Anda di halaman 1dari 28

Penjabaran Pembelajaran LBM

Penjabaran Pembelajaran LBM 1


Lembar Belajar Mahasiswa 1
Judul : Kenapa ya emulsi yang di buat bisa gagal....
Skenario
Mahasiswa farmasi semester 4 berkunjung ke sebuah industri farmasi, mereka
memperhatikan proses pembuatan sediaan emulsi dan melihat ada beberapa
bahan yang dicampurkan dalam proses pembuatannya, dari staff yang
mendampingi mahasiswa mengatakan bahwa hasil emulsi ini masih perlu di
evaluasi tentang syarat emulsi yang baik. Jika syarat tidak terpenuhi maka
emulsi menjadi tidak stabil setelah jangka waktu penyimpanan tertentu. Hal ini
terjadi jika pemilihan emulgator tidak tepat.

STEP 1
1. Emulgator :
- merupakan komponen dalam emulsi yg berfungsi untuk
menyeimbangkan antara fase pendispersi dengan fase
terdispersi
- suatu zat yg dapat menurunkan tegangan permukaan dari 2
jenis cairan yg tidak tercampur
2. Emulsi
:
- Disperse atau suspense suatu cairan atau xairan lain yang
tidak saling mencampur akan tetapi saling antagonistic.
- Sediaan yg mengandung bahan obat cair atau larutan obat
yg terdispersi dlm larutan pembawa yg distabilkan dengan
surfaktan yg cocok.
- System 2 fase yg terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk
tetesan kecil

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya


terdiri9 dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi
ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard.
2005. Halaman 376 )

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu


cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk
tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6 )

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat


cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang
cocok. (FI III. Halaman 9 )

Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair


yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang
satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang
lain ( sistem dispersi, formulasi suspensi dan emulsi
Halaman 56 )

STEP 2
1. Apa saja komponen emulsi? Jelaskan? Erin
2. Apa teori terjadinya emulsi? Nanda
3. Sebutkan macam2 emulsi? Nabila
4. Bagaimana emulsi dikatakan stabil? Riana
5. Bagaimana cara menentukan tipe emulsi? Midar
6. Sebut dan jelaskan metode2 pembuatan emulsi? bahri
7. Sebutkan syarat2 emulsi yang baik? Nasrul
8. Sebutkan keuntungan dan kerugian sediaan emulsi? Yusran
9. Sebutkan factor yg mempengaruhi stabilitas suatu emulsi?
Rizki
10.
Sebut dan jelaskan macam2 emulgator? Aulia
11.
Sebut dan jelaskan evaluasi sediaan emulsi? Endah
12.
Sebutkan sifat emulgator yang baik? Ayu
13.
Sebutkan kerusakan atau maslah yang timbul dari
pembuatan emulsi? SGD 3
14.
Sebutkan cara penyimpana sediaan emulsi? Bahri
15.
Sebutkan cara penentuan emulgator? Bahri

16.
Sebutkan alat2 yang digunakan dalam pembuatan
sediaan emulsi? SGD 3
STEP 3
1. Apa saja komponen emulsi? Jelaskan? Erin
- Zat terdispersi: zat yg tercampur oleh zat pendispersi
- Zat pendispersi
: zat yg dicampurkan
- Emulgator
- Zat tambahan
(yusran)

Komponen emulsi
A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus
terdapat di dalam emulsi, terdiri atas :
a.
Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran
kecil di dalam zat cair lainnya.
b.
Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi
sebagai bahan dasar ( bahan pendukung ) emulsi tersebut.
c.
Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator :

Gom Arab
: Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM

Tragacanth
: Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth

Agar-agar
: Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang
digunakan

Condrus
: Cara Pembuatan 1-2% condrus yang
digunakan

CMC-Na
: Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan
Emulgator alam

Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur


dalam mortir luas dan digerus dnegan stemper kuat-kuat, setelah
itu dimasukkan minyaknya sedikit demi sedikit, lalu diencerkan
dengan air dan disaring dengan kasa.

Adeps lanae
Emulgator mineral


Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ) : Cara Pembuatan
diapaki 1%

Bentonit
: Cara Pembuatan 5% bentonit yang digunakan
Emulgator buatan/sintesis

Tween
: Ester dari sorbitan dengan asam lemak
disamping mengandung ikatan eter dengan oksi etilen, berikut
macam-macam jenis tween :
a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan
seperti minyak.
b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat, cairan
seperti minyak.
c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi padat
seperti minyak.
d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan seperti
minyak.

