BLOK GASTROENTERO-HEPATOLOGI
MODUL I MUNTAH DARAH DAN BAB HITAM
KELOMPOK 5
Ketua
: Fahmi Fil Ardli 2013730141
Sekretaris : Afifah Qonita 2013730123
Anggota
:
Bayu Setyo Nugroho
Bhismo Prasetyo
Dwi Suci Hariyati
Lisa Nopiyanti
M Arief Munggaran
Nabilla Rahmawati
Putri Dina Indrisia
Sally Novrani Puteri
Syifa Febriana
2013730130
2012730119
2013730138
2013730149
2013730153
2013730159
2013730165
2013730174
2013730181
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan laporan PBL modul I sistem Gastroentero
Hepatologi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah kami untuk menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi, serta yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga kebaikan yang diberikan oleh semua
pihak kepada kami menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang
berlipat ganda. Amin
Akhir kata, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini, untuk itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Wabilahi taufiq wal hidayah
Wassalamualaikum Wr Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................................................2
Bab 1 Pendahuluan.............................................................................................................3
Latar Belakang....................................................................................................................3
Tujuan Instruksional Umum (TIU).....................................................................................3
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)....................................................................................3
Bab 2 Pembahasan..............................................................................................................5
Skenario..............................................................................................................................5
Kata atau Kalimat Kunci.....................................................................................................5
Mind Map............................................................................................................................5
Pertanyaan...........................................................................................................................6
Bab 3 Penutup.....................................................................................................................48
Daftar Pustaka.....................................................................................................................49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diharapkan agar dengan melaksanakan metode pembelajaran ini, mahasiswa dapat
meningkatkan interaksi dan berdiskusi dengan benar serta melatih kerjasama dalam
kelompok sehingga memperoleh ilmu pengetahuan di bidang kedokteran dengan baik dan
berhasil memperoleh nilai evaluasi yang baik serta mengaplikasikan ilmu kedokteran
setelah menyelesaikan pendidikan dokter kelak.
1.2 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang
patogenesis, penyebab, diagnosis kerja, diagnosis banding serta penanganan
(kegawatdaruratan dan non-kegawatdaruratan) dan pencegahan dari penyakit dengan
keluhan hematemesis melena ini.
.
1.3 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1.3.1 Menjelaskan patomekanisme muntah darah dan BAB hitam
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
BAB II
5
PEMBAHASAN
2.1
Skenario
Seorang laki-laki umur 50 tahun MRS dengan keluhan muntah darah hitam bergumpal selama 2
hari. Pasien pasien sudah 5 tahun mengeluh nyeri ulu hati yang hilang timbul. Sebelum muntah
darah, pasien minum obat anti reumatik sebanyak 3 tablet oleh karena daerah sendi lutut. Pasien
belum berak setelah muntah darah sampai saat ini.
2.2
Melena, 2 hari.
2.3
Mind Map
Laki-laki 50tahun
Langkah
Pemeriksaan
Diagnosis
Penatalaksanaan
2.4
Pertanyaan
1. Jelaskan Fisiologi dan Anatomi Sistem Pencernaan!
2. Jelaskan Etiologi dari Perdarahan Saluran Cerna!
3. Jelaskan Patofisiologi Definisi Derajat Sumber Pendarahan Hematemesis dan yang
Membedakan Hematemesis dan Hemoptisis!
4. Jelaskan Hubungan Riwayat Pengobatan dengan Keluhan pada Skenario!
5. Jelaskan Hubungan Riwayat Nyeri Ulu Hati pada Pasien yang Hilang Timbul Selama 5
tahun!
6. Jelaskan Pemeriksaan Klinis yang Terkait dengan Skenario! (Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik)
7. Jelaskan Penatalaksanaan Awal (Umum) pada Pasien! Dan Penatalaksanaan Gizinya!
8. Jelaskan Pemeriksaan Penunjang untuk Skenario!
9. Working Diagnosis!
10. Diagnosis Differential 1!
11. Diagnosis Differential 2!
1. Cavum oris
Organ pencernaan yang terdapat di mulut terdiri dari gigi (insisifus, caninus, premolar,
molar ), lingua (radiks, corpus, apex). Makanan dicerna untuk pertama kali dimulut.
2. Faring & oesophagus
8
yang memulai penghancuran zat pati. Lalu makanan awalnya berupa karbohidrat komplek bias
menjadi gula-gula sederhana dengan cara diuraikan. Gula-gula masuk ke hati,insulin memberi
tahu hati untuk menyimpan glukosa. Glucagon memberitahu hati untuk ,mengubah glikogen
menjadi glukosa , lalu hati pun menyimpan sejumlah glukosa dalam bentuk glikogen. Ketika
kadar gula darah rendah pancreas mengirim hormone glucagon ke hati. Sebaliknya ketika kadar
gula darah tinggi pancreas mengirim hormone insulin ke hati. Sejenis enzim dikeluarkan oleh
pankreas ke dalam bagian ujung depan dari usus halus. Didalam bagian ujung depan dari usus
halus enzim ini memotong-motong rantai karbohidrat menjadi gula-gula sederhana.
Ada beberapa proses :
1. Proses pengunyahan
2. Proses penelanan
3. Proses pencairan dan proses pencernaan
4. Proses penyerapan
Proses pengunyahan makanan didalam mulut mengalami suatu proses pengunyahan, yaitu
makanan dicampur aduk dengan saliva sedemikian rupa sampai menjadi bolus. Kemudian proses
penelanan dimanan terdiri dari 3 fase yaitu: fase 1 penelanan fase ini dimulai dengan gerak
bolus dari mulut ke dalam faring yang dibantu oleh gerak lidah ke atas yang disertai penekanan
dan pendorongan. Fase 1 berlangsung cepat 0,3 detik oleh karena pengaruh saraf-saraf otak dan
kesadaran. Fase 2 penelanan, selama fase ini makanan bolus akan ke melalui ke dalam esophagus
yang terjadi secara reflektoris. Karena rangsangan , fase ini berjalan 1 detik. Fase 3, terjadi di
esophagus maka akan terjadi gerak peristaltic. Yang terdiri dari 2 gelombang :
Gelombang 1 dari bagian atas di bawah sfinkter superior dan berjalan langsung ke kardia.
