Anda di halaman 1dari 20

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT

MENULAR
PENYAKIT DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE)

Oleh : Kelompok 5 (kelas a reguler)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

DESI SETIANI A(J1A1 12 008)


NYURMASARI (J1A1 12 010)
WAODE FITRI SHALIHI (J1A1 12 015)
KARTINI (J1A1 12 025)
BASILLIUS YAN S. (J1A1 12 028)
ERIS SETIAWAN (J1A1 12 036)
RESTU FITRINA ZAHARA (J1A1 12 058)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2014KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Epidemiologi Penyakit Menular kelas A semester IV.
Dalam penyusunan makalah ini banyak pihak yang telah membantu kami baik
secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami tersebut.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Kami
pun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan maupun
kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyusunan makalah di masa depan yang lebih baik lagi.

Kendari, Mei 2014

Kelompok 5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah. 2
1.3 Tujuan....2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penyakit DBD.......................3
2.2 Etiologi Penyakit DBD.............................................................3
2.3 Recervoir Penyakit DBD..........................................................3
2.4 Gejala-Gejala Penyakit DBD....................................................4
2.5 Masa Inkubasi Penyakit DBD ...
2.6 Proses penularan Penyakit DBD.5
2.7 Pencegahan Penyakit DBD .....10
2.8 Penanggulangan Penyakit DBD ..14
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................16
3.2 Saran......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada zaman sekarang ini berbagai macam penyakit terus di temukan dan terus
berkembang seiring dengan perkembangan zaman, baik pola penularan,pengobatan,
pencegahan serta penyebabnya pun berbeda beda mulai dari penyakit yang ringan
sampai yang sulit di sembuhkan.
Jika musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan genangan air
yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong gorong yang tidak lancar serta adanya
banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau
berkembangbiaknya nyamuk pada genangan genangan tersebut sehingga dapat
mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat pada
saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara
pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non
kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian secara
kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengetahui dan mengenal serangga yang
disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan
bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan
dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia.
Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah
manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi
kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Hampir setiap tahun, di bulan-bulan tertentu, selalu saja ada berita tentang
kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Penyakit ini tiap tahun telah
membawa banyak korban jiwa, bahkan jumlah kasus serta korban jiwa meningkat tiap
tahunnya.DBD terjadi berulang-ulang setiap tahun. DBD merupakan salah satu
penyakit penting di Indonesia dan memerlukan penanganan yang menyeluruh dan
integral, agar penyakit ini tidak lagi menimbulkan banyak korban jiwa.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :

1. Definisi penyakit DBD ?


2. Etiologi dari penyakit DBD ?
3. Recervoir Penyakit DBD ?
4. Gejala-gejala Penyakit DBD ?
5. Masa Inkubasi penyakit DBD ?
6. Proses Penularan Penyakit DBD ?
7. Pencegahan Penyakit DBD ?
8. Penanggulangan Penyakit DBD ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Epidemiologi penyakit DBD.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi penyakit DBD, etiologi dari penyakit DBD,
recervoir Penyakit DBD, masa inkubasi penyakit DBD, proses penularan penyakit
DBD, pencegahan penyakit DBD dan penanggulangan penyakit DBD.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penyakit DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue


Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue.Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis
dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan
yang lembab.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan

setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di


seluruh dunia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya
disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada
sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahanperdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia
Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan
lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri seringkali salah dalam
penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang
menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid)
2.2 Etiologi Penyakit DBD

Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh


virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan
di daerah tropis dan sub-tropis, dan menjangkit luas di banyak
negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue,
masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan
maupun fatal.
2.3 Recervoir Penyakit DBD

Penyakit DBD ditularkan oleh vektor (inang penular) nyamuk


aedes aegypti. Untuk mematangkan telur-telurnya nyamuk betina
akan menghisap darah manusia secara berulang-ulang atau
berganti ke manusia lain sampai yang dibutuhkannya tercukupi.

