TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan antara kanabis dan manusia telah ada sedikitnya 10.000 tahun.
Dari asalnya di Cina atau Asia Tengah, di zaman neolitik, penamaan
kanabis telah menyebar hampir di seluruh dunia. 2 Penggunaan pertama
dari tanaman ini kemungkinan sebagai bahan nutrisi sejak zaman neolitik
(setelah 6500 sebelum masehi). Galen, Bapak pengobatan menulis pada
tahun 200 sebelum Masehi bahwa biasanya sekali-sekali memberikan
kanabis pada tamunya untuk menimbulkan kenikmatan dan kegembiraan. 2
Pada abad pertengahan dokter-dokter menganjurkan tanaman kanabis
sebagai obat kanker dan untuk pengobatan jaundice dan batuk. Di Afrika
dimulai pada sekitar 6 abad yang lalu, digunakan sebagai ritual sosial dan
keagamaan dan sebagai prepaat obat untuk disentri, demam, asma dan
bahkan pada persalinan.2
Mungkin pencetus terbesar untuk mencabut perlindungan hukum dari
kanabis ditetapkan selama awal 1930-an. Komisi Narkotika, Harry Aslinger
memiliki minat yang mendalam untuk menyokongnya dan Kantor Narkotik
untuk menjalankan hukum menentang penggunaan kanabis dengan giat. 3
Selama beberapa tahun kemudian kanabis, mulai dianggap sebagai
Narkotik- suatu zat yang bertanggung jawab untuk kejahatan kekerasan
dan bahaya yang besar bagi keamanan masyarakat. 3
Vita Camellia : Gangguan Sehubungan Kanabis
PROFIL KANABIS
Kanabis adalah nama singkatan untuk tanaman Cannabis Sativa.1-3
Tanaman ini rata-rata akan tumbuh 5-12 kaki tingginya tapi bahkan
sampai mencapai 20 kaki.2 seluruh bagian tanaman mengandung
kanabinoid psikoaktif, yaitu delta 9 tetrahidrocannabinol (THC).4 Istilah
kanabis umumnya mengacu kepada pucuk daun, bunga dan batang dari
tanaman yang dipotong, dikeringkan dan dicacah dan biasanya dibentuk
menjadi rokok.4,5
Nama lain untuk tanaman kanabis adalah marijuana, grass, weed, pot,
tea, Mary Jane, dan produknya hemp, hashish, charas, bhang, ganja,
dagga dan sinsemilla. 1,3-5 konsentrasi tertinggi dari kanabinoid psikoaktif
ditemukan pada puncak bunga dari kedua jenis tanaman jantan (male)
dan betina (female).5. Kandungan THC didalam Charas dan hashis sekitar
7-8% dalam rentang sampai 14%. Ganja dan Sinsemilla berasal dari
bahan kering dan ditemukan pada pucuk tanaman betina, dimana
kandungan THC rata-rata sekitar 4-5% (jarang diatas 7%). Bhang sediaan
tingkat rendah diambil dari tanaman sisa yang kering, kandungan THC
sekitar 1%3. Minyak hashish, suatu cairan pekat dari penyulingan hashish,
mengandung THC sekitar 15-70%.4
NEUROFARMAKOLOGI
Dosis THC yang diperlukan untuk memperoleh efek farmakologis pada
manusia dari menghisap sekitar 2-22 mg. THC larut dalam lemak dan
dengan cepat di absorbsi setelah inhalasi.4 setelah dihisap atau dicerna,
THC akan diubah oleh hati menjadi lebih dari 60 zat metabolit, beberapa
diantaranya juga berupa psikoaktif. 2 Pertama diubah ke bentuk aktif 11hidroxy- THC dan dibentuk tidak aktif 9-carboxy- THC. Metabolisme lebih
lanjut dihati mengubah 1-hidroxy-THC enjadi beberapa metabolit tidak
aktif, termasuk 11-norcarboxy-THC yang dapat dijumpai beberapa menit
setelah penghisapan.
Vita Camellia : Gangguan Sehubungan Kanabis
Efek kardiovaskular dan sistem saraf pusat (SSP) sebagai sifat yang
merubah mood, dimulai < 1 menit setelah inhalasi. Puncak efek klinik
mungkin terlambat 20-30 menit dan bertahan sedikitnya 2-3 jam. 4 Puncak
konsentrasi THC dalam darah tercapai dengan cepat, 10 menit dengan
menghisap dan berkurang menjadi 10-15% dari jumlah awal dalam 1 jam.
Waktu paruh bersihan sekitar 30 jam secara umum dapat diterima,
meskipun beberapa laporan, waktu paruhnya sekitar 4 hari. Sehingga
belakang bola mata (Marinol, untuk glukoma) dan mengurani mual (pada
pengobatan kanker).2,3,5
Kanabis mengurangi kemampuan mengikuti (kemampuan untuk mengikuti
objek yang bergerak) dan menyebabkan satu fenomena jejak dimana
seseorang melihat setelah bayangan dari benda yang bergerak.
Gangguan kemampuan mengikuti jejak dan feomena jejak dan efek
sedasi menyebabkan lebih sulit untuk melaksanakan tugas yang
memerlukan perkiraan jarak dan koordinasi tangan mata yang baik seperti
mengendarai mobil.2
Kanabis dapat beraksi seperti stimulan sama baiknya sebagai depresan
tergantung pada jenis dan jumlah kimia yang diserap otak, latar belakang
penggunaan dan kepribadian pengguna. 2
Pengaruh Jangka Panjang
Penghisapan kanabis secara teratur mengakibatkan gejala akut dan
kronis bronkitis. Penelitian mikroskopis dari membran mukosa oleh Dr.