Gelombang ini merupakan gerakan utama untuk mendorong makanan masuk ke dalam lambung.
Gelombang 2 mulai timbul setinggi arkus aorta biasanya lebih lemah dari gelombang peristaltic
pertama. Terjadi gelombang ini tidak hanya karena proses menelan makana akan tetapi distensi
dari esophagus. Makanan padat sampai di esophagus kurang lebih 5 detik Sedangkan makanan
cair hanya 1 detik.
Proses selanjutnya pencairan dan pencernaan dimana sudah dimulai dari mulutb dengan
mengeluarkan getah-getah saliva kurang lebih 1500cc/hari. Dalam saliva terdapat enzim ptyalin,
10
lisozym, kallkrein, dan mukoprotein. Lalu setelah dri mulut esophagus lanjut ke lambung.
Lambung memiliki 2 fungsi. Fungi muskuler berfungsi meneruskan makanan dalam lambung
dengan menunjukan gerakan peristaltic, dimulai dari pertengahan korpus menuju pylorus
memakan waktu 15-30 detik. Pada saat bolus sampai di pylorus , pylorus akan membuka.
Kadang sesampainya peristaltic di pylorus masih tertutup. Sehingga makanan terdorong ke
lambung. Maksudnya untuk mengaduk-ngaduk bolus dengan getah lambung. Fungsi muskuler
selain mempunyai gerakan peristaltic untuk meneruskan bolus, juga berfungsi untuk mengaduk
getah lambung.
Fungsi sekretoris dibagi menjadi sekresi interdigestive dan sekresi digestif. sekresi
interdigestif dapat dibagi atas sekresi terus menerus dan sekresi emotogenik. Kemudian sekresi
digestive dibagi menjadi fase sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal. Fase sefalik ada 2
mekanisme yaitu aksi vagal direk pada acid secreting glands, dan aksi indirek pada pengeluaran
hormone gastrin dari antral mukosa. Fase gastrik pada saat makan masuk lambung terutama
bilamana bolus telah diantrum. Fase ini akan berakhir 3-4 jam kemudian. Sekresi yang harus di
keluarkan bersifat asam dan banyak mengandung pepsin. Fase intestinal bolus telah sampai di
duodenum dan yeyunum sekresi getah lambung tetap berjalan teru menerus setelah 1-3 jam. Fase
ini terjadi mungkin karena pengaruh-pengaruh hormone atau absorpsi zat-zat makanan yang
langsung merangsang kelenjar.
Dalam enzim keadaan biasa ke tiga fase terjadi bersama-sama. Sekresi getah lambung yang
normal 2.500 cc. setelah makanan masuk dalam duodenum selain terjadi fase intestinal, maka
dalam intestinum terjadi fase sekresi dan penyerapan. Proses penyerapan ( absorpsi) terjadi di
usus halus (intestinum). Karena makanan harus dalam bentuk larutan atau molekul-molekul
kecil. Penghancuran tersebut dilakukan secara mekanis dan oleh enzim. Agar absorpsi dapat
berjalan lebih cepat dan sempurna. Maka permukaan usus halus seluas-luasnya. Hal ini terjadi
karena mukosa usus berlipat-lipat dan adanya vili intestinalis. Absorpsi makanan dibagi menjadi
2 aktif dan pasif. Absorpsi Aktif belum diketahui sampai sekarang. Absorpsi pasif terjadi karena
difusi, perbedaan kepekatan bahan dalam lumen dan milieu interior dan sebagainya.
11
12
Misalnya beberapa jam setelah minum obat aspirin. Obat-obat lain yang dapat menimbulkan
hematemesis ialah ; golongan kortikosteroid, butazolidin, reserpin, alkohol, dll.
Tukak Peptik
Tukak didefinisikan sebagai integritas mukosa lambung dan atau duodenum yang menyebabkan
terjadinya inflamasi lokal (valle,2005) disebut tukak apabila robekan mukosa berdiameter lebih
dari 5 mm kedalaman submukosa dan muskularis mukosa.
Kelainan di duodenum
Tukak duodeni
Tukak duodeni menyebabkan perdarahan secara panendoskopi terletak di bulbus. Sebelum
timbul perdarahan, semua kasus mengeluh merasa nyeri dan pedih di perut atas agak kekanan.
Keluhan ini juga dirasakan waktu tengah malam sedang tidur pulas, sehingga terbangun.
Karsinoma papila veterii
Karsinoma papila vaterii merupakan penyebaran dari karsinoma di ampula, menyebabkan
penyumbatan saluran empedu dan saluran pankreas yang pada umumnya sudah dalam fase
lanjut. Gejala yangt ditimbulkan selain kolestatik ekstrahepal, juga dapat menyebabkan
timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi bersifat perdarahan tersembunyi.
13
lalu
14
PATOFISIOLOGI HEMATEMESIS
Hematemesis yang terjadi karena penggunaan obat-obatan steroid (NSAID) yang lama. NSAID
menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna melalui dua mekanisme: iritasi topikal, dan
inhibisi sistemik sintesis PG. Siklooksigenase (COX) berperan dalam pembentukan PG. COX
terdapat dalam dua bentuk: COX-1 dan COX-2. COX-1 menghasilkan PG yang dapat
melindungi mukosa saluran cerna, sedangkan COX-2 merupakan enzim yang merespon stimulus
inflamasi dan menghasilkan PG yang berhubungan dengan inflamasi. Penghambatan COX-1
dapat menyebabkan penurunan agregasi platelet dan terjadinya pendarahan mukosa saluran
cerna. Darah yang masuk dalam saluran cerna ini akan menyebabkan muntah karena lambung
sensitive dengan benda asing yang berbeda pHnya. Muntah yang terjadi akan bercampur dengan
darah dan bergumpal-gumpal akibat bercampur dengan HCl.
15
16
Lesi mukosal juga dapat disebabkan oleh efek topikal langsung dari obat aspirin/NSAID yang
menimbulkan kerusakan mukosa lambung, lesi mukosal yang terjadi dapat berupa inflamasi
ringan sampai berat, erosi, bahkan ulkus yang besar. Aspirin dan OAINS mengganggu barier
mukosa gater, menimbulkan difusi kembali ion hidrogen yang akhirya terperangkap pada sel
mukosa gaster, mengurangi sekresi mukus dan bikasrbonat, serta meningkatkan asam lambung.