2.4 Gejala-gejala penyakit DBD

Penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah


sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya bintik (purpura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),

Mimisan (Epitaksis), Buang air besar berwarna hitam berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).

5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.


6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan

7.

8.
9.
10.

trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai


Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
(petechiae).

2.5 Masa inkubasi penyakit DBD

Masa inkubasi penyakit DBD, yaitu sejak virus dengue menginfeksi manusia
hingga menimbulkan gejala klinis antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari. Pada
Masa klinis, derajat beratnya DBD dapat dibagi menjadi(9) :
1. Derajat satu/ringan :
Demam mendadak selama 2 - 7 hari.
Perdarahan ringan.
Uji turniket / bendungan darah positif.
2. Derajat dua / sedang :

Perdarahan pada kulit.

Perdarahan pada tempat yang lain seperti mimisan,


gusi.

Trombocyt sudah turun.

3. Derajat tiga :

Ditemukan tanda-tanda shock dini seperti pucat.

Terjadi kegagalan sirkulasi darah.

4. Derajat empat :

Sudah terjadi shock.

Nadi dan tekanan darah tidak terukur

Untuk

menegakkan

diagnosa

Demam

Berdarah,

pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas pelayanan kesehatan

perlu

2.6 Proses penularan penyakit DBD


1. Portal of entry and Portal of Exit

Portal masuk dan keluar dalam transmisi horisontal mencakup semua


permukaan tubuh, atau aliran darah, dengan arthropoda gigitan. Penularan dapat
terjadi pada sel telur, melalui plasenta, saat persalinan, atau dalam kolostrum atau
susu. Modus keluar belum tentu sama dengan portal masuk.
Tubuh manusia menyajikan tiga permukaan epitel besar untuk lingkungankulit, mukosa pernafasan, dan saluran pencernaan, dan dua permukaan-lebih
rendah saluran kelamin dan konjungtiva (Gambar 48-1). Untuk dapat masuk ke
tubuh, virus harus bisa (1) menginfeksi sel-sel di salah satu permukaan ini, (2)
dinyatakan melanggar permukaan (oleh trauma, gigitan arthropoda atau hewan,
atau injeksi, transfusi atau transplantasi), atau (3) ditransmisikan kongenital. Virus
melarikan diri dari tubuh melalui permukaan yang sama, sering tapi tidak selalu
melalui rute yang digunakan sebagai portal masuk.
Gambar 48-1

Infeksi melalui Kulit


Kulit utuh memiliki lapisan luar yang keras dari sel cornified. Penghalang
ini melindungi tubuh dari infeksi, tapi sering dilanggar oleh trauma atau dengan
inokulasi (misalnya, dengan jarum atau gigitan serangga (Tabel 48-1). Virus
inokulasi melalui suntikan atau transfusi sekarang umum sebagai hasilnya kedua
prosedur medis. dan praktek-praktek sosial seperti berbagi jarum suntik oleh
pengguna narkoba suntikan dalam masyarakat Barat, hepatitis B dan virus
hepatitis C biasanya ditularkan dengan cara ini, lebih jarang, cytomegalovirus,
virus Epstein-Barr (EBV), dan human immunodeficiency virus (HIV ) dapat
ditransfer dengan cara ini. hepatitis B dan virus hepatitis C juga dapat ditransfer

dengan minor "bedah" prosedur seperti tato, kedokteran gigi, tindik telinga, dan
bahkan (di masa lalu) lengan-to-arm vaksinasi.

