Anda di halaman 1dari 34

ANALGETIKA - ANTIPIRETIK

BY.
PUGUH SANTOSO,S.Si.,APT

Analgetika

adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau


menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran

Analgetika umumnya diartikan sebagai suatu obat


yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot,
nyeri sendi dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah, pasca
bersalin nyeri haid (dismenore) dan nyeri lain yang sulit
dikendalikan.

Hampir semua analgesik mempunyai


inflamasi dan antipiretik.

efek anti

Asam salisilat, parasetamol, mampu mengatasi nyeri


ringan sampai sedang, tapi nyeri hebat membutuhkan
analgesik yaitu analgesik sentral (analgesik narkotik)
Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu
menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam,
sedangkan sifat anti inflamasi berguna untuk mengobati

radang sendi (arthritis reumatoid) termasuk pirai/gout


kelebihan asam urat sehingga pada sendi terjadi pembengkaan
dan timbul rasa nyeri.

Analgesik anti inflamasi diduga bekerja berdasarkan


penghambatan sintesis prostaglandin (penyebab rasa
nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat dibedakan dalam 3
kategori :
Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot,
nyeri haid. Dapat diatasi dengan parasetamol,
asetosal, bahkan plasebo
Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik)
perlu analgesik kuat
Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu,
ginjal, kanker) harus diatasi dengan analgesik
sentral atau narkotik.
Penggolongan :
Analgesik dibagi dalam 2 golongan besar :
1. Analgesik Narkotik ( analgesik sentral )
2. Analgesik non opioid (non narkotik)

1.

ANALGESIK NARKOTIK

Kerja pada pusat Hipnoanalgetika :

Menurunkan rasa nyeri dengan cara stimulasi


reseptor opiat (kerja analgetika)

Mengurangi aktivitas kejiwaan (kerja sedasi)

Meniadakan rasa takut dan rasa bermasalah (kerja


trankuilansia)

Menghambat pusat pernapasan dan pusat batuk


(kerja depresi pernapasan dan antitusif)

Menimbulkan miosis (kerja miotika)

Meningkatkan pembebasan ADH (kerja antidiuretika)


Obat golongan ini hanya dibenarkan untuk penggunaan
insidentil rasa nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang,
nyeri infark), kolik batu empedu, kolik ginjal. Tanpa
indikasi yang kuat tidak dibenarkan penggunaannya
secara kronik disamping untuk nyeri hebat, penggunaan
narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut
karena dapat meringankan penderitaan.

Fentanil dan alfentanil umumnya


digunakan sebagai premedikasi dalam
pembedahan karena dapat memperkuat
anestesi umum sehingga mengurangi
timbulnya kesadaran selama anestesi.
Penggolongan analgesik narkotik adalah
sebagai berikut :
Alkaloid alam : morfin, codein
Derivat semisintesis : heroin
Derivat sintetik : Metadon, fentanil
Antagonis morfin : nalorfin, nalokson
dan
pentasozin

Obat generik, indikasi, kontraksi


indikasi dan efek samping :
Morfin
Indikasi
: Analgesik selama dan setelah
pembedahan, analgesik pada situasi lain
Kontra indikasi : Depresi pernafasan akut,
alkohollisme akut, penyakit perut akut,
peningkatan tekanan otak atau cedera kepala
Efek Samping : Mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/adiksi pada over dosis dapat
menyebabkan keracunan dan kematian
Sediaan : Morfin HCl sirup 5mg/5ml, tablet
10mg, 30mg, 60mg, injeksi 10mg/ml,
20mg/ml

Kodein posfat
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi dan efek samping sama
dengan morfin
Sediaan : Kodein posfat 10mg, 15mg, 20mg

Fentanil

Indikasi : Nyeri kronik yang sukar diatasi pada


kanker
Kontra indikasi dan efek samping sama
dengan morfin
Sediaan : Bentuk sediaan dapat berupa injeksi
atau cakram transdermal (lama kerja yang
panjang)

Petidin HCL
Indikasi : nyeri sedang, berat, nyeri
pasca bedah
Kontra indikasi dan efek samping sama
Sediaan : Petidin injeksi 50 mg/ml, tab.
50 mg

Tramadol HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat
Kontra indikasi dan efek samping sama
Sediaan : Tramadol injeksi 50 mg/ml,
tablet 50mg

Nalorfin dan nalokson


Adalah antagonis morfin, bekerja
meniadakan semua khasiat morfin dan
bersifat analgesik. Khusus digunakan
pada kasus overdosis atau intoksikasi
obat-obat analgesik narkotik

