Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit adalah eritroderma.(1)
Eritroderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) dan derma,
dermatos (skin = kulit), merupakan keradangan kulit yang mengenai 90% atau lebih pada
permukaan kulit yang biasanya disertai skuama. Pada beberapa kasus, skuama tidak selalu
ditemukan, misalnya pada eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada
mulanya tidak disertai skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas
karena bercampur dengan hiperpigmentasi.
Nama lain penyakit ini adalah dermatitis eksfoliativa generalisata, meskipun
sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kata eksfoliasi berdasarkan
pengelupasan skuama yang terjadi, walaupun kadang-kadang tidak begitu terlihat, dan kata
dermatitis digunakan berdasarkan terdapatnya reaksi eksematus.
Diagnosis eritroderma ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dan
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histopatologi dapat membantu menentukan penyakit
yang mendasarinya. Diagnosis yang akurat dari penyakit ini merupakan suatu proses yang
sistematis di mana dibutuhkan pengamatan yang seksama, evaluasi serta pengetahuan tentang
terminology, dermatologi, morfologi serta diagnosis banding. Pengobatannya disesuaikan
dengan penyakit yang mendasarinya, namun tetap memperhatikan keadaan umum seperti
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuhm memperbaiki hipoalbumin dan anemia, serta
pengendalian infeksi sekunder.
Eritroderma bukan merupakan kasus yang sering ditemukan, namun masalah yang
ditimbulkannya cukup parah. Diagnosis yang ditegakkan lebih awal, cepat dan akurat serta
penatalaksanaan yang tepat sangat memengaruhi prognosis penderita.

BAB II
ERITRODERMA

2.1. Definisi
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang berlangsung
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim
dengan eritroderma.(2) Bagaimanapun, itu tidak dapat mendefinisikan, karena pada gambaran
klinik dapat menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus, eritroderma umumnya
kelainan kulit yang ada sebelumnya misalnya psoriasis atau dermatitis atopik. Meskipun
peningkatan 50% pasien mempunyai riwayat lesi pada kulit sebelumnya untuk onset
eritroderma, identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari sekian banyak
kelainan kulit.
Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan
hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
Skuama mulai dari halus sampai kasar. Pada eritroderma, skuama tidak selalu terdapat,
misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama.
Skuama kemudian timbul pada stadium penyembuhan timbul. Bila eritemanya antara 50%90% dinamakan pre-eritroderma.(1)

2.2. Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan
penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.(3) Penyakit kulit yang dapat
menimbulkan eritroderma di antaranya adalah psoriasis, dermatitis seboroik, alergi obat,
CTCL atau Sindrom Sezary.
a. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturate. Pada
beberapa masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan
2

pengobatan secara tradisional. Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul
penyakit bervariasi, dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema
universal. Bila masih akut tidak terdapat skuama, pada stadium penyembuhan baru timbul
skuama. Bila ada obat yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh, diduga
sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.(1)
b. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak ditemukan
dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat pengobatan psoriasis yang
terlalu kuat, misalnya pengobatan topical dengan ter dengan konsentrasi yang terlalu
tinggi. Pada anamnesis hendakna ditanyakan, apakah pernah menderita psoriasis. Penyakit
tersebut bersifat menahun dan residif, kelainan kulit berupa skuama yang berlapis-lapis
dan kasar di atas kulit yang eritematosa dan sirkumskrip. (1)
Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal
sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20
minggu.(3) Ptiriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula
menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus
foliaseus, dermatitis atopic dan liken planus.(4)
c. Eritroderma akibat penyakit sistemik
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat member
kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk
akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang
berarti perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan foto
toraks), untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada
kalanya terdapat leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi
bacterial yang tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati. Termasuk di dalam
golongan ini ialah sindrom sezary (1)
Harus lebih diperhatikan komplikasi sistemik akibat eritroderma seperti hipotermia,
edema perifer, dan kehilangan cairan dan albumin, dengan takikardia dan kelainan jantung
harus mendapatkan perawatan yang serius. Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan
kakesia, alopesia, palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku dan ektropion.

2.3. Epidemiologi
Insidens eritroderma sangat bervariasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun
wanita, namun paling sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia ratarata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Insiden eritroderma
makin bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis. Hal tersebut seiring dengan
meningkatnya insiden psoriasis.(1)
Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan lebih dari setengah kasus dari
eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit lebih dari seperempat kasus.
Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.(4)
Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat. Alergi
terhadap obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan obat
secara tradisional.

2.4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas. Pathogenesis
eritroderma berkaitan dengan pathogenesis penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang
sudah ada sebelumnya berkembang menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma
idiopatik de novo tidaklah sepenuhnya dimengerti. Penelitian terbaru imunopatogenesis
infeksi yang dimediasi toksin menunjukkan bahwa lokus patogenesitas staphylococcus
mengkodekan superantigen. Lokus-lokus tersebut mengandung gen yang mengkodekan
toksin dari toxic shock syndrome dan staphylococcol scalded-skin syndrome. Kolonisasi S.
aureus atau antigen lain merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock syndrome
toxin-1, mungkin meminkan peranan pada pathogenesis eritroderma. Pasien-pasien dengan
eritroderma biasanya mempunyai kolonisasi S. aureus sekitar 83% dan pada kulit sekitar
17%, bagaimanapun juga hanya ada satu dari 6 pasien memiliki toksin S. aureus yang positif.
(4)

Dapat diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-obatan, perluasan
penyakit kulit dan penyakit sistemik makan tubuh beraksi berupa pelebaran pembuluh darah
kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah.
Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal
jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan
4

yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan
panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan
hipermetabolisme kompensator dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan
oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme basal.(1)
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari
sehingga menyebabkan kehilangan protein (hipoproteinemia) dengan berkurangnya albumin
dengan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan kelainan yang khas.
Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang
ekstravaskuler.(1)
Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku berupa
kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung
berbulan-bulan, dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.(1)

2.5. Gambaran Klinis


Mula-mula timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu
12-48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat
juga mengenai membrane mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala
sudah terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat terlepas. Dapat terjadi
limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah
lipatan. Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis. Warnanya
bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, panas, kering dan kalau diraba tebal.
Pasien mengeluh kedinginan.(5) Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga
sebagai kompensasi terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk
dapat menimbulkan panas metabolik.
Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat sekarang semua
eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma selalu sekunder. Eritroderma akibat alergi
obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya.
Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja,
setelah penyembuhan barulah timbul skuama.(3)
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan dermatitis
seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal yaitu: karena penyakitnya
sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat. (3) Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda
5

khasnya akan menghilang. Pada eritroderma et causa psoriasi, merupakan eritroderma yang
disebabkan oleh penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid
topikal, komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulunya misalnya
infeksi.

Gambar 1. Eritroderma psoriasis


Dermatitis seboroik pada bayi (penyakit Leiner) terjadi pada usia penderita berkisar 420 minggu. Kelainan berupa skuama berminyak dan kekuningan di kepala. Eritema dapat
pada seluruh tubuh disertai skuama yang kasar.(3)

Gambar 2. Dermatitis seboroik

Ptiriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi
eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala diikuti perluasan ke dahi
dan telinga; pada saat ini akan menyerupai gambaran dermatitis seboroik. Kemudian timbul
hiperkeratosis palmoplantaris yang jelas. Berangsur-angsur menjadi papul folikularis di
sekeliling tangan dan menyebar ke kulit berambut.(3)

Gambar 3. Ptiriasis rubra pilaris


Pemfigus foliaseus bermula dengan vesikel atau bula berukuran kecil, berdinding
kendur yang kemudian pecah menjadi erosi dan eksudatif. Yang khas adalah eritema
menyeluruh yang disertai banyak skuama kasar, sedangkan bula kendur hanya sedikit.
Penderita mengeluh gatal dan badan menjadi bau busuk.(3)

Gambar 4. Pemfigus foilaseus

Dermatitis atopi dimulai dengan eritema, papul-papul, vesikel sampai erosi dan
likenifikasi. Penderita tampak gelisah, gatal dan sakit berat.

Gambar 5. Dermatitis atopi


Permukaan timbulnya liken planus dapat mendadak atau perlahan-lahan; dapat
berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan mungkin kambuh lagi. Kadangkadang menjadi kronik. Papul dengan diameter 2-4 mm, keunguan, puncak mengkilat,
polygonal. Papula mungkin terjadi pada bekas garukan (fenomena Koebner). Bila dilihat
dengan kaca pembesar, papul mempunyai pola garis-garis berwarna putih (Wickhams
striae). Lesi simetrik, biasanya pada permukaan fleksor pergelanagna tangan, menyebar ke
punggung dan tungkai. Mukosa mulut terkena pada 50% penderita. Mungkin pula mengenai
glans penis dan mukosa vagina. Kuku kadang-kadang terkena, kuku menipis dan berlubanglubang. Anak-anak jarang terkena tetapi bila terdapat bercak kemerahan mungkin tidak khas
dan dapat keliru dengan psoriasis. Sering sangat gatal. Cenderung menyembuh dengan
sendirinya.(3)

Gambar 6. Liken planus


8

Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan, yang tidak termasuk


golongan akibat alergi dan akibat perluasan penyakit kulit, harus dicari penyebabnya dan
diperiksa secara menyeluruh, termasuk dengan pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.
Termasuk dalam golongan ini adalah sindrom Sezary.
Sindrom Sezary
Penyakit ini termasuk limfoma. Penyebabnya belum diketahui, diduga berhubungan
dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan ke dalam CTCL (Cutaneus T-Cell Lymphoma).
Yang diserang adalah orang dewasa, mulanya penyakit pada pria rata-rata berusia 64 tahun,
sedangkan pada wanita berusia 53 tahun.
Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang universal disertai
skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat infiltrat pada kulit dan edema. Pada
sepertiga hingga setengah pada pasien didapati splenomegali, limfadenopati superfisial,
alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris et plantaris, serta kuku yang distrofik.(1)

Gambar 7. Sindrom Sezary

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatan
gammaglobulin, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut meningkat, leukositosis,
maupun anemia ringan.(4)
Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu
mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi kulit dapat
menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada
tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis,
akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik, dan
mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid infiltrate di
dermis-epidermis,

dengan

sel

cerebriform

mononuclear

atipikal

dan

Pautriers

microabscesses. Pada pasien dengan Sindrom Sezary ditemukan limfosit atipik yang disebut
sel Sezary. Biopsi pada kulit juga memberi kelainan yang agak khas, yakni terdapat infiltrat
pada dermis bagian atas dan terdapatnya sel Sezary. Disebut sindrom Sezary, jika jumlah sel
Sezary yang beredar 1000/mm3 atau lebih atau melebihi 10% sel-sel yang beredar. Bila
jumlah sel tersebut di bawah 1000/mm3 dinamai sindrom pre-Sezary.(1)
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrate limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan
permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T matang
pada eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing
lapisan papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superfisial juga
ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari
tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya.
2.7. Diagnosis
Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang sudah ada
sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan kuning-kemerahan di pilaris
rubra pitiriasis; perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi, erosi dan ekskoriasi di dermatitis
atopik dan eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pitiriasis rubra;
ditandai bercak kulit dalam eritroderma di pilaris rubra pitiriasis; hiperkeratotik skala besar
10

kulit kepala, biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL
dan pitiriasis rubra, ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat
menegakkan diagnosis.
2.8. Diagnosis Banding
Ada beberapa diagnosis banding pada eritroderma:
1. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di lapisan
epidermis dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada keluarga asma
bronkial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi di antara 15-25% populasi,
berkembang dari satu menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi antibodi
IgE yang tinggi, lebih banyak karena alergi inhalasi. (8) Dermatitis atopik adalah
penyakit kulit yang mungkin terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya timbul
sebelum usia 5 tahun. Biasanya ada tiga tahap: balita, anak-anak, dan dewasa.
Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang
dewasa di mana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus
yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sendangkan pada gambaran histologi
terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel, derma eosinofil dan parakeratosis.(3)

Gambar 8. Dermatitis atopik


2. Psoriasis
Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal yang
terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika psoriasis menjadi
eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasi tidak tampak lagi karena dapat
menghilang, plak-plak psoriasis menyatu, eritema dan skuama tebal universal. (2)
Psoriasis mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat dan
11

tidak dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetic berperan. Bila orangtuanya
tidak menderita psoriasi, resiko mendapat psoriasi 12%, sedangkan jika salah seorang
orang tuanya menderita psoriasis, resikonya mencapai 34-39%.(1)
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena tetesan
lilin, Auspitz, dan Koebner.(1)

Gambar 9. Psoriasis
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai dengan plak
eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak mengandung kelenjar
sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, belakang telinga, cuping hidung,
ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan
meningkat pada usia 40 tahun.(8) Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki
dariapda wanita dan lebih sering pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan
minum alkohol.(1)
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman pityrosporum
ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala tampak
eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak berminyak dan
menghasilkan skuama putih yang berminyak pula. Penderita akan mengeluh rasa gatal
yang hebat.(1)
Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang
meningkat seperti pada psoriasi. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan
sitostisk dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai faktor
predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan,
stress emosional, infeksi, atau defisiensi imun.
12

Gambar 10. Dermatitis seboroik


2.9. Penatalaksanaan
Pada eritroderma golongan I, obat tersangka sebagai kausanya segera dihentikan.
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang disebabkan
oleh alergi obat secara sistemik, dodsis prednisone 4 x 10 mg. penyembuhan terjadi cepat,
umumnya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis
mula prednisone 4 x 10 mg sampai 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak
perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan.
Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut
harus dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan asetretin. Lama
penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak
secepat seperti golongan I.
Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama (long term), yakni jika melebihi
1 bulan lebih baik digunakan metilprednisolon darpiada prednison dengan dosis ekuivalen
karena efeknya lebih sedikit.
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil yang baik. Dosis
prednisone 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatan terdiri atas kortikosteroid
(prednisone 30 mg sehari) atau metilprednisolon ekuivalen dengan sitostatik, biasanya
digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.
Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama
mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk

13

mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema misalnya dengan salep lanolin 10% atau
krim urea 10%.(1)
2.10. Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Abses
Furunkulosis
Konjungtivitis
Stomatitis
Bronkitis
Limfadenopati
Hepatomegali
Rhinitis
Kolitis

2.11. Prognosis
Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya. Kasus
karena penyebab obat dapat membaik setelah penggunaan obat dihentikan dan diberi terapi
yang sesuai. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan dengan golongan
yang lain.(1)
Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid
hanya mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid
(corticosteroid dependence).
Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak terduga, dapat bertahan dalam waktu yang
lama, seringkali disertai dengan kondisi yang lemah.(8)
Sindrom Sezary prognosisnya buruk, pasien pria umumnya akan meninggal setelah 5
tahun, sedangkan pasien wanita setelah 10 tahun. Kematian disebabkan oleh infeksi atau
penyakit berkembang menjadi mikosis fungoides.
BAB III
KESIMPULAN
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh atau
hampir seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih banyak didapatkan
pada pria, terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun. Penyebab tersering eritroderma adalah
akibat perluasan penyakit kulit sebelumnya, reaksi obat, alergi obat dan akibat penyakit
sistemik termasuk keganasan.
Gambaran klinik eritroderma berupa eritema dan skuama yang bersifat generalisata.
Penatalaksanaan eritroderma yaitu pemberian kortikosteroid dan pengobatan topikal dengan
pemberian emolien serta pemberian cairan dan perawatan di ruangan yang hangat.

14

Penyembuhan eritroderma yang disebabkan obat-obatan relative lebih cepat,


sedangkan eritroderma yang disebabkan oleh penyakit idiopatik, dermatitis dapat berlangsung
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan cenderung untuk kambuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. (hal 197-200)
2. Umar, H Sanusi. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis), diunduh dari:
3.
4.
5.
6.
7.
8.

www.emedicine.com,
Siregar, RS. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC, 2004.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7th eds. New York: McGraw-Hill, 2001.
Harahap, M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2008.
Ekm. Itraconazole Oral untuk Terapi Dermatitis Seboroik, diunduh dari: www.kalbe.co.id,
Hierarchical. Pytiriasis Rubra Pilaris, diunduh dari: www.lookfordiagnosis.com,
Bandyopadhyay debabrata, Associate Professor and Head Department of Dermatology,
diunduh dari: www.tripodindonesia.com,

15

Anda mungkin juga menyukai