SAP Imunisasi Caca
SAP Imunisasi Caca
PENDAHULUAN
faktor diantaranya terdapat tinggi kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi,
potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi. Keefektifan
imunisasi tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh
dapat diharapkan pada diri anak.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan ini diharapkan ibu-ibu dapat
mengetahui manfaat imunisasi dan mengantarkan anaknya untuk mendapatkan
imunisasi secara teratur dan lengkap
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang imunisasi, diharapkan
SAP
2
Waktu
: 30 menit
Tempat
Penyuluh
Media
: Leaflet
Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan ini diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui
manfaat imunisasi dan mengantarkan anaknya untuk mendapatkan imunisasi
secara teratur dan lengkap
1.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang imunisasi, diharapkan ibu
yang memiliki balita dapat :
Menyebutkan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar
Menyebutkan manfaat imunisasi
Menyebutkan macam-macam imunisasi dan penyakit apa saja yang dapat
Materi (terlampir)
Pengertian imunisasi dan imunisasi dasar
Manfaat imunisasi
Macam-macam imunisasi dan penyakit apa yang dapat dicegah pada imunisasi
Jadwal imunisasi
Metode
a) Ceramah
b) Tanya jawab
3
Media
a) Leaflet
Kegiatan
No.
Tahap
Kegiatan
Kegiatan Ibu
Waktu
Penyuluhan
1.
Pembukaan
*Salam
Memberikan
Menjawab
5 menit
*Perkenalan
salam
Memperkenalka
salam
Menyimak
*Tujuan
n diri
Menjelaskan
Menyimak
Penyuluhan
tujuan
*Kontrak/strateg
penyuluhan
Menjelaskan
i Penyuluhan
kontak/strategi
Menyimak
penyuluhan
2.
3.
Kegiatan Inti
*Pengertian
Menjelaskan
Imunisasi dan
pengertian
Imunisasi Dasar
imunisasi dan
*Manfaat
imunisasi dasar
Menjelaskan
Imunisasi
manfaat
*Macam-macam
imunisasi
Menjelaskan
imunisasi dan
macam-macam
penyakit yang
imunisasi dan
dapat dicegah
penyakit yang
pada imunisasi
dapat dicegah
*Jadwal
pada imunisasi
Menjelaskan
imunisasi
Penutup
*Tanya jawab
20 menit
Menyimak
Menyimak
Menyimak
Menyimak
jadwal imunisasi
10 menit
Memberikan
Bertanya
kesempatan pada
dengan aktif
ibu untuk
bertanya dan
4
menjawab
pertanyaan yang
*Evaluasi
*Salam
Evaluasi
Bentuk
Prosedur
Butir soal
telah diajukan
Memberikan
Menjawab
pertanyaan pada
pertanyaan
ibu
Mengucapkan
Menjawab
salam
salam
: Pertanyaan
: Langsung
: 1. Jelaskan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar?
2. Sebutkan manfaat imunisasi?
3. Sebutkan macam-macam imunisasi serta penyakit yang dapat
dicegah pada imunisasi?
4. Sebutkan jadwal imunisasi?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan
secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif
karena adanya memori imunologik.1
sebagainya.
Mereka yang sedang menderita TBC.
o 3 - 4 minggu
: pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)
o 8 - 12 minggu : ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm
2. Reaksi pada kelenjar
o Merupakan respon selular pertahanan tubuh
o Kadang terjadi di kelenjar axilla dan supraklavikula
o Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi
o Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)
o Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa pengobatan
Komplikasi
1. Abses ditempat suntikan
o Abses bersifat tenang (cold abses) sehingga tidak perlu terapi
o Abses matang aspirasi
2. Limfadenitis Supurativa
o Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi
o Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi
o Bila telah matang di aspirasi
o Terapi tuberkulostatika mempercepat pengecilan
Reaksi pada yang pernah tertular TBC:
Koch phenomen - reaksi lokal BCG berjalan cepat (2 - 3 hari sesudah imunisasi), 4 - 6
minggu timbul scar.
e.
< 5 mm
: negatif
6- 9 mm
: meragukan
> 10 mm
: positif
Program vaksin hepatitis B (hepB) segera setelah lahir perlu lebih digalakkan,
mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk memutuskan
rantai transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
Deskripsi :
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus yang telah diinaktivasikan dan bersifat noninfecious, berasal dari HbsAG yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B.
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat
Efek Samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan disekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
3. DPT
Deskripsi :
Vaksin jerap DPT (DifteriPertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid
difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
8
Kontra indikasi :
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejalagejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua,
dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
Efek Samping :
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan, pada tempat
penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan
merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
4. Polio
Deskripsi :
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan
jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
Cara pemberian dan dosis :
Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru.
Kontra indikasi :
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh.
Efek Samping :
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.
Pada saat ini telah beredar di Indonesia IPV (Inactivated Polio Vaccine) disamping OPV
(Oral Polio Vaccine) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin IPV berisi antigen polio
(polio 1,2, dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi virus polio hidup. Kedua vaksin
polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. Vaksin IPV dapat diberikan pada anak
sehat, maupun yang menderita imunokompromais. Dapat pula diberikan dalam waktu
bersamaan dengan vaksin DTP.
5. Campak
Deskripsi :
Vaksin campak merupakan vaksin virus yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml)
mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih
dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Cara pemberian dan dosis :
10
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut
steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 911 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up
campaign campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1 6.