Virus Yang Memulai Infeksi oleh Penetrasi kulit atau Penyebab Infeksi
Langsung Genital atau konjungtiva Mukosa.
Infeksi oleh gigitan antropoda penting bagi sejumlah besar virus yang
berkembang biak di kedua arthropoda dan vertebrata (yang arbovirus, yang
mencakup sebagian besar togaviruses dan flaviviruses, yang Orbivirus genus dari
reoviruses, dan semua bunyaviruses kecuali hantaviruses). Pada infeksi seperti
virus biasanya disuntikkan langsung ke pembuluh darah kecil.
Berbeda dengan banyak virus yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit,
hanya beberapa dari itu dalam bentuk yang menular. Lesi herpes zoster biasanya
menumpahkan beberapa partikel virus, tetapi mereka epidemiologis penting
bahwa orang dewasa shedding virus dapat mengirimkan cacar air pada anak-anak
yang rentan. Beberapa virus yang menginfeksi manusia oleh saluran pernapasan
dapat ditumpahkan dari lesi superfisial mukosa mulut, (misalnya, campak, dan di
masa lalu, virus cacar) atau dari kelenjar ludah yang terinfeksi, (misalnya, virus
gondok).
Infeksi melalui Saluran Pernapasan
Dalam masyarakat Barat modern saluran pernapasan adalah jauh rute yang
paling umum dari infeksi virus. Orang dewasa rata-rata manusia bernafas sekitar
600 L udara setiap jam; partikel kecil (<2 diameter pM) mewariskan faring dan
beberapa mencapai alveoli. Virus dalam tetesan tersebut dapat memulai infeksi
jika mereka menempel pada sel-sel dari saluran pernapasan. Banyak virus
pernapasan juga ditransfer melalui kontak dengan jari atau fomites (operator mati)
terkontaminasi. Virus sering disebut sebagai virus pernapasan hanya berkembang
biak di saluran pernapasan dan menyebabkan pilek, faringitis, bronkiolitis, dan
pneumonia; virus lain yang memulai infeksi melalui saluran pernafasan dapat
menghasilkan infeksi umum (Tabel 48-2).

10

Virus Yang Memulai Infeksi melalui Saluran Pernafasan. Saluran


pernapasan merupakan gudang virus yang berbeda dan merupakan jalur utama
ekskresi untuk semua virus yang memulai infeksi dengan cara pernafasan.
Infeksi melalui pencernaan Saluran
Meskipun permukaan saluran pencernaan yang berpotensi
terkena sejumlah besar dan berbagai virus, kondisi yang keras di
perut dan duodenum melindunginya dari banyak virus. Misalnya,
virus yang memiliki amplop yang mengandung lipid biasanya
tidak aktif oleh asam, garam empedu dan enzim yang terjadi
pada lambung dan duodenum. Infeksi melalui usus, karena itu,
adalah karena virus yang tahan bahan kimia ini. Virus ini
berkembang biak di dalam sel-sel usus kecil dan diekskresikan
dalam feses (Tabel 48-3). Virus tersebut biasanya menolak
kondisi lingkungan dan dapat menyebabkan air dan wabah yang
ditularkan melalui makanan.

11

Virus Yang Memulai Infeksi melalui pencernaan Saluran. Baru-baru ini,


pentingnya trauma pada mukosa rektum yang lebih rendah sebagai akibat dari
hubungan seks anal telah disorot oleh frekuensi virus menular seksual, terutama
HIV pada pria homoseksual.

Infeksi Saluran Genital melalui


Selama dekade terakhir daftar virus menular seksual (Tabel 48-4) pada
saluran alat kelamin perempuan telah diperbesar oleh demonstrasi transmisi
heteroseksual

HIV, jenis T-sel manusia lymphotropic virus 1 (HTLV-1) dan possibily


hepatitis virus C. Pentingnya transmisi genital papillomavirus tertentu dalam
penyebab karsinoma serviks menerima banyak perhatian (seeCh. 66). Ulkus
kelamin akibat herpes simpleks tipe 2 (HSV-2), virus menular seksual, yang
penting dalam diri mereka sendiri dan meningkatkan kemungkinan penularan
heteroseksual HIV.
Beberapa virus yang tertumpah dalam urin manusia atau, dalam kasus
infeksi arenavirus dan hantavirus, hewan pengerat. Virus dari hewan pengerat urin
maka dapat menyebabkan penyakit pada manusia sebagai akibat dari menghirup
debu yang mengandung partikel virus (demam berdarah dalam kasus arenaviruses
dan demam berdarah dengan sindrom renal atau sindrom paru hantavirus dari
infeksi hantavirus).

