Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2.5 juta kasus kematian anak per
tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, UNICEF, & Woeld
Bank, 2009). Di Indonesia, imunisasi masih sangat diperlukan untuk melakukan
pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti
Tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan
hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat
(Population immunity). Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan
pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization
(UCI), yang merupakkan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat
administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki
tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014 (Pusat
Komunikasi Publik, 2011). Anak balita di Indonesia tahun 1999/2000 sebesar 66,3%
yang memiliki cakupan imunisasi lengkap, angka cakupan tersebut jauh dari target
UCI sebesar 80%.
Kasus polio sudah tidak ditemukan lagi di Indonesia sepanjang lima tahun
terakhir ini. Tetapi upaya eradikasi polio masih harus dilanjutkan untuk mewujudkan
Indonesia Bebas Polio, sebagai bagian dari upaya eradikasi polio regional dan global.
Untuk kasus tetanus maternal dan neonatal telah dinyatakan mencapai tahap eliminasi
oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO di sebagian wilayah Indonesia. Selain
itu, langkah-langkah mewujudkan reduksi dan eliminasi campak di Indonesia masih
harus dilaksanakan.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar membuat antibodi untuk mencegah
penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk pembentukan zat antibodi
yang dimasukan kedalam tubuh secara injeksi seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan
secara peroral seperti vaksin polio.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal
terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
1

faktor diantaranya terdapat tinggi kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi,
potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi. Keefektifan
imunisasi tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh
dapat diharapkan pada diri anak.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan ini diharapkan ibu-ibu dapat
mengetahui manfaat imunisasi dan mengantarkan anaknya untuk mendapatkan
imunisasi secara teratur dan lengkap
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang imunisasi, diharapkan

ibu yang memiliki balita dapat :


Menyebutkan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar
Menyebutkan manfaat imunisasi
Menyebutkan macam-macam imunisasi dan penyakit apa saja yang dapat

dicegah pada imunisasi


Menyebutkan jadwal imunisasi

SAP
2

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Topik Bahasan: Imunisasi


Sasaran

: Ibu-ibu yang mempunyai balita

Waktu

: 30 menit

Tempat

: posyandu kencana Kelurahan Cipedes

Penyuluh

: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Media

: Leaflet

Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan ini diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui
manfaat imunisasi dan mengantarkan anaknya untuk mendapatkan imunisasi
secara teratur dan lengkap
1.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang imunisasi, diharapkan ibu
yang memiliki balita dapat :
Menyebutkan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar
Menyebutkan manfaat imunisasi
Menyebutkan macam-macam imunisasi dan penyakit apa saja yang dapat

dicegah pada imunisasi


Menyebutkan jadwal imunisasi

Materi (terlampir)
Pengertian imunisasi dan imunisasi dasar
Manfaat imunisasi
Macam-macam imunisasi dan penyakit apa yang dapat dicegah pada imunisasi
Jadwal imunisasi

Metode
a) Ceramah
b) Tanya jawab
3

Media

a) Leaflet
Kegiatan
No.

Tahap

Kegiatan

Kegiatan Ibu

Waktu

Penyuluhan
1.

Pembukaan
*Salam

Memberikan

Menjawab

5 menit

*Perkenalan

salam
Memperkenalka

salam
Menyimak

*Tujuan

n diri
Menjelaskan

Menyimak

Penyuluhan

tujuan

*Kontrak/strateg

penyuluhan
Menjelaskan

i Penyuluhan

kontak/strategi

Menyimak

penyuluhan
2.

3.

Kegiatan Inti
*Pengertian

Menjelaskan

Imunisasi dan

pengertian

Imunisasi Dasar

imunisasi dan

*Manfaat

imunisasi dasar
Menjelaskan

Imunisasi

manfaat

*Macam-macam

imunisasi
Menjelaskan

imunisasi dan

macam-macam

penyakit yang

imunisasi dan

dapat dicegah

penyakit yang

pada imunisasi

dapat dicegah

*Jadwal

pada imunisasi
Menjelaskan

imunisasi
Penutup
*Tanya jawab

20 menit
Menyimak

Menyimak

Menyimak

Menyimak

jadwal imunisasi
10 menit
Memberikan

Bertanya

kesempatan pada

dengan aktif

ibu untuk
bertanya dan
4

menjawab
pertanyaan yang
*Evaluasi

*Salam

Evaluasi
Bentuk
Prosedur
Butir soal

telah diajukan
Memberikan

Menjawab

pertanyaan pada

pertanyaan

ibu
Mengucapkan

Menjawab

salam

salam

: Pertanyaan
: Langsung
: 1. Jelaskan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar?
2. Sebutkan manfaat imunisasi?
3. Sebutkan macam-macam imunisasi serta penyakit yang dapat
dicegah pada imunisasi?
4. Sebutkan jadwal imunisasi?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan,
yaitu kekebaln pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang
diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. Contohnya adalah
kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena
akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh
immunoglobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat
5

oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan
secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif
karena adanya memori imunologik.1

2.2 Pengertian imunisasi dasar


Pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun
untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.
2.3 Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.

