pada Bayi
Skenario 8
Bayi laki-laki usia 6 bulan dibawa ibunya berobat ke
klinik terdekat dengan keluhan diare sejak 3 hari yang
lalu. Bayi masih mendapatkan ASI namun karena
ibunya sibuk bekerja, bayi mulai diberikan susu
formula. Menurut ibunya, sejak diberikan susu formula,
frekuensi buang air besar menjadi 3x/hari, tidak ada
darah maupun lendir.
Rumusan Masalah
Bayi laki-laki 6 bulan keluhan diare setelah
diberikan susu formula.
Mind Map
Anamnesis
Alo-anamnesis
Identitas : Bayi laki-laki 6 bulan
Keluhan utama : diare sejak 3 hari yang lalu setelah
diberikan susu formula
RPS : frekuensi buang air besar 3x/hari, tidak ada
darah maupun lendir
RPD
RPK
Riwayat lain : nutrisi, kebiasaan, dll
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Metode clinitest : kadar gula
2. pH tinja : <6
3. Uji toleransi laktosa :
Puasa 4-8 jam laktosa (2g/kg BB) 2 jam (30)
(+) kadar gula darah <25mg%
4. Hydrogen breath test : gas hidrogen (fermentasi laktosa oleh bakteri)
Puasa 4-6 jam laktosa (2g/kgBB, max 50g)
Kadar hidrogen : setelah 2-3 jam pemberian (+) kadar
hidrogen dalam nafas >20ppm
5. Minum barium laktosa : puasa semalaman minum barium
laktosa (+) bila keluar cepat (1jam) berarti sedikit yang
diabsorbsi
6. Biopsi : mukosa usus halus dan ditentukan kadar enzim laktosanya
Working Diagnosis
Intoleransi Laktosa
Timbulnya gejala-gejala pada saluran pencernaan
sesudah makan atau minum bahan-bahan yang
mengandung laktosa. Intoleransi laktosa terjadi
karena adanya kerusakan pada mukosa usus halus
yang menyebabkan defisiensi laktase tidak bekerja.
Differential Diagnosis
1. Alergi susu sapi
Gejala akut : muntah, diare, urtikaria, stridor dan spasme bronkus.
Gejala kronik : kegagalan pertumbuhan, perdarahan rectum, anemia dan
hepatosplenomegali.
2.Malabsorbsi : laktosa dalam susu tidak sempurna mengalami hidrolisis dan
kurang diabsorbsi oleh usus halus.
3.Keracunan makanan : penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi oleh racun atau adanya faktor lain yang berasal dari
bahan makanan tersebut.
Epidemiologi
Etiologi
Intoleransi Primer : intoleransi kongenital
(genetik)
Intoleransi Sekunder : bersifat sementara yang
dapat mengakibatkan diare akut maupun yang
berhunungan dengan intoleransi protein susu
sapi
Patogenesis
Laktosa tidak di hidrolisis masuk usus besar efek
osmotik penarikan air ke dalam lumen kolon. Bakteri
kolon meragi laktosa asam laktat dan asam lemak
yang merangsang kolon terjadi peningkatan
pergerakan kolon merusak mukosa usus halus
menghambat produksi enzim laktase intoleransi
laktosa.
Gejala Klinis
Diare yang sangat frekuen, cair,
bulky, dan berbau asam
Meteorismus/kembung
Flatulens/mengeluarkan gas
Kolik abdomen
Komplikasi
Dehidrasi berat karena diare terus-menerus
Anoreksia
Hipokalemia
Hipoglikemia
Anemia
Malnutrisi
Penatalaksanaan
Berikan susu yang rendah/bebas laktosa
Susu keledai diberikan pada usia >6 bulan
Prognosis
Intoleransi primer/kongenital prognosisnya
kurang baik
Intoleransi sekunder prognosisnya baik jika
tidak adanya komplikasi
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan penunjang serta teori-teori
yang sudah dijelaskan, bisa disimpulkan bahwa bayi tersebut
menderit intoleransi laktosa. Karena kemungkinan intoleransi
lemak bisa disingkirkan dengan pemeriksaan tinja. Kemudian
untuk kemungkinan alergi bisa dibedakan dengan menggunakan
beberapa tes seperti pemeriksaan IgE pada pasien. Dan untuk
tatalaksanaannya bisa dengan menggunakan susu yang rendah
laktosa atau tidak ada laktosanya sama sekali, kemudia
mencegah adanya dehidrasi pada bayi karena ada gejala
diarenya.