Span
: Ester dari sorbitan dengan asam lemak.
Berikut jenis span :
a. Span 20
: Sorbitan monobiurat, cairan
b. Span 40
: Sorbitan monopulmitat, padat seperti malam
c. Span 60
: Sorbitan monooleat, cair seperti minyak
B. Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering
ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih
baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet
DAFTAR PUSTAKA
DITJEN POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kadis, Sukati, et all, Meracik Obat Lanjutan I, Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang
Lachman, Leon, (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, UIPress, Jakarta
Martin, Alfred, (1994), Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta

Tim Penyusun, (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika,


Laboratorium Farmaseutika, Jurusan Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar

2. Apa teori terjadinya emulsi? Nanda


- Teori tegangan peermukaan (adhesi dan kohesi)
mnurunkan tegangan permukaan
- Teori orientasi bnetuk baji (hidrofilik dan lipofilik)
penentuan tipe o/w atau w/o
- Interparsial film prinsip antarmuka
- Double layer
(rizki dan yusran)
Teori terbentuknya emulsi
1.Teori tegangan permukaan
Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis
yang disebut dengan kohesi. Selain itu, molekul juga
memiliki daya tarik menarik antar molekul yang tidak
sejenis yang disebut dengan adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada
permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan
karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan
terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan
tegangan permukaan surface tension.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya
perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak
dapat bercampur immicble liquid. Tegangan yang terjadi
antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang batas.
interface tension.
2.Teori orientasi bentuk baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi
berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul
emulgator; ada bagian yang bersifat suka air atau mudah

larut dalam air dan ada moelkul yang suka minyak atau
muudah larut dalam minyak.
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua :
a.Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
b.Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka
minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair
yang disenanginya, kelompok hidrofil ke dalam air dan
kelompok lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian,
emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara minyak
dengan air dengan minyak, antara kedua kelompok tersebut
akan membuat suatu kesetimbangan.
3.Teori film plastik (interfacial film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada
batas antara air dengan minyak, sehingga terbentuk lapisan
film yang akan membungkus partikel fase dispers atau fase
internal. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha
antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi terhalang.
Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk
memberikan stabilitas maksimum, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
a.Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
b.Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan
partikel fase dispers.
c.Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat
menutup semua partikel dengan segera.
4.Teori lapisan listrik rangkap (electric double layer)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang
langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan
bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di
depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling

berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha


partikel minyak yang akan melakukan penggabungan
menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik
yang menyelubungi setiap partikel minyak yang mempunyai
susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesame
partikel akan tolak menolak. Dan stabilitas akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari
ketiga cara di bawah ini:
a.Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.
b.Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan
disekitarnya.
c.Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya

http://eprints.undip.ac.id/16676/3/LAPORAN_PENELITIAN.pdf
di akses pada 4 maret 2014 19.06

3.
-

Sebutkan macam2 emulsi? Nabila


Tipe o/w terdiri dari butiran minyak tedispersi dalam air
Tipe w/o terdiri dari butiran air terdispersi dalam minyak
Tipe o/w/o
Tipe w/o/w
Berdasarkan bahan :
- Emulsi vera/alam
- Emulsi buatan
- Emulsi aerosol
(endah, aulia, nanda, nasrul)
Macam-macam emulsi

Oral

Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak


yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah
kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah
dicerna.

Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak
faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang
dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan
tujuan menghasilkan efek lokal.

Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih
dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan,
bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.
(Syamsuni, A. 2006)
Tipe-tipe emulsi

Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas


butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air.
Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.

Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas


butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak.
Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal.
(Syamsuni, A. 2006)
DAFTAR PUSTAKA
DITJEN POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kadis, Sukati, et all, (
), Meracik Obat Lanjutan I,
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, Ujung
Pandang
Lachman, Leon, (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri,
UI-Press, Jakarta

Martin, Alfred, (1994), Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta


Tim Penyusun, (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika,
Laboratorium Farmaseutika, Jurusan Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar
4. Bagaimana emulsi dikatakan stabil? Riana
- Dapat mempertahankan distribusi secara teratur dr fase
terdispersi dlm jangka waktu yg lama
- Dilihat waktu penyimpanan
- Pengocokan kembali
- Jika terbentuk agregat, dikocok, homogen, masih dikatakna
stabil
(nabil, ayu)

http://eprints.undip.ac.id/16676/3/LAPORAN_PENELITIAN.pdf
di akses pada 4 maret 2014 19.06

Stabilitas Emulsi

Jika didiamkan tidak membentuk agregat

Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan


membentuk emulsi lagi

Jika terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali.


