dolor (nyeri). Tujuan dari reaksi inflamasi ini adalah untuk membunuh bakteri yang
mengkontaminasi luka.4,5
Pada awal terjadinya luka terjadi vasokonstriksi lokal pada arteri dan kapiler untuk
membantu menghentikan pendarahan. Proses ini dimediasi oleh epinephrin, norepinephrin
dan prostaglandin yang dikeluarkan oleh sel yang cedera. Setelah 10 15 menit pembuluh
darah akan mengalami vasodilatasi yang dimediasi oleh serotonin, histamin, kinin,
prostaglandin, leukotriene dan produk endotel. Hal ini yang menyebabkan lokasi luka tampak
merah dan hangat.6,3
Sel mast yang terdapat pada permukaan endotel mengeluarkan histamin dan serotonin
yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskuler. Hal ini
mengakibatkan plasma keluar dari intravaskuler ke ekstravaskuler.4 Leukosit berpindah ke
jaringan yang luka melalui proses aktif yaitu diapedesis. Proses ini dimulai dengan leukosit
menempel pada sel endotel yang melapisi kapiler dimediasi oleh selectin. Kemudian leukosit
semakin melekat akibat integrin yang terdapat pada permukaan leukosit dengan intercellular
adhesion moleculer (ICAM) pada sel endotel. Leukosit kemudian berpindah secara aktif dari
sel endotel ke jaringan yang luka.3
Agen kemotaktik seperti produk bakteri, complement factor, histamin, PGE2,
leukotriene dan platelet derived growth factor (PDGF) menstimulasi leukosit untuk
berpindah dari sel endotel. Leukosit yang terdapat pada luka di dua hari pertama adalah
neutrofil. Sel ini membuang jaringan mati dan bakteri dengan fagositosis. Netrofil juga
mengeluarkan protease untuk mendegradasi matriks ekstraseluler yang tersisa. Setelah
melaksanakan fungsi fagositosis, neutrofil akan difagositosis oleh makrofag atau mati.
Meskipun neutrofil memiliki peran dalam mencegah infeksi, keberadaan neutrofil yang
persisten pada luka dapat menyebabkan luka sulit untuk mengalami proses penyembuhan.
Hal ini bisa menyebabkan luka akut berprogresi menjadi luka kronis.2,7
Pada hari kedua / ketiga luka, monosit / makrofag masuk ke dalam luka melalui
mediasi monocyte chemoattractant protein 1 (MCP-1). Makrofag sebagai sel yang sangat
penting dalam penyembuhan luka memiliki fungsi fagositosis bakteri dan jaringan mati.
Makrofag mensekresi proteinase untuk mendegradasi matriks ekstraseluler (ECM) dan
penting untuk membuang material asing, merangsang pergerakan sel, dan mengatur
pergantian ECM. Makrofag merupakan penghasil sitokin dan growth factor yang
Fase remodelling jaringan parut adalah fase terlama dari proses penyembuhan Proses ini
dimulai sekitar hari ke-21 hingga satu tahun. Pembentukan kolagen akan mulai menurun dan
stabil. Meskipun jumlah kolagen sudah maksimal, kekuatan tahanan luka hanya 15 % dari
kulit normal. Proses remodelling akan meningkatkan kekuatan tahanan luka secara drastis.
Proses ini didasari pergantian dari kolagen tipe III menjadi kolagen tipe I. Peningkatan
kekuatan terjadi secara signifikan pada minggu ketiga hingga minggu keenam setelah luka.
Kekuatan tahanan luka maksimal akan mencapai 90% dari kekuatan kulit normal.3
Perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut melibatkan perubahan
dalam komposisi ECM, bahkan, setelah sintesis dan deposisinya, ECM jaringan parut akan
terus diubah dan dilakukan remodeling. Hasil akhir dari setiap tahapan adalah keseimbangan
antara sintesis dan degradasi ECM. Kami telah membahas sel dan faktor yang mengatur
sintesis ECM. Degradasi kolagen dan komponen lainnya dilakukan oleh suatu kelompok
metaloproteinase (disebut demikian karena ketergantungannya pada ion seng untuk
melakukan aktivitasnya). Metaloproteinase ini harus dibedakan dengan elastase neutrofil,
katepsin G, plasmin dan proteinase serin lain yang dapat pula memecah ECM, tetapi bukan
metaloenzim. Metaloproteinase, meliputi kolagenase interstisial, yang memecah kolagen
fibril tipe I, II dan III; gelatinase (atau kolagenase tipe IV), yang memecah kolagen amorf
dan fibronektin dan stromelisin, yang mengatabolisasi berbagai uncur pokok ECM, termasuk
proteoglikan, laminin, fibronektin dan kolagen amorf.
Enzim ini dihasilkan oleh berbagai macam jenis sel (fibroblas, makrofag, neutrofil,
sel sinovial dan berapa sel epitel), serta sintesis dan sekresinya diatur oleh faktor
pertumbuhan, sitokin, fagositosis, bahkan tekanan fisik. Sintesis dihambat oleh TGF-Beta
dan secara farmakologis dapat ditekan dengan steroid. Karena berpotensi menimbulkan
kerusakan berat pada jaringan, aktivitas metaloproteinase dikendalikan secara ketat. Oleh
karena itu, enzim ini secara khusus dihasilkan sebagai prekursor inaktif (zimogen) yang harus
diaktifkan pertama kali, hal ini dilakukan oleh bahan kimiawi tertentu (misalnya, HOCl) atau
protease tertentu (misalnya, plasmin) yang mungkin hanya muncul pada tempat jejas. Selain
itu, kolagenase aktif dapat dihambat dengan cepat oleh inhibitor metaloproteinase jaringan
(TIMP; tissue inhibitor of metalloproteinase) tertentu, yang dihasilkan oleh sebagian besar
sel mesenkim. Kolagenase dan inhibitornya diatur secara spasial dan temporel (ruang dan
waktu) pada penyembuhan luka. Enzim tersebut penting untuk pembersihan (debridement)
lokasi yang mengalami jejas dan untuk remodeling ECM yang diperlukan untuk memulihkan
setiap
defek
jaringan.8
merangsang kemotaksis fibroblas serta produksi kolagen dan fibronektin oleh sel,
sementara pada saat yang sama menghambat degradasi pemevahan matriks ekstrasaluler
oleh metaloproteinase. Semua efek ini cenderung membantu fibrogenesis, dan TGF-betha
mempunyai peranan yang semakin besar pada fibrosis yang terdapat pada keadaan
peradangan kronik.
5. VEGF sesungguhnya merupakan suatu rangkaian isoform glikoprotein dimerik yang
memiliki homologi parsial terhadap PDGF. Aktivitas VEGF pada mulanya diisolasi dari
tumor dan memunyai peran sentral bagi pertumbuhan angiogenesis pada perkembangan
embrionik normal, penyembuhan luka dan keadaan peradangan kronis, serta bertanggung
jawab terhadap peningkatan permeabilitas vaskular yang bermakna. Keadaan tersebut
merupakan aktivitas terakhir yang menyebabkan peningkatan deposisi protein plasma
(misalnya, fibrinogen) dalam metriks ekstraselular serta menyiapkan suatu stroma
cadangan untuk pertumbuhan ke dalam pada fibroblas dan sel endotel, sehingga memiliki
semua efek tidak langsung pada jenis sellain.
6. Sitokin dalam berbagai kasus juga merupakan faktor pertumbuhan. IL-1 dan TNF,
misalnya menginduksi proliferasi fibroblas. Keduanya juga bersifat kemotaktik terhadap
fibroblast dan merangsang sintesis kolagen dan kolagenase oleh sel ini. Hasil akhir
kerjanya
cenderung
bersifat
fibrogenik.