2.4 Manfaat imunisasi


Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit menular yang sering
berjangkit.
2. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika anak sakit.
3. Untuk Negara
Memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara.
2.5 Macam macam imunisasi dasar
Imunisasi dasar lengkap, terdiri dari :
1. BCG(Bacillus Calmette Guerine)
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis paru.
Kontra indikasi :
- Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksin, furunkulosis dan
-

sebagainya.
Mereka yang sedang menderita TBC.

Reaksi sesudah imunisasi BCG


1. Reaksi normal lokal
o 2 minggu

: indurasi, eritema kemudian menjadi pustula


6

o 3 - 4 minggu
: pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)
o 8 - 12 minggu : ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm
2. Reaksi pada kelenjar
o Merupakan respon selular pertahanan tubuh
o Kadang terjadi di kelenjar axilla dan supraklavikula
o Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi
o Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)
o Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa pengobatan
Komplikasi
1. Abses ditempat suntikan
o Abses bersifat tenang (cold abses) sehingga tidak perlu terapi
o Abses matang aspirasi
2. Limfadenitis Supurativa
o Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi
o Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi
o Bila telah matang di aspirasi
o Terapi tuberkulostatika mempercepat pengecilan
Reaksi pada yang pernah tertular TBC:

Koch phenomen - reaksi lokal BCG berjalan cepat (2 - 3 hari sesudah imunisasi), 4 - 6
minggu timbul scar.

Imunisasi bayi > 2 bulan, dilakukan tes Tuberkulin (Mantoux) :


a. Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan kuman TBC
b. Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intrakutan
c. Pembacaan dilakukan setelah 48 - 72 jam penyuntikan
d. Diukur besarnya diameter indurasi ditempat suntikan

e.

< 5 mm

: negatif

6- 9 mm

: meragukan

> 10 mm

: positif

Test Mantoux (-) : imunisasi


(+) : pemeriksaan TBC

f. Meragukan : ulang 2 minggu


2.Hepatitis B

Program vaksin hepatitis B (hepB) segera setelah lahir perlu lebih digalakkan,
mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk memutuskan
rantai transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
Deskripsi :
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus yang telah diinaktivasikan dan bersifat noninfecious, berasal dari HbsAG yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B.
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat

Efek Samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan disekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

3. DPT
Deskripsi :
Vaksin jerap DPT (DifteriPertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid
difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
8

Cara pemberian dan dosis :


Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan
interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).

Kontra indikasi :
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejalagejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua,
dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
Efek Samping :
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan, pada tempat
penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan
merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
4. Polio
Deskripsi :
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan
jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
Cara pemberian dan dosis :

Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.

Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru.

Kontra indikasi :
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh.
Efek Samping :
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.
Pada saat ini telah beredar di Indonesia IPV (Inactivated Polio Vaccine) disamping OPV
(Oral Polio Vaccine) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin IPV berisi antigen polio
(polio 1,2, dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi virus polio hidup. Kedua vaksin
polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. Vaksin IPV dapat diberikan pada anak
sehat, maupun yang menderita imunokompromais. Dapat pula diberikan dalam waktu
bersamaan dengan vaksin DTP.
5. Campak

Deskripsi :
Vaksin campak merupakan vaksin virus yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml)
mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih
dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Cara pemberian dan dosis :

10

Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut
steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.

Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 911 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up
campaign campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1 6.
Kontra indikasi :
Individu yang mengidap penyakit Immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.

Efek Samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8 12 hari setelah vaksinasi.
6. HiB
Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB
(Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga
terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya
karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain
mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru
dan radang epiglotis.
Terdapat dua jenis vaksin Hib konjungat yang beredar di Indonesia yaitu vaksin Hib
yang berisi PRP-T (capsular polysaccharide polyriibosyl ribitol phosphate- konjugasi
dengan protein tetanus) dan PRP-OMP (PRP berkonjugasi outer membrane protein
complex).