Efek tosiksitas NSAID dapat memberikan komplikasi perdarahan, dan itu tergantung jumlah
yang dipakai, dan kombinasi dengan pemberian obta antikoagulan pada usia lanjut.
5. Jelaskan Hubungan Riwayat Nyeri Ulu Hati pada Pasien yang Hilang Timbul
Selama 5 tahun!
Nyeri epigastrik atau dyspepsia adalah rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau
epigastrium. Biasanya disertai dengan gejala lain seperti nyeri abdomen, nausea, rasa terbakar.
Nyeri epigastrik biasanya ditemukan pada penderita ulkus peptic yang mulanya dari terjadinya
erosi pada mucosa lambung. Namun terdapat adanya mekanisme pejamu yang mencegah mucosa
lambung dari erosi antara lain:
1. Sekresi mukus oleh sel epitel permukaan
2. Sekresi bikarbonat kedalam permukaan mukus
3. Sekresi cairan yang mengandung asam dan pepsin
4. Regenerasi epitel lambung yang cepat
5. Aliran darah mukosa yang deras
6. Pengeluaran prostaglandin
Usia juga mempengaruhi regenerasi dari epitel mukosa lambung sehingga pada pasien yg dengan
usia 40 tahun menyebabkan erosi akibat regenerasi epitel mukosa yang lambat sehingga
pembentukan ulkus pada saluran perncernaan terjadi. Pada lambung terdapat lapisan submukosa
yg terdapat berbagai serabut saraf sehingga pada ulkus yg terjadi adanya rangsangan yang terjadi
Nervus vagus mensuplai persyarafan parasimpatik ke lambung dan pleksus celiac merupakan
inervasi simpatik yg menimbulkan adanya rasa nyeri.
Hematemesis yang terjadi pada pasien mungkin akibat dari sawar epitel lambung yang terganggu
akibat adanya peningkatan asam lambung dan juga peninggkatan gastrin sehingga penurunan
peristaltic dari lambung, usus sehingga perpindahan dari lambung dan usus terhambat akibat
penurunan tonus dari sfingter yang menyebabkan adanya penumpukan dari asam lambung dan
juga epitel2 yang terkikis, pengosongan lambung yang terlambat menyebabkan adanya refluks
yang terjadi dari lambung menuju esophagus sehingga terjadinya hematemesis. Hematemesis
adalah muntah berdarah. Pada kasus ini mutah berwarna kehitaman akibat terjadinya
tercampurnya asam lambung dan darah. Mengapa terjadi konstipasi pada pasien dikarenakan
motilitas usus yang menurun atau penggunaaan obat NSAID dalam jangka waktu yg lama akibat
dari sawar barrier lambung terganggu sehingga penyerapan dari zat2 nutrien terhambat
menyebabkan sisa-sisa metabolisme tidak terbentuk. Seseorang dapat dinyatakan mengalami
konstipasi jika :
Kriteria diagnostik harus memenuhi dua atau lebih dari kriteria di bawah ini, dengan usia
minimal 4 tahun:
1. Kurang atau sama dengan 2 kali defekasi perminggu.
17
Riwayat penyakit dahulu dengan keluhan dan gejala yang sama : sirosis, tukak peptic,
kanker.
Riwayat pemakaian obat seperti aspirin, NSAID, anti koagulan, bahkan pemakaian obat
tradisional yang bersifat penghilang nyeri.
Riwayat psikososial : merokok, minum beralkohol, obat non steroid anti inflamasi atau
jamu, makanan atau minuman yang bersifat korosif.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Inspeksi abdomen untuk melihat kontur abdomen, skar, kongesti vena, peristaltik
yang tampak atau adanya massa.
Palpasi
18
Auskultasi
-
Mendengarkan bunyi bergemuruh dan hepatik rub diatas dan dikanan umbilikus
Mendengarkan murmur aorta abdominal pada 5 jari dibawah processus xipoideus atau
pada region epigastrium.
19
jalur intravena harus disiapkan pada vena yang besar untuk mengantisipasi kebutuhan
resusitasi cairan/darah yang optimal.
Penderita dengan perdarahan 500-1000 cc perlu diberi infuse Dextrose 5%, riger laktat
atau NaCl 0,9%. Pada penderita sirosis hati dengan asites atau edema tungkai sebaiknya
diberi infuse Dextrose 5%. Penderita dengan perdarahan yang massif lebih dari 1000 cc
dengan Hb kurang dari 8g%, perlu segera ditransfusi. Pada hipovolemik ringan diberi
transfuse sebesar 25% dari volume normal, sebaiknya dalam bentuk darah segar. Pada
hipovolemik berat atau syok, kadangkala diperlukan transfuse sampai 40-50% dari
volume normal. Kecepatan transfuse berkisar pada 80-100 tetes atau dapat lebih cepat
bila perdarahan masih terus berlangsung, sebaiknya di bawah pengawasan tekanan vena
sentral. Pada perdarahan yang tidak berhenti perlu dipikirkan adanya DIC, defisiensi
factor pembekuan atau fibrinolisis primer.
Jika darah belum tersedia, dapat diberi infuse plasma ekspander maksimal 1000 cc,
selang seling dengan Dextrone 5%, karena plasma ekspander dapat mempengaruhi
agregasi trombosit. Setiap pemberian 1000 cc darah perlu diberi 10 cc kalsium glukonas
intravena untuk mencegah terjadinya keracuan asam sitrat.
3. Bila hemodinamik stabil, keadaan ini harus tetap dipertahankan dalam pemantauan ketat.
Dan tatalaksana diagnostic/terapi dilanjutkan.