Infeksi pada konjungtiva


Virus dari beberapa keluarga kadang-kadang menginfeksi konjungtiva
langsung (Tabel 48-4), tetapi konjungtivitis pada penyakit umum seperti campak
disebabkan oleh virus yang mencapai konjungtiva melalui aliran darah.
Transmisi vertikal
Penularan vertikal mengacu pada transfer virus dari orang tua kepada
keturunannya, dan dapat terjadi melalui sel telur, melalui plasenta, saat kelahiran,
atau melalui air susu ibu. Virus yang melewati plasenta termasuk virus rubella dan

12

cytomegaloviruses, yang dapat menyebabkan cacat bawaan atau penyakit neonatal


parah, dan HIV.
Contoh-contoh klasik dari penularan virus pada hewan yang limfositik
virus choriomeningitis pada tikus, ditularkan melalui sitoplasma telur atau
plasenta, dan retrovirus yang menyebabkan leukosis burung dan sarkoma dan
leukemia murine. Retrovirus yang ditransfer baik sebagai salinan DNA yang
terintegrasi dari RNA genom virus, atau lebih jarang, pada burung, sebagai virion
menular melalui telur. HTLV-1, retrovirus yang menyebabkan leukemia sel-T
dewasa/limfoma ( seeCh. 62 ), tampaknya ditularkan secara horisontal, meskipun
provirus terintegrasi ditemukan dalam limfosit dari individu yang terkena.
Penularan vertikal dari sitomegalovirus dapat terjadi melalui air susu ibu,
dan kedua sitomegalovirus dan virus herpes simplex tipe 1 dapat ditularkan dari
orang tua kepada bayi dengan kontaminasi saliva. Kemudian, karena latency
panjang dan kekambuhan periodik lesi, virus yang sama dapat ditransfer ke
generasi berikutnya. Dalam kecil, populasi manusia terisolasi, infeksi dengan
zoster-cacar air dapat dipertahankan oleh siklus yang sama, zoster pada nenek
menyebabkan cacar air pada cucu oleh transmisi horisontal. Transmisi perinatal
virus hepatitis B sangat penting di sebagian besar Afrika dan Asia karena itu
adalah umum dan sering menghasilkan infeksi persisten yang dapat menyebabkan
sirosis hati atau hepatocellular carcinoma primer .
2.7 Pencegahan Penyakit DBD

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi


sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya
hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah
yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah
penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :

1. Pengendalian non kimiawi


a. Pada Larva / jentik nyamuk :

Dilakukan dengan cara menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan


yaitu pada umumnya 3M : Menguras dan menyikat dinding bak
penampungan air kamar mandi; karena jentik/larva nyamuk demam
berdarah (Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak
penampungan air setelah dikuras dengan ciri-ciri berwarna
kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa
menyikat dinding maka jentik/larva nyamuk demam berdarah
(Aedest Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam
keadaan kering tanpa air sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi
13

setelah dikuras diding tersebut harus disikat. Menutup rapat-rapat


bak-bak penampungan air; yaitu seperti gentong untuk persediaan
air minum, tandon air, sumur yang tidak terpakai karena nyamuk
demam berdarah (Aedest Aegypti) mempunyai ethology lebih
menyukai air yang jernih untuk reproduksinya, Mengubur barangbarang yang tidak berguna tetapi dapat menyebabkan genangan air
yang berlarut-larut ini harus dihindari karena salah satu sasaran
tempat nyamuk untuk bereproduksi.
Dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara
ikan pada tempat penampungan air.

b. Pada Nyamuk Dewasa :

Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi


untuk pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada
linkungan sekitar kita.
Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk
nyamuk yang menggunakan lampu sebagai bahan penariknya
(attractan) dan untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran
listrik. Cara kerja tersebut sama dengan Electric Raket.