2. Jadwal imunisasi
a) Imunisasi BCG
Diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya untuk mencapai
cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG, pada umur 0 12
bulan, tetap disetujui.
11

Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml,
diberikan secara intrakutan di daerah insersio M.deltoidus kanan. WHO tetap
menganjurkan pemberian vaksin BCG di insersio M.deltoidus kanan dan tidak di
tempat lain (bokong. paha), penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih
mudah dilakukan (tidak tepat lemak subkutis yang tebal), ulkus yang terbentuk tidak
membantu struktur otot setempat (dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral
atau paha anterior), dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabi!a
diperlukan.
Vaksin BCG ulang tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan
mengingat efektivitas perlindungan hanya 40%, sekitar 70% kasus Tuberkulosis berat
(meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan kasus dewasa dengan BTA (bakteri
tahan asam) positif di Indonesia cukup tinggi (23-36%) walaupun mereka telah
mendapat BCG pada masa kanak-kanak. Saat ini sedang dikembangkan vaksin BCG
baru yang lebih efektif.
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, mereka tidak diberikan pada pasien
munokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada
infeksi HIV). Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya
dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

b) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling
tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi maternal
kurang lebih sebesar 45%.
Hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hep B-1 (saat bayi
berumur 1 bulan). Untuk mendapatkan respons imun optimal interval hepB-2 dan
hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka hepB-3 diberikan 2-5 bulan setelah
hepB-2 yaitu pada umur 3-6 bulan.
Jadwal pemberian hepB-l saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status HbsAG
positif yaitu ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, ibu HbsAG positif atau
ibu HbsAG negatif.
Departemen Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepB-1
monoivalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/HepB
pada umur 2-3-4 bulan.

12

Hepatitis B saat bayi lahir :


Baru lahir dari ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, hepB-1 harus
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur 1 dan atara
umur 3-6 bulan. Apabila semula status HbaAG ibu tidak diketahui dan ternyata dalam
perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAG positif maka dapat diberikan
HBIg (hepatitis B imunoglobulin) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAG-B ibu positif, dalam waktu 24-48 jam
setelah lahir bersamaan dengan vaksin HepB-I diberikan juga HBIg 0,5 ml.
Ulangan vaksinasi hepatitis B
Telah dilakukan suatu penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap
anak dari ibu pengidap hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar 3x pada
masa bayi. Pada umur 5 tahun, sejumlah 90,7% diantaranya masih memiliki titer
antibodi anti HBs yang protektif (titer anti HBs>10ug/ml). Mengingat pola
epidemiologi hepatitis B di Indonesia mirip dengan pola epidemiologi di Thailand,
maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak
diperlukan. Idealnya, pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti HBs.
Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh
imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan (catch-up vaccination).
Ulangan imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun.
apabila titer pencegahan tercapai (catch-upimmunization).
c) Imunisasi DTwP dan DTaP
Imunisasi DTwP dan DTaP dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DTwP
atau DTaP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-6
minggu, DTwP atau DTaP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTwP atau DTaP-2 pada
umur 3 bulan dan DTwP atau DTaP-3 pada umur 4 bulan. Ulangan selanjutnya (DTwP
atau DTaP-4) diberikan satu tahun setelah DTwP atau DTaP-3 yaitu pada umur 18-24
bulan dan DTwP atau DTaP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.3
Vaksinasi ulangan
-

Pada booster umur 5 tahun dianjurkan tetap diberikan vaksin dengan


komponen partusis (DTwP atau DTaP), mengingat kejadian pertusis
pada dewasa muda penularan pada bayi dan anak.
13

Sejak tahun 1998, DT-5 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah.


Ulangan DT-6 diberikan pada usia 12 tahun, mengingat masih

dijumpai kasus difteria pada umur lebih dari 10 tahun.


Sebaiknya ulangan DT-6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult
dose), tetapi di Indonesia dT tidak ada di pasaran.

Dosis Vaksinasi DTP


DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi
dasar maupun ulangan.
Jadwal imunisasi tetanus, sesuai dengan imunisasi difteria dalam vaksin DTwP atau
DTaP. Dosis vaksin DTP dan TT diberikan dengan dosis 0,5 ml secara intrmaskular.
d) Imunisasi Polio
Polio-O diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah endemik
polio maka sesuai pedoman program imunisasi nasional untuk mendapatkan cakupan
imunisasi yang lebih tinggi diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan
setelah lahir. Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat
bayi meninggalkan rumah sakit/ rumah bersalin agar tidak mencemari bayi lain
karena virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk keperluan ini , IPV
dapat menjadi alternatif.
Untuk imunisasi dasar polio (polio 2,3,4), interval diantaranya tidak kurang dari 4
minggu. Dosis OPV, 2 tetes per-oral sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml,
intramuskular. Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4,
selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).
e) Imunisasi Campak
Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan,
pada umur 9 bulan.
Hasil penelitian litbangkes Depkes 2000, didapatkan bahwa titer antibodi
campak pada anak usia sekolah 10-12 tahun hanya tinggal 50% diantaranya yang
masih mempunyai antibodi campak diatas ambang pencegahan. Sedangkan 28,3%
diantara kelompok usia 5-7 tahun pernah menderita campak walaupun sudah
diimunisasi saat bayi. Berdasarkan hal tersebut dianjurkan pemberian imunisasi
campak ulang pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun). Namun apabila telah
14

mendapat vaksinasi MMR pada usia 15-18 bulan, ulangan campak umur 5 tidak
diperlukan.