4. Bila sudah dalam keadaan hemodinamik tidak stabil atau sudah dalam keadaan renjatan,
maka proses resusitasi cairan (cairan kristaloid atau koloid) harus segera dimulai tanpa
menunggu data pendukung lainnya. Transfuse harus segera dilakukan. Proses resusitasi
ini tentunya juga harus mempertimbangkan toleransi pasien (misalnya usia tua, komorbid
dengan penyakit jantung, dan lain sebagainya). Evaluasi potensi koagulopati serta
antisipasinya, penanganan bila ada komorbid harus dilakukan secara sinkron dan
koordinasi multi disiplin. Proses transfuse harus dipertimbangkan secara khusus pada
kasus perdarahan variseal/hipertensi portal. Prinsipnya, jangan sampai tekanan portal
cepat meningkat kembali sehingga potensi akan menimbulkan perdarahan lanjut. Praktis,
biasanya dengan target kadar hemoglobin lebih kuang 10g%, berbeda dengan perdarahan
non variseal yang ditargetkan kadar hemoglobin yang optimal.
20
5. Terapi medikamentosa umum untuk suatu kejadian perdarahan dapat segera dilakukan,
seperti pemberian obat anti sekresi asam lambung dan obat hemostatika umum.
Untuk hemostatika, yang dianjurkan adalah pemberian vitamin K dalam dosis 10-40 mg
sehari parenteral, karena bermanfaat untuk memperbaiki defisiensi kompleks protrombin.
Pemberian asam traneksanat dan karbazokrom dapat pula diberikan.
Pemberian antasida secara intensif 10-15 cc setiap jam disertai simetidin 200 mg tiap 4-6
jam intravena berguna untuk menetralkan dan menekan sekresi asam lambung yang
berlebihan, terutama pada penderita dengan ulkus peptikum dan gastritis hemoragika.
Bila perdarahan berhenti, antasida diberikan dalam dosis lebih rendah setiap 3-4 jam 10
cc, demikian juga simetidin dapat diberi per oral 200 mg tiap 4-6 jam. Sebagai pengganti
simetidin dapat diberikan:
Sucralfate sebanyak 1-2 gram tiap 6 jam melalui pipa nasogastrik, kemudian per
oral.
Bila pasien sangat terduga atau telah diketahui sebelumnya menderita sirosis hati, dapat
langsung diberikan golongan obat vasoaktif seperti somatostatin, okreotid, atau
vasopressin. Pemberian obat anti sekresi asam harus yang dapat mempertahankan pH
lambung diatas 4 dalam waktu yang cukup lama. Hal ini hanya dapat diperlihatkan oleh
obat penghambat pompa proton seperti omeprazol, lanzoprazol, rabeprazol, pantoprazol,
atau esomeprazol.
6. Bila keadaan hemodinamik sudah stabil, dan memungkinkan, maka dilanjutkan usaha
diagnostic mencari sumber perdarahan definitive seperti telah dikemukakan diatas dan
jika memungkinkan disertai terapi definitifnya. Keberhasilan penanganan kasus
perdarahan saluran cerna bagian atas banyak tergantung pada fasilitas penunjang
(terutama endoskopi), adanya kompetensi sumber daya manusia serta system rujukan
yang baik.
7. Terapi definitive akan disesuaikan dengan etiologi perdarahan.
21
Indikasi Diet
1. Makanan tahap awal post perdarahan saluran cerna
2. Pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu
3. Keadaan mual dan muntah
Syarat Diet
Syarat-syarat Diet Pasca Hematemesis Melena adalah:
1. Tidak merangsang saluran cerna dan mudah diserap.
2. Tidak meninggalkan sisa
3. Hanya sumber karbohidrat
4. Hanya untuk 1-2 hari, porsi kecil dan sering
5. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi
istirahat pada lambung.
6. Diet diberikan jika perdarahan pada lambung atau duodenum sudah tidak ada.
22
Jenis Makanan
Bahan makanan yang dapat diberikan antara lain yaitu sari buah, sirup, air gula, kaldu jernih,
susu yang diencerkan, serta cairan mudah dicerna seperti cairan yang menganudng
maltodekstrin. Makanan dapat ditambah dengan suplemen energy tinggi dan rendah sisa.
Diet Penyakit Lambung
Diet penyakit lambung mencakup diet untuk pasien gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum,
pasca operasi lambung, dan kanker lambung.
Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya,
yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung
yang berlebihan.
Syarat Diet
Syarat Diet Penyakit Lambung adalah:
1. Mudah dicerna, porsi kecil, dan sering diberikan.
2. Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya
3. Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total yang ditingkatkan secara
bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis,
maupun kimia.
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak dianjurkan minum
susu terlalu banyak.
8. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi
istirahat pada lambung.
Indikasi Pemberian
23
Diet lambung diberikan kepada pasien dengan gastritis, ulkus peptikum, tifus abdominalis,
dan pasca bedah saluran cerna atas.
Macam Diet
Diet Lambung I
Diet lambung I diberikan kepada pasien gastritis akut, ulkus peptikum, pasca pendarahan,
dan tifus abdominalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan
perpindahan dari diet pasca hematemesis melena, atau setelah fase akut teratasi. Makanan
saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus daripada makanan
lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2
hari saja karena membosankan serta kurang energy, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
Diet Lambung II
Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I, kepada pasien dengan
ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan. Makanan berbentuk lunak,
porsi kecil, serta diberikan berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan.
Makanan ini cukup energy, potensi, vitamin C, tetapi kurang tiamin. Makanan lunak adalah
makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan
makanan biasa. Makanan ini mengandung cukup zat-zat gizi, asalkan pasien mampu
mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup.
Diet Lambung III
Diet lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada pasien dengan
ulkus peptikum, gastritis kronik, atau tifus abdominalis yang hamper sembuh. Makanan
berbentuk lunak atau biasa bergantung pada toleransi pasien. Makanan ini cukup energy dan
zat gizi lainnya.
24
25
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi.
Barium Meal Kontras Ganda dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis tukak peptik.
Gambaran berupa kawah, batas jelas disertai lipatan mukosa teratur dari pinggiran tukak. Apabila
permukaan pinggir tukak tidak teratur dicurigai ganas.
