Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GLAUKOMA

PENGERTIAN
Gaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan
intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil
syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).
I.

PATOFISIOLOGI

Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary
bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor mengalir
melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal
schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmhg tergantung
keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat
merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati.

Selanjutnya menyebabkan

kesrusakan jaringan yang dimula dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini
menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa
terakhir pada temporal
Produksi homur aqueus

Corpus Ciliaris

Bilik Mata Belakang


Pupi
Bilik Mata Depan
Sudut BMD

Trab. Schlem
Sistem Vena Sklera
Glaukoma dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Galukoma sudut terbuka /simplek (kronis)
Sudut bilik depan terbuka normal, ada hambatan aliran AgH tidak secepat
produksi, bila berlagnsung secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi
syaraf optik, sel gangglion, atropi iris dan siliare. Gejala yang timbul adalah: mata
terasa berat, pening, pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang
pandang , membesarnya titik buta.

2. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)


Terjadi penyempitan sudut dan perubahan iris ke anterior, terjadi penekanan
kornea dan menutup sudut mata, AqH tidak bisa mengakir keluar, bilik mata
depan menjadi dangkal. Gejala yang timbul adalah: nyeri selam beberapa jam dan
hilang kalau tidur sebentar, TIO >75 mmhg, halo disekitar cahaya, headache,
mual, muntah, bradikardi, pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada
kornea.
II. PENGKAJIAN
1. Riwayat atau adanya faktor risiko:
-Riwayat keluarga positif
-Umur penderita >40 tahun
-Riwayat penyakit mata: tumor mata, hemoragi intraokuler, uveitis
-Riwayat operasi mata
-Riwayat gangguan pengelihatan

-Penggunaan obat-obatan: antihistamin, kortikosteroid


2. Pemeriksaan fisik
-Melaporkan kehilangan pengelihatan perifer lambat
-Awitan tiba-tiba dari nyeri berat pada mata sering disertai sakit kepala, mual dan muntah
-Keluhan-keluhan sinar halo pelangi, pengelihatan kabur dan penurunan persepsi sinar.
3. Pemeriksaan Diagnostik
-Tonometri digunakan untuk pemeriksaan TIO
-Gonioskopi digunakan untuk melihat secara langsung ruang anterior untuk membedakan
antara glaukoma sudut tertututp dengan glaukoma sudut terbuka
-Oftalmoskopi digunakan untuk melihat secara langsung diskus optik dan struktur mata
internal
III. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Penurunan sensori-persepsi visual s.d. kerusakan serabut syaraf oleh karena
peningkatan TIO
2. Nyeri s.d peningkatan TIO
3. Kurang pengetahuan :tentang proses penyakit, status klinik saat ini s.d kurang
informasi tentang penyakit glaukoma.
4. Cemas s.d penurunan pengelihatan aktual.
5. Potensial injuri s.d penurunan lapang pandang
6. Ketidakmampuan dalam perawatan diri s.d.penurunan pengelihatan
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Penurunan sensori pengelihatan s.d. kerusakan serabut syaraf karena peningkatan TIO
Ditandai:
Data subyektif:
-

Menyatakan pengelihatan kabur

Menyatakan adanaya sambaran seperti kilat (halo)

Data obyektif:
-

Visus menurun

TIO meningkat

Kriteria Evaluasi
-

Klien dapat meneteskan obat dengan benar

Kooperatif dalam tindakan

Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen

Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut

INTERVENSI
1.Kaji dan catat ketajaman pengelihatan

RASIONAL
1.Menetukan kemampuan visual

2.Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat 2.Memberikan keakuratan thd pengelihatan
dilihat/tidak.

dan perawatan.

3.Sesuaikan

lingkungan

dengan 3.Meningkatkan self care dan mengurangi

kemampuan pengelihatan:

ketergantungan.

-Orientasikan thd lingkungan.


-Letakan alat-alat yang sering dipakai
dalam jangkuan pengelihatan klien.
-Berikan pencahayaan yang cukup.
-Letakan alat-alat ditemapat yang tetap.
-Berikan

bahan-bahan

bacaan

dengan

tulisan yang besar.


-Hindari pencahayaan yang menyilaukan.
-Gunakan jam yang ada bunyinya.
4.Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang 4. Meningkatkan rangsangan pada waktu
dapat diterima klien.
5.Anjurkan

pada

kemampuan pengelihatan menurun.


alternatif

bentuk

rangsangan seperti radio. TV.


Cemas berhubungan dengan penurunan pengelihatan, kurangnya pengetahuan.

Ditandai:
Data subyektif:
-

Menyatakan perasaan takut

Sering menanyakan tentang penyakitnya

Mengakui kurangnya pemahaman

Data obyektif:
-

Suara gemetar

Tampak gugup

Nadi meningkat

Berkeringat dingin

Kriteria evaulasi
-

Berkurangnya perasaan gugup

Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan

Posisi tubuh rileks.

1.Hati-hati

INTERVENSI
menyampaikan

RASIONAL
hilangnya 1.Kalau klien belum siap, akan menambah

pengelihatan secara permanen


2.Berikan

kecemasan.

kesemapatan

klien 2.Pengekspresikan

perasaan

membantu

mengekspresikan tentang kondisinya.

klien mengidentifikasi sumber cemas.

3.Pertahankan kondisi yang rileks.

3.Rileks dapat menurunkan cemas.

4.Jelaskan tujuan setiap tindakan

4.Dengan penjelasan akan memberikan

5.Siapakn

bel

di

tempat

tidur

dan informasi yang jelas.

intruksikan klien memberikan tanda bila 5.Dengan

memberikan

perhatian

mohon bantuan.

menambah kepercayaan klien.

6. pertahankan kontrol nyeri yang efektif

6.Nyeri adalah sumber stress

akan

Anda mungkin juga menyukai