Anda di halaman 1dari 13

1

KAJIAN TARIF ANGKUTAN OJEK PADA KOMPLEKS


PERUMAHAN DI KOTA KENDARI
(Studi Wilayah : Kecamatan Baruga)
Irwan Lakawa
e-mail : ironelakawa@gmail.com

ABSTRAKSI

Dalam beberapa tahun belakangan ini muncul moda angkutan umum alternatif,
salah satunya yaitu ojek. Angkutan ojek adalah angkutan alternatif penduduk yang
mempunyai karakteristik dan sifat pelayanan yang mudah untuk dijumpai disetiap
pinggiran jalan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui karakteristik pengguna angkutan ojek,
mengetahui nilai ATP dan WTP berdasarkan persepsi pengguna angkutan ojek, serta
menganalisis besar tarif ideal berdasarkan tingkat kemampuan dan kesediaan membayar
pengguna angkutan ojek pada kompleks perumahan di Kecamatan Baruga Kota Kendari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran karakteristik pengguna ojek berdasarkan
jenis kelamin yang dominan adalah laki-laki sebesar 66,35%, berdasarkan Usia yang dominan
yaitu 25 s/d 55 tahun sebesar 77,88%, berdasarkan tingkat pendidikan yang dominan adalah
SMU sebesar 48,08%, berdasarkan jenis pekerjaan yang dominan yaitu PNS sebesar 44,23%,
berdasarkan tujuan perjalanan yang dominan yaitu perjalanan lain-lain sebesar 53,85%, dan
berdasarkan frekuensi penggunaan ojek dalam satu bulan yang dominan yaitu 1 kali/bulan.
Nilai kemampuan membayar (ATP) berdasarkan persepsi penumpang angkutan ojek adalah Rp.0
s/d Rp.250 per km yaitu sebesar 81,73% dengan distribusi prosentase kemampuan membayar
untuk laki-laki sebesar 53,85% serta perempuan sebesar 27,88%. Sedangkan nilai kesediaan
membayar (WTP) berdasarkan persepsi penumpang angkutan ojek pada kompleks perumahan
terpusat di Kecamatan Baruga adalah Rp.0 sampai dengan Rp.1000 per km yaitu sebesar 57,69%
dengan distribusi prosentase kesediaan membayar untuk laki-laki sebesar 38,46 % serta
perempuan sebesar 19,23%.
Tarif ideal berdasarkan tingkat kemampuan membayar dan kesediaan membayar
pengguna angkutan ojek sebesar Rp.900 per kilometer, dimana secara kumulatif 57,69%
masyarakat masih mampu dan bersedia untuk membayar tarif angkutan ojek.
Kata Kunci : Tarif, ojek, ability to pay, willingness to pay
PENDAHULUAN
Beberapa tahun belakangan ini muncul
berbagai moda angkutan umum alternatif
salah satunya yaitu angkutan ojek. Jenis
moda angkutan ini banyak beroperasi pada
kompleks perumahan, diantaranya di
Kecamatan Baruga Kota Kendari. Hal ini
umumnya disebabkan oleh banyaknya jalan
masuk/lokal dari dan ke kompleks
perumahan yang tidak dapat dilayani oleh
angkutan
umum
formal
(mikrolet).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan, maka
jumlah kompleks perumahan yang tersebar di
Kecamatan baruga sebesar 1602 unit rumah
dengan rincian kelurahan Wundudopi 347

unit, Kelurahan Lepo-Lepo 455 unit,


Kelurahan Watubangga 387 unit dan
Kelurahan Baruga 413 unit.
Munculnya angkutan ojek pada sebagian
pinggiran jalan dan kompleks perumahan di
Kota Kendari sebagai akibat dari tingginya
tingkat
pertumbuhan
penduduk
dan
kemudian bergeser ke daerah permukiman di
pinggiran Kota. Dengan berkembangnya
daerah pemukiman ternyata meningkatkan
pula kebutuhan akan jasa layanan
transportasi ojek .
Permasalahan
timbul
karena
berkembangnya kuantitas transaksi jasa ini
tidak seiring dengan penetapan tarif yang

