cekot-cekot (-), mata berair (-), gatal (-), keluar kotoran air mata (-), melihat
ganda (-), melihat pelangi disekitar sumber cahaya (-). Pasien mempunyai riwayat
DM sejak 1 tahun yang lalu,namun pasien tidak rutin minum obat DM.
Pasien datang ke dokter keluarga untuk mengobati mata kanannya dan
disarankan untuk memeriksakan matanya ke dokter spesialis mata. Oleh karena itu,
pasien berobat ke RSUD kudus.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengatakan bahwa:
-

Riwayat Operasi mata (-)


Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (+)
Riwayat trauma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keadaan serupa.
Riwayat sosial ekonomi

Kesan ekonomi cukup.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. VITAL SIGN
Tensi (T)
Nadi (N)
Suhu (T)
Respiration Rate (RR)
Keadaan Umum
Kesadaran
Status Gizi
GDS

:
:
:
:
:
:
:
:

120/80 mmHg
84 kali/ menit
tidak diukur
16 x / menit
Baik
Compos mentis
BaiK
267

B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OS

OD

Tak ada kelainan

Lensa keruh merata

Keterangan : tampak kelainan pada mata Kiri

Oculus Dextra
5/60
Tidak Dilakukan
Gerak bola mata ke segala arah
baik
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
Injeksi (-), sekret (-)

Oculus Sinistra
VISUS
KOREKSI
PARASE/PARALYSE
SUPERCILIA
PALPEBRA
CONJUNGTIVA

1/~
Tidak dilakukan
Gerak bola mata ke segala
arah baik
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
Injeksi (-), sekret (-)

Tidak ada kelainan


Jernih
Kedalaman cukup

SCLERA
CORNEA
CAMERA OCULI
ANTERIOR

Kripte (+), sinekia posterior (-)


Bulat, sentral, regular,

IRIS
PUPIL

3mm, Refleks pupil (+) N


jernih

LENSA

Tidak ada kelainan


Jernih
Kedalaman cukup
Kripte (+), sinekia posterior (-)
Bulat, sentral, regular,
3mm, Refleks pupil (+) N
Keruh menyeluruh ,
shadow test Tidak dapat dinilai

AVR 2:3,perdarahanFUNDUS REFLEKS


T(digital) normal
Tidak dilakukan

IV.

TENSIO OCULI
SISTEM CANALIS
LACRIMALIS

T(digital) normal
Tidak dilakukan

RESUME

Subyektif :
Pasien merasa penglihatanya bertambah kabur saat melihat jauh pada kedua
mata, saat ini pasien merasa keluhan pada matanya bertambah berat. Pasien tidak
mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah (-), nyeri (-), cekot-cekot (-), mata
berair (-), gatal (-), keluar kotoran air mata (-), melihat ganda (-), melihat pelangi
disekitar sumber cahaya (-). Riwayat trauma dan operasi juga disangkal pasien.
Obyektif :
OCULI DEXTRA(OD)
5/60
jernih

PEMERIKSAAN
Visus
Lensa

OCULI SINISTRA(OS)
1/~
Keruh merata

Fundus Refleks

V.

DIAGNOSA BANDING
1. OS Katarak Senilis Matur
2. OS Katarak Senilis Hipermatur
3. Retinopati Diabetik

VI.

DIAGNOSA SEMENTARA

OS Katarak Senilis Matur


Dasar diagnosa
Pasien ini didiagnosis sebagai OS katarak senilis matur dengan dasar pemikiran sebagai
berikut:
1. Anamnesis:
- Pasien berusia 51 tahun katarak senilis
-

Penglihatan kedua mata kabur seperti tertutup kabut, perlahan-lahan semakin


kabur dengan kondisi mata tenang.

2.

Pemeriksaan oftalmologis:
- Visus OS 1/~
- Pada pemeriksaan lensa didapatkan kekeruhan merata pada OS OS katarak
senilis matur.

VII.

TERAPI
Rencana OS ekstraksi katarak ekstra kapsular dan pemasangan Intra Ocular Lens
(IOL)

VIII. PROGNOSIS
OKULI SINISTRA (OS)
Quo Ad Visam:

IX.

ad bonam

Quo Ad Sanam
:
ad bonam
Quo Ad Kosmetikam :
Ad bonam
Quo Ad Vitam
:
Ad bonam
EDUKASI
1.
Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur
2.

disebabkan katarak pada kedua lensa mata,


Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat
tetapi dapat disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada

3.

mata
Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak,

4.

jenis tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan.


Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan

5.
X.

reaksi peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,


Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan

pascaoperasi.
PEMBAHASAN
Katarak adalah suatu keadaan kekeruhan lensa. Penuaan adalah sebab paling
umum dari katarak, namun beberapa faktor lain dapat terlibat, termasuk trauma,

toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus), merokok, dan keturunan. Katarak dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat
kedua-duanya. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan
perkembangan masing-masing jarang sama. Kekeruhan lensa tersebut dapat
menyebabkan lensa menjadi tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau
abu-abu. Kekeruhan ini dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti pada
korteks, nucleus, subkapsular. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak
meliputi pemeriksaan tajam pengelihatan, slit lamp, funduskopi, serta tonometri bila
memungkinkan. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam: 1,2
1. Katarak kongenital (usia <1 tahun)
2. Katarak juvenile (usia >1 tahun)
3. Katarak senile (usia >50 tahun)
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis
Gejala
Kekeruhan lensa
Cairan lensa
Iris
Iris shadow
COA
Sudut bilik mata
Penyulit

Insipien
Ringan
Normal

Imatur
Sebagian
Bertambah

Normal
Negative
Normal
Normal

(air masuk)
Terdorong
Positif
Dangkal
Sempit
Glaucoma

Matur
Seluruh
Normal

Hipermatur
Massif
Berkurang

Normal
Negatif
Normal
Normal

(air+masa lensa keluar)


Tremulans
Pseudopositif
Dalam
Terbuka
Glaucoma, uveitis

Katarak Senil
Merupakan semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang
tidak diketahui secara pasti. Secara klinik dikenal dalam 4 stadium
yaitu:
a. Katarak Insipien
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai
terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan
mulai terlihat pada anterior subkapsular posterior, celah terbentuk
antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenerative (benda
Morgagni) pada katarak insipient. Kekeruhan ini dapat menimbulkan
poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang
lama.

b.Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai dengan pembengkakan lensa akibat
lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah
lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal disbanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga
lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
mengakibatkan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
c.Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat
bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotic
bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaucoma sekunder.
d.Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion kalsium yang
menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan
maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran
yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama
akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Kedalaman bilik mata depan
akan normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negative.
Katarak Hipermatur
Merupakan katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan
berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi
kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul
yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantung susu disertai dengan nucleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni.

Tatalaksana katarak
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila
penurunan

penglihatan

mengganggu

aktivitas

normal

penderita.

Indikasi

pembedahan pada katarak senilis :


Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun visus

masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang.
Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat meninmbulkan penyulit
Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan
sehari-hari atau visus < 6/12.

Terapi pembedahan :
1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)
Teknik ini sudah jarang digunakan setelah adanya teknik EKEK. Pada EKIK
dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini
dilakukan sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat
dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.2
a. Keuntungan :
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe,
forsep kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
- Astigmatisma yang signifikan
- Inkarserasi iris dan vitreus
- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.
2. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan
korteks. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini
umumnya dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga
sulit dihancurkan dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada
tempat-tempat di mana teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini
membutuhkan sayatan yang lebar, karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan
utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa buatan/ Intra Ocular Lens (IOL) dipasang
untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi semula. Lalu dilakukan penjahitan
untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang
rapuh.2
a. Keuntungan :
1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK

2. Karena kapsul posterior utuh maka :


-

Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi


Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus dengan iris

dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara aqueous dan

vitreus
Menurunkan akses

bakteri ke

kavitas

vitreus

yang dapat menyebabkan

endofthalmitis.
b. Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.
3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getarangetaran ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang
kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi,
disamping perbaikan penglihatan juga lebih baik. Teknik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada
katarak senilis yang padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang
kalau akan dimasukkan lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih
lama, biaya tinggi, dan komplikasi saat operasi bisa lebih serius.1,4
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses
penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang
relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol
kedalaman COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.5
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.
Perawatan pasca operasi :

1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi mata yang
baru dioperasi, dan mengejan keras.
4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.
5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi (afakia)
visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk melihat jauh.
Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu
diberikan kacamata S+3D.
Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya. Komplikasi
dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca operasi lambat. Oleh
karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak paska operasi dengan interval
waktu tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan setelah operasi katarak.
Angka komplikasi katarak adalah rendah. Komplikasi yang sering terjadi endoftalmitis,
ablasio retina, dislokasi atau malposisi IOL, peningkatan TIO, dan edema macula sistoid.5
Dalam kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan operasi katarak untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang dapat terjadi yaitu glaucoma sekunder, uveitis, dan
endoftalmitis. Operasi katarak yang dianjurkan untuk dipilih adalah EKEK (Ekstraksi
Katarak Ekstra Kapsuler) dan pemasangan Intra Ocular Lens (IOL) pada OD dengan
pertimbangan bahwa derajat kekeruhan lensa pasien sudah merata sehingga nukleus lentis
tergolong keras. Apabila dilakukan teknik Fakoemulsifikasi, beresiko lebih besar untuk
terjadinya robekan pada kapsula posterior.

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Oftalmologi umum edisi 14. Jakarta : Widya Medika,
2000
2. Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam : Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta: Balai penerbit FK UI, 1998
3. Rumah Sakit Mata Bersayap Hinggap di Indonesia. Faculty of Medicine Airlangga
University

[serial

online]

2010.

Avalaible

from:

www.fk.unair.ac.id/news/focus/rumah-sakit-mata-bersayap-hinggap-di-indonesia
4. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada. 2007.

5. Bobrow JC, Mark HB, David B et al. Section 11: Lens and Cataract. Singapore :
American Academy of Ophthalmology, 2008.

Anda mungkin juga menyukai