2. Pemeriksaan Endoskopi
Berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin dan normal disertai lipatan yang
teratur yang keluar dari pinggiran tukak. Gambaran tukak akibat keganasan adalah :BoormanI/polipoid, B-II/ulcerative, B-III/infiltrative, B-IV/linitis plastika (scirrhus). Dianjurkan untuk
biopsi & endoskopi ulang 8-12 minggu setelah terapi eradikasi. Keunggulan endoskopi
3. Invasive Test :
Rapid Urea Test adalah tes kemampuan H.pylori untuk menghidrolisis urea. Enzim urea katalase
menguraikan urea menjadi amonia bikarbonat, membuat suasana menjadi basa, yang diukur
dengan indikator pH. Spesimen biopsi dari mukosa lambung diletakkan pada tempat yang berisi
cairan atau medium padat yang mengandung urea dan pH indikator, jika terdapat H.Pylori pada
spesimen tersebut maka akan diubah menjadi ammonia,terjadi perubahan pH dan perubahan
warna.
Untuk pemeriksaan histologi, biopsi diambil dari pinggiran dan dasar tukak minimum 4 sampel
untuk 2 kuadran, bila ukuran tukak besar diambil sampel dari 3 kuadran dari dasar, pinggir dan
sekitar tukak, minimal 6 sampel. Pemeriksaan kultur tidak biasa dilakukan pada pemeriksaan
rutin
4. Non Invasive Test.
26
Urea Breath Test adalah untuk mendeteksi adanya infeksi H.pylori dengan keberadaan urea yang
dihasilkan H.pylori, labeled karbondioksida (isotop berat,C-13,C-14) produksi dalam perut,
diabsorpsi dalam pembuluh darah, menyebar dalam paru-paru dan akhirnya dikeluarkan lewat
pernapasan. Stool antigen test juga mengidentifikasi adanya infeksi H.Pylori melalui mendeteksi
keadaan antigen H.Pylori dalam feses.
ENDOSKOPI
Endoskopi yaitu suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ didalam tubuh manusia
visual dengan cara mengintip dengan alat tersebut , atau langsung melihat pada layar monitor
sehingga kelainan yang ada pada organ tersebut dapat dilihat dengan jelas .Pemeriksaan
endoskopi adalah pemeriksaan penunjang yang memakai alat endoskop untuk mendiagnosis
kelaianan kelainan organ didalam tubuh antara lain saluran cerna saluran kemih , rongga mulut ,
rongga abdomen , dan lain lain .
Teknik Endoskopi
Teknik Endoscopi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu diagnostik dan Terapeutik.
Pemeriksaan Saluran Cerna Bagian Atas disebut esofago Gastro Duodenoscopi (EGD) dan
Saluran Cerna Bagian Bawah disebut kolonoscopi.
Esofagogastroduodenoscopi (EGD)
a.
Diagnostik
Esofagogastroduodenoscopi (EGD) dan biopsy
c.
Indikasi
Dispepsia
Disfagia
Odinofagia
d.
e.
Tidak kooperatif
Psikopat
Syok
Respiratori distress
Perdarahan masif
Kontra indikasi Relatif
Gagal jantung
Sesak nafas
Gangguan kesadaran
Infeksi akut
Tumor Mediastinum
Stenosis esofagus
Gastritis flegmonosis
f.
Persiapan Pasien
28
Puasa tidak makan tetapi dapat minum obat yang diperlukan, paling tidak 6 jam
sebelum pemeriksaan.
Berbaring dengan posisi miring kekiri,tangan kiri dibawah bantal dan tangan
kanan diatas paha kanan.
h.
i.
Penyulit
Perforasi
Perdarahan
Reaksi obat-obatan
Penularan infeksi
Pneumonia aspirasi
Instrument Impaction
Pasien boleh makan dan minum setelah 1-2jam pasca endoscopi untuk
menghindari aspirasi
29
Bila dilakukan biopsi,dianjurkan makan makanan cair atau bubur saring selama
beberapa waktu tergantung apa yang ditemuka dan berapa banyak biopsi
dilakukan. Bila ada perdarahan pasien diminta menghubungi dokter.
j.
alas handuk kecil. Tangan kiri dibawah bantal dan tangan kanan bebas diposisikan diatas paha
kanan. Posisi kaki seperti memeluk guling. Scope dipegang dengan benar, tangan kiri memegang
pangkal scop sekaligus mengendalikan angulasi, menekan tombolair water feeding, tombol
penghisap dan freezing. Sedangkan tangan kanan memegang ujung scop, kira-kira 15-18 cm dari
ujung.
Colonoscopy
Coloscopy merupakan sarana diagnostic yang penting untuk dilakukan pada penyakit
colon. Dengan pemeriksaan ini memungkinkan pengamatan seluruh colon,rectum serta ileum
terminalis. Pengamatan ditujukan untuk mencari kelainan yang ada secara menyeluruh pada
mucosa, lumen serta isinya dan motilitas dari saluran cerna. Dapat diamati pula adanya kompresi
dari luar colon. Disamping prosedur diagnostik juga bisa dipakai sebagai prosedur terapeutik
terhadap polip, dilatasi, mengambil benda asing serta tindakan lain.
a.
Indikasi
Hematokesia
Diare kronis
30
Penelitian penyakit colon pada penderita tua & penurunan berat badan yang
tak jelas penyebabnya.
b.
Kontra Indikasi
c.
Perforasi usus.
Peritonitis.
Hamil trimester ke 3.
Visualisasi terganggu
o Persiapan tidak baik
o Perdarahan akut saluran cerna masif
31
d.
Persiapan penderita
Sebelum pemeriksaan colonoscopy dilakukan, colon harus dibersihkan dari Feses dan kotoran
lain. Pasien memakai celana yang mempunyai lobang
Makan bubur saring/sumsum tanpa santan sejak 2 hari sebelum tindakan Colonoscopy.
Minum air putih sebanyak 2-3 liter sehari, makanan lain tidak diperbolehkan.
Bila pasien susah buang air besar,diberikan sirup laxadin 3x1sendok makan atau minum
laxadin 3x1 tablet.
Malam terakhir sebelum hari pemeriksaan colonoscopy, pasien makan bubur sumsum
terakhir jam 19:00 setelah itu pasien puasa tetapi boleh minum.
Pada jam 20:00 diberikan garam inggris 30 gr dalam gelas air hangat.
Usai minum garam inggris biasanya pasien akan sering BAB. Minum air putih yang
banyak.