tepat dan ideal. Penentuan tarif hanya


dilakukan dengan negosiasi antara operator
dan pengguna jasa angkutan ojek.
Berdasarkan pada kondisi ini sehingga perlu
dilakukan suatu kajian untuk mengetahui
persepsi dan tarif ideal angkutan ojek
berdasarkan kemampuan membayar (Ability
to
Pay) dan
kesediaan
membayar
(Willingness To Pay) dari pengguna jasa,
dimana tarif tersebut harus memperhatikan
perbedaan kepentingan antara penyedia jasa
dan pengguna jasa.
RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana
karakteristik
pengguna
angkutan ojek pada kompleks perumahan
di Kecamatan Baruga Kota Kendari.
2. Berapa besar nilai ATP dan WTP
berdasarkan persepsi pengguna angkutan
ojek.

3. Berapa besar tarif ideal berdasarkan


tingkat kemampuan dan kesediaan
membayar pengguna angkutan ojek.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui
karakteristik
pengguna
angkutan ojek pada kompleks perumahan
di Kecamatan Baruga Kota Kendari.
2. Mengetahui nilai ATP dan WTP
berdasarkan persepsi pengguna angkutan
ojek.
3. Menganalisis tarif
ideal berdasarkan
tingkat kemampuan dan kesediaan
membayar pengguna angkutan ojek.
GAMBARAN UMUM
Kompleks perumahan yang ada di
Kecamatan Baruga cukup besar karena
wilayah
ini
merupakan
wilayah
pengembangan ekonomi baru di Kota
Kendari. Banyaknya kompleks perumahan
dan jumlah Kepala Keluarga (KK) di
Kecamatan Baruga menurut kelurahan
tercantum pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jumlah kompleks perumahan dan Kepala Keluarga (KK) Di Kecamatan Baruga.
Jumlah rumah
Kelurahan
Nama Perumahan
Jumlah KK
(unit)
Findayani Indah
70
68
Buah Poleang
34
31
Wundudopi
Baruga Mas
18
6
Lepo-Lepo Permai
115
111
Lepo-Lepo Indah
110
108
Jumlah
347
324
Wana Jaya I
100
97
Bukit Cempaka
60
60
Graha BNI Permai
35
11
Lepo-Lepo
Bumi Wanggu Permai
75
30
Lepo-Lepo Mas
22
15
Medy Brata
70
67
Bukit Permata Hijau
93
93
Jumlah
455
373
Cempaka Indah
177
172
Watubangga
PNS Pemkot
210
180
Jumlah
387
352
Baruga Permai
50
40
Pesona Baruga
80
65
Baruga
Raksa Asri
198
162

Griya Baruga Indah


Wana Jaya.II
Jumlah
Total

57
28
413
1602

52
21
340
1389

Sumber : Hasil Survei, 2011

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Tamin (1999), dalam
menentukan kebijakan tarif angkutan
umum perlu dipertimbangkan 2 hal
yaitu; (1) tingkatan tarif atau
besarnya tarif yang dikenakan
mempunyai rentang tarif bebas atau
gratis
yang
dikenakan
akan
menghasilkan
keuntungan
bagi
penyedia
jasa,
(2)
mempertimbangkan sistem tarif yang
merupakan cara bagaimama tarif
tersebut
dibayarkan.
Beberapa
alternatif yang umum di pergunakan
adalah tarif seragam dan tarif
berdasarkan jarak.
1) Tarif seragam
Pada sistem tarif ini, tarif dikenakan tanpa
memperhatikan jarak yang ditempuh.
2) Tarif berdasarkan jarak
Pada sistem ini tarif dibedakan
berdasarkan jarak
yang ditempuh.
Perbedaan
tarif dapat dibedakan atas
satuan kilometer, tahapan dan zona.
Menurut Lallo, (2003), Tipe
tarif diklasifikasikan menjadi atas 3
bagian yaitu; (1) tarif
yang
dikurangi, yaitu tarif yang memberi
potongan harga, misalnya potongan
harga untuk pelajar atau untuk anakanak, (2) tarif yang mengalami
tambahan, yaitu tarif dasar ditambah
dengan biaya ekstra, misalnya
pemambahan tarif padaperjalanan
malam hari atau untuk pelayanan
yang cepat, (3) tarif dasar atau biasa,
yaitu tarif
yang tidak memberi
potongan harga atau mengadakan
tambahan biaya.
Penetapan
tarif
ini
juga
dipengaruhi oleh pengguna jasa
angkutan
umum,
apakah
penggunanya
memggunakan
angkutan umum secara teratur.