f) Imunisasi HiB
Vaksin Hib yang berisi PRT-P diberikan umur 2,4, dan 6 bulan.
Vaksin Hib yang berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6
bulan) tidak diperlukan.
Vaksin Hib dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi (DTwP/Hib,
DTaP/Hib/IPV)
Dosis :
- Satu dosis Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuscular.
- Tersedia vaksin kombinasi (DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTaP/Hib/IPV
(vaksin kombinasi yang beredar berisi vaksin Hib PRT-P) dalam
kemasan prefilled syringe 0,5 ml.
Ulangan :
-

Vaksin Hib baik PRT-P ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 18

bulan
Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu
kali

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN


IMUNISASI
1. TBC (Tuberkulosis)
a. Definisi: Penyakit menular yang umumnya menyerang paru dan dapat menyebar ke
organ lain seperti ginjal, jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit.
b. Penyebab: Mycobacterium tuberculosis
15

c. Gejala Klinis:

Bisa tanpa gejala

Demam tidak tinggi (sumeng)

Berat badan sulit naik

Didapatkan adanya kontak dengan orang dewasa yang menderita TB paru

2. Hepatitis B
a. Definisi: Penyakit hati yang menyebabkan peradangan hati dan dapat terjadi secara
menahun dan berlanjut menjadi pengerutan hati (sirosis hepatis) atau keganasan
(kanker hati)
b. Penyebab: Virus Hepatitis B
c. Gejala Klinis:

Nafsu makan hilang

Rasa tidak enak di perut

Mual sampai muntah

Demam ringan

Tubuh tampak kuning

Air seni berwarna seperti teh

3. Difteri
a. Definisi: Penyakit akibat terjangkit bakteri yang dapat menyebabkan kematian
b. Penyebab: Corynebacterium diphtheriae
c. Gejala Klinis:

Demam

Sakit tenggorokan

Sulit bernafas dan menelan

Mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung

Sangat lemah

Terasa sakit

Bercak putih di amandel dan kerongkongan

4. Pertusis (batuk rejan atau batuk seratus hari)


a. Definisi: Penyakit akut yang menyerang saluran nafas berupa batuk yang sangat berat
yang akan mengganggu aliran lendir
16

b. Penyebab: Bordetella pertusis


c. Gejala Klinis:
Gejala awal

Demam ringan

Hidung berair

Bersin-bersin

Batuk ringan

Gejala lanjut

Batuk berat sampai batuk rejan

5. Tetanus
a. Definisi: Keadaan infeksi dimana gangguan saraf yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh racun dari bakteri.
b. Penyebab: Clostridium tetani
c. Gejala Klinis:
Gejala awal

Nyeri punggung

Rasa tidak nyaman di seluruh tubuh

Kekakuan otot

Sulit menelan

Gejala lanjut

Kaku otot pengunyah

Kaku rahang

Kaku otot wajah

Wajah menyeringai

Sulit bergerak

Kaku seluruh tubuh

Sulit bernapas

6. Pneumonia
a. Definisi: Infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai jaringan paru
b. Penyebab: Haemophilus influenzaei
c. Gejala Klinis:

Demam tinggi (>39o C)


17

Sakit kepala

Gelisah

Lemas

Nafsu makan menurun

Mual, muntah

Sesak nafas

Batuk

7. Polio
a. Definisi: Penyakit kelumpuhan yang disebabkan virus yang menyebabkan lemahnya
otot.
b. Penyebab: Poliovirus
c. Gejala Klinis:

Sakit tenggorokan

Leher kaku

Sakit kepala

Demam

Nyeri otot

Kaku otot belakang leher

Kelumpuhan

8. Campak
a. Definisi: Infeksi virus yang sangat menular ditandai demam, batuk, sakit mata dan
ruam kulit.
b. Penyebab: Paramyxovirus

c. Gejala Klinis:

Demam

Nyeri tenggorokan

Hidung meler

Batuk

Bercak putih di mulut

Nyeri otot
18

Mata merah

19

DAFTAR PUSTAKA

Siregar SP. Imunisasi pada keadaan tertentu. Hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai
penerbit FKUI; 2002.

Australian Department of Health and Ageing. Understand childhood immunusation


[pamphlet]. Sydney: Australian Department of Health and Ageing; 2005.

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Informasi dasar imunisasi rutin
serta kesehatan ibu dan anak bagi kader, petugas lapangan dan organisasi
kemasyarakatan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009.

Jadwal imunisasi anak umur 0 18 tahun. Sari pediatri. 2011;13(1).

20

Anda mungkin juga menyukai