2. Pengendalian kimiawi
a. Pada Larva / jentik nyamuk:

Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang


biasa disebut dengan ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin
atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut
untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan
sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan
dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam
dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah dibubuhi ABATE
dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman bila air
tersebut diminum. Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai
berikut :

Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram =


10 gram ABATE.
Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok
makan peres berisi 10 gram ABATE.

b. Pada Nyamuk Dewasa :

Dilakukan Space Treatment : Pengasapan (Fogging) dan


Pengkabutan (Ultra Low Volume) dengan insectisida yang bersifat
knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan
cepat.
Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada
tempat hinggapnya nyamuk biasanya bekisaran antara 0-1 meter
diatas permukaan lantai bangunan.
14

Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk


semprot yang siap pakai dan bisa juga memakai obat oles anti
nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada
nyamuk yang akan mendekat.

Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk


dengan cara pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Modifikasi Lingkungan

Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen


agar tempat perindukan nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan,
pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta
pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan
nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk 3M yaitu dari kata menutup,
menguras dan menimbun berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk
2. Manupulasi Lingkungan

Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara


yang tidak menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut
dari laguna, pengubahan kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di
bidang pertanian.
3. Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku

Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan


vektor dan mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan
cara menempatkan dan memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber
nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan (personal
protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber
serangga vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan
lainnya.
4. Pengendalian Hayati

Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan


musuh-musuh alami nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan
pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai bioekologi, dinamika populasi
nyamuk yang akan dikendalikan dan juga bioekologi musuh alami yang akan
digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan hasilnyapun lebih
lambat terlihat dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian hayati
baru dapat memperlihatkan hasil yang optimal jika merupakan bagian suatu
pengendalian secara terpadu.
5. Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator,

patogen dan parasit.


a. Predator

15

Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu


populasi nyamuk. Contohnya beberapa jenis ikan pemakan jentik atau
larva nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama digunakan
sebagai pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala
timah. Jenis ikan lain yang dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan
ikan nila di persawahan. Selain ikan dikenal pula larva nyamuk yang
bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites yang ukurannya
lebih besar dari jentik nyamuk lainnya (sekitar 4-5 kali ukuran larva
nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara pemanfaatan larva
Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha
memberantas nyamuk demam berdarah secara tepadu.
b. Patogen

Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik


nyamuk. Sebagai contoh adalah berbagai jenis virus (seperti virus yang
bersifat cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti Bacillus thuringiensis
subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia,
Thelohania) dan fungi (seperti Coelomomyces, Lagenidium,
Culicinomyces).
c. Parasit

Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada


serangga vektor dan menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah
cacing Nematoda seperti Steinermatidae (Neoplectana), Mermithidae
(Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat digunakan
untuk mengendalikan populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu
kesehatan lainnya. Nematoda ini memerlukan serangga sebagai inangnya,
masuk ke dalam rongga tubuh, merusak dinding dan jaringan tubuh
serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax merupakan
contoh yang sudah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan
nyamuk.
Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini
masih terbatas pada daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya
terbatas, hanya menyerang pada fase dan spesies serangga tertentu dan
memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.
2.8 Penanggulangan Penyakit DBD

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah


mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan
syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula
sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun
16

drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan


keluhan yang timbul, misalnya :
Paracetamol membantu menurunkan demam.
Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare.
Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder.

terhadap

Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa


berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan
kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif
yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji
bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik,
akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan
intravena dan peningkatan nilai trombosit darah. Langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengetahui terserang tidaknya anak dari penyakit demam
berdarah :
1. Periksa apakah ada bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk pada kulit, muka,
lengan, kaki, dada, atau perut anak.
2. Jika didapat bintik merah, renggangkan kulit di sekitar bintik itu, bila bintik merah
hilang,
kemungkinan
anak
terkena
penyakit
demam
berdarah.
Pertolongan pertama yang perlu diberikan kepada anak yang terserang penyakit
Demam Berdarah :
3. Beri minum yang banyak. Boleh diberi minum air putih, susu, atau minuman
lainnya. Kompres dengan air dingin atau air es Beri obat penurun panas.
Selanjutnya segera bawa ke dokter atau puskesmas terdekat, atau rumah sakit
untuk pemeriksaan dan pertolongan lebih lanjut.
4. Adapun ramu-ramuan yang bisa mencegah dan mengatasi penyakit demam
berdarah :
a. Akar jali genggam yang telah dicuci bersih, lalu direbus dengan 3gelas

b.
c.