Berdasarkan hal ini dapat ditentukan


tarif yang akan dilakukan apakah
tarif sekali perjalanan atau tarif
untuk suatu periode tertentu (Tamin;
1999)
Konsep Permintaan dan Penawaran
Menurut
Igo
(2008),
Permintaan (demand) didefinisikan
sebagai jumlah barang dan jasa yang
diminta pada berbagai tingkat harga
pada waktu dan tempat. Sedangkan
keseimbangan pasar didefinisikan
sebagai
kesepakatan
antara
permintaan dan penawaran. Apabila
terjadi ketidakstabilan harga maupun
jumlah/keseimbangan
yaitu
kelebihan
permintaan
atau
penawaran menurut mekanisme
pasar akan mendorong kembali harga
keseimbangan (bisa keseimbangan
baru atau keseimbangan semula).
Price
Kelebihan Penawaran

PT

PE
PR

Kelebihan Permintaan

QD1 QS2

QE

QS1 QD2

Gambar 3.3 Keseimbangan Pasar


Kemampuan Membayar (Ability To Pay)
Kemampuan membayar atau
Ability To Pay (ATP) adalah
kemampuan
seseorang
untuk
membayar jasa pelayanan yang
diterimanya berdasarkan penghasilan
yang dianggab ideal. Pendekatan
yang digunakan dalam analisis ATP

di dasarkan pada alokasi baiya untuk


transportasi dan intensitas perjalanan
pengguna.dimana besar ATP adalah
rasio anggaran untuk transportasi
denga intensitas perjalanan. ATP
dapat
juga
diartikan
sebagai
kemampuan
masyarakat
dalam
membayar ongkos perjalanan yang
dilakukannya (Uli, 1999: 12)
Beberapa
faktor
yang
mempengaruhi ATP masyarakat di
antaranya adalah :
1) penghasilan keluarga per bulan
2) alokasi penghasilan untuk tranportasi
perbulan
3) intensitas perjalanan per bula;
4) jumlah anggota keluarga
Persamaan yang digunakan
dalam
analisis
kemampuan
membayar adalah (Soehodo, 1998)

AT Pr=

I x . Pp . Pt
Tr

...

(4.1)
Dimana :
ATPr = ATP responden berdasarkan jenis
pekerjaan ( Rp/kilometer)
Ix
= Tingkat penghasilan responden per
bulan
Pp = Prosentase anggaran untuk
transportasi per bulan
Pt
= Prosentase alokasi biaya transport
yang digunakan untuk angkutan ojek.
Tr = Total panjang perjalanan responden
per bulan (km/bulan)
Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)
Kesedian membayar atau
Willingness To Pay (WTP) adalah
kesediaan
masyarakat
untuk
mengeluarkan imbalan atas jasa yang
diperolehnya.
Pendekatan yang
digunakan dalam analisis WTP
didasarkan pada persepsi pengguna
jasa angkutan umum terhadap tarif
jasa pelayanan
angkutan umum
tersebut.
Parameter
WTP
dapat
didefinisikan sebagai besaran rupiah
rata-rata yang masyarakatnya mau
mengeluarkan sebagai pembayaran
satu unit pelayanan angkutan umum
yang dinikmatinya. Unit pelayanan