DAFTAR PUSTAKA
DITJEN POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kadis, Sukati, et all, (
), Meracik Obat Lanjutan I, Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang
Lachman, Leon, (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, UIPress, Jakarta
Martin, Alfred, (1994), Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta
Tim Penyusun, (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika,
Laboratorium Farmaseutika, Jurusan Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar
5. Bagaimana cara menentukan tipe emulsi? Midar
- Tes pengenceran
larut dalam air o/w
Larut dlm minyak w/o
- Tes flouresensi
Tipe o/w ; bintik tidak merata
Tipe w/o : bintik tersebar merata
- Kelarutan zat warna
Tipe o/w : warna homogeny
Tpe w/o : heterogen
- Konduktifitas elektrolit
Elektrolit kuat o/w
Elektrolit rendah w/o
- Tes ketas saring dan CoCl2 biru menjadi pink (o/w)
(riana, ayu, yusran)

Penentuan viskositaas : Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran


viskositas dilakukan dengna viskometer brookfield pada 50
putaran permenit (Rpm).

Daya hantar listrik


: Emulsi yang sudah dibuat
dimasukkan dalam gelas piala kemudian dihubungkan dengan
rangkaian arus listrik. Jika mampu menyala maka emulsi tipe
minyak dalam air. Jika sistem tidak menghantarkan listrik maka
emulsi tipe air dalam minyak.

Metode pengenceran : Emulsi yang sudah dibuat


dimasukkan dalam gelas piala kemudian diencerkan dengan air.
JIka dapat diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam air dan
sebaliknya.

Metode percobaan cincin: Jika satu tetes emulsi yang diuji


diteteskan pada kertas saring maka emulsi minyak dalam air
dalam waktu singkat membentuk cincin air disekeliling tetesan.

Metode warna : Beberapa tetes larutan bahan pewarna lain (


metilen ) dicampurkan ke dalam contoh emulsi. Jika selurih emulsi
berwarna seragam maka emulsi yang diuji berjenis minyak dalam
air, oleh karena air adalah fase luar. Sampel yang diuji bahan
warna larut sudan III dalam minyak pewarna homogen pada
sampel berarti sampel tipe air dalam minyak karena pewarna
pelarut lipoid mampu mewarnai fase luar.

DAFTAR PUSTAKA
DITJEN POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kadis, Sukati, et all, (
), Meracik Obat Lanjutan I, Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang
Lachman, Leon, (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, UIPress, Jakarta
Martin, Alfred, (1994), Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta
Tim Penyusun, (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika,
Laboratorium Farmaseutika, Jurusan Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar

6. Sebut dan jelaskan metode2 pembuatan emulsi? Bahri


- Metode gom kering : gom+minyak +air mengental, +
sisa air
- Gom basah : zat pengemulsi + air + minyak +sisa airnya
- Metode botol : serguk gom diasukkan ke botol diisi air 2 bag
botol ditutup dikocok + sisa air , ditambahkan minyak
sedikit demi sedikit
- Metode baker : 2 zat yang larut air dan tidak larut air
(erina, midarm aulia)
Metode Pembuatan Emulsi

Metode GOM kering 4:2:1


~ GOM dicampur minyak sampai homogen
~ Setelah homogen ditambahkan 2 bagian air, campur
sampai homogen

Metode GOM basah


~ GOM dicampur dengan air sebagian
~ Ditambahkan minyak secara perlahan, sisa air
ditambahkan lagi

Metode botol
~ GOM dimasukkan ke dalam botol + air, dikocok
~ Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus
dikocok.
(Ansel, Howard. 2005)
DAFTAR PUSTAKA
DITJEN POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kadis, Sukati, et all, (
), Meracik Obat Lanjutan I,
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, Ujung
Pandang
Lachman, Leon, (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri,
UI-Press, Jakarta