d.
e.

f.

air hingga tersisa 1gelas . Ramuan dibagi 3 bagian. Minum 3x sehari


masing-masing 1/3 gelas.
Krokot 1 genggam, direbus sebentar, tidak boleh terlalu matang. Krokot ini
dimakan sebagai lalap.
Rimpang kunyit segar dicuci bersih, kemudian diparut. Tambahkan air
matang dan aduk hingga rata. Peras hasil parutan dengan menggunakan
sepotong kain. Minum airnya sekaligus. Lakukan hal tersebut 2 x sehari.
1 buah jambu biji/klutuk matang diblender dengan air panas secukupnya
lalu diminum hangat-hangat.
Temulawak secukupnya + 10 butir angco(buang bijinya) + 1 genggam akar
teratai + 1 buah jambu biji/klutuk matang diblender dengan air secukupnya
lalu diminum.
Umbi daun dewa segar secukupnya diblender dengan air secukupnya dan
diminum.

17

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapun keimpulan dari makalah ini adalah:


a. Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang

disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah


manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya
Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
b. Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor pembawa virus dengue

penyebab penyakit demam berdarah. Penyebab utama penyakit


demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus
dari famili.
c. Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti,

Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus


dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain.
d. Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat

pada seseorang yang memiliki antibodi terhadap virus dengue


akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam berdarah juga
lebih tinggi pada wanita, dan Orang yang beresiko terkena
demam berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15
tahun, Tapi kini sudah merata, bisa menyerang siapa saja tanpa
batasan usia dan sebagian besar tinggal di lingkungan lembab,
serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di
daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini
kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku
manusia.
e. Pencegahan

dapat di lakukan melalui


pengendalian lingkungan, biologi dan kimia.

18

macam,

yaitu

3.2 Saran

Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD
tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu
menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.

DAFTAR PUSTAKA
http://dithayantikomuna-makalahdbd.blogspot.com/
http://city-selatiga.blogspot.com/2012/07/makalah-dbddemam-berdarah.html
http://adinnagrak.blogspot.com/2013/11/makalah-demam-berdarah-dengue-latar_14.html
http://www.anekamakalah.com/2012/10/makalah-demam-berdarah-dengue-dbd.html
http://sawalubasodewide.blogspot.com/2012/12/makalah-kelompok-demam-berdarahdengue.html
http://robiatuladawiah123.blogspot.com/2013/07/makalah-demam-berdarah.html
http://yananjae.blogspot.com/2010/01/makalah-demam-berdarah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah
http://www.gejalapenyakit.com/gejala-penyakit-demam-berdarah/
http://alfredsaleh.wordpress.com/2006/10/10/penyakit-demam-berdarah/
http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/definisi-dan-etiologi-penyebab-demam.html
http://rudizr.wordpress.com/2012/05/17/penyakit-menular-dan-tidak-menular/
www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0CGsQFjAG&u
rl=http%3A%2F%2Falfredsaleh.wordpress.com%2F2006%2F10%2F10%2Fpenyakitdemam-berdarah
%2F&ei=BdxuU9WdHo6Yrgfs_oGQAw&usg=AFQjCNGIH9hM42eBAd4p0ok_QO2K9XO
sxA&sig2=9mWqpt7lVMzoOX90-058jg&bvm=bv.66330100,d.dGc
https://www.google.com/#q=penanggulangan+penyakit+DBD

19

20

Anda mungkin juga menyukai