angkutan umum yang dimaksud


dapat berupa seat- perjalanan
ataupun kilometer - perjalanan .
besarnya WTP masyarakat terhadap
angkutan umum dipengaruhi oleh
kondisi
ekonomi
masyarakat
bersangkutan dan juga tergantung
pada kondisi budayanya.
Salah
satu
cara
untuk
mengetahui besarnya kemampuan
masyarakat
adalah
dengan
menghitung rata-rata pengeluaran,
khususnya konsumsi untuk angkutan
umum. Pengeluaran ini dianggap
sebagai
salah
satu
indikator
kemampuan membayar untuk setiap
perjalanan dengan menggunakan
angkutan umum, yaitu kemampuan
membayat
per-trip
dan
perkilometer.
Budget
penduduk
untuk
angkutan umum adalah pengeluaran
harian untuk melakukan perjalanan
dengan menggunakan angkutan
umum. Konsumsi ini dihitung
berdasarkan
besarnya
proporsi
pengeluaran yang dipergunakan
untuk ongkos pengangkutan dengan
kendaraan umum.
Dalam permasalahan
transportasi WTP dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah :
Produksi jasa angkutan yang disediakan
oleh operator
Kualitas dan kuantitas pelayanan yang
diberikan operator
Utilitas pengguna angkutan terhadap
angkutan tersebut
Penghasilan pengguna
Persamaan yang digunakan
dalam analisis kesediaan membayar
(Willingnes
To
Pay)
adalah
(Soehodo; 1998).

WTP=

Tarif Yang Dianggp Sesuai


.(4.2)
Panjang perjalanan

Menurut Tamin (1999), dalam


penentuan tarif angkutan sering
terjadi benturan antara ATP dan

WTP. Kondisi yang mungkin terjadi


yaitu :
1. ATP Lebih besar dari WTP
Kondisi ini menunjukkan kemampuan
membayar lebih besar dari keinginan
membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila
pengguna
mempunyai
penghasilan
relative tinggi tetapi utilitas terhadap jasa
tersebut relatif rendah , pengguna pada
kondisi ini di sebut choice riders.
2. ATP sama dengan WTP
Menunjukkan kemampuan dan keinginan
nuntuk
membayar
jasa
yang
dikonsumsi/pengguna tersebut sama. Pada
kondisi ini telah terjadi keseimbangan
antara utilitas pengguna dengan biaya
yang dikeluarkan oleh pengguna jasa
tersebut.
3. ATP lebih kecil dari WTP
Menggambarkan keinginan pengguna
untuk membayar jasa lebih besar dari
kemampuan yang dimiliki. Hal ini
mungkin terjadi bagi pengguna yang
berpenghasilan rendah tetapi utilitas
terhadap jasa tersebut sangat tinggi,
sehingga keinginan pengguna untuk
membayar jasa tersebut lebih dipengaruhi
oleh utilitas , pada kondisi ini pengguna
disebut captive riders. .
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
mengambil
sampel rumah tangga pada kompleks
perumahan Kelurahan Lepo-Lepo,
Kelurahan Wundudopi, Kelurahan
Watubangga dan Kelurahan Baruga.
Jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini menggunakan rumus
(Notoadmojo, 2002).

n=

N
2
N . d +1 ...(5.1)

dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d = Penyimpangan terhadap populasi
atau derajat ketepatan yang
diinginkan, biasanya 0,1 atau
0,05.
Dengan
mempergunakan
persamaan 5.1, maka didapat jumlah

sampel secara keseluruhan sebanyak


104 yang tersebar pada 4 kelurahan.
Langkah-langkah yang digunakan
dalam
analisis
karakteristik
responden angkutan ojek adalah (1)
membuat tabel rekapitulasi hasil
kuisioner untuk semua pertanyaan,
(2) hitung total setiap jawaban
responden dari tabel rekapitulasi
hasil kuisioner, (3) hitung nilai
prosentase dari setiap jawaban
responden; dan (4) membuat grafik
prosentase dari setiap jawaban
responden.
Metode anggaran keluarga
(household budget) digunakan untuk
menghitung nilai Ability To Pay
(ATP). Pada metode ini penghasilan
secara ekspilisit berpengaruh dalam
menentukan besarnya ATP. Dasar
yang digunakan dalam metode ini
adalah penghasilan keluarga, dimana
pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui penghasilan adalah
dengan mengakumulasi pengeluaran
dari seluruh anggota keluarga. Dalam
studi ini besaran ATP yaitu ATP yang
mewakili suatu keluarga dengan
demikian
unit
sampel
yang
digunakan adalah keluarga. Dalam
perhitungan
ATP
digunakan
persamaan 4.1.
Metode persepsi digunakan
untuk
menentukan
besarnya
Willingness
To
Pay
(WTP)
masyarakat. Metode ini menganggap
setiap pengguna mempunyai persepsi
dan keinginan berbeda untuk
membayar tarif angkutan ojek yang
berlaku. Untuk menentukan besarnya
WTP dalam satuan rupiah per
kilometer pada studi ini adalah
dengan menanyakan berapa tarif
yang sesuai untuk setiap perjalanan
harian yang dilakukan pengguna
angkutan ojek tersebut. Penentuan
tarif ideal dianalisis berdasarkan
hubungan antara nilai perpotongan
kemampuan
membayar
dan
kesediaan membayar.
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sebaran
Krakteristik
Pengguna
Angkutan Ojek
Berdasarkan hasil analisis data
pada lampiran 2, diperoleh sebaran
karakteristik dominan penumpang
ojek sebagaimana terlihat pada
Gambar 6.1.