Kontra indikasi :
Individu yang mengidap penyakit Immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Efek Samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8 12 hari setelah vaksinasi.
6. HiB
Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB
(Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga
terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya
karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain
mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru
dan radang epiglotis.
Terdapat dua jenis vaksin Hib konjungat yang beredar di Indonesia yaitu vaksin Hib
yang berisi PRP-T (capsular polysaccharide polyriibosyl ribitol phosphate- konjugasi
dengan protein tetanus) dan PRP-OMP (PRP berkonjugasi outer membrane protein
complex).
2. Jadwal imunisasi
a) Imunisasi BCG
Diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya untuk mencapai
cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG, pada umur 0 12
bulan, tetap disetujui.
11
Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml,
diberikan secara intrakutan di daerah insersio M.deltoidus kanan. WHO tetap
menganjurkan pemberian vaksin BCG di insersio M.deltoidus kanan dan tidak di
tempat lain (bokong. paha), penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih
mudah dilakukan (tidak tepat lemak subkutis yang tebal), ulkus yang terbentuk tidak
membantu struktur otot setempat (dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral
atau paha anterior), dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabi!a
diperlukan.
Vaksin BCG ulang tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan
mengingat efektivitas perlindungan hanya 40%, sekitar 70% kasus Tuberkulosis berat
(meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan kasus dewasa dengan BTA (bakteri
tahan asam) positif di Indonesia cukup tinggi (23-36%) walaupun mereka telah
mendapat BCG pada masa kanak-kanak. Saat ini sedang dikembangkan vaksin BCG
baru yang lebih efektif.
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, mereka tidak diberikan pada pasien
munokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada
infeksi HIV). Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya
dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
b) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling
tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi maternal
kurang lebih sebesar 45%.
Hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hep B-1 (saat bayi
berumur 1 bulan). Untuk mendapatkan respons imun optimal interval hepB-2 dan
hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka hepB-3 diberikan 2-5 bulan setelah
hepB-2 yaitu pada umur 3-6 bulan.
Jadwal pemberian hepB-l saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status HbsAG
positif yaitu ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, ibu HbsAG positif atau
ibu HbsAG negatif.
Departemen Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepB-1
monoivalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/HepB
pada umur 2-3-4 bulan.
12
mendapat vaksinasi MMR pada usia 15-18 bulan, ulangan campak umur 5 tidak
diperlukan.
f) Imunisasi HiB
Vaksin Hib yang berisi PRT-P diberikan umur 2,4, dan 6 bulan.
Vaksin Hib yang berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6
bulan) tidak diperlukan.
Vaksin Hib dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi (DTwP/Hib,
DTaP/Hib/IPV)
Dosis :
- Satu dosis Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuscular.
- Tersedia vaksin kombinasi (DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTaP/Hib/IPV
(vaksin kombinasi yang beredar berisi vaksin Hib PRT-P) dalam
kemasan prefilled syringe 0,5 ml.
Ulangan :
-
Vaksin Hib baik PRT-P ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 18
bulan
Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu
kali
c. Gejala Klinis:
2. Hepatitis B
a. Definisi: Penyakit hati yang menyebabkan peradangan hati dan dapat terjadi secara
menahun dan berlanjut menjadi pengerutan hati (sirosis hepatis) atau keganasan
(kanker hati)
b. Penyebab: Virus Hepatitis B
c. Gejala Klinis:
Demam ringan
3. Difteri
a. Definisi: Penyakit akibat terjangkit bakteri yang dapat menyebabkan kematian
b. Penyebab: Corynebacterium diphtheriae
c. Gejala Klinis:
Demam
Sakit tenggorokan
Sangat lemah
Terasa sakit
Demam ringan
Hidung berair
Bersin-bersin
Batuk ringan
Gejala lanjut
5. Tetanus
a. Definisi: Keadaan infeksi dimana gangguan saraf yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh racun dari bakteri.
b. Penyebab: Clostridium tetani
c. Gejala Klinis:
Gejala awal
Nyeri punggung
Kekakuan otot
Sulit menelan
Gejala lanjut
Kaku rahang
Wajah menyeringai
Sulit bergerak
Sulit bernapas
6. Pneumonia
a. Definisi: Infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai jaringan paru
b. Penyebab: Haemophilus influenzaei
c. Gejala Klinis:
Sakit kepala
Gelisah
Lemas
Mual, muntah
Sesak nafas
Batuk
7. Polio
a. Definisi: Penyakit kelumpuhan yang disebabkan virus yang menyebabkan lemahnya
otot.
b. Penyebab: Poliovirus
c. Gejala Klinis:
Sakit tenggorokan
Leher kaku
Sakit kepala
Demam
Nyeri otot
Kelumpuhan
8. Campak
a. Definisi: Infeksi virus yang sangat menular ditandai demam, batuk, sakit mata dan
ruam kulit.
b. Penyebab: Paramyxovirus
c. Gejala Klinis:
Demam
Nyeri tenggorokan
Hidung meler
Batuk
Nyeri otot
18
Mata merah
19
DAFTAR PUSTAKA
Siregar SP. Imunisasi pada keadaan tertentu. Hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai
penerbit FKUI; 2002.
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Informasi dasar imunisasi rutin
serta kesehatan ibu dan anak bagi kader, petugas lapangan dan organisasi
kemasyarakatan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009.
20