Pagi jam 05:00 saat sebelum colonoscopy, masukkan dulcolax supp 1 buah kedalam anus
atau obat-obatan cair yang lain (misalnya : fosen, yal, dll) sehingga beberapa saat setelah
dimasukkan lewat anus akan BAB lagi. Jika pasien dirawat dilakukan klisma tinggi, tak
usah diberikan dulcolax supp/obat laksan yang lain.
32
9. Working Diagnosis!
Ulkus Peptikum (Tukak Peptik)
Ulkus peptikum adalah ulkus yang terjadi pada mukosa, submukosa dan kadang-kadang sampai
lapisan muskularis dari traktus gastroinestinalis yang selau berhubungan dengan asam lambung
yang cukup mengandung HCl. Tukak yaitu kehilangan jaringan pada suatu daerah dengan batas
tertentu, biasanya berdiameter 5-25mm, kadang-kadang sangat kecil yaitu misalnya 2-3mm, atau
sangat besar misalnya 40-60 mm dan disebut giant ulcer.
A. Patofisiologi
Untuk timbulnya tukak diterangkan bahwa ada hubungannya dengan asam lambung. Oleh karena
sekresi asam lambung yang berlebihan, sehingga didapat asam HCl bebas. Asam lambung ini
dapat dijumpai dibagian bawah esofagus, lambung dan duodenum bagian atas (first portion =
33
bulbus). Ini disebabkan karena bulbus masih selalu menerima asam lambung. Sedangkan
beberapa cm ke jurusan anal misalnya pada pars desendens duodeni, dimana asam empedu dan
cairan pankreas dapat meniadakan/menetralisir pekerjaan asam lambung, akibatnya tidak pernah
atau jarang orang menderita tukak.
B. Epidemiologi
Tukak peptik terdapat pada semua rakyat di dunia, pada semua umur. Di Indonesia, lebih banyak
ditemukan pada orang-orang Tionghoa dari pada orang Jawa. Tetapi banyak juga dijumpai pada
suku Tapanuli, rakyat Sulawesi. Negeri yang rakyatnya banyak menderita tukak peptik
diantaranya ialah : Rusia, Jepang dan Cili.
Menurut statistik kejadian pada kaum wanita dan pria juga variabel. Walaupun demikian banyak
sarjana yang sependapat bahwa untuk tukak duodeni perbandingan pria dan wanita terdapat 3-4 :
1. Tukak peptik dapat dijumpai pada semua umur. Pada bayi yang baru lahir, tidak dijumpai
tukak yang akut.
C. Etiologi
Banyak teori yang timbul untuk ikut menerangkan terjadinya tukak peptik, diantaranya ialah :
1. Asam getah lambung terhadap resistensi mukosa
Tukak peptik kronia tidak mungkin terjadi lama tanpa adanya getah lambung. Sebagai
contoh berdasarkan penyelidikan yang mengumpulkan banyak penderita dengan anemia
pernisiosa disertai dengan aklorida.
2. Golongan darah
Penderita dengan darah O lebih banyak menderita tukak duodeni jika dibandingkan
dengan pada tukak lambung. Adapun sebab-sebabnya belum diketahui benar. Dan hasil
penelitian dilaporkan bahwa pada penderita dengan golongan darah O kemungkinan
terjadinya tukak duodeni adalah 38% lebih besar dari pada golongan lainnya. Kerusakan
di daerah piepilorus dapat dihubungkan dengan golongan darah A, baik berupa tukak
yang biasa ataupun karsinoma. Sedangkan pada golongan darah O sering ditemukan
kelainan pada korpus lambung.
3. Susunan saraf pusat
Teori nerogen pada tukak peptik telah dibicarakan tahun 1959. berdasarkan pengalaman
dari Chusing, erosi akut dan tukak pada edofagus, lambung dan duodenum dapat
dihubungkan dengan kerusakan intrakranial, termasuk neoplasma primer atau sekunder
dan hiperensi maligna.
Faktor kejiwaan dapat menyebabkan timbulnya tukak peptik. Misalnya pada mereka yang
psikisnya sangat labil, pada ketegangan jiwa, emosi, mempunyai ambisi besar dan lainlainnya yang menyebabkan untuk hidup tidak wajar.
4. Inflamasi bakterial
34
Dari dasar tukak telah dibiakkan untuk menyelidiki mikroorganisme yang diduga sebagai
penyebabnya, tetapi tidak ditemukan satu macam bakteripun. Selanjutnya pada hasil
pemeriksaan didapat bahwa inflamasi non bakteri atau inflamasi khemis lebih besar dari
pada inflamasi bakterial. Tukak yang spesifik misalnya pada TBC dan sipilis disebabkan
spesifik mikroorganisme.
5. Inflamasi non bakterial
Teori yang mengatakan bahwa inflamasi nonbakterial sebagai penyebab didasarkan pada
inflamasi dari kurvatura minor, antrum dan bulbus duedeni yang mana dapat disebutkan
juga antaral gastritis, sering ditemukan dengan tukak. Dan sebagai penyebab dari gastritis
sendiri belum jelas. Tukak yang kronis ialah sebagai kelanjutan dari tukak yang akut.
Berdasarkan pemeriksaan histologis ditemukan perubahan yang nyata dari erosi akut ke
tukak yang akut.
6. Infark
Teori infark yang berdasarkan timbulnya kerusakan semacam kawah, sering ditemukan
pada otopsi. Adanya defek pada dinding lambung serta timbulnya infark, karena asam
gelah lambung dan dapat pula ditunjukkan adanya jaringan trombose di dasar tukak.
Sekarang diketahuai bahwa jaringan trombose ialah sebagai hasil daripada sebagian
penyebab kerusakan, yang tidak akan dijumpai pada tukak yang akut.
7. Faktor hormonal
Banyak teori yang menerangkan adanya pengaruh-pengaruh hormonal yang dapat
menimbulkan tukak peptik.
Pada penyakit Addisons jarang ada tukak peptik, tetapi bilamana penderita
tersebut makan tablet kortison untuk dosis maintenans sudah timbul gejala pada
perut. Kortikosteroid dan kortikotropin bilamana dengan dosis besar maka pasti
menambah timbulnya tukak peptik yang disertai dengan komplikasi.