Martin, Alfred, (1994), Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta


Tim Penyusun, (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika,
Laboratorium Farmaseutika, Jurusan Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar
7. Sebutkan syarat2 emulsi yang baik? Nasrul
- Stabil dan homogeny
- Fase dalam bentuknya partikel kecil atau sama besar
dengan partikel koloid
- Tidak terjadi creaming dan cracking
- Warna, rasa dan bau yang baik.
- Terdapat 2 zat yang tidak saling larut
- Adanya proses pengadukan
- Mudah dioles pada kulit atau rambut
- Mudah dicuci khusus untuk w/o
- Tidak mengotori pakaian
- Tidak mengandung particulat tajam dan keras
- Ukuran partikel 1 mikron
- Terdapat emulgator
Bahri, ayu, nanda, yusran, nabil, rizki)
Syarat-syarat sediaan emulsi
Sediaan emulsi dapat terbentuk jika :

Terdapat 2 zat yang tidak saling melarutkan

Terjadi proses pengadukan (agitosi)

Terdapat emulgator
Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi
yang stabil, dikatakan stabil apabila sediaan emulsi tersebut
dapat mempertahankan distribusi yang teratur dari fase
terdispersi dalam jangka waktu yang lama. (R. Voight hal
434)

8. Sebutkan keuntungan dan kerugian sediaan emulsi? Yusran


Keuntungan :
- Mudah digunakan, tipe w/o mudah dioleskan, o/w mudah
dicuci

Absorbsinya lebih baik


Oral, mempermudah proses pencernaan
Menutup rasa tidak enak
Bias dibuat dr 2 zat yg tidak tercampur
Meningkatkan bioavaibilitas obat
Melindungi obat yang higroskopis dan tidak tahan oksidasi
Digunakan dalam kosmetik
Mencegah terjadinya emboli
Mengontrol pelepasan obat
Kekurangan :
- Mudah ditumbuhi jamur dan kapang
- Mengalami crcking atau creaming
- Sulit dibuat dan membutuhkan cara khusus
(nanda, endah, riana, midar, rizki?
Keuntungan sediaan emulsi
1. Membuat sediaan yang stabil dan rata dari campuran
dua cairan yang inkompatibel
2. Membuat sediaan dengan rasa yang lebih enak
3. Membuat sediaan yang mudah dicerna dan lebih
mudah diabsorbsi
4. Pada pemakaian topikal, untuk mendapatkan efek
emolien atau pelembut jaringan kulit yang lebih baik, juga
mengurangi iritasi pada kulit.
Sumber :
1. Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta
2. Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta
3. Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. UI
Press : Jakarta

4. Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen


kesehatan RI: Jakarta
5. Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen
kesehatan RI: Jakarta
6. Gennaro, Alfonso R., (2000), Remington: The Science and Practice of
Pharmacy 20th edition, Philadelphia College
of
Pharmacy
and
Science: Philadelphia
7. Jenkins,
Glenn
L.,
(1957), Scovilles
the
Art
of
Compounding Nineth edition, The McGraw-Hill Book Company,
Inc: USA
8. Martin, W., (1971), Dispending of Medication 7th edition, Marck
Publishing Company: USA
9. Parrot, Eugene L., (1968), Pharmaceutical Technology, Burgess
Publishing Company: Iowa.
10. Boylen,

James,
(1994), Encyclopedia
of
Technology Volume 9, Maral Deck Inc : New York.

Pharmaceutical

9. Sebutkan factor yg mempengaruhi stabilitas suatu emulsi?


Rizki
- Ukuran partikel
- Viskositas fase luar
- Konsentrasi fase dalam
- Tegangan permukaan
- Kekuatan mekanik
- Elastisitas antarmuka
(erina dan ayu)

Untuk memperoleh emulsi yang stabil perlu diperhatikan faktorfaktor sebagai berikut : (2;12)
Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas
Perbandingan opimum dari minyak dan air. Emulsi dengan minyak
2/3-3/4 bagian meskipun disimpan lama tidak akan terpisah
dalam lapisan-lapisan
Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsa homogen.
DAFTAR PUSTAKA
DITJEN POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kadis, Sukati, et all, (
), Meracik Obat Lanjutan I, Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang
Lachman, Leon, (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, UIPress, Jakarta
Martin, Alfred, (1994), Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta
Tim Penyusun, (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika,
Laboratorium Farmaseutika, Jurusan Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar
10.
Sebut dan jelaskan macam2 emulgator? Aulia
- Natural : telor ayam (kuningnya), gom arab, adeps lanae
- Sintetis : tween, span
- Mineral : MgAl silicat, bentoid
Berdasarkan kelarutan) :
- larut dalam air (gom arab, trakekan, tween
- Larut dalam minyak (span, kalsium stearat)
Berdasarkan muatan ;
- Anionic ; gom arab, Na stearat
- Kationik : benzalkronium klorida
(nasrul, riana, ayu, midar)
Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator :


Gom Arab
: Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM

Tragacanth
: Cara Pembuatan air 20 kali bobot
tragacanth

Agar-agar
: Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang
digunakan

Condrus
: Cara Pembuatan 1-2% condrus yang
digunakan

CMC-Na
: Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang
dihunakan
Emulgator alam

Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning


telur dalam mortir luas dan digerus dnegan stemper kuatkuat, setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi
sedikit, lalu diencerkan dengan air dan disaring dengan
kasa.