> 7 Km; 11.54; 12%


5 Km s/d 7 Km; 16.35;
< 116%
Km; 17.31; 17%
2 Km s/d 4 Km; 54.81; 55%

90

77.88
80
7066.35
60
50

Prosentase (%)

40

53.85
48.08
44.23
32.69

30
20

Gambar 6.13. Prosentase Panjang Rata-Rata


Perjalanan Penumpang Ojek

10
0

Jenis Kelamin, Laki-laki

Karakteristik Dominan

Gambar 6.1. Sebaran Karakteristik Dominan


Pengguna Ojek
Pada gambar 6.1, terlihat
bahwa
sebaran
karakteristik
pengguna ojek berdasarkan jenis
kelamin yang dominan adalah lakilaki sebesar 66,35%, berdasarkan
Usia yang dominan yaitu 25 s/d 55
tahun sebesar 77,88%, berdasarkan
tingkat pendidikan yang dominan
adalah SMU sebesar 48,08%,
berdasarkan jenis pekerjaan yang
dominan yaitu PNS sebesar 44,23%,
berdasarkan tujuan perjalanan yang
dominan yaitu perjalanan lain-lain
sebesar 53,85%, dan berdasarkan
frekuensi penggunaan ojek dalam
satu bulan yang dominan yaitu 1
kali/bulan.
2. Panjang Rata-Rata Perjalanan
Berdasarkan panjang ratarata perjalanan yang ditinjau adalah
1 Km, 2 Km s/d 4 Km, 5 Km s/d 7
Km dan > 7 Km. Berdasarkan hasil
analisis data survei pada lampiran
14, maka secara visual panjang
perjalanan penumpang ojek terlihat
pada Gambar 6.13

Berdasarkan Gambar 6.13


terlihat bahwa panjang rata-rata
perjalanan untuk 2 km s/d 4 km
adalah 54,81% , kemudian disusul
1 km sebesar 17,31%, untuk 5 km/7
km sebesar 16,35% serta > 7 Km
sebesar 11,54%.

3. Tarif Ojek untuk Satu Kali Perjalanan


Tarif ojek untuk 1 kali
perjalanan yang ditinjau adalah Rp.
2000, 3000, 4000, 5000 dan > Rp.
5000. Berdasarkan hasil analisis data
pada lampiran 15, maka secara visual
tarif ojek untuk 1 kali perjalanan
terlihat pada Gambar 6.14.

2000; 9.62; 10%


> 5000; 28.85; 29%3000; 26.92; 27%
5000; 26.92; 27%4000; 7.69; 8%

Gambar 6.14. Presentase Responden


Berdasarkan Tarif Ojek untuk
Satu Kali Perjalanan
Berdasarkan gambar 6.14
terlihat bahwa 28,85% responden

yang membayar tarif ojek untuk satu


kali perjalanan adalah > Rp.5000,
kemudian
26,92%
responden
membayar sebesar Rp.3000 dan
Rp.5000,
9,62%
responden
membayar Rp.2000 serta 7,69 %
responden
membayar
sebesar
Rp.4000.
4. Tarif Berdasarkan Persepsi
Sebaran
karakteristik
penumpang
angkutan
ojek
berdasarkan tarif yang dianggap
sesuai ditinjau adalah Rp.2000,
3000, 4000, 5000 dan > 5000.
Tabel 6.15 Tarif yang dianggap Sesuai.
Tarif yang
N
Jumla Prosentase
dianggap
o
h Total
(%)
Sesuai (Rp)
1 2000
18
17,31
2 3000
36
34,62
3 4000
14
13,46
4 5000
24
23.08
5 > 5000
12
11,54
Sumber : Hasil Analisis Data