Hormon wanita. Wanita dengan usia produktif jarang menderita tukak peptik jika
dibandingkan dengan kaum pria pada usia yang sama atau jika dibandingkan
dengan wanita yang telah menopause. Hal ini mungkin dikarenakan hormon
wanita bersifat sebagai pelindung.
Pankreas. Tukak peptik merupakan gejala dari salah satu macam penyakit
pankreas.
Gastrin. Hormon gastrin merangsang sekresi pH yang rendah dalam antrum atau
dalam duodenum mungkin akan menghambat sekresi.
Aspirin, alkohol, tembakau dapat menyebabkan kerusakan sawar mukosa lambung. Dari
sekian banyak obat-obatan, yang paling sering menyebabkan adalah golongan salisilat,
yaitu menyebabkan kelainan pada mukosa lambung. Phenylbutazon juga dapat
menyebabkan timbulnya tukak peptik, seperti halnya juga histamin, reseprin akan
merangsang sekresi lambung. Berdasarkan penyelidikan, ternyata golongan salisilat
hanya akan menyebabkan erosi lokal
9. Herediter
Berdasarkan penelitian di dalam keluarga ternyata bahwa tukak peptik ini ada
pengaruhnya dengan herediter. Terbukti bahwa dengan orang tua/ famili yang menderita
tukak, jika dibandingkan dengan mereka yang orang tuanya sehat. Oleh sebab itu, family
anamnesa perlu ditegakkan.
10. Berhubungan dengan penyakit lain
a. Hernia diafrakmatika.
Pada hernia diafrakmatika, mukosa pada lingkaran hernia mungkin merupakan
tempat timbulnya erosi atau tukak.
b.
Sirosis hati.
Tukak peptik ditemukan juga pada penderita penyakit hepar terutama pada sirosis
lebih banyak jika dibandingkan dengan orang normal. Tukak duodeni pada kaum
wanita dengan sirosis biliaris ternyata bertambah, jika neutralisasi dari isi
duodenum berkurang.
c. Penyakit paru-paru.
Frekuensi dari tukak yang kronis dengan TBC paru-paru sering ditemukan.
Bertambah banyaknya tukak peptik dapat dihubungkan dengan bertambah
beratnya emfisema dan corpulmonale.
D. Gejala Klinis
Rasa nyeri.
a) Berkaitan dengan makanan.
b) Sifatnya periodik, timbul beberapa saat / beberapa jam setelah makan atau
waktu lapar atau saat sedang tidur tengah malam.
c) Sifat nyeri: terbakar, pedih seperti ditusuk-tusuk.
d) Lokalisasi: didaerah epigrastrium.
36
Peranan asam HCL dan getah lambung pada dinding lambung yaitu
dapat menyebabkan iritasi sehingga timbul nyeri.
Teory Inflamasi (the Inflammatory theory).
Teori lain menyatakan bahwa nyeri tau pedih pada tukak peptik,
pertama-tama disebabkan oleh reaksi inflamasi. Serabut-serabut syaraf
pada proses ulcerasi mengalami kerusakan dan sisa-sisa serabut yang
masih ada telah dipisahkan dari isi lambung oleh lapisan
leucofibrinous material serta jaringan granulasi yang telah menjadi
insentifterhadap asam.
Nausea dan vomitus.
a) Timbul bila nyerinya sangat hebat.
b) Vomitus dalam jumlah banyak disertai makanan timbul 8-12 jam setelah
makan, mungkin akibat pilorik stenosis yang disebabkan oleh pilorospasme.
c) Sebelum muntah, sudah ada perasaan tidak enak pada perut.
Nafsu makan
Nafsu makan penderita biasanya menurun oleh karena takut terhadap timbulnya rasa
nyeri beberapa jam setelah makan. Akibatnya penderita mengurus.
Rasa terbakar.
Rasa panas dan nyeri pada daerah retrosternal, kadang-kadang disertai regurgitasi
yang mungkin disebabkan oleh reflek spasme esofageal. Rasa terbakar biasanya oleh
karena makan / minum asam.
Waterbrash atau regurgitasi asam.
Waterbrush adalah suatu keadaan dalam mulut yang cepat terisi oleh cairan terutama
saliva tanpa ada rasa. Kadang-kadang juga terjadi regurgitasi dari cairan lambung
dengan rasa pahit.
Gejala dari kolon (Colonic symtomp).
37
Pada beberapa penderita tukak duodeni dapat terlihat suatu tanda-tanda sindroma usus
iritatif dari tipe spastik kolon. Penderita tersebut mungkin mengeluh adanya
konstipasi dan merasa nyeri di perut yang tidak berhubungan dengan makanan. Nyeri
tersebut biasanya dirasakan terutama pada perut sebelah kiri, kadang mungkin terusmenerus atau bersifat kolik dan mungkin juga timbul pada saat defekasi.
E. Penatalaksanaan
Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut. Tetapi pada
beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat fatal,
seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan.
a. Penetrasi
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan sampai ke
organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan nyeri
tajam yang hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya
di punggung, karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan bertambah
jika penderita merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan
ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
b. Perforasi
Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa menembus
dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tibatiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut.
Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang akan
bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam. Perubahan posisi akan
memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba untuk berbaring mematung.
Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika
tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan
segera dan pemberian antibiotik intravena.
c. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan karena
ulkus adalah:
Muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan
yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi.
Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat
ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan
antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat
beristirahat. Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan
bahan yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
d. Penyumbatan
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut karena
ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit
duodenum. Penderita akan mengalami muntah berulang, dan seringkali memuntahkan
sejumlah besar makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya. Gejala lainnya adalah
rasa penuh di perut, perut kembung dan berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah
39
Apabila penyebab yang mendasari dari ulkus peptikum ini diatasi, maka akan
memberikan prognosis yang baik.
Terapi dengan infeksi H.pylori akan mengubah secara ilmiah riwayat penyakit
dengan menurunkan angka kejadian penyakit ini.
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusaan-kerusakan erosi. Disebut erosif akibat kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muskularis.
Etiologi
Bahan-bahan kimia
Merokok
Alkohol
Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
Endotoksin
Epidemiologi
Berdasarkan penelitian ditemukan 74 dari 277 kasus (26,7%) dengan gastritis erosiva
hemoragika yang menduduki urutan kedua setelah varises esofagus sebagai penyebab perdarahan
saluran makan bagian atas.