Adeps lanae
Emulgator mineral

Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ) : Cara


Pembuatan diapaki 1%

Bentonit
: Cara Pembuatan 5% bentonit yang
digunakan
Emulgator buatan/sintesis

Tween
: Ester dari sorbitan dengan asam lemak
disamping mengandung ikatan eter dengan oksi etilen,
berikut macam-macam jenis tween :
a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan
seperti minyak.
b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat,
cairan seperti minyak.
c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi
padat seperti minyak.
d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan
seperti minyak.

Span
: Ester dari sorbitan dengan asam
lemak. Berikut jenis span :
a. Span 20
: Sorbitan monobiurat, cairan
b. Span 40
: Sorbitan monopulmitat, padat seperti
malam
c. Span 60
: Sorbitan monooleat, cair seperti minyak

DAFTAR PUSTAKA
DITJEN POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kadis, Sukati, et all, (
), Meracik Obat Lanjutan I,
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, Ujung
Pandang
Lachman, Leon, (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri,
UI-Press, Jakarta
Martin, Alfred, (1994), Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta
Tim Penyusun, (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika,
Laboratorium Farmaseutika, Jurusan Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar

11.
Sebut dan jelaskan evaluasi sediaan emulsi? Endah
- Organoleptis (warna, bau, rasa)
- Tipe w/o mudah dioleskan
- Tipe o/w mudah dibilas
- Penentuan viskositas
(nabila, nanda)
Evaluasi Sediaan Emulsi

Organoleptis : Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari


seeiaan emulsi pada penyimpanan pada suhu endah 5oC
dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.

Volume Terpindahkan (FI IV. Halaman 1089)


Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang
dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk
bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah satu
persatu.
Prosedur:
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih
dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah
dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan

pembentukkan gelembung udaa pada waktu penuangan


dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari
tiap campuran: volume rata-rata larutan yang diperoleh
dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun
volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang
dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata
kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi
tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari
volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu
wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90
% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian
terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan
yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari
volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu
dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang
dari 90 % seperti yang tertera pada etiket.

Penentuan viskositaas : Dilakukan terhadap emulsi,


pengukuran viskositas dilakukan dengna viskometer
brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).

Daya hantar listrik


: Emulsi yang sudah dibuat
dimasukkan dalam gelas piala kemudian dihubungkan
dengan rangkaian arus listrik. Jika mampu menyala maka
emulsi tipe minyak dalam air. Jika sistem tidak
menghantarkan listrik maka emulsi tipe air dalam minyak.

Metode pengenceran : Emulsi yang sudah dibuat


dimasukkan dalam gelas piala kemudian diencerkan dengan
air. JIka dapat diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam
air dan sebaliknya.

Metode percobaan cincin: Jika satu tetes emulsi yang


diuji diteteskan pada kertas saring maka emulsi minyak
dalam air dalam waktu singkat membentuk cincin air
disekeliling tetesan.

Metode warna : Beberapa tetes larutan bahan pewarna


lain ( metilen ) dicampurkan ke dalam contoh emulsi. Jika
selurih emulsi berwarna seragam maka emulsi yang diuji
berjenis minyak dalam air, oleh karena air adalah fase luar.
Sampel yang diuji bahan warna larut sudan III dalam minyak
pewarna homogen pada sampel berarti sampel tipe air

dalam minyak karena pewarna pelarut lipoid mampu


mewarnai fase luar.
DAFTAR PUSTAKA
DITJEN POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kadis, Sukati, et all, (
), Meracik Obat Lanjutan I,
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, Ujung
Pandang
Lachman, Leon, (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri,
UI-Press, Jakarta
Martin, Alfred, (1994), Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta
Tim Penyusun, (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika,
Laboratorium Farmaseutika, Jurusan Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar

12.
Sebutkan sifat emulgator yang baik? Ayu
- Menurunkan tegangan antarmuka
- Meningkatkan viskositas
- Dalam jumlah kecil ekeftif
- Tidak mempengaruhi kestabilan fase terdispersi atau dase
pendispersi
- Stabil dalam penyimpanan
(ayu, aulia, nabila, rizki)
Syarat- Syarat emulgator
1. Dapat bercampur dengan bahan lain
2. Tidak mempengaruhi tujuan terapi
3. Stabil, tidak mudah terurai
4. Tidak menimbulkan toksis
Adapun Sifat-sifat Emulgator Yang diinginkan
Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan
pengemulsi :
a.
Harus efektif pada permukaan dan mengurangi
tegangan antar muka sampai di bawah 10 dyne/cm.

b.
Harus diabsorbsi cepat di sekitar tetesan terdispersi
sebagai lapisan kental mengadheren yang dapat mencegah
koalesensi
c.
Memberikan tetesan-tetesan yang potensialnya
listriknya cukup sehingga terjadi saling tolak-menolak
d.
Harus meningkatkan viskositas emulsi
e.
Harus efektif pada konsentrasi rendah
f.
Tidak ada bahan pengemulsi yang memenuhi syarat
sifat-sifat ini pada tingkat yang sama, nyatanya tidak semua
emulgator yang baik perlu memiliki sifat di atas. (RPS 18
th : 300)
Sumber :
1. Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta
2. Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University
Press : Yogyakarta
3. Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi III. UI Press : Jakarta
4. Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III,
Departemen kesehatan RI: Jakarta
5. Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV,
Departemen kesehatan RI: Jakarta
6. Gennaro, Alfonso R., (2000), Remington: The Science and
Practice of Pharmacy 20th edition, Philadelphia College of
Pharmacy and Science: Philadelphia
7. Jenkins, Glenn L., (1957), Scovilles the Art of
Compounding Nineth edition, The McGraw-Hill Book
Company, Inc: USA
8. Martin, W., (1971), Dispending of Medication 7th edition,
Marck Publishing Company: USA

9. Parrot, Eugene L., (1968), Pharmaceutical Technology,


Burgess Publishing Company: Iowa.
10. Boylen, James, (1994), Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology Volume 9, Maral Deck Inc : New York.
13.
Sebutkan kerusakan atau maslah yang timbul dari
pembuatan emulsi? SGD 3
- Creaming : pecahnya 2 lapisan apabila dikocok bias
terbentuk lagi
- Cracking : pecah namun tidak bias kembali lagi
- Inversifase
(erina)
Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan

Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu


nagian mengandung fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan
yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok
perlahan akan terdispersi kembali.

Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena


film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak
berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah.
Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
b. Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan
c. Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi

Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi


w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible.
DAFTAR PUSTAKA
DITJEN POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kadis, Sukati, et all, (
), Meracik Obat Lanjutan I, Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang
Lachman, Leon, (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, UIPress, Jakarta
Martin, Alfred, (1994), Farmasi Fisik, UI-Press, Jakarta

Tim Penyusun, (2003), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika,


Laboratorium Farmaseutika, Jurusan Farmasi, Universitas
Hasanuddin, Makassar
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi
4. Jakarta : UI-Press
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES
RI
Departemen Farmakologi dan Teraupetik, 2009. Farmakologi Dan
Terapi Edisi V. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Lachman, Leon dkk, 2008. Teori Dan Praktek Farmasi Industri.
Jakarta : UI-Press
Kibbe arthur, 1986. Hand Book Of Pharmaceutical Excipient.
London : United Kingdom
Sean C, Sweetman, 2009. Martindale The Complete Drug
Reference. London : United Kingdom
Wartel, Lund, 1994. Codex The Pharmacuetical. London : Press
Teori-radikal-bebas. Damara. Pdf

14.
Sebutkan cara penyimpana sediaan emulsi? Bahri
- Dalam suhu 5 derajar C
- Suhu sejuk 10-15 derajat C
(yusran)
15.
Sebutkan cara penentuan emulgator? Bahri
16.
Sebutkan alat2 yang digunakan dalam pembuatan
sediaan emulsi? SGD 3
-

Mortar dan stanper (minyak lemak ukuran kecil)


Botol (viskisitas rendah
Mixer
Homogenizer
Koloidnil

- pemanas
(ayu, erina,yusran)

STEP 4
Emulsi

Tipe emulsi

Faktor2

komponen

Metode
pembuatan

Anda mungkin juga menyukai