ANALGESIK NON OPIOID


(NON NARKOTIK)
Disebut analgesik perifer karena tidak
mempengaruhi susunan saraf pusat. Semua
analgesik mempunyai khasiat antipiretik,
yaitu menurunkan suhu tubuh pada saat
demam.
Khasiatnya berdasarkan rangsangan
terhadap pusat pengatur kalor
dihipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi
perifer di kulit, dengan bertambahnya
pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak
keringat. Misalnya parasetamol, aspirin,
berkhasiat pula anti inflamasi, antiradang
atau anti flogistik

Penggolongan
Berdasarkan rumus kimianya analgesik
perifer digolongkan menjadi :

a. Golongan Salisilat
Asam asetil salisilat atau yang lebih
dikenal dengan asetosal atau aspirin.
Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala,
nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini
asetosal
semakin banyak dipakai karena sifat anti
platelet nya. Sebagai contoh aspirin
dosis kecil dipakai untuk pencegahan
trombosis koroner dan cerebral.

Asetosal adalah analgesik antipiretik


dan anti inflamasi yang sangat luas
digunakan dan digolongkan obat
bebas. Efek samping menyebabkan
iritasi lambung dan saluran cerna,
dapat dikurangi dengan meminum
obat setelah makan atau membuat
sediaan menjadi salut enterik
(enteric coated). Karena salisilat
bersifat hepatotoksik maka tidak
dianjurkan diberikan pada penderita
penyakit hati yang kronis.

b. Golongan Para Aminofenol

Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen

(parasetamol)
Efek analgesik golongan ini serupa dengan
salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri ringan sampai sedang dan dapat
menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam.
Efek samping parasetamol dan kombinasinya
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
kerusakan hati.

KEHAMILAN DAN LAKTASI


Hanya parasetamol yg dianggap aman bagi wanita
hamil dan menyusui, walaupun dapat mencapai
air susu. Asetosal dan salisilat, NSAID dan
metamizol dpt mengganggu perkembangan janin

c. Golongan Pirazolon (dipiron, metampiron,


antalgin, novalgin, dolo neurobion)

Adalah derivat sulfonat dari aminofenazon yg laru dlm


air (1946) Obat ini sering dikombinasi dgn obat lain
a.l dengan aminofenazon

d. Golongan Antranilat (asam mefenamat)


Digunakan sebagai analgesik karena
sebagai anti inflamasi kurang efektif
dibanding dengan aspirin. Efek samping
seperti iritasi mukosa lambung dan
gangguan saluran cerna sering timbul.

Analgesik

AINS (ANALGESIK ANTI INFLAMASI


NON STEROID)
Adalah obat-obat analgesik yang juga memiliki
efek anti inflamasi, sehingga obat-obat ini
digunakan dalam pengobatan rheumatik dan
gout. Contohnya Ibuprofen, indometacin,
fenilbutazon, piroksikam dan diklofenak.
Sebagian besar penyakit rheumatik
membutuhan pengobatan simptomatis, untuk
meredakan rasa nyeri penyakit sendi
degeneratif seperti osteoartritis, analgesik
tunggal atau campuran masih bisa digunakan.
Tetapi bila nyeri dan kekakuan disebabkan
penyakit rheumatik yang meradang harus
diberikan pengobatan AINS.

Ibuprofen
Adalah turunan asam propionat yang
berkhasiat anti inflamasi, analgesik
dan anti piretik. Efek samping kecil
dibanding AINS yang lain, tetapi efek
anti inflamasinya juga agak lemah,
sehingga kurang sesuai untuk
peradangan sendi hebat seperti gout
akut.

Diklofenak
Derivat fenilasetat ini termasuk AINS yang
terkuat anti radangnya dengan efek samping
yang kurang keras dibanding dengan obat
lainnya seperti piroksikam dan indometacin.
Obat ini digunakan untuk segala macam
nyeri, juga pada migrain dan encok. Secara
parenteral sangat efektif untuk mengatasi
kolik hebat (kandung kemih dan empedu).

Indometacin
Daya analgesik dan anti radang sama kuat
dengan aspirin, sering digunakan pada
serangan encok akut. Efek samping berupa
gangguan lambung usus, pusing, tremor

Fenilbutazon
Derivat pirazolon memiliki khasiat
antiflogistik yang lebih kuat daripada
kerja analgesiknya. Karena itu
golongan ini digunakan sebagai obat
rematik seperti halnya fenilbutazon.
Piroksikam
Bekerja sebagai anti radang,
analgesik dan antipiretik. Digunakan
untuk melawan encok. Efek samping
berupa perdarahan pada lambung
usus

Anda mungkin juga menyukai