Gejala klinik
1. Muntah darah, terutama pada pecandu alkohol
2. Nyeri epigastrium
3. Nausea dan rasa ingin vomitus
4. Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium
Patofisiologi
41
Satu atau lebih pengaruh dari etiologi diperkirakan berperan dalam berbagai situasi ini: gangguan
lapisan mukus lekat, rangsangan sekresi asam disertai difusi balik ion hidrogen ke dalam epitel
superfisial, berkurangnya aliran darah ke mukosa dan kerusakan langsung pada epitel. Tidak
mengherankan, gangguan pada mukosa bekerja secara sinergitis. Akhirnya, infeksi akut oleh
Helicobacter pylori memicu peradangan neutrolifik mukosa lambung, tetapi proses ini biasanya
lolos dari perhatian pasien.
Penatalaksanaan
1. Istirahat yang cukup
2. Diet makanan cair
3. Bila mual
Antiemetik seperti dimenhidrinat 50 100 mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os.
Bila disebabkan oleh kuman-kuman, berikan antibiotika yang sesuai.
4. Bila nyeri tidak hilang
Dengan antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum makan.
Prognosis
Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari. Insidensi ulkus lambung dan kanker
lambung meningkat pada gastritis kronis tipe A. Gastritis dapat menimbulkan komplikasi
pedarahan saluran cerna dan gejala klinis yang berulang.
Preventif
1. Tidak mengkonsumsi alkohol
2. Menjaga pola makan dengan makan makanan yang sehat dan seimbang
3. Menghindari stress
Komplikasi
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang-kadang
perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
2. Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.
3. Jarang terjadi perforasi.
42
43
44
Imunologi kanker, ViralOncologi, dan Molekular Biologi angka morbiditas dan mortalitas
dapat diperkecil.
1.2 ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a) Faktor genetik.
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki hubungan
genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen
E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat keluarga
anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi genetik
pada kanker lambung (Bresciani, 2003).
b) Faktor umur.
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun, tetapi
sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 % kurang dari
30 tahun (Neugut, 1996).
2. Faktor presipitasi
a) Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan. Beberapa studi
menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi faktor utama
peningkatan kanker lambung. Sehingga menfasilitasi konversi golongan nitrat
menjadi carcinogenic nitrosamines didalam lambung. Kondisi terlambatnya
pengosongan asam lambung dan peningkatan komposisi nitrosamines didalam
lambung memberikan konstribusi terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
b) Infeksi H. Pylori. H. Pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus doudenum
dan 80% tukak lambung (fuccio, 2007). Bakteri ini menempel dipermukaan dalam
tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan oligosakarida
spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung (fuccio, 2009). Mekanisme
utama bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi
racun VacA. Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi
lambung melalui berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan fungsi endolisosom,
45
2.2 PATOFISIOLOGI
Seperti pada umumnya tumor ganas ditempat lain penyebab tumor gaster juga belum diketahui
secara pasti. Faktor yang mempermudah timbulnya. Tumor ganas gaster adalah perubahan
mukosa yang abnormal antara lain seperti gastritis atropik, polip di gaster, dan anemia
pernisiosa. Disamping itu juga pengaruh keadaan lingkungan mungkin memegang peran penting.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
irregular dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang lumen
dinding lambung. Tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang
paling sering di antrum. Infiltrasi dapat melebar keseluruh lambung, menyebabakan kantong
tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yg sempit, tetapi hal ini
tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar u/ membedakan dari
polip benigna pada X-ray. Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor
superficial yang hanya melibatkan prmukaan mukosa dan menimbulkan keadaan granuler
walupun hal ini jarang. Kira-kira 75% dari karsinom ditemukan pada 1/3 distal lambung,
selain itu menginvasi struktur local seperti bag.bawah dari esophagus, pancreas, kolon
transversum dan peritoneum. Metastase timbul pada paru, pleura, hati, otak dan lambung.
2.3 KLASIFIKASI
1. Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat
dibagi atas :
a. Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang
berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan dengan
atau tanpa ulserasi.
b. Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
1) Elevated type
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I, terdapat sedikit
elevasi dan lebih meluas dan melebar.
2 Flat type
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada
warna mukosa.
3 Depressed type
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik /
perdarahan.
c. Type III. (Excavated type)
48
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti
IIC + III atau III + IIc dan IIa + IIc
1. Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).
Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
a. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai fungating
dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
b. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa
sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna
kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak sangat
hiperemik.
c. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan
infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
d. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan
infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
1.7 TANDA DAN GEJALA
Pada tahap awal kanker lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida, dapat
menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi:
1.
Nyeri
2.
3.
Muntah
4. Anoreksia.
5.
Disfagia.
6.
Nausea.
7.
Kelemahan.
8.
Hematemasis.
49
9.
Regurgitasi.
50
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan tumor ganas lambung
dengan hasil 80 90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan pemeriksaan
gastroskopi dan biopsi.
1.10 PENATALAKSANAAN
1. Bedah
jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah
pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab sudah dapat dilakukan
sebagai tindakan paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda metastasis di
tempat lain, tidak ada sisa Ca pada irisan lambung, reseksi cairan sekitar yang terkena,
dari pengambilan kelenjar limfa secukupnya.
2 Radiasi
3. Pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.
4. Kemoterapi
Pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau kombinsi
kemoterapi. Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, mitonisin C,
hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil 18 30 %.
1.11 KOMPLIKASI
1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.
2. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas lambung
sehingga dapat menimbulkan anemia.
3. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai keluhan
mintah-muntah.
4.
Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi
dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut
51
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari diskusi yang telah kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa Working
Diagnosis pasien adalah Ulkus Peptikum karena pasien memiliki gejala yang
sama namun masih diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya yang mendukung
untuk lebih memperjelas dan meyakinkannya kembali.
52
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Vinay et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: EGC
Aziz Rani, Marcellus Simadibrata dan Ari Fahrial Syam. 2011. Buku Ajar
Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing
Siti Setiati, Idrus Alwi dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta: Interna Pulishing
53