Berdasarkan
Tabel
6.15
terlihat bahwa tarif ojek yang
dianggap sesuai oleh pengguna
angkutan ojek adalah
sebanyak
34,62% responden dengan persepsi
Rp.3000/perjalanan, 25,08% dengan
persepsi Rp.5000/perjalanan, 17,31%
dengan persepsi Rp.2000/perjalanan,
13,46% dengan persepsi sebesar
Rp.4000/perjalanan dan 11,54 %
responden
dengan
persepsi
membayar
sebesar
>
Rp
5000/perjalanan.
5. Analisis Kemampuan Membayar (ATP)

Prosentase
alokasi
transportasi (Pp):
Pp =

biaya

untuk

Bt
It

Dengan :
Bt = Total pengeluaran keluarga
untuk transportasi per bulan
It = Total penghasilan keluarga per
bulan

Untuk responden nomor 1, nilai Pp


adalah:

Rp 400.000
Rp 2.500 .000

Pp =

= 0,16
Prosentase alokasi biaya untuk ojek (Pt) :

Bo
It

Pt =

Dengan :
Bo = Total pengeluaran keluarga
untuk ojek per bulan
It = Total penghasilan keluarga per
bulan
Untuk responden nomor 1, nilai Pt
adalah :

Rp 25.000
Rp 2.500 .000

Pt =

= 0,01

Menentukan nilai ATP :


ATP =

It x Pp x Pt
Tt

Dengan :
Tt = Total panjang rata-rata keluarga
selama 1 bulan
Untuk responden nomor 1 dengan panjang
rata-rata perjalanan adalah 8 Km per hari
sehingga Tt untuk 1 bulan adalah 8 Km x 28
hari = 224 Km/bulan sehingga ATP adalah :
ATP =

Rp 2.500 .000 x 0,16 x 0,01


224

= Rp 17,86 per Km
Tabel 6.20 Distribusi Responden Terhadap
ATP
N Interval ATP Jumla Prosentas
o
(Rp/km)
h Total
e (%)
1 0 - 250
85
81.73
2 251 - 500
11
10.58
3 501 - 750
4
3.85
4 751 - 1000
4
3.85
Total Orang
104
100.00

Sumber : Hasil Analisis Data

Berdasarkan
Tabel
6.21,
memperlihatkan bahwa responden
lebih dominan memiliki kesediaan
membayar (WTP) pada interval Rp.0
Rp.1000/orang/km yaitu sebesar
57,69%

Berdasarkan tabel dan gambar


6.20 terlihat bahwa prosentase
distribusi responden terhadap ATP
yang paling besar ada pada interval
Rp.0 Rp.250/orang/km yaitu
sebesar 81,73%.
6. Analisis Kesediaan Membayar (WTP)
Analisis kesediaan membayar
(WTP) dilakukan berdasarkan data
yang terdapat pada kuisioner.
Dimana tarif yang dianggap sesuai
(Ts) untuk ojek dibagi total panjang
rata-rata perjalanan keluarga (Tt)
seperti tersaji pada lampiran 23, dan
distribusinya tersaji pada lampiran
24.
Tabel 6.21. Distribusi responden Terhadap
WTP
Interval
N
Jumlah Prosentas
WTP
o
Total
e
(Rp/km)
1 0 - 1000
60
57.69
2 1001 - 2000
32
30.77
3 2001 - 3000
11
10.58
4 3001 - 4000
1
0.96
Total Orang
104
100.00

7. Penentuan Tarif Berdasarkan Tingkat


Kemampuan
dan
Kesediaan
Membayar
Setelah
dilakukan
analisis
berdasarkan kesediaan membayar
(WTP), kemampuan membayar
(ATP) maka dilakukan kompilasi
data untuk mengetahui berapa persen
masyarakat yang bersedia membayar
dan berapa persen masyarakat yang
mampu membayar tarif angkutan
ojek berdasarkan perhitungan dengan
kedua metode diatas. Kompilasi ini
juga
dimaksudkan
untuk
memberikan
gambaran
tentang
tambahan jumlah masyarakat yang
akan menolak atau menerima jika
dilakukan penyesuaian tarif. Hal ini
dapat di tabelkan pada tabel 6.22.

