Oleh :
Jepisco Tabengan A L
FAA 110 041
Pembimbing :
dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp.RM
dr. Tagor Sibarani
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom koroner akut adalah keadaan darurat jantung dengan manifestasi
klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat iskemia miokardium.
SKA terdiri atas angina pektoris tidak stabil, infark miokard akut, yang disertai
elevasi segmen ST dan penderita dengan infark miokard tanpa elevasi segmen ST.
SKA ditetapkan sebagai manifestasi klinis penyakit arteri koroner. Penyakit
Jantung koroner (PJK) merupakan manifestasiutama proses aterosklerosis.
Sindrom ini menggambarkan suatu penyakit berat dengan mortalitas
tinggi. Mortalitas tidak tergantung pada besarnya prosentase stenosis (plak)
koroner, namun lebih sering ditemukan pada penderita dengan plak kurang dari
50-70% yang tidak stabil, yakni fibrous cap dinding plak yang tipis dan mudah
ruptur.
Penyakit jantung koroner terus menerus menempati urutan pertama di
antara jenis penyakit jantung lainnya dan angka kesakitannya berkisar antara 3036,1%. Diagnosis NSTEMI lebih sulit ditegakkan dibandingkan diagnosis STEMI
oleh karena itu, perkiraan prevalensinya menjadi lebih sulit. Usia >49 tahun lebih
sering terkna penyakit ini tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit
mungkin hanya mencerminkan lamanyapaparan yang lebih panjang terhadap
faktor-daktor aterogenik, dan pria lebih sering dinbandingkan wanita. Namun
wanita dengan menopause memiliki kerentanan yang sama dengan pria. Hal ini
karena adanya efek perlindungan esterogen yang dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita sebelum menopause. Riwayat keluarga yang positif
terhadap penyakit jantung koroner meningkatkan kemungkinan timbulnya
aterosklerosis prematur.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Primary Survey
Tn. K, Laki-laki
Vital sign
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 78x/menit, irreguler
Pernapasan
: 28x/menit
Suhu
: 36
Airway
Breathing
Circulation
Dissability
pupil
isokor
+/+
dengan
diameter
3mm/3mm.
Evaluasi masalah :
: Tn. K
Usia
: 49 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan : TNI
Alamat
III.Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 10 Desember 2015 pukul
23.14 WIB.
1. Keluhan Utama : Nyeri dada
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sejak 4 jam SMRS. Nyeri dada
terasa seperti tertekan benda berat didada sebelah kiri, menjalar ke lengan
kiri, leher rahang, bahu. Nyeri timbul setelah beraktivitas dan berkurang
ketika di bawa istirahat. Nyeri yang dirasakan menetap > 20 menit. Nyeri
perut (+), mual (+), muntah (-), sesak napas (+) tidak diperngaruhi posisi
atau cuaca. Riw hipertensi (+) namun pasien lupa obat rutin yang sering
di minumnya, riw merokok (+) 2 bungkus/ hari selama 6 tahun. Riw
muntah/BAB hitam (-), riw. Trauma (-).
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Tampak sakit Berat
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
2. Tanda vital
Tensi
Nadi
Suhu
Respirasi
3. Kepala
110/70 mmHg
78x/menit, irreguler, isi cukup, kuat angkat
36C, aksila
28x/menit, torakoabdominal.
Normocephal
Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, nafas cuping hidung (+), sianosis
bibir (-)
4. Leher :
5. Thoraks
a. Paru
Inspeksi
28
kali/menit,
jenis
pernapasan
torakoabdominal.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
midklavikula sinistra
: Teraba pada SIC VI 3 jari lateral linea midklavikula
Auskultasi
sinistra
: Frekuensi jantung 78 kali/menit, S1-S2 irreguler,
murmur (+), gallop (-)
6. Abdomen
:
Datar, distensi (-), bising usus
(+) normal, timpani, hepar dan lien tidak teraba
membesar, nyeri tekan (-), ascites (-).
7. Ekstremitas :
Akral hangat, CRT < 2 detik,
pitting edem (+/+)
V. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium pada tanggal 10 Desember 2015 :
WBC
: 13,02/uL
SGOT
: 32 u/L
RBC
: 4,20/uL
SGPT
: 58 u/L
HGB
: 13,5 g/dL
PLT
: 215/uL
GDS
: 110 mg/dL
Ureum
: 31 mg/dL
Diagnosis Kerja
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
XI. Usulan
PemeriksaanTroponin T
Foto rontgen Thorak
BAB III
KESIMPULAN
Demikian telah dilaporkan suatu kasus STEMI dari seorang pasien
perempuan, Tn. K usia 49 tahun dengan keluhan utama nyeri dada kiri.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Selama perawatan, Tn. K diberikan terapi cairan,
pemberian obat-obatan untuk keluhan simptomatik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rani A, et al. Pehimpunan Dokter spesialis penyakit dalam indonesia. 2005.
Halaman 63.
2. Fauci A, et al. Harrisons principle of internal medicine 16th edition. 2010.
P1425.
3. Aroney C, et al. Guidelines for management of acute coronary syndrome
2006. Australia : National Heart Foundation of Australia. 2006.
4. Harrisons. Principle of internal medicine 17th edition. Philadelphia : McGraw
Hill. 2010. P. 1387-97.