Tashkin, telah ditemukan paling banyak kerusakan terjadi pada paru- paru
yang menghisap rokok dan kanabis.2 Penghisap kanabis dan rokok
memiliki resiko tingi lebih besar untuk menjadi kanker lidah, kanker laring
dan kanker paru-paru.2
Beberapa bukti menunjukkan bahwa pengguna berat kanabis dapat
menekan sistim imun mengakibatkan pengguna lebiuh mudah menderita
demam, flu dan infeksi virus lainnya.2,3
Kesehatan Mental dan Zat
intosikasi ini berupa euforia diikuti perioe mengantuk atau sedasi yang
sering. Persepsi waktu berubah, pendengaran dan penglihatan terganggu.
Efek subjektif dari intoksikasi sering berupa reaksi disosasi. 5
Fungsi yang terganggu terjadi bermacam-macam bahkan pada dosis
rendah pada kognitif, pelaksanaan tugas, termasuk ingatan, waktu reaksi,
belajar, persepsi, kordinasi gerak, perhatian dan mengenali tanda. 4,5 Pada
dosis yang tinggi juga mempengaruhi tingkat kesadaran (consiciousness)
dimana lebih jelas pengaruhnya terhadap penilaian kognitif. Kanabis
membangkitkan delirium organik toksis yang menetap lama
dikarakteristikkan dan kebingungan (Confusion) dengan proses pikir yang
kacau, afek yang labil, waham dan halusinasi pernah dilaporkan. 1,4,5
Sindroma Putus Kanabis
Beberapa pasien telah melaporkan insomnia, iritabel, disforik, anoreksia,
tangan tremor, demam ringan atau mual ringan dengan penghentian dari
penggunaan zat ini. Ini terjadi terutama pada pasien yang menghisap
sediaan yang kuat.1,4
Gangguan Psikotik Akibat Kanabis
Dosis tinggi kanabis lebih sering dari yang rendah untuk membangkitkan
gejala psikotik singkat seperti waham kejar atau halusinasi pendengaran
dan penglihatan, khususnya orang dengan gangguan psikiatrik yang
mendasarinya. Ini belum jelas apakah seseorang dengan struktur
kepribadian yang tidak stabil lebih mudah untuk episode psikotik singkat
ini.1.4
Vita Camellia : Gangguan Sehubungan Kanabis
Kanabis dan metabolitnya dapat dideteksi di urin pada nilai cut off 100
ng/ml pada 42-72 jam setelahefek psikologis menurun. 4 Karena metabolit
kanabinoid adalah larut lemak, menetap di cairan tubuh dalam periode
yang agak lama dan diekskresikan secara perlahan. Uji saring untuk
kanabinoid pada individu yang menggunakan secara iseng dapat
memberikan hasil positif untuk 7-10 hari7 dan pada pengguna kanabis
berat dapat memberikan nilai positif 2-4 minggu.1
Diagnosis
Diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis
dapat
ditegakkan
berdasarkan PPDGJ-III (Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, Edisi III) 8 dan
DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth
Edition).1
Diagnosis Banding7
1. Gangguanmentalprimer 2. Gangguandistimik
PENATALAKSANAAN DAN REHABILITASI
Pengguna kanabis sering dirujuk untuk pengobatan. Rujukan dibuat untuk
orang dengan pola pengunaan dan keperluan terapi yang sangat
bervariasi. Pada ekstrim pertama yang menggunakan kanabis secara
intermiten pada diosiss rendah yang dikenali secara uji saring obat secara
random. Kestrim kedua adalah individu dengan penggunaan dosis tinggi
setiap hari dan memliki kriteria keergantungan 4
Individu pertama mungkin hanya memerlukan uji saring secara periodik
dan konseling suportif yang tiak begitu sering. Ekstrim Kedua mungkin
memerlukan rujukan program rebalitasizat yang intensif dan terkhusus. 4
Penatalaksanaan pengguna kanabis terletak pada prinsip yang sama
dengan penatalaksanaan penyalahgunaan zat abstinensia dan
Vita Camellia : Gangguan Sehubungan Kanabis
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H I, and Sadock BJ, Synopsis of Psychiatry: Ed. Sadock
BJ. Sadock VA. Vol. 1. 9th Edition. USA. Lippincott William & Wilkins, 2003:
424-27.
2. Inaba DS. Cohen WE. Uppers, Downers, Alla Arrounders. 4th
Edition. USA. CNS Publications, Inc. 2000:2-7, 232-46, 425-428.
3. Julien RM. A Primer of Drug Action. 6th Edition. New York. WH.
Freeman and Company. 1992: 269-87.
4. Macfadden W. Woody GE. Canabis- Related Disorders. Kaplan &
Sadocks Comprehensive Textboo of Psichiatry. Eds. Sadock BJ. Sadock
VA. 7th Edition. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 2000: 990-9.
5. Martin PR. Hubbard JR. Substance-Related Disorders. Current
Diagnosis & Treatment in Psychiatry. Eds. Ebert MH. Loosen PT.
Nurcombe B. Singapore. McGrawHill Companies. Inc. 2000: 243: 247-8:
256-7.
6. Smith DE. Seymor RB. Clinical;s Guide to Substance Abuse.
Singapore. McGrawHill Companies. Inc. 2001:91-6.
7. American Psychiatryc Association. Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV). 1994: 215- 21.
8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: 107-08,110- 11.z