Sumber : Hasil Analisis Data

Tabel 6.22 Tabel Kompilasi ATP dan WTP


N
Tarif
ATP (%) WTP (%)
o
(Rp/Km)
1
0
100
100
2
500
92.31
57.69
3
1000
3.85
57.69
4
1500
0
30.77
5
2000
0
30.77
6
2500
0
10.58
7
3000
0
10.58
8
3500
0
0.96
9
4000
0
0.96
Sumber : Hasil Analisis Data

100
Rp.900,
80
57,69%

60

Prosentase ATP/WTP

40
20
0
0

1000

2000

3000

4000

TARIF (Rp/Km)

Gambar 6.22. Kurva Hubungan ATP dan WTP


Penentuan tariff ideal didasarkan pada
kurva perpotongan porsentase ATP dan WTP
dimana
kurva
perpotongan
tersebut
menunjukkan tingkat keseimbangan tarif
bagi pengguna ojek yang mampu dan
bersedia membayar.
Berdasarkan gambar 6.22 menunjukkan
bahwa kurva ATP dan kurva WTP
berpotongan pada nilai Rp.900/km, dimana
pada titik ini terdapat secara kumulatif
57,69% masyarkat yang masih mampu dan
mau membayar untuk biaya transportasi
angkutan ojek. Untuk nilai prosentase

interval (1) jenis kelamin laki-laki dihitung


dengan persamaan sebagai berikut :
%Laki-Laki =

Nilai Interval ( 1 ) ATP


Jumlah Nilai Interval

100%
=

56
x 100
104

= 53,85 %

Tabel 6.23 Distribusi Responden Terhadap ATP Tertentu Berdasarkan Jenis Kelamin
Nilai Interval ATP tertentu
Prosentase
Jenis
Kelamin
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
Laki-Laki
56
7
3
3
53,85 6,73 2,88 2,88
Perempua
n
29
4
1
1
27,88 3,85 0,96 0,96
Jumlah
104
81,73 10,58 3,85 3,85
Sumber : Hasil Analisis Data

10

60.00

53.85

50.00
40.00

Prosentase ATP

30.00

27.88

20.00
Laki
- Laki
10.00

Perempuan

6.73

0.00

0.5

2.88
0.96

3.85
1

1.5

2.5

2.88
0.96
3.5 4

Interval ATP

Gambar 6.23. Prosentase Distribusi ATP Tertentu


Berdasarkan tabel dan gambar 6.23
terlihat
bahwa
prosentase
distribusi
responden terhadap ATP tertentu berdasarkan
jenis kelamin terlihat bahwa dari 104
responden, kemampuan membayar untuk
laki-laki berada pada interval Rp.0 s/d
Rp.250 sebesar 53,85 % sedangkan
perempuan sebesar 27,88 %

Untuk nilai prosentase interval (1)


pada jenis kelamin laki-laki dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
% Laki-Laki =
100%

8. Analisis Kesediaan Membayar (WTP


Tertentu) Berdasarkan Jenis Kelamin

Nilai Interval ( 1 ) WTP


Jumlah Nilai Interval

40
x 100
104

= 38,46 %
Tabel 6.24
Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah

Distribusi Responden Terhadap WTP Tertentu Berdasarkan Jenis


Nilai Interval WTP tertentu
1
2
3
4
40
20
9
0
20
12
2
1
104

Sumber : Hasil Analisis Data

1
38,46
19,23
57,69

Prosentase (%)
2
3
19,23
8,65
11,54
1,92
30,77
10,58

4
0,00
0,96
0,96

11

40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
Prosentase WTP Tertentu
15.00
Laki - Laki
10.00
5.00
0.00

38.46

19.23 19.23
11.54

P erempuan 8.65

1.92

0.96
0.00
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Interval WTP

Gambar 6.24. Prosentase Distribusi WTP Tertentu


Berdasarkan tabel dan gambar
6.24 terlihat bahwa prosentase
distribusi responden terhadap WTP
tertentu berdasarkan jenis kelamin
terlihat bahwa dari 104 responden,
kesediaan membayar untuk laki-laki
berada pada
interval Rp. 0 Rp.1000 sebesar 38,46% sedangkan
perempuan sebesar 19,23%
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan
maka
kesimpulan
yang
dihasilkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebaran karakteristik
pengguna ojek
berdasarkan jenis kelamin yang dominan
adalah
laki-laki
sebesar
66,35%,
berdasarkan Usia yang dominan yaitu 25
s/d 55 tahun sebesar 77,88%, berdasarkan
tingkat pendidikan yang dominan adalah
SMU sebesar 48,08%, berdasarkan jenis
pekerjaan yang dominan yaitu PNS
sebesar 44,23%, berdasarkan tujuan
perjalanan yang dominan yaitu perjalanan
lain-lain sebesar 53,85%, dan berdasarkan
frekuensi penggunaan ojek dalam satu
bulan yang dominan yaitu 1 kali/bulan.
2. Nilai kemampuan membayar (ATP)
berdasarkan
persepsi
penumpang
angkutan ojek pada kompleks perumahan
terpusat di Kecamatan Baruga adalah
Rp.0 s/d Rp.250 per km yaitu sebesar
81,73%
dengan distribusi prosentase
kemampuan membayar untuk laki-laki
sebesar 53,85% serta perempuan sebesar
27,88%.

3. Nilai kesediaan membayar (WTP)


berdasarkan
persepsi
penumpang
angkutan ojek pada kompleks perumahan
terpusat di Kecamatan Baruga adalah
Rp.0 sampai dengan Rp.1000 per km
yaitu sebesar 57,69% dengan distribusi
prosentase kesediaan membayar untuk
laki-laki sebesar 38,46 % serta perempuan
sebesar 19,23%.
4. Tarif ideal
berdasarkan tingkat
kemampuan membayar dan kesediaan
membayar pengguna angkutan ojek
sebesar Rp.900 per kilometer, dimana
secara kumulatif 57,69% masyarakat
masih mampu dan bersedia untuk
membayar tarif angkutan ojek.
SARAN
Adapun saran yang dapat dikemukakan
pada penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk penetapan tarif selanjutnya,
pemerintah
kota
sebaiknya
memperhatikan
faktor-faktor
yang
berpengaruh terhadap penentuan tarif,
dalam hal ini adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi yang berpengaruh terhadap ATP
dan WTP masyarakat sebagai pengguna.
2. Untuk studi lebih lanjut dibutuhkan suatu
tim survei dengan tingkat kemampuan
yang lebih baik. Hal ini diperlukan karena
dalam penelitian studi ini seringkali
responden enggan memberikan jawaban
yang tidak akurat terutama jika hal itu
menyangkut jumlah penghasilan.

12

3. Perlu ada penelitian tentang analisis ATP


dan WTP berdasarkan biaya operasional
kendaraan (BOK).
DAFTAR PUSTAKA
Igo, A. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi,
Diktat Kuliah Fakultas Ekonomi
Unhalu.
Lallo, E. 2003, Analisis karakteristik dan
tarif angkutan ojek untuk
kompleks perumahan di Kota
Makassar, skripsi Jurusan teknik
Sipil Universitas Hasanuddin)

Notoadmodjo, S. 2002. Metodologi


Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi,
Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Tamin, O.Z. 1999, Evaluasi Tarif Angkutan
Umum da Analisis Ability To Pay
(ATP) dan Willingness To Pay
(WTP) di DKI Jakarta, Forum
Transportasi Antar Perguruan Tinggi,
Bandung.
Uli, H.D.B. 1999. Analisis To Pay dan
Willingness To Pay Angkutan Kota
(Studi Kasus : Kota Medan), Tesis
Magister ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai