Oleh:
Ruwanti Dewi Cahya Ningrum
12030234216
Kimia B 2012
A. Judul
Efisiensi konversi sel pada DSSC (Dye Sensitized Solar Cell) dengan
menggunakan kulit rambutan sebagai sensitizer
B. Bidang Kajian
Kimia Elektro
C. Latar Belakang Masalah
Dewasa kini telah banyak dilakukan penelitian guna mencari sumber
energi alternatif yang dapat diperbaharui, murah dan ramah lingkungan. Hal
ini sehubungan dengan semakin menipisnya persediaan sumber energi fosil
dalam beberapa tahun ini. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM)-Republik Indonesia memperkirakan cadangan minyak bumi di tanah
air hanya mencukupi untuk 18 tahun ke depan, sementara gas bumi dan
batubara masing-masing hingga 61 dan 147 tahun ke depan. Disamping itu,
penggunaan energi fosil menyebabkan polusi dan pemanasan global sehingga
adanya energi alternatif sangat diperlukan.
Penggunaan energi melalui sel surya (solar cell) merupakan alternatif
yang paling potensial dari sekian banyak sumber energi terbaharui. Hal ini
dikarenakan sel surya mampu mengubah sinar matahari secara langsung
menjadi energi listrik tanpa menghasilkan emisi gas buang apapun. Selain itu
ketersediaan energi dalam jumlah besar dan waktu yang cukup panjang,
dimana Indonesia yang merupakan daerah tropis memiliki potensi sumber
tenaga surya yang sangat besar yaitu pancaran sinar matahari yang mencapai
4500 Watt hour per meter persegi dalam satu hari.
Sel surya berdasarkan perkembangan teknologi saat ini dan bahan
pembuatannya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pertama, sel surya yang
terbuat dari silikon kristal tunggal dan silikon multi kristal. Kedua, sel surya
tipe lapis tipis dan yang ketiga, sel surya organik atau Dye Sensitized Solar
Cell (DSSC). Diantara ketiga tipe sel surya tersebut, DSSC memiliki potensi
besar untuk dikembangkan menjadi sumber energi alternatif, karena bahannya
mudah diperoleh, murah, ramah lingkungan dan memiliki efisiensi konversi
sel yang tiggi.
Pada DSSC, absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul dye (pewarna).
Pewarna yang umumnya digunakan dan mencapai efisiensi paling tinggi yaitu
jenis ruthenium complex. Namun pewarna jenis ini cukup sulit untuk
e.
b. Asumsi
Sampel yang berupa kulit rambutan binjai (Nephelium lappaceum)
mempunyai umur dan kondisi lingkungan yang sama.
c. Pembatasan Masalah
a. Sensitizer sel surya alami berasal dari ekstrak kulit rambutan binjai
(Niphelium lappaceum L.) yang diperoleh di daerah Blitar, Jawa Timur.
b. Ekstraksi
kulit
rambutan
binjai
(Niphelium
lappaceum
L.)
perkembangan
teknologi
saat
ini
dan
bahan
proses
pabrikasinya
yang
lebih
sederhana
tanpa
D*
e-(TiO2) + D+
elektrolit + D
Dimana Voc
Im
Sensitizer
Sinar matahari menghasilkan 5 % spektra di daerah
ultraviolet dan 45 % di daerah cahaya tampak. TiO 2 hanya
menyerap sinar ultraviolet (350 380 nm). Untuk meningkatkan
serapan spektra TiO2 di daerah cahaya tampak, dibutuhkan lapisan
zat warna yang akan menyerap cahaya tampak. Zat warna tersebut
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Sapindales
Famili
: Sapindaceae
Genus
: Nephelium
Spesies
: Nephelium Lappaceum L.
Jenis flavonoida
utama (nm)
475-560
275 (55%)
Antosianin
390-430
240-270 (32%)
Auron
365-390
240-260 (30%)
Kalkon
350-390
300 (40%)
Flavonol
250-270
300 (40%)
Flavonol
330-350
Tidak ada
300-350
Tidak ada
275-295
310-330 (30%)
225
310-330 (30%)
310-330
310-330 (25%)
Isoflavon
Fakta:
Harapan:
Senyawa antosianin yang
diperoleh
dari
kulit
rambutan binjai (Niphelium
lappaceum
L.)
dapat
digunakan sebagai sensitizer
pada DSSC (Dye Sensitized
Solar Cell) yang memiliki
konversi sel yang baik
sebagai energi alternatif.
1. Bagaimana kemampuan absorbsi larutan pewarna antosianin dari pigmen kulit rambutan?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan ekstrak kulit rambutan (Niphelium lappaceum L.) sebagai
sensitizer terhadap efisiensi konversi sel pada DSSC (Dye Sensitized Solar Cell)?
Teori:
Penelitian terdahulu:
Efisiensi konversi sel pada DSSC (Dye Sensitized Solar Cell) dengan menggunakan kulit
rambutan sebagai sensitizer
b. Hipotesis
Senyawa antosianin dari pigmen kulit rambutan memiliki kemampuan
untuk mengabsorbsi cahaya.
Sampel
3. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan the post test-only
control group design
Random
P0
P1
O1
P2
O2
P3
O3
P4
O4
P5
O5
Keterangan
P0 = Kelompok kontrol
P1 = Kulit rambutan seberat 50 gram
P2 = Kulit rambutan seberat 75 gram
P3 = Kulit rambutan seberat 100 gram
P4 = Kulit rambutan seberat 125 gram
P5 = Kulit rambutan seberat 150 gram
berat
kulit
rambutan
(Niphelium
lappaceum
L.) yakni 50, 75, 100, 125 dan 150 gram.
2. Variabel respon
3. Variabel kontrol
4. Variabel random
5. Variabel interfening
Maserasi
Kulit
rambutan
binjai
(Niphelium
lappaceum L.)
Sampel kulit rambutan yang halus ditimbang sebanyak 50 gram; 75
gram; 100 gram; 125 gram; 150 gram dimasukkan masing-masing
kedalam erlenmeyer berbeda, kemudian direndam dengan campuran
pelarut dengan perbandingan etanol 95% : HCl (1,5N) = 85:15(v/v)
dalam erlenmeyer dan disentrifuge dengan kecepatan 6000 rpm
(rotation per minutes) selama 5 menit (Lydia dkk, 2001). Ekstraksi
dilakukan pada erlenmeyer yang bagian luarnya telah dilapisi
aluminium foil. Kemudian larutan ekstrak kulit rambutan disaring
dengan kertas whataman no 42. Hasil yang didapat dipindahkan pada
botol gelap dan dijauhkan dari sinar matahari.
2. Analisa ekstrak kulit rambutan menggunakan instrumen
Spektrofotometer UV-Vis
Larutan hasil ekstraksi yang diperoleh diambil masing-masing
sebanyak 2 mL kemudian dilarutkan dengan pelarut etanol
dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur pada panjang gelombang
200-800 nm kemudian diamati panjang gelombang maksimumnya
(Arishandy, 2010).
3. Pembuatan Elektroda TiO2
besarnya
pori-pori
pada
lapisan
TiO2
Larutanvolume
ekstrak kulit rambutan
Filtrat
Residu
Larutan pewarna
Ditambahkan air
Suspense PVA
instrumen
Dikeringkan di udara
Elektroda TiO2
Diaduk
+ 0,127 gram I2
Diaduk
Direndam
dalam
masing-masing
larutan
pewarna
hasil
No
Kegiatan
Bimbingan dan
1.
menyusun proposal
2.
skripsi
Ujian proposal skripsi
3.
4.
5.
rambutan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis
Pembuatan elektroda
TiO2
Pembuatan elektrolit gel
polimer
Pembuatan counterelektroda karbon
Pembuatan dan pengujia
DSSC (Dye Sensitized
Solar Cell) dengan dye
6.
7.
8.
Bulan
Feb-April
Mei
Juni
Juli
Agustus
K. Daftar Pustaka
Chairat, M., Bremner, J. B., dan Chantrapromma, K., 2007. Dyeing of cotton
and silk yarn with the extracted dye from the fruit hulls of
mangosteen. Garcinia mangostana linn. Fibers and Polymers. 8(6);
613-619.
Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Halme, J.2002. Dye Sensitized Nanostructured and Organic Photovoltaic
Cells : Technical Review and Preeliminary Test. Master Thesis of
Helsinki: University of Technology.
Handini, Wulandari. 2008. Performa Sel Surya. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
Lydia, Widjanarko S. B., Susanto T. 2001. Ekstraksi dan karakterisasi pigmen
dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum) varietas Binjai. Jurnal
Teknologi Pangan dan Gizi. Vol. 2, No.1.
Mangku, I Gede Pasek, dkk. 2006. Studi Pemanfaatan kulit buah rambutan
sebagai pewarna alami. Jurnal lingkungan dan pembangunan
wicaksana. Vol.15.
Mikrova, K. 1985. Pengaruh Pengempaann dan Jenis Perekat dalam
Pembuatan Arang Briket Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis quinensis
jacq). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Ningsih R., Hastuti E. Tanpa tahun. Karakterisasi ekstrak teh hitam dan tinta
cumi-cumi sebagai fotosensitiser pada sel surya berbasis pewarna
tersensitisasi. Malang: UIN MALIKI Malang.
Oku T., Kakuta N., Kobayashi K., Suzuki A., Kikuchi K. 2011. Fabrication
and Characterization of TiO2 Based Dye Sensitized Solar Cells.
Progress in Natural Science: Materials International 21. 122-126.
Priyambodo, Teguh. 2008. Pembangkit Listrik Tenaga Surya: Memecah
Kebuntuan Kebutuhan Energi Nasional dan Dampak Pencemaran
Lingkungan.
http://www.chem-istry.org/?sect=artikel&ext=114
terhadap
Efisiensi
Konversi
